SNAKE BITE
Pendamping:
dr. Ironasia Maddolangan, M.M.kes
Nama : Tn. SP
MR : 34.07.26
Identitas Tanggal lahir : 04/11/1971 (51 tahun)
Alamat : Jl. G.Obos
Pasien Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Jaminan : BPJS/JKN
Tanggal Masuk : 07/04/2022
Ruang Rawat : IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
Anamnesis
keluhan utama: post tergigit ular
Kepala : Kesan normal, tidak ada deformitas, tidak ada benjolan, rambut berwarna hitam,
tersebar merata, dan tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik, pupil isokor bilateral, diameter
kanan maupun kiri 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Hidung : deviasi septum (-), hiperemis (-), edema (-), secret (-)
Mulut : mukosa bibir kering, stomatitis (-)
Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Pemeriksaan Fisik (3)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : - Batas jantung kiri di intercostalis IV midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan intercostalis IV garis parasternal dextra
- Batas jantung atas intercostalis II parasternal sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 normal; murmur (-); gallop (-)
Pemeriksaan Fisik (4)
Paru-paru
Inspeksi : Gerakan simetris saat statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi iga, tidak ada penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, ekspansi simetris, fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, tidak ada ronkhi, maupun wheezing +/+
Abdomen
Tampak flat, BU (+), soefl, defans muscular (-), nyeri tekan (+) epigastrium, timpani, shifting dullness (-), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas
akral hangat, capillary refill time < 2s, pitting edema (-)
Status lokalis
manus sinistra: terdapat 2 luka bekas gigi ular, merah (+), nyeri (+), edema (+)
Pemeriksaan Fisik (5)
Neurologis
Motorik :
5555/5555
5555/5555
Sensorik : dbn / dbn
Refleks Fisiologis : BPR (+2/+2), TPR (+2/+2), KPR (+2/+2), APR (+2/+2)
Refleks Patologis : Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Schaeffer (-/-), Gordon (-/-), Gonda
(-/-), Tromner (-/-), Hoffman (-/-)
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyebaran bisa ular sangat beragam, namun pada
umumnya gejala awal yang ditimbulkan adalah muntah, penurunan kesadaran, pingsan, pendarahan dari
bekas gigitan dan reaksi anafilaksis.
b) Pemeriksaan fisik
Dapat dimulai dari area gigitan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara umum dan spesifik. Pada
area gigitan ular dapat ditemukan pembengkakan, nyeri tekan palpasi, tanda drainase limfonodi, ekimosis, dan
tanda-tanda awal nekrosis (melepuh, perubahan warna, dan bau pembusukan).
Manifestasi klinis yang dapat di temukan pada pemeriksaaan fisik antara lain:
Vital sign: denyut nadi dan perbedaan tekanan darah saat duduk dan berdiri untuk melihat adanya postural drop
Kulit dan membran mukosa: ptekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan konjungtiva
Sulcus gingivalis: tanda perdarahan sistemik spontan
Hidung: epistaksis
Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai tanda pendarahan intrabdomen atau retroperitoneal
Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid otot
Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan warna urin yang gelap merupakan indikasi kuat terjadinya
rhabdomyolisis
Pada kasus gigitan ular yang terjadi pada ibu hamil dapat terjadi abortus, kelahiran prematur, dan pendarahan
antepartum/postpartum yang ditandai dengan pendarahan vaginal
Tatalaksana
pemasangan dua jalur intravena untuk memasukkan cairan infus dan jalur yang lain
disiapkan untuk keadaan darurat
Pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen,
elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah
Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan pemberian serum anti bisa ular
Pengukuran pada tempat gigitan perlu dinilai untuk mengetahui progresivitasnya
Kadang perlu dilakukan eksisi dan penghisapan bisa pada saat luka dibersihkan.
Saat ini masih diperdebatkan tentang tindakan operasi (fasciotomy) pada pasien
gigitan ular berbisa. Fasciotomy dilakukan bila ada edem yang makin luas dan
terjadi compartment syndrome (keadaan iskemik berat pada tungkai yang
mengalami revaskularisasi dan menimbulkan edem, disebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan keadaan hiperemia)
Pada semua kasus gigitan ular, perlu diberikan antibiotik spektrum luas untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka bekas gigitan ular
Serum Anti Bisa Ular (SABU)
Anti bisa ular diberikan melalui intravena jika memungkinkan, baik secara slow IV push
injection (maksimum 2 ml/menit) atau infus IV yang diencerkan dengan 5 ml cairan
isotonis per kgBB selama 30-60 menit.
Di Indonesia, dosis yang dianjurkan yaitu 2 vial SABU (10 ml) diencerkan dalam 100 ml
Normal Saline 0.9% kemudian drip 60-80 tetes per menit, dapat diulang setiap 6-8 jam.
Dianjurkan tersedia epinefrin untuk penanganan reaksi anafilaktik akibat administrasi anti
bisa ular. Pemberian secara intramuskular tidak direkomendasikan kecuali jika akses
intravena tidak memungkinkan.
Setelah pemberian pertama, observasi keadaan umum, perdarahan sistemik, serta gejala
neurotoksik. Pengulangan dosis awal dapat dilakukan jika ada gangguan koagulasi
persisten setelah 6 jam atau terdapat perdarahan setelah 1-2 jam serta timbul deteriorasi
neurotoksik atau kardiovaskular setelah 1 jam.
THANK YOU