Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)


DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDHOUTOMO
SEMARANG

DisusunOleh:
Tri Santoso
15.107(umum)
3A

AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2017/ 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (MasalahUtama) :DefisitPerawatanDiri


a. Pengertian
Defisitperawatandiriadalahsuatukondisipadaseseorang yang
mengalamikelemahankemampuandalammelakukanataumelengkapiaktivitasperaw
atandirisecaramandirisepertimandi (higiene), berpakaian/berhias,
makandanBAK/BAB (toileting)(Fitria, 2009, hlm.93).
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan
defisit perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.(Keliat dan
Akemat, 2007)
Defisitperawatandiriadalahsuatukondisipadaseseorang yang
mengalamikelemahankemampuandalammelakukanataumelengkapiaktivitasperaw
atandirisecaramandirisepertimandi (hygiene), berpakaianatauberhias, makan, dan
BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
b. Penyebab
MenurutTarwotodanWartonah (2000) Penyebabkurangperawatandiriadalah :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunankesadaran
c. Tandadangejala
1. Mandi/hygiene.
Klienmengalamiketidakmampuandalammembersihkanbadan,
memperolehataumendapatkansumber air, mengatursuhuataualiran air mandi,
mendapatkanperlengkapanmandi,
mengeringkantubuhsertamasukdankeluarkamarmandi
2. Berpakaian/berhias
3. Klienmempunyaikelemahandalammeletakkanataumengambilpotonganpakaian
, menanggalkanpakaian, sertamemperolehataumenukarpakaian.
Klienjugamemilikiketidakmampuanuntukmengenakanpakaiandalam,
memilihpakaian, menggunakanalattambahan, menggunakankancingtarik,
melepaskanpakaian, menggunakankaos kaki,
mempertahankanpenampilanpadatingkat yang memuaskan,
mengambilpakaiandanmengenakansepatu
4. Makan
Klienmempunyaiketidakmampuandalammenelanmakanan,
mempersiapkanmakanan, menanganiperkakas, mengunyahmakanan,
menggunakanalattambahan,mendapatkanmakanan, membukakontainer,
memanipulasimakanandalammulut,
mengambilmakanandariwadahlalumemasukannyakemulut,
melangkapimakanan, mencernamakananmenurutcara yang
diterimamasyarakat, mengambilcangkirataugelas,
sertamencernacukupmakanandenganaman.
5. BAB/BAK (toileting)
Klienmemilikiketerbatasanatauketidakmampuandalammendapatkanjambanata
ukamarkecil, dudukataubangkitdarijamban, memanipulasipakaianuntuk
toileting, membersihkandirisetelah BAB/BAK dengantepatdanmenyiram toilet
ataukamarkecil.
(Fitria, 2009, hlm.94-95)

II. Proses TerjadinyaMasalah


a. Predisposisi
1. Faktorperkembangan
Keluargaterlalumelindungidanmemanjakankliensehinggaperkembanganinisiati
fterganggu.
2. Faktorbiologis
Penyakitkronis yang menyebabkanklientidakmampumelakukanperawatandiri.
3. Kemampuanrealitasturun
Kliendengangangguanjiwadengankemampuanrealitas yang
kurangmenyebabkanketidakpeduliandirinyadanlingkungantermasukperawatan
diri.
4. Sosial
Kurangdukungandanlatihankemampuanperawatandirilingkungannya.Situasilin
gkunganmempengaruhilatihankemampuanperawatandiri.
b. Faktorpresipitasi
Yangmerupakanfactorpresipitasi deficit
perawatandiriadalahkurangpenurunanmotivasi, kerusakankognisiatau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang
dialamiindividusehinggamenyebabkanindividukurangmampumelakukanperawata
ndiri.
Menurutdepkes (2000:59) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :
a. Body image
Gambaranindividuterhadapdirinyasangatmempengaruhikebersihandirimisalny
adenganadanyaperubahanfisiksehinggaindividutidakpedulidengankebersihandi
rinya.
b. Praktiksosial
Padaanak-anakselaludimanjadalamkebersihandiri,
makakemungkinanakanterjadiperubahanpola personal hygiene.
c. Status social ekonomi
Personal hygiene memerlukanalatdanbahansepertisabun, pasta gigi, sikatgigi,
shampo, alatmandi yang semuanyamemerlukanuanguntukmenyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangatpentingkarenapengetahauan yang
baikdapatmeningkatkankesehatan.Misalnyapadapasienpenderita diabetes
militus yang harusmenjagakebersihankakinya.
e. Budaya
Disebagianmasyarakatjikaindividusakittertentutidakbolehdimandikan
f. Kebiasaanseseorang
Ada kebiasaanseseorang yang
menggunakanproduktertentudalamperawatandirisepertipenggunaansabun,
sampodan lain-lain.
g. Kondisifisikataupsikis
Padakeadaantertentu/
sakitkemampuanuntukmerawatdiriberkurangdanperlubantuanuntukmelakukan
nya.
(Fitria,2009, hlm.95-96)
c. Proses terjadinyamasalah (psikopatologi)
Keterbatasanperawatandiribiasanyadiakibatkankarenastresor yang
cukupberatdansulitditanganiolehklien (klienbiasmengalamihargadirirendah),
sehinggadirinyatidakmaumengurusataumerawatdirinyasendiribaikdalamhalmandi,
berpakaian, berhias, makan, maupun BAB
danBAK.Bilatidakdilakukanintervensiolehperawat,
makakemungkinanklienbiasmengalamimasalahrisikotinggiisolasisosial.
(Fitria,2009, hlm.95)

III. PohonMasalah

Resikotinggiisolasisosial

DefisitPerawatanDiri

HargaDiriRendahKronis

(Fitria, 2009)

IV. MasalahKeperawatan
1. Risikotinggiisolasisosial
2. Defisitperawatandiri
3. Hargadirirendahkronis
Data yang perlu dikaji :
a. Defisit perawatan diri
1. Subyektif
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak
tersedia alat mandi
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c. Klien mengatakan ingin disuapi makan
d. Klien jarang membersihkan alat kelaminnya setalah BAK maupun BAB

2. Obyektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki)
atau tidak berdandan (wanita)
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

b. Isolasi sosial
1. Subyektif
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian
c. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
d. Tidak mau berkomunikasi
e. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat)
2. Obyektif
a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e. Tidak atau kurang komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i. Retensi urine dan feses
j. Aktivitas menurun
k. Kurang berenergi atau bertenaga
l. Rendah diri
m. Posturtubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi
tidur)

c. Harga diri rendah


1. Subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandiri, berhias,
makan, atau toileting).
2. Obyektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimitis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah
(Fitria,2009, hlm.96)
V. DiagnosaKeperawatan
1. Defisit Perawatan Diri:Kebersihandiri, berdandan, makan, BAB/BAK
2. Isolasi soial
3. Harga diri rendah
VI. Intervensi Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
a. Tujuan umum :
Pasien mengerti tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan cara merawat
diri
b. Tujuan khusus :
1. Pasienmampumelakukankebersihandirisecaramandiri
2. Pasienmampumelakukanberhias/berdandansecarabaik
3. Pasienmampumelakukanmakandenganbaik
4. Pasienmampumelakukandefikasi/berkemihsecaramandiri
Tindakankeperawatan :
1. Melatihpasiententangcara-caraperawatankebersihandiri.
Andadapatmelakukantahapantindakan yang meliputi :
a. Menjealaskanpentingnyamenjagakebersihandiri
b. Menjelaskanalat-alatuntukmenjagakebersihandiri
c. Menjelaskancara-caramelakukankebersihandiri
d. Menjelaskanpasienmempraktikkancaramenjagakebersihandiri.
2. Melatihpasienberdandan/berhias.
Andasebagaiperawatdapatmelatihpasienberdandan. Untukpasienlaki-
lakitentunyadibedakandenganwanita. Untuklaki-lakilatihanmeliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisirrambut
c. Bercukur
Untukpasienwanitalatihanmeliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisirrambut
c. Berdandan
3. Melatihpasienmakansecaramandiri. Untukmelatihmakanpasien.
Andadapatmelakukantahapansebagaiberikut :
a. Menjelaskancaramempersiapkanmakanan
b. Menjelaskancaramakan yang tertib
c. Menjelaskancaramerapihkanperalatanmakansetelahmakan
d. Praktikmakansesuaidengantahapanmakansetelahmakan
4. Mengajarkanpasienmelakukandefekasi/berkemihsecaramandiri.
Andadapatmelatihpasienuntukdefekasidanberkemihmandirisesuaitahapanberikut :
a. Menjelaskantempatdefekasi/berkemih yang sesuai
b. Menjelaskancaramembersihkandirisetelahdefekasidanberkemih
c. Menjelaskancaramembersihkantempatdefekasidanberkemih
2. Isolasi sosial
a. Tujuan umum :
Pasien mampu untuk berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan khusus :
Membina hubungan saling percaya
Menyadari penyebab isolasi sosial
Berinteraksi dengan orang lain
Tindakan :
1. Membina hubungan saling percaya. Tindakan yang harus dilakukan dalam
membina hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan orang lain
b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
disukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
c. Menanayakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan: apa yang anda akan lakukan bersam pasien, berapa lama
akan akan dikerjakan dan tempatnya dimana.
e. Jelaskan bahwa anda akan merahsiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang mmerlukan waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering.
Karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu anda
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien.Selalu
menepati janji adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan anda
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.

2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial. Langkah-langkah untuk


melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
oranglain
3. Membantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang
lain. Lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4. Membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan. Dilakukan
dengan cara :
a. Mendiskusikan kerugian bila pasien mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain
b. Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Anada
tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu
yang lama. Untuk itu anda dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap.
Mungkin pasien hanya akrab dengan anda pada awalnya, tetapi setelah itu anda
harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan
orang-orang sekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat anda lakukan sebagai
berikut :
a. Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan anda
b. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (anggota keluarga atau
keluarga)
c. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumalahinteraksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
d. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
e. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
3. Harga diri rendah
a. Tujuan umum : pasien mengenali kemampuan positif yang dimiliki dan melatih
kemampuan tersebut
b. Tujuan khusus :
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih.

Tindakan Keperawatan :

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.


Untuk membantu pasien agar dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
psoitif yang masih dimilkinya, perawat dapat :
a. Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien
seperti kegiatan pasien, dirumah, dalam keluarga dan lingkungan keluarga
serta lingkungan terdekat pasien.
b. Memberi pujian yang realistik atau nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penialian yang negatif.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan
tersebut. Anda dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat
ini berdasarkan kemampan yang telah diidentifikasi.
b. Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c. Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3. Membatu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah :
a. Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilih
kemampuan yang akan dilatih.
b. Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudah
dilakukannya.
c. Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat ini
4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut,
anda dapat melakukan :
a. Motivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Mendiskusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
c. Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan yang dipilih
d. Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih
e. Memberi dukungan dan pujian kepada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. Untuk
mencapai tindakan keperawatan tersebut anda dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih
secara mandiri
b. Membantu pasien memasukkan kemampuan yang telah dilatih dalam jadwal
kegiatan sehari-hari pasien.
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.

(Keliat, 2007, hlm.221-222)


TindakanKeperawatanUntukKeluarga
Tujuantindakankeperawatan:
Keluargadiharapkanmampumerawatanggotakeluarga yang mengalamimasalahdefisit
keperawatandiri.
Tindakankeperawatan :
1. Diskusikandengankeluargatentangmasalah yang
dihadapikeluargadalammerawatpasien
2. Jelaskanpentingnyaperawatandiriuntukmengurangi stigma
3. Dikusikandengankeluargatentangfasilitaskebersihandiri yang
dibutuhkanolehpasiendanmembantumengingatkanpasiendalammerawatdiri
(sesuaijadwal yang telahdisepakati)
4. Anjurkankeluargauntukmemberikanpujianataskeberhasilanpasiendalammerawatdi
ri
5. Latihkeluargatentangcaramerawatpasien deficit perawatandiri
(Keliat, 2007, hlm.229)
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009.PrinsipDasardanAplikasiPenulisanLaporanPendahuluandanStrategiPelaksana
anTindakanKeperawatan (LP dan SP).Jakarta : SalembaMedika.

Keliat.2007.KeperawatanKesehatanJiwaKomunitas CMHN (Basic Course).Jakarta:


BukuKedokteran EGC.

Purwanto, Teguh.2009.Asuhan KeperawatanJiwa.Yogyakarta:GrahaIlmu.

KeliatA,BudiAkemat. 2009. Model KeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah). Jakarta:EGC

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Damaiyanti, M. dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Maramis, 2008, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai