“PERILAKU KEKERASAN”
DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
DINA HERLITA
40901800026
D3 KEPERAWATAN
2020/2021
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang betujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan rindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman. (Kartika
Sari, 2017 : 137).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedangberlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang laindan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat,
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-
maki orang disekitarny, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain,
bahkan membakar rumah.
B. PENYEBAB
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan adalah :
- Teori biologis
a. Neurologic faktor
Beragam komponen dar system syaraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit,
akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif.
b. Genetic faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi potensi
perilaku agresif.
c. Cycardian rhythm
Irama sikardian memegang peran individu.
d. Faktor biokimia
Faktor biokimia tubuh seoerti neurotransmitter diotak conyohnya epineprin,
norepenieprin, dopamine dan serotonin sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui system persyarafan dalam tubuh.
e. Brain Area Disorder
Gangguan pada system limbic dan lobus temporal, sindrom otak, tumor otak,
trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. (Mukhripah Damaiyanti, 2012
: hal 100).
- Teori psikologis
a. Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang.
b. Imitation, modeling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bias berkembang dalam lingkungan yang
mentolelir kekerasan.
c. Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.
2. Faktor presipitasi
- Respon adaptif
Respon adaptif adalah rewspon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yang berlaku. Respon adaptif antara lain :
Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pda kenyataan
Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kemyataan
Emosi konsisten dalam pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
Hubungan social adalah proses suatu interaksi antara orang lain deangan
lingkungan.
- Respon Maladaptif
Kelainan pikiran adalah kelainan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social
Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik
Perilaku tidakteroranisir merupakan suatu perilaku yang todak teratur.
(Mukripah Damaiyanti, 2012 : hal 97).
C. KLASIFIKASI
(-)
D. MANIFESTASI KLIINIK
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
Perawat dapat mengidentifikasikan dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan : (Mukhripah Damaiyanti, 2012 : hal 97) adalah sebagai berikut:
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Kartika Sari, 2015 : 138):
Klien mengeluh perasaan erancam, marah dan dendam
Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
Klien mengungkapkan perasaan jengkel
Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa
tercekik dan bingung
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan
Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.
E. PATOFISIOLOGI
Stress, cemas, harga diri rendah dan bermasalah dapat menimbulkan
marah.Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal mapun
internal.Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilau konstruktif maupun
destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan konstruktif dengan kata-kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyaiti hati orang lain. Selain akan membberikan rasa
lega, ketegengan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilau
agresoif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah
berkepanjangan dan dapat ,menimbulkan amuk yang ditunjukkan pada diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. (Yosep, 2011).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
a. Medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
psikofarmakologi dan metode psikososial.
a) Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien
dengan perilaku kekerasan yaitu:
1. Psikofarmakologi
- Anti Cemas dan Sedatif Hipnotik
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepin
seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam
kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami effect dari
Benzodiazepin dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspirone obat anti cemas, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia dan ’developmental disability’.
- Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif
klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
b) Jenis- jenis terapi modalitas :
1. Psikoterapi
Psikotherapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
professional secara sukarela. Dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala- gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang
terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
2. Psikoanalisis psikoterapi
Terapi ini di kembangkan oleh Sigmund Freud, seorang dokter yang
mengembangkan “talking care”. Tetapi ini di dasarkan pada keyakinan bahwa
seorang terapis dapat meciptkan kondisi yag memungkinkan klien
menceritakan tentang masalah pribadinya. Perubahan perilaku dapat terjadi jika
klien dapat menemukan kejadian- kejadian yang disimpan dalam bawah
sadarnya.
3. Psikoterapi individu
Psikoterapi individu merupakan bentuk terapi yang menekankan pada
perubahan individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara berfikir, dan
perilakunya. Hal ini bertujuan agar klien mampu memahami diri dan perilaku
dirinya sendiri, membuat perubahan personal atau berusaha lepas dari rasa sakit
hati dan ketidakbahagiaan.
4. Terapi okupasi
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain.
5. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada
perilaku pasien dan untuk mengembangkan keterampilan emosional dan sosial.
6. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang di berikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
di lakukan pada klien dengan gangguan jiwa
a. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat- alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain harus di lakukan pada
kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku
klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku
maupun modifikasi lingkungan.
b. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus. Klien dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk
seklusi dapat berupa pengurungan di ruangan tidak terkunci sampai
pengurungan dalam ruangan terkunci.
c. ECT (Electro Convulsif Therapi)
ECT (Electro Convulsif Therapi) adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik
tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk erapi pada klien dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di tempelkan pada pelipis
klien untuk membangkitkan kejang grandmall.
d. Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi ini adalah dengan penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan
jiwa karena memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan, atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/ klien, meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptif.
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat dapat mengimplementasikan sebagai intervensi untuk mencegah prilaku agresif.
Iintervensi dapat melalui rentang intervensi perawat
a. Strategi preventif
1. Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi.
2. Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah dengan tepat.
3. Latihann asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi :
1) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
2) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
3) Sanggup melakukan complain
4) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
2. Strategi antisipatif
- Komunikasi
Starategi berkomunikasi dengan klien prilaku agresif yaitu dengan bersikap tenang,
bicara tidak dengan konkrit, tunjukan rasa menghakimi, hindari intensitas kontak
mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasiilitas pembicaraan klien
dengan dengarkan klien, jangan terburu-buru menginterprestasikan dan jangan buat
janji yang tidak tepat.
- Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup
program yang dapat mengurangi prilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan
adaptasi sosialnya.
- Tindakan prilaku
a. Managemen kritis
b. Solution merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan menempatkan
klien dalam suatu ruangan dimana klien dapat keluar atas kemauannya sendiri
dan dipisahkan dengan pasien lain.
c. Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat manual untuk
membatasi gerakan fisik pasien menggunakan manset, sprey pengekangan.
E. FOKUS PENGKAJIAN
Data subjektif :
Klien mengancam
Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
Klien mengatakan dendan dan jengkel
Klien mengatakan ingin berkelahi
Klien menyalahkan dan meuntut
Klien meremehkan
Data objektif :
Mata melotot
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras.
F. DIAGNOSA
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
2. Harga diri rendah kronik
G. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
Perilaku kekerasan
Halusinasi
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 Keluarga:
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK
(gunakan booklet)
3. Jelaskan cara merawat PK
4. Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik:
tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
J. EVALUASI
- Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan
- Klien dapat membu=ina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengonrtol perilaku kekerasan
- Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
- Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. (Fitria, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2010.Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Dtrategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Lp Dan Sp).Jakarta : Salemba Medika
Eko Prabowo. 2014. Konaep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Sari, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Medika