Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

SNAKE BITE

oleh: dr. Resha Alinda


Dokter Internsip RSUD dr. Doris Sylvanus

Pendamping:
dr. Ironasia Maddolangan, M.M.kes
 Nama : Tn. SP
 MR : 34.07.26
Identitas  Tanggal lahir : 04/11/1971 (51 tahun)
 Alamat : Jl. G.Obos
Pasien  Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Swasta
 Jaminan : BPJS/JKN
 Tanggal Masuk : 07/04/2022
 Ruang Rawat : IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
Anamnesis
keluhan utama: post tergigit ular

Riw. Penyakit Sekarang:


Pasien datang di antar oleh anaknya, dengan keluhan nyeri dan terasa panas pada telapak tangan kiri setelah
tergigit ular sekitar 40menit yang lalu. Kejadian berawal dari ular yang masuk ke dalam rumah pasien
kemudian ditangkap oleh pasien dengan tangan kosong, kemudian saat dipegang ular tersebut tiba-tiba
menggigit tangan kiri pasien kemudian melepasnya. Sebelum ke RS tangan pasien sudah di lakukan bebat
tekan pada bagian tangan kirinya sebelum lokasi luka bekas gigitan ular.
 Riw. Penyakit Dahulu: HT(-), DM(-)
 Riw. Pengobatan: -
 Riw. Imunisasi: -
 Riwayat Intake:
Pola makan teratur (3x sehari). Menu makanan: nasi, ayam/ikan goreng,
terkadang telur, sayur dan buah
Riwayat Merokok dan Alkohol: Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada


 Riwayat Sosial: Pasien seorang pekerja swasta tinggal di rumah bersama istri
dan 1 orang anaknya
 Riwayat Sistemik: BAK dan BAB dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik (1)
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,60C
Saturasi : 100% Room Air
BB : 63 kg
TB : 171 cm
BMI : 22,3 kg/m2
Pemeriksaan Fisik (2)

Kepala : Kesan normal, tidak ada deformitas, tidak ada benjolan, rambut berwarna hitam,
tersebar merata, dan tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik, pupil isokor bilateral, diameter
kanan maupun kiri 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)

Hidung : deviasi septum (-), hiperemis (-), edema (-), secret (-)
Mulut : mukosa bibir kering, stomatitis (-)

Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Pemeriksaan Fisik (3)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
 Perkusi : - Batas jantung kiri di intercostalis IV midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan intercostalis IV garis parasternal dextra
- Batas jantung atas intercostalis II parasternal sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 normal; murmur (-); gallop (-)
Pemeriksaan Fisik (4)

Paru-paru
 Inspeksi : Gerakan simetris saat statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi iga, tidak ada penggunaan otot bantu napas
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, ekspansi simetris, fremitus kanan dan kiri sama
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, tidak ada ronkhi, maupun wheezing +/+
Abdomen
Tampak flat, BU (+), soefl, defans muscular (-), nyeri tekan (+) epigastrium, timpani, shifting dullness (-), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas
akral hangat, capillary refill time < 2s, pitting edema (-)
Status lokalis
manus sinistra: terdapat 2 luka bekas gigi ular, merah (+), nyeri (+), edema (+)
Pemeriksaan Fisik (5)
Neurologis
 Motorik :
 5555/5555
 5555/5555
 Sensorik : dbn / dbn
 Refleks Fisiologis : BPR (+2/+2), TPR (+2/+2), KPR (+2/+2), APR (+2/+2)
 Refleks Patologis : Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Schaeffer (-/-), Gordon (-/-), Gonda
(-/-), Tromner (-/-), Hoffman (-/-)

Rectal Touche : tidak dilakukan

Genitalia Eksterna : Laki-laki


Hasil Laboratorium (07 April 2022)
Parameter Hasil Nilai Normal
Leukosit 4.120 4.500 – 11.000 /µL
Hemoglobin 14,1 10,5 – 18,0 g/dl
Hematokrit 39 37 – 48 %
Trombosit 249.000 150.000 – 400.000 /µL
MCV 86,6 – 102,0 fl
MCH 25,6 – 30,7 pg
MCHC 28,2 – 31,5 g/dL
Eo/Bas/Neu/ 0-6/0-0,1/1,5-7,0/
Limf/Mon 1,0-3,7/0-14

GDS 122 <200mg/dL


Na / K / Ca 135 / 3,5 / 1,14 135-148 / 3,5-5,3 / 0,98-1,2
CT/BT 5”00 / 2”30 4-10 / 1-4
Ur / Cr 53 / 1,09 21-53 / 0,17-1,5
Diagnosis

 Vulnus morsum ec snake bite et regio manus sinistra


Tatalaksana
 inf. Ringer Laktat 20tpm
 inj. dexamethasone 3x5mg
 Inj. Diphenhydramine 1x30mg
 Inj. Tetagam 250UI
 Inj. Ceftriaxone 2x1gr
 Inj. Ketorolac 3x30mg
 Inf. SABU (Serum Anti Bisa Ular) 2vial dalam 500ml NS (habis dalam 1 jam)
 Rawat luka + spalk tangan + imobilisasi
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gigitan ular merupakan suatu masalah kegawatdaruratan medis yang dapat mengancam hidup
manusia, bisa ular mampu mengganggu fungsi pernapasan, menyebabkan gangguan perdarahan, fungsi
ginjal, serta merusak jaringan lokal yang menyebabkan terjadinya disabilitas permanen dan amputasi.
Menurut WHO, sekitar 5,4 juta orang mengalami gigitan ular setiap tahunnya, dan 2,7 juta
diantaranya adalah gigitan ular berbisa. Sekitar 81.000 hingga 138.000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat gigitan ular, dan tiga kali banyaknya amputasi dan disabilitas permanen disebabkan oleh gigitan
ular tiap tahunnya
Patofisiologi
Diagnosis
a) Anamnesis
Terdapat 4 pertanyaan awal yang sangat baik untuk digunakan:
1. Dimana (di bagian tubuh) Anda yang digigit? Tunjukkan tempatnya
2. Kapan Anda digigit? Dan apa yang sedang Anda kerjakan ketika digigit?
3. Seperti apa bentuk ular yang menggigit Anda? Apakah ada yang memotretnya?
4. Bagaimana perasaan Anda saat ini?

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyebaran bisa ular sangat beragam, namun pada
umumnya gejala awal yang ditimbulkan adalah muntah, penurunan kesadaran, pingsan, pendarahan dari
bekas gigitan dan reaksi anafilaksis.
b) Pemeriksaan fisik
Dapat dimulai dari area gigitan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara umum dan spesifik. Pada
area gigitan ular dapat ditemukan pembengkakan, nyeri tekan palpasi, tanda drainase limfonodi, ekimosis, dan
tanda-tanda awal nekrosis (melepuh, perubahan warna, dan bau pembusukan).

Manifestasi klinis yang dapat di temukan pada pemeriksaaan fisik antara lain:
 Vital sign: denyut nadi dan perbedaan tekanan darah saat duduk dan berdiri untuk melihat adanya postural drop
 Kulit dan membran mukosa: ptekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan konjungtiva
 Sulcus gingivalis: tanda perdarahan sistemik spontan
 Hidung: epistaksis
 Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai tanda pendarahan intrabdomen atau retroperitoneal 
 Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid otot
 Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan warna urin yang gelap merupakan indikasi kuat terjadinya
rhabdomyolisis
 Pada kasus gigitan ular yang terjadi pada ibu hamil dapat terjadi abortus, kelahiran prematur, dan pendarahan
antepartum/postpartum yang ditandai dengan pendarahan vaginal
Tatalaksana
 pemasangan dua jalur intravena untuk memasukkan cairan infus dan jalur yang lain
disiapkan untuk keadaan darurat
 Pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen,
elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah
 Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan pemberian serum anti bisa ular
 Pengukuran pada tempat gigitan perlu dinilai untuk mengetahui progresivitasnya
 Kadang perlu dilakukan eksisi dan penghisapan bisa pada saat luka dibersihkan.
Saat ini masih diperdebatkan tentang tindakan operasi (fasciotomy) pada pasien
gigitan ular berbisa. Fasciotomy dilakukan bila ada edem yang makin luas dan
terjadi compartment syndrome (keadaan iskemik berat pada tungkai yang
mengalami revaskularisasi dan menimbulkan edem, disebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan keadaan hiperemia)
 Pada semua kasus gigitan ular, perlu diberikan antibiotik spektrum luas untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka bekas gigitan ular
Serum Anti Bisa Ular (SABU)
 Anti bisa ular diberikan melalui intravena jika memungkinkan, baik secara slow IV push
injection (maksimum 2 ml/menit) atau infus IV yang diencerkan dengan 5 ml cairan
isotonis per kgBB selama 30-60 menit.
 Di Indonesia, dosis yang dianjurkan yaitu 2 vial SABU (10 ml) diencerkan dalam 100 ml
Normal Saline 0.9% kemudian drip 60-80 tetes per menit, dapat diulang setiap 6-8 jam.
 Dianjurkan tersedia epinefrin untuk penanganan reaksi anafilaktik akibat administrasi anti
bisa ular. Pemberian secara intramuskular tidak direkomendasikan kecuali jika akses
intravena tidak memungkinkan.
 Setelah pemberian pertama, observasi keadaan umum, perdarahan sistemik, serta gejala
neurotoksik. Pengulangan dosis awal dapat dilakukan jika ada gangguan koagulasi
persisten setelah 6 jam atau terdapat perdarahan setelah 1-2 jam serta timbul deteriorasi
neurotoksik atau kardiovaskular setelah 1 jam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai