Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok Sistem Neurobehavior II

Disusun oleh:
1. Rama Febriandini Putri (00121044)
2. Lady Harnofive (00121034)
3. Syahrul Nizam (00121036)
4. Hikmah Murni (00121041)
5. Ida Manullang (00121051)
6. Nurhayani Hepi M. (00121033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
2021
A. PENDAHULUAN

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan
memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial.
Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku)
sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di
sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti
menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin,
2011). Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu, berduka,
keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan dan lainnya.
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang berkepanjangan ketika
individu tidak menemukan alternatif atau pilihan pribadi guna memecahkan masalah
yang dihadapi atau mencapai hal yang diinginkan dan tidak dapat mengerahkan energi
demi kepentingannya sendiri guna menetapkan sejumlah tujuan. Keputuasaan berbeda
dari ketidakberdayaan, yakni ketika seseorang yang putus asa tidak menemukan solusi
atas permasalahannya atau cara untuk mencapai hal yang diinginkan, sekalipun ia
memegang kendali atas kehidupannya. Seseorang yang tidak berdaya mampu melihat
alternatif atau jawaban atas permasalahannya, namun tidak mampu melakukan upaya
apapun karena kurangnya kendali atau sumber daya yang dimiliki (CarpenitoMoyet,
2013).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa putus asa
tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan
cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah
seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk
melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. Faktor-
faktor yang menyebabkan keputusasaan:
 Faktor kehilangan.
 Kegagalan yang terus menerus.
 Faktor Lingkungan.
 Orang terdekat (keluarga)
 Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa).
 Adanya tekanan hidup.
 Kurangnya iman.
B. KASUS

Seorang perempuan usia 25 tahun merasa tidak mampu memecahkan masalah


yang sedang dihadapinya, apatis, menganggap tidak ada orang lain yang dapat
membantunya. Tidak melihat jalan keluar dari permasalahan yang dialaminya, merasa
tidak ada lagi harapan dan tidak mampu mengembangkan potensi kekuatan dirinya.

Proses terjadinya keputusasaan pada pasien dapat dijelaskan dengan


menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan
presipitasi. Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah :
1. Faktor predisposisi
 Faktor Genetik : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan.
 Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
 Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan, yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
 Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah
diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stres yang dihadapi.

2. Faktor presipitasi

 Faktor kehilangan
 Kegagalan yang terus menerus
 Faktor Lingkungan
 Orang terdekat ( keluarga )
 Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
 Adanya tekanan hidup

C. RUMUSAN MASALAH DENGAN FORMAT PICO ( PROBLEM, INTERVENSI,


COMPARING, OUTCOME)

PROBLEM:
Pasien dengan keputusasaan

INTERVENSI :

Berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal pada klien denga
gagal ginjal terminal diatas dapat mengakibatkan timbulnya keputusasaan dan penurunan
motivasi sembuh. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
intervensi motivational interviewing dengan pendekatan spiritual (syukur, sabar dan
ikhlas). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh motivational interviewing
terhadap keputusasaan dan motivasi sembuh pasien ESRD yang menjalani hemodialisis
regular. Metode: Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan pre-
post test dan posttest only with control group design. Teknik sampling menggunakan
acak sederhana. Sampel penelitian berjumlah 32 responden berdasarkan kriteria inklusi.
Intervensi dilakukan selama 4 minggu dengan 2 kali pertemuan/minggu. Variabel
independen penelitian ini adalah motivational interviewing dengan pendekatan spiritual.
Variabel dependennya adalah keputusasaan dan motivasi sembuh. Penelitian ini
menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur keputusasaan dan motivasi sembuh,
yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji statistik menggunakan
paired t test, independent t test , mann whitney dan wilcoxon signed rank test. Hasil:
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa MI dengan pendekatan spiritual berpengaruh
terhadap penurunan keputusasaan (p=0,001) dan peningkatan motivasi sembuh
(p=0,001). Diskusi: Intervensi MI membantu pasien dalam mengidentifikasi,
mengevaluasi dan berespon terhadap kelainan bentuk pikiran dan kepercayaannya.
Membantu pasien mengembangkan pola pikir yang rasional, terlibat dalam uji realitas,
dan membentuk kembali membentuk perilaku dengan mengubah pesan –pesan internal.

COMPAIRING:

1. JURNAL: PENGARUH MOTIVATIONAL INTERVIEWING DENGAN


PENDEKATAN SPIRITUAL TERHADAP KEPUTUSASAAN DAN MOTIVASI
SEMBUH PASIEN END STAGE RENAL DISEASE YANG MENJALANI
HEMODIALISIS REGULER. Hasil uji statistic menunjukan bahwa MI dengan
pendekatan spiritual berpengaruh terhadap penurunan keputusasaan (p= 0,001) dan
peningkatan motivasi sembuh (p=0,001). Intervensi MI membantu pasien dalam
mengidentifikasi , mengevaluasi dan berespon terhadap kelainan bentuk pikiran dan
kepercayaannya. Membantu pasien menge,mbangkan pola pikir yang rasional, terlibat
dalam uji realistis, dan membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan
internal. Intervensi MI dengan pendekatan spiritual berpengaruh terhadap penurunan
keputusasaan dan peningkatan motivasi sembuh pada pasien ESRD dengan HD regular.
2. HUBUNGAN KEPUTUSASAAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI PADANG. Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang dapat
menimbulkan depresi pada penderitanya. Depresi sering dikaitkan dengan perasaan
keputusasaan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara keputusaan dengan
depresi pada pasien diabetes melitus. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
pendekatan cross-sectional study. Sebanyak 122 orang pasien diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Pauh dan Puskesmas Andalas Padang ditetapkan sebagai sampel penelitian
dengan kriteria inklusi tidak memiliki riwayat gangguan mood atau gangguan jiwa,
berusia dalam rentang 25 sampai 65 tahun serta bersedia menandatangani
format informed consent. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September sampai
Oktober tahun 2016 dengan menggunakan kuesioner SDS (Self-rating Depression Scale)
dan kuesioner BHS (Beck Hopelessness Scale). Data dianalisis menggunakan Uji Chi-
Square.  Ada hubungan yang signifikan antara keputusasaan dengan depresi pada pasien
diabetes melitus (Pv = 0.001). Pasien diabetes melitus yang mengalami keputusasaan
memilki resiko 7.03 kali terjadi depresi dibanding pasien yang tidak mengalami
keputusasaan. Keputusasaan pada pasien diabetes melitus terjadi karena pikiran negatif
terhadap kondisi penyakit pada masa yang akan datang, kurangnya motivasi dalam
pengontrolan gula darah serta harapan yang negatif terhadap kondisi penyakit. Perasaan-
perasaan ini membuat pasien menjadi depresi. Berdasarkan hal ini, maka perlu diberikan
edukasi mengenai diabetes melitus dan perawatannya agar keputusasaan dapat di
antisipasi

OUTCOME:
1. JURNAL 1: Hasil uji statistic menunjukan bahwa MI dengan pendekatan spiritual
berpengaruh terhadap penurunan keputusasaan (p= 0,001) dan peningkatan motivasi
sembuh (p=0,001).
2. JURNAL 2 : Hasil penelitian berikut pasien diabetes melitus yang mengalami
keputusasaan memilki resiko 7.03 kali terjadi depresi dibanding pasien yang tidak
mengalami keputusasaan.

D. METODE PENELITIAN
Kelompok menggunakan scholar.google.co.id dengan kata kunci keputusasaan dan
depresi.
E. HASIL PENELITIAN BUKTI/ TELAAH JURNAL

N JURNAL VALIDATY IMPORTANT APPLICABLE


O
1. Pengaruh Penelitian ini Penelitian dilakukan Pasien ESRD lebih
motivational menggunakan quasy pada 32 jumlah termotivasi sembuh
interviewing experiment dengan responden setelah dilakukan
dengan rancangan pre-post berdasarkan kkriteria metode motivational
pendekatan test dan posttest inklusi . intervensi interviewing dengan
spiritual only with control dilakukan selama 4 pendekatan spiritual.
terhadap group design. minggu dengan 2 kali
keputusasaan Teknik sampling pertemuan/minggu.
dan motivasi menggunakan acak Variabel independen
sembuh pasien sederhana. Sampel penelitian ini adalah
end stage renal penelitian berjumlah motivational
diseases yang 32 responden interviewing dengan
menjalani berdasarkan kriteria pendekatan spiritual.
hemodialisa inklusi. Variable dependennya
regular. adalah keputusasaan
dan motivasi sembuh.

2. Hubungan Sebanyak 122 orang Hasil penelitian Pada hasil penelitian


keputusasaan pasien diabetes menunjukkan bahwa dapat disimpulkan
dengan melitus tipe 2 di sebagian besar bahwa pentingnya
depresi pada Puskesmas Pauh reponden perempuan peran keluarga
pasien dan Puskesmas (68.9%) dan sebagian dalam pemberian
diabetes Andalas Padang besar berusia lansia dukungan pada
mellitus di ditetapkan sebagai akhir (61.5%). Lebih pasien diabetes
padang. sampel penelitian separuh responden mellitus terutama
dengan kriteria berpendidikan rendah pada pasien lansia.
inklusi tidak dan tidak bekerja
memiliki riwayat (57.4%). Sebagian
gangguan mood atau besar responden
gangguan jiwa, menderita penyakit
berusia dalam diabetes melitus
rentang 25 sampai kurang dari 5 tahun
65 tahun serta (67.2%) dengan
bersedia riwayat pengobatan
menandatangani yang terkontrol
format informed (82.2%) dan tidak ada
consent. ulkus (87.7%) namun
disertai dengan
adanya komplikasi
(57.4%).

F. DISKUSI
Setelah di diskusikan oleh kelompok untuk kasus dengan jurnal yang di dapatkan kedua
jurnal sama-sama efektif digunakan untuk menangani pasien dengan keputusasaan yang
membedakan hanya metode penelitian yang dilakukan. Intervensi MI membantu pasien
dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan berespon terhadap kelainan bentuk pikiran dan
kepercayaannya. Membantu pasien mengembangkan pola pikir yang rasional, terlibat dalam
uji realitas, dan membentuk kembali membentuk perilaku dengan mengubah pesan –pesan
internal.

G. KESIMPULAN
Intervensi MI dengan pendekatan spiritual berpengaruh terhadap penurunan keputusasaan
dan peningkatan motivasi sembuh pada pasien ESRD dengan HD regular.

H. DAFTAR PUSTAKA

DINY KUSUMAWARDANI, NIM.: 131614153070 (2018) PENGARUH


MOTIVATIONAL INTERVIEWING DENGAN PENDEKATAN SPIRITUAL TERHADAP
KEPUTUSASAAN DAN MOTIVASI SEMBUH PASIEN END STAGE RENAL DISEASE
YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER. Thesis thesis, Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai