KELOMPOK : A-2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Fisiologi adalah Ilmu yang memplajari fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh
serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar. Ilmu
fisiologi ialah salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya
sistem kehidupan. Fisiologi sebagai ilmu berperan menjelaskan mengapa tubuh melakukan suatu
aktivitas dan bagaimana mekanisme aktivitas tersebut.
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh semua
proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal. Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskreasi adalah elemen-elemen homeostatis.
Termoregulasi merupakan proses hameostatis untuk menjaga agar suhu tubuh tetap dalam
keadaan stabil atau steady state, dengan mengontrol dan mengatur keseimbangan antara
banyaknya energi (panas) yag diproduksi (termogenesis) dengan energi (panas) yang dilepaskan
(termolisis).
Suhu tubuh dibedakan menjadi suhu inti (core temperature), suhu kulit (shell
temperature), dan suhu tubuh rata-rata (mean body temperature). Suhu inti menggambarkan suhu
organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C. Suhu kulit
menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, dan batang tubuh. Suhu kulit merupakan
suhu yang penting apabila kita merujuk pada kemampuan kulit untuk melepas panas ke
lingkungan. Suhu tubuh rata-rata merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.
Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran. Terdapat 4 bagian
yang dapat dijadikan lokasi pengukuran, yaitu : kulit, aksila (ketiak), rektal (anus), dan oral
(mulut). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh disebut dengan thermometer.
Pusat integrasi utama dalam memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh berada di
hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari
berbagai bagian tubuh di kulit. Hipotalamus terus-menerus mendapat informasi mengenai suhu
kulit dan suhu inti melalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor
(reseptor hangat, dingin dan nyeri di perifer).
2
3. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas
antar objek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
4. Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.
Berdasarkan pengaruh suhu tubuh terhadap perubahan suhu lingkungan, terdapat 2 jenis
hewan yaitu hewan homoioterm dan hewan poikiloterm :
1. Hewan homoioterm (berdarah panas)
Hewan homoioterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh
hewan ini relative konstan, tidak mengikuti suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini
disebabkan katup pada jantungnya sudah sempurna. Contohnya adalah aves ddan
mamalia.
2. Hewan Poikiloterm (berdarah dingin)
Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu lingkungan luar
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolisme hanya sedikit. Contohnya adalah pisces, amfibi, dan reptile.
Berikut ini merupakan berbagai contoh adaptasi hewan terhadap perubahan suhu
lingkungan, yaitu : Pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme
dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi
panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara lebah
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya. Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas,
misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistem
sirkulasi di bagian kulit. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan
termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk
menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinganya ke tubuh. Sedangkan manusia
menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
3
sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan
sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis
sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke
jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima
kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu;
1. Aktivitas, semakin beratnya aktivitas maka suhunya akan meningkat dari basal
ratenya.
2. Hormon thyroid, (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur utama basal
metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan
yang dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf, selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system
syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan
norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan
norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate
dari sel tubuh.
4. Metabolisme tubuh, meningkatnya metabolisme rate dapat meningkatkan suhu tubuh,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti berarti kecepatan reaksi biokimia
meningkatkan 10 %.
5. Asupan makanan, makanan dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate
terutama protein.
6. Berbagai macam factor seperti: jenis kelamin, iklim dan status malnutrisi. Sesuai
dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi
hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.
Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas (telah melewati batas toleransi tubuh atau set poin),
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Set point dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
4
terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada
titik tetap.
Itu sebabnya, dimana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh
harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu
beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah
yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak
kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan
mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat. Sedangkan di udara panas,
hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya
dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun
menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak
kemerahan (flushing).
Denaturasi Protein
Denaturasi protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau modifikasi
terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari
protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat empat jenis interaksi pada rantai samping
seperti ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida, interaksi non polar pada bagian non
hidrofobik.
Adapun penyebab-penyebab dari denaturasi protein bisa berbagai macam, antara lain :
1. panas,
2. alkohol,
3. asam-basa,
4. logam berat.
Ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi bias dilihat dari berbagai hal. Salah
satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami
pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan
berkurang kelarutannya. Lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan
posisi dari dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan.
Selain itu, masing-masing penyebab denaturasi protein juga mengakibatkan ciri
denaturasi yang spesifik. Panas, misalnya. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein
namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya
suhu akan membuat energi kinetic molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul
akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan
entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai
tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin
tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan
protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi.
5
BAB II
METODE PRAKTIKUM
SUHU BADAN DAN PENGATURANNYA
2.2. Tujuan
1. Menjelaskan penyebab perbedaan hasil pengukuran suhu dengan lokasi yang berbeda
pada tubuh manusia
2. Menerangkan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh manusia jika bernafas melalui
mulut dan berkumur air es
3. Menjelaskan pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh binatang poikilothermic
dibandingkan dengan homoiothermik
4. Mendemonstrasikan berbagai faktor isolasi terhadap pengeluaran panas (heat loss)
5. Mengukur kelembaban udara di ruangan dengan menggunakan psychometric chart
6
2.4. Tata Kerja
1. Pengukuran Suhu Mulut
1. Membersihkan termometer maksimum dengan alcohol.
2. Menurunkan meniskus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun dan
menyentakkan termometer tersebut beberapa kali.
3. Meletakkan reservoir termometer di bawah lidah dan menyuruh orang yang
menjadi objek percobaan menutup mulutnya rapat - rapat.
4. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu mulut orang percobaan.
2. Pengaruh Bernapas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut
1. Menurunkan meniskus air raksa sampai dibawah skala dengan cara seperti di atas.
2. Meletakkan reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan.
3. Membaca dan catat suhu mulut setelah 5 menit.
4. Tanpa menurunkan meniskus air raksa, meletakkan kembali reservoir termometer
dibawah lidah orang percobaan.
5. Membaca dan mencatat lagi suhu mulut setelah 5 menit.
6. Menyuruh orang percobaan bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidung. Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1 s/d 5.
7. Menyuruh orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit.
Segera setelah tindakan ini mengulangi percobaan 1 s/d 5.
3. Pengukuran Suhu Ketiak
1. Mengeringkan ketiak orang percobaan.
2. Mengusahakan supaya meniskus air raksa termometer maksimum terletak dibawah
skala dengan mengayun-sentakan termometer tersebut beberapa kali.
3. Menyuruh orang percobaan berbaring telentang.
4. Meletakkan reservoir termometer klinik di ruang ketiak dan menyuruh orang
percobaan menjepitnya dengan baik.
5. Setelah 10 menit membaca dan mencatat suhu ketiak orang percobaan.
4. Pengaruh Suhu Keliling pada Suhu Tubuh Binatang Poikilotermik
1. Menetapkan suhu ruang dengan termometer kimia (-10oC s/d +50oC).
2. Mengikatkan dengan tali seekor kodok telentang diatas papan fiksasi.
3. Memasukkan termometer kimia tersebut diatas kedalam esofagusnya.
4. Membaca dan mencatat suhu kodok setelah 5 menit.
5. Dengan termometer didalam esofagusnya lalu membenamkan kodok itu kedalam
air es setinggi lehernya (jaga jangan sampai air es masuk kedalam mulut kodok).
6. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
7. Mengeluarkan termometer dari esofagus kodok dan tetapkan suhu air es.
8. Mengeluarkan kodok dari air es dan biarkan ia beberapa menit dalam suhu ruang,
sementara itu sediakan air hangat (± 40oC).
9. Masukkan kembali termometer kedalam esofagus kodok. Lalu membenamkan
kodok itu kedalam air hangat setinggi lehernya (jaga jangan sampai air hangat
masuk kedalam mulut kodok tersebut).
10. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit.
7
5. Penghambatan Pengeluaran Panas (Heat Loss) Oleh Lapisan Parafin
1. Mengisi 2 gelas minum A dan B dengan air 70oC sama banyak.
2. Meneteskan parafin kedalam gelas B sehingga merupakan lapisan yang tipis diatas
permukaan air.
3. Menetapkan dan mencatat berturut-turut suhu air dalam gelas A dan B setiap 5
menit, dengan termometer kimia ( -10oC s/d +100oC) yang sama, selama ½ jam.
Mengusahakan agar reservoir termometer tidak menyentuh dinding gelas.
Membersihkan dan mengeringkan termometer tiap kali sebelum digunakan untuk
mengukur suhu air dalam gelas A.
4. Membuat grafik mengenai penurunan suhu air dalam kedua gelas itu (dengan suhu
sebagai ordinat dan waktu sebagai absis).
6. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi
Tanah yang tidak Dipernis
1. Kedua kendi telah diisi dengan air yang suhunya sama.
2. Membaca dan mencatat suhu air yang terdapat dalam kedua kendi tanah itu.
7. Pengukuran Kelembaban Udara
1. Dua buah termometer yang telah disediakan.
2. Salah satu termometer dicelupkan kedalam kapas yang telah dibasahi dengan air
(termometer bola basah (tb= oC )).
3. Termometer yang lain dibiarkan kering (termometer bola kering (tk= oC)).
4. Ketika suhu pada tb telah konstan, catat suhu pada kedua termometer (tb dan tk).
5. Melihat tabel dan diagram psychrometric untuk menentukan kelembaban udara di
ruangan.
8
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
II. Pengaruh Bernafas Melalui Mulut dan Berkumur Air Es Pada Suhu Mulut
9
III. Pengukuran Suhu Ketiak
Setelah sepuluh menit, suhu ketiak menunjukkan suhu 36,5 oC.
P.1.3. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya?
Karena ketiak memiliki banyak kelenjar keringat yang mempengaruhi kelembaban
pada permukaan kulit, sehingga untuk hasil pengukuran yang lebih akurat ketiak perlu
dikeringkan terlebih dahulu.
P.1.4. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?
Ya, terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan bagian mulut tertutup sehingga
thermometer yang disipkan ke dalam mulut terisolasi lebih baik dibandingkan di
ketiak yang masih mendapat kontak dengan lingkungan luar dan dipengaruhi oleh
kelembaban pada pemukaan luar tubuh.
Tabung B Tabung A
Menggunakan Parrafin Tidak menggunakan Parrafin
Suhu Awal 63 ℃ 63 ℃
I 49 ℃ 49 ℃
II 47 ℃ 45 ℃
III 45 ℃ 43 ℃
IV 43 ℃ 40 ℃
V 41 ℃ 37 ℃
VI 40 ℃ 36 ℃
10
P.1.7. Mengapa reservoir thermometer tidak boleh menyentuh dinding gelas?
Apabila reservoir menyentuh dinding gelas, maka pengukuran suhu tidak akurat
karena suhu pada dinding gelas dapat mempengaruhi pengukuran suhu
P.1.8. Mengapa termometer yang digunakan untuk mengatur suhu air dalam gelas A
harus selalu dibersihkan dan dikeringkan?
Termometer harus selalu dibersihkan untuk mengakuratkan pengukuran suhu dan
untuk menghindari segala faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran suhu
P.1.9 Bagaimana peranan lapisan parafin pada penurunan suhu cairan dalam kedua
gelas tersebut?
Lapisan paraffin menghambat pengeluaran panas secara cepat dikarenakan paraffin
tersebut mempunyai molekul yang lebih rapat dibandingkan air sehingga apabila
dibandingkan dengan gelas yang tanpa paraffin suhunya akan lebih cepat turun
VI. Perbandingan Pengeluaran Panas pada Kendi Tanah yang Dipernis dan Kendi Tanah
yang Tidak Dipernis.
P.1.10. Faktor lingkungan apa saja yang berpengaruh pada perbedaan suhu antara
alat yang diisolasi dan alat yang tidak diisolasi (parafin dan dipernis) ?
Kelembaban lingkungan. Semakin rendah suhu lingkungan dan tinggi kelembaban
lingkungan, akan menurunkan suhu air pada kendi.
Besarnya pori-pori kendi. Pada kendi yang dipernis, pori-porinya tetutup, kerapatan
molekulnya lebih rapat dibanding yang tidak dipernis, sehingga pengeluaran kalor
terhambat. Pada kendi yang tidak dipernis, pengeluaran kalor berjalan normal.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan I dan III, dapat disimpulkan bahwa oral (mulut) merupakan
daerah pengukuran yang lebih akurat dibandingkan axilla (ketiak), hal ini disebabkan karena
daerah oral lebih tertutup sehingga thermometer yang disisipkan terisolasi lebih baik dan
oral tidak dipengaruhi kelembaban permukaan seperti pada aksila.
Berdasarkan percobaan II, dapat dilihat perbedaan yang tidak signifikan pada mulut
manusia ketika kondisi lingkungannya berubah, hal ini menunjukkan suhu tubuh manusia
stabil dan tidak dipengaruhi lingkungan, terbukti bahwa manusia termasuk makhluk
homoiotermik. Sedangkan pada percobaan IV, dapat dilihat perubahan yang signifikan pada
suhu tubuh kodok yang mengikuti perubahan suhu lingkungannya, ketika berada di
lingkungan suhu tinggi maka suhu tubuhnya naik dan sebaliknya, hal ini membuktikan
kodok termasuk makhluk poikilotermik.
Berdasarkan percobaan V dan VI, dapat diketahui faktor lingkungan yang dapat
mengisolasi panas, diantaranya adalah parafin dan pernis. Parafin dan pernis berperan
sebagai inhibitor yang menutup jalur pengeluaran panas, sehingga penurunan suhu air
berlangsung lebih lambat.
Berdasarkan percobaan VII, dapat diketahui bahwa kelembaban yang diperoleh adalah
30%.
13
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Atkins, PW. 1990. Physical Chemistry (4th edition chapter I). Oxford University Press.
Ganong. W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Kanisius.
Sherwood, L. 1996. Fisiologi manusia; dari sel ke system 2nd edition. Alih bahasa : Brahm
U.Pendit. Jakarta: EGC.
https://www.academia.edu/21925285/Denaturasi_Protein
14