Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

“PERILAKU KEKERASAN”

DOSEN PEMBIMBING :

WAHYU ENDANG SETYOWATI, SKM, M. KEP

DI SUSUN OLEH :

DINA HERLITA

40901800026

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang betujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan rindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman. (Kartika
Sari, 2017 : 137).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedangberlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang laindan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat,
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-
maki orang disekitarny, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain,
bahkan membakar rumah.

B. PENYEBAB
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan adalah :
- Teori biologis
a. Neurologic faktor
Beragam komponen dar system syaraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit,
akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif.
b. Genetic faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi potensi
perilaku agresif.
c. Cycardian rhythm
Irama sikardian memegang peran individu.
d. Faktor biokimia
Faktor biokimia tubuh seoerti neurotransmitter diotak conyohnya epineprin,
norepenieprin, dopamine dan serotonin sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui system persyarafan dalam tubuh.
e. Brain Area Disorder
Gangguan pada system limbic dan lobus temporal, sindrom otak, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. (Mukhripah Damaiyanti, 2012
: hal 100).

- Teori psikologis
a. Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang.
b. Imitation, modeling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bias berkembang dalam lingkungan yang
mentolelir kekerasan.
c. Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.
2. Faktor presipitasi
- Respon adaptif
Respon adaptif adalah rewspon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yang berlaku. Respon adaptif antara lain :
 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pda kenyataan
 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kemyataan
 Emosi konsisten dalam pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
 Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
 Hubungan social adalah proses suatu interaksi antara orang lain deangan
lingkungan.
- Respon Maladaptif
 Kelainan pikiran adalah kelainan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social
 Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik
 Perilaku tidakteroranisir merupakan suatu perilaku yang todak teratur.
(Mukripah Damaiyanti, 2012 : hal 97).

C. KLASIFIKASI
(-)

D. MANIFESTASI KLIINIK

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
Perawat dapat mengidentifikasikan dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan : (Mukhripah Damaiyanti, 2012 : hal 97) adalah sebagai berikut:
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Kartika Sari, 2015 : 138):
 Klien mengeluh perasaan erancam, marah dan dendam
 Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
 Klien mengungkapkan perasaan jengkel
 Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa
tercekik dan bingung
 Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan
 Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.

E. PATOFISIOLOGI
Stress, cemas, harga diri rendah dan bermasalah dapat menimbulkan
marah.Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal mapun
internal.Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilau konstruktif maupun
destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan konstruktif dengan kata-kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyaiti hati orang lain. Selain akan membberikan rasa
lega, ketegengan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilau
agresoif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah
berkepanjangan dan dapat ,menimbulkan amuk yang ditunjukkan pada diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. (Yosep, 2011).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
a. Medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
psikofarmakologi dan metode psikososial.
a) Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien
dengan perilaku kekerasan yaitu:
1. Psikofarmakologi
- Anti Cemas dan Sedatif Hipnotik
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepin
seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam
kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami effect dari
Benzodiazepin dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspirone obat anti cemas, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia dan ’developmental disability’.
- Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif
klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
b) Jenis- jenis terapi modalitas :
1. Psikoterapi
Psikotherapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
professional secara sukarela. Dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala- gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang
terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
2. Psikoanalisis psikoterapi
Terapi ini di kembangkan oleh Sigmund Freud, seorang dokter yang
mengembangkan “talking care”. Tetapi ini di dasarkan pada keyakinan bahwa
seorang terapis dapat meciptkan kondisi yag memungkinkan klien
menceritakan tentang masalah pribadinya. Perubahan perilaku dapat terjadi jika
klien dapat menemukan kejadian- kejadian yang disimpan dalam bawah
sadarnya.
3. Psikoterapi individu
Psikoterapi individu merupakan bentuk terapi yang menekankan pada
perubahan individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara berfikir, dan
perilakunya. Hal ini bertujuan agar klien mampu memahami diri dan perilaku
dirinya sendiri, membuat perubahan personal atau berusaha lepas dari rasa sakit
hati dan ketidakbahagiaan.
4. Terapi okupasi
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain.
5. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada
perilaku pasien dan untuk mengembangkan keterampilan emosional dan sosial.
6. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang di berikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
di lakukan pada klien dengan gangguan jiwa
a. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat- alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain harus di lakukan pada
kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku
klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku
maupun modifikasi lingkungan.
b. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus. Klien dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk
seklusi dapat berupa pengurungan di ruangan tidak terkunci sampai
pengurungan dalam ruangan terkunci.
c. ECT (Electro Convulsif Therapi)
ECT (Electro Convulsif Therapi) adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik
tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk erapi pada klien dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di tempelkan pada pelipis
klien untuk membangkitkan kejang grandmall.
d. Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi ini adalah dengan penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan
jiwa karena memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan, atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/ klien, meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptif.

A. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat dapat mengimplementasikan sebagai intervensi untuk mencegah prilaku agresif.
Iintervensi dapat melalui rentang intervensi perawat

Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan


Kesadaran diri Komunikasi Managemen kritis
Lingkungan Seclution
Pendidikan klien tindakan prilaku restrain
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa :

a. Strategi preventif
1. Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi.
2. Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah dengan tepat.
3. Latihann asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi :
1) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
2) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
3) Sanggup melakukan complain
4) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
2. Strategi antisipatif
- Komunikasi
Starategi berkomunikasi dengan klien prilaku agresif yaitu dengan bersikap tenang,
bicara tidak dengan konkrit, tunjukan rasa menghakimi, hindari intensitas kontak
mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasiilitas pembicaraan klien
dengan dengarkan klien, jangan terburu-buru menginterprestasikan dan jangan buat
janji yang tidak tepat.
- Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup
program yang dapat mengurangi prilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan
adaptasi sosialnya.
- Tindakan prilaku
a. Managemen kritis
b. Solution merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan menempatkan
klien dalam suatu ruangan dimana klien dapat keluar atas kemauannya sendiri
dan dipisahkan dengan pasien lain.
c. Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat manual untuk
membatasi gerakan fisik pasien menggunakan manset, sprey pengekangan.

E. FOKUS PENGKAJIAN
Data subjektif :
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
 Klien mengatakan dendan dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan meuntut
 Klien meremehkan
Data objektif :
 Mata melotot
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras.
F. DIAGNOSA
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
2. Harga diri rendah kronik

G. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Perilaku kekerasan

Halusinasi
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.


b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
1. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
3. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
4. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
5. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
6. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentangcara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara
dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

Diagnosa II: Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKANKEPERAWATAN


Masalah Utama : Perilaku Kekerasan
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
secara:
1) verbal
2) terhadap orang lain
3) terhadap diri sendiri
4) terhadap lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2) Obat
3) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
2) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
h. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal:
menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara
verbal.
i. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
j. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
k. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan
SP 1 Pasien :
1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK
yang dilakukan, akibat PK
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat,
verbal, spiritual
3. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan
fisik
SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik dan minum obatLatih cara
fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verba
SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal dan spiritual
SP 5 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat & verbal & spiritual. Beri pujian
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri
3. Nilai apakah PK terkontrol

Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga:
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK
(gunakan booklet)
3. Jelaskan cara merawat PK
4. Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik:
tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian

J. EVALUASI
- Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan
- Klien dapat membu=ina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengonrtol perilaku kekerasan
- Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
- Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. (Fitria, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Nuha Medika

Fitria, N. 2010.Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Dtrategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Lp Dan Sp).Jakarta : Salemba Medika

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Eko Prabowo. 2014. Konaep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Mukhripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa Samarinda : Refka Aditama

Sari, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Medika

Buku Praktikum Lab Kep.Jiwa Prodi D3 Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai