Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

FAMILY HEALTH CARE PROJECT

DIABETES MELITUS TIPE II TIDAK TERKONTROL DISERTAI HIPERTENSI DAN DISLIPIDEMIA


PADA WANITA USIA 61 TAHUN DENGAN FAKTOR RISIKO MENOPAUSE SERTA TINGKAT
EKONOMI DAN PENGETAHUAN YANG KURANG

NAMA : RESHA ALINDA


NIM : 180070200011035
PUSKESMAS : KENDAL KEREP
PEMBIMBING KLINIK : dr. Dini Titisari
SUPERVISOR : dr. Indriati Dwi Rahayu, M.Kes

DEPARTEMEN KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FEBRUARI 2020
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

IDENTITAS PASIEN
No kasus / RM : 020428
Nama Lengkap : M Jenis Kelamin: Perempuan
Tanggal Lahir : 31 Januari 1959 Umur: 61 tahun
Alamat : Jl. Gatot Subroto gang III no. 2923
No Telp / No HP : 082332868372
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Jika pasien adalah bayi/ balita
Nama Ayah :
Tanggal lahir / umur :
Alamat :
No Telp / No HP :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Nama Ibu :
Tanggal lahir / umur :
Alamat :
No Telp / No HP :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Jika data didapatkan dari orang lain (heteroanamnesis)
Nama lengkap : Jenis Kelamin :
Tanggal lahir : Umur :
Alamat :
No Telp / No HP :
Hubungan dengan pasien :

ALASAN KEDATANGAN : Kontrol rutin gula darah, tekanan darah, dan kolesterol
ANAMNESIS / RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Pasien datang ke Puskesmas Kendal Kerep untuk kontrol rutin gula darah, tekanan darah dan
kolesterolnya. Selain itu pasien mengeluh bahwa dalam waktu terakhir ini sering sakit kepala bagian
belakang, rasanya seperti ditimpa benda berat, hilang timbul tidak membaik dengan istirahat.
Pasien juga mengeluh sering merasa tegang dan kaku pada bagian lehernya, serta seluruh jari
tangan dan kaki nya sering kesemutan dan terkadang terasa sakit (njarem) terutama pagi hari.
Pasien berharap agar dapat diberikan obat agar sakit kepalanya berkurang, selain obat rutin yang
ia dapatkan. Selama ini pasien sudah mengkonsumsi obat untuk kencing manis, tekanan darah
tinggi, dan kolesterolnya namun pasien tidak teratur meminumnya, terkadang lupa karena pasien
tinggal sendiri di rumahnya tidak ada yang mengingatkan.
ANAMNESIS / RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN PENGOBATANNYA
- Pada tahun 2005 pasien pernah di diagnose menderita DM saat Medical check up untuk
kepentingan beliau saat hendak pergi bekerja sebagai TKW, lalu mendapatkan obat namun
setelah obat habis pasien tidak lanjut kontrol karena merasa tidak ada keluhan.
- Tanggal 13 September tahun 2018 pasien datang memeriksakan diri ke Puskesmas Kendal
Kerep karena merasa kepalanya pusing berputar dan beberapa waktu terakhir sangat
merasa haus serta BB turun. Saat itu TD pasien tinggi namun tidak didapatkan riwayat HT

1
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

sebelumnya maupun pada keluarga pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan lab dan
didapatkan bahwa GDA dan kolesterol pasien tinggi. Saat itu pasien didiagnosa dengan
vertigo, DM, dan hiperkolesterolemia serta mendapatkan pengobatan sesuai diagnose saat
itu dan diminta kontrol 2 minggu kemudian namun pasien tidak datang kembali karena
merasa keluhannya sudah berkurang.
- Tanggal 18 Desember 2018 pasien datang dengan keluhan kepala mumet, pusing
berkunang, badan lemas, dan jari tangan serta kakinya sering kesemutan. Saat itu pasien
diperiksakan gula darah serta kolesterolnya dan hasilnya tinggi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah pasien tinggi. Pasien menerima pengobatan
untuk vertigo, DM, HT, dan hiperkolesterolemia nya serta diminta untuk rutin kontrol lagi
1 bulan berikutnya, namun masih saja pasien tidak kembali.
- Pasien baru datang kembali bulan April 2019, selama itu hingga tahun 2019 pasien tidak
rutin datang untuk kontrol tiap bulan, hanya datang sesekali jika merasa ada keluhan.
Hingga pada 10 Desember 2019 dan sampai saat ini tahun 2020, pasien baru mengaku sadar
bahwa dirinya benar-benar harus rutin kontrol tiap bulan karena gula darah, kolesterol,
serta tekanan darahnya sangat tidak terkontrol dan keluhan semakin sering dirasakan
beliau.
- Selain ketiga penyakitnya tersebut, pada April tahun 2019 tersebut, pasien juga
mengeluhkan pandangannya kabur pada mata kiri dan kanan, berdasarkan pemeriksaan
pasien menderita katarak dan mendapatkan rujukan ke RST Supraoen. Disana pasien MRS
sebanyak 2x saat operasi katarak pada kedua matanya dengan jarak waktu operasi 1 bulan
mata kiri dan kanan.
- Mengenai kepatuhan minum obatnya, pasien seringkali lupa minum obat selain itu juga
karena pasien tinggal sendiri jadi tidak ada orang yang memperhatikan kepatuhannya
dalam mengonsumsi obat. Tiap kali pasien lupa minum obat, semisal malam hari beliau
terbawa tidur malam lalu baru ingat keesokan harinya, lalu pasien berusaha kembali sesuai
jamnya untuk minum obat. Atau kadang kala beliau ingat namun jam minum obatnya sudah
terlewat.

ANAMNESIS / RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara.
Nama / Inisial Jenis Hub dg Hidup / Usia / Usia saat Riwayat penyakit / sebab
kelamin Px Meninggal meninggal kematian
(tahun)
Tn. J L Suami Meninggal 43 th asma
Tn. A (Ayah) L Ayah Meninggal 35 th pasien tidak mengetahui
secara pasti sebab
kematian alm. Suaminya
(diperkirakan karena
stroke)
Ny. B (Ibu) P Ibu Meninggal 62 th pasien tidak mengetahui
secara pasti sebab
kematian alm. Ibu nya
Tn. P L Kakak Meninggal 35 th Demam tinggi (pasien tidak
mengetahui secara pasti
sebab kematian alm.
Kakaknya)

2
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Pasien memiliki 5 anak


Anak ke- Nama / Jenis Hidup / Usia / Usia saat Riwayat penyakit / sebab
Inisial kelamin Meninggal meninggal kematian
(tahun)
1 C L Meninggal 20 hari Sakit (pasien tidak mengetahui
penyebab kematian anaknya)
2 D P Meninggal 8 bulan Sakit (pasien tidak mengetahui
penyebab kematian anaknya)
3 T L Hidup 44 tahun -
4 E P Meninggal 9 bulan Sakit (pasien tidak mengetahui
penyebab kematian anaknya)
5 ? ? Meninggal UK 2 bulan Abortus

Apabila pasien tinggal serumah dengan orang lain selain keluarga diatas:
Nama / Inisial Jenis Hub dg Hidup / Usia / Usia saat Riwayat penyakit / sebab
kelamin Px Meninggal meninggal kematian
(tahun)

Pasien tinggal seorang diri di rumahnya. Anak pasien, Tn. T tinggal di rumah yang berbeda dengan
pasien karena sudah berkeluarga. Namun biasanya sore hari Tn. T menengok ibunya dan hamper
setiap akhir pekan Tn. T menemani pasien menginap di rumah pasien.

Riwayat Reproduksi (terutama untuk pasien perempuan)


- Haid pertama pasien pada usia 15 tahun
- Riw. Penggunaan alat kontrasepsi kb: -
- Saat ini pasien sudah menopause (sejak 15 tahun yang lalu)
- Riwayat haid pasien normal, teratur tiap bulan dengan siklus 25 hari
- Riwayat kehamilan:
P4001 Ab100
Riwayat Nutrisi & Riwayat Imunisasi
Kebiasaan makan pasien:
Karena kondisi ekonomi yang terbatas, sehari-hari pasien makan nasi dengan lauk seadanya seperti
tahu tempe, terkadang ayam serta sayuran seadanya seperti sawi hijau. Pasien makan 1-2x sehari,
pagi hari sekitar jam 07.00, siang sekitar jam 13.00, atau terkadang malam hari sekitar jam 22.00
jika benar-benar merasa lapar karena pasien sering merasa mual sehingga tidak terlalu napsu
makan. Di sela jam makannya pasien sering minum teh panas manis dengan roti seadanya. Menurut
pasien, ia telah mengurangi porsi nasi nya sesuai anjuran dokter namun pasien tidak begitu
mengetahui bahwa sumber gula selain nasi seperti teh manis dan roti dari yang sering ia konsumsi.

Riwayat imunisasi:
Pasien tidak ingat tentang riwayat imunisasinya.
Riwayat Pekerjaan / jenis aktifitas harian (apabila dicurigai diagnosis berhubungan dengan
pekerjaan)
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-hari pasien
menerima jasa jika ada orang yang memerlukannya untuk melakukan pekerjaan rumah, setrika
pakaian, atau mengasuh anak namun tidak menetap hanya bekerja paruh waktu saja dan tidak
terikat. Selain itu jika tidak ada panggilan untuk bekerja, pasien hanya berdiam di rumah saja

3
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

melakukan pekerjaan rumah atau sesekali menyirami tanaman di depan rumahnya. Waktu istirahat
pasien malam hari tidak menentu, terkadang jam 22.00 terkadang jam 23.00 atau bahkan jam 00.00
karena pasien merasa ia sukar sekali tidur malam hari. Pasien biasa tidur malam hari di depan
televisi di ruang tamu, bukan di kamar karena menurut pasien ia sering merasa sepi jadi rasa sepinya
cukup berkurang apabila ia tidur di depan televisi. Bangun pagi hari pasien selalu jam 05.00 atau
bahkan seringkali seusai sholat subuh beliau langsung bangun dan tidak bisa tidur lagi, langsung
melakukan aktivitas biasa saja sehari-hari.
RIWAYAT PERSONAL SOSIAL
Pasien tinggal di kawasan padat penduduk dan higieinitas yang kurang baik, yaitu di
pemukiman yang jarak antar rumahnya sangat berdempetan dan tidak memiliki tempat yang
teratur untuk dapur hingga tempat menjemur pakaian. Mengenai pola makannya, pasien biasa
makan 1-2 kali sehari terkadang 3x dengan menu makanan seperti: nasi putih, tahu-tempe goreng,
kadang ayam, dan sayuran. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan dan minum minuman
manis, seperti teh manis dan roti.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal seorang diri dirumahnya. Pasien memiliki
5 orang anak. 4 orang anaknya meninggal dunia, hanya tinggal 1 orang yang masih hidup hingga
saat ini. Anak pertama pasien meninggal dunia saat usia 20 hari karena demam namun pasien tidak
mengetahui secara jelas sebab kematian anaknya. Demikian pula halnya dengan anak pasien yang
kedua yang meninggal saat usia 8 bulan, anak ke empatnya yang meninggal saat usia 9 bulan, dan
pada kehamilan anak kelima pasien mengalami keguguran saat usia kehamilan 2 bulan.
Semenjak kematian beberapa orang anaknya dan suami pasien pada tahun 90’an yang
beliau tidak ingat jelas tanggal kematian suaminya tersebut, yang pasien ingat hanya suaminya
meninggal akibat asma menahun yang telah diderita alm. Selama ini pasien hanya hidup dengan
anaknya saja yaitu tn. T, itupun tidak di tempat tinggal yang sama karena tn. T telah berkeluarga
dan memiliki tempat tinggal sendiri bersama istri serta 3 orang anaknya. tn. T pernah mengajak
pasien untuk tinggal bersama keluarganya agar tidak tinggal sendiri, namun pasien tidak ingin
merepotkan anaknya tersebut dengan keluarganya, selain itu hubungan pasien dengan
menantunya kurang baik, sehingga terdapat sedikit kesenjangan hubungan antar keduanya terakit
permasalahan ekonomi, hal tersebut semakin memperkuat alasan pasien untuk tetap tinggal
sendiri dirumahnya daripada harus tinggal di rumah anaknya tersebut.
Keseharian pasien hanya berinteraksi dengan para tetangga sekitar rumahnya saja,
mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan dilingkungan rumahnya, bakti sosial, hingga sesekali
mengikuti kunjungan duka ke rumah kerabat. Pasien memang tidak memiliki pekerjaan tetap,
namun ia menerima jasa jika ada orang yang memerlukannya untuk melakukan pekerjaan rumah,
setrika pakaian, atau mengasuh anak namun tidak menetap hanya bekerja paruh waktu saja dan
tidak terikat. Hal ini membuat pasien tidak memiliki sumber penghasilan yang tetap pula. Aktivitas
pasien dirumah ketika tidak ada panggilan untuk bekerja, pasien hanya membereskan rumah,
menyirami tanaman, dan tidur. Sesekali pasien berkunjung ke rumah anaknya di Gondanglegi untuk
bertemu melihat cucu-cucunya dan setelah itu kembali pulang kerumahnya.
Saat ini tn. T, sedang tidak memiliki pekerjaan tetap sesekali pasien diajak oleh kerabat
ibunya (pasien) untuk bergabung bekerja untuk memotret wedding event namun pekerjaan ini tidak
selalu ada (tidak pasti), hal ini membuat pasien selalu terpikir akan anaknya tersebut. 6 bulan
terakhir ini tn. T ditinggal oleh istrinya untuk bekerja sebagai TKW keluar negri demi untuk
membiaya kehidupan keluarga mereka dan tn. T harus tinggal dan menjagai anak-anak mereka. Hal
ini menambah kesedihan hati pasien dan pasien mengaku bahwa seringkali terpikir akan anaknya
tersebut namun ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong anaknya tersebut.
Pasien tidak memiliki keluarga yang lain yang ia kenal, ia hanya hidup berdua dengan
seorang anaknya itu saja. Sehingga yang memperhatikan dirinya hanya anaknya itu saja, yang
perduli waktu kontrol serta mengantarkan pasien ke puskesmas hanyalah tn. T. namun karena tidak

4
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

tinggal satu rumah, tn. T juga tidak bisa konsisten untuk memperhatikan kepatuhan pasien dalam
mengonsumsi obat-obatannya.
REVIEW SISTEM
Kepala: Demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), penurunan penglihatan ODS +/+, mata Merah (-),
batuk (-), bersin-bersin dipagi hari (-), penurunan pendengaran (-)
Leher: ruam (-), massa (-), nyeri telan (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax: Sesak (-), nyeri dada (-), nyeri punggung (-)
Abdomen: Nyeri perut (-), Sembelit (-), Gatal (-), mual (-), muntah (-)
Ekstremitas Atas: Kesemutan (+), nyeri (-), Gatal (+) akibat mengkonsumsi OAT
Ekstremitas Bawah: Kesemutan (+), nyeri pada telapak kaki dan pergelangan kaki (terasa tajam
terutama pagi hari) (+)
BAB lancar dalam batas normal
BAK lancar dalam batas normal
ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS)
Persepsi pasien : Pasien tahu mengenai sakit yang dideritanya namun ia merasa terkadang
tidak dapat memenuhi kebutuhan akan penyakitnya karena terkendala
ekonomi yang kurang. Selain itu pasien tahu bahwa ia seringkali lupa
meminum obatnya karena tidak ada yang mengingatkan, tetapi ia tetapa
berusahan untuk agar tidak lupa meminum obatnya.
Harapan : Pasien ingin sekali sembuh, ia berharap dengan rutin kontrol ke puskesmas
dan membawa pulang obat-obatan serta mengonsumsinya ia dapat
sembuh dari penyakitnya.
Kekhawatiran : Pasien kurang terlihat merasa khawatir akan penyakitnya karena
ketidaktahuannya mengenai berbagai komplikasi dari penyakit yang
dideritanya, namun yang pasti ia hanya ingin sembuh.
Upaya pasien : Sebelum rutin kontrol ke puskesmas Kendal Kerep pasien rutin mengikuti
saran dari keluarganya (terapi empiris) dengan meminum jamu-jamuan
dengan harapan dapat sembuh dari sakitnya.

5
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESMENT)


1. Genogram Keluarga (Family Genogram)

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal satu rumah


 : DM  : Gastritis
 : Hipertensi X : Meninggal
 : hiperlipidemia

2. Bentuk Keluarga (Family structure)


Keluarga Orang Tua Tunggal (single parent family)

3. Tahapan siklus keluarga (Family Life Cycle)


Tahap VII Middle-age family (emptiness to retirement)

4. Skor APGAR keluarga (Family Apgar Score)

Hampir
Hampir Kadang-
tidak
Kriteria selalu kadang
pernah
(2) (1)
(0)
Saya merasa puas karena saya dapat meminta pertolongan √
kepada keluarga saya ketika saya menghadapi permasalahan

Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membahas √


berbagai hal dengan saya dan berbagi masalah dengan saya

Saya merasa puas karena keluarga saya menerima dan √


mendukung keinginan-keinginan saya untuk memulai
kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya.

6
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Saya merasa puas dengan cara keluarga saya √


mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi perasaan-
perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan dan cinta.

Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan saya √


berbagi waktu bersama.

Skor Total 6

Family Apgar Score dari keluarga pasien = 6  termasuk dalam fungsi keluarga Disfungsional
sedang

Skor: Intepretasi Skor:


Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat

5. Penilaian SCREEM keluarga (Family SCREEM Score)

Aspek SCREEM Patologis


Social -
Cultural -
Religion -
Education Pemahaman pasien masih sangat kurang mengenai penyakitnya,
menurutnya selama tidak ada keluhan, dirinya baik-baik saja. Pasien merasa
telah mengurangi jumlah nasinya namun ia malah tidak makan teratur dan
menggantinya dengan minum teh panas manis dengan roti.
Economic Kondisi ekonomi yang kurang akibat tidak ada penghasilan tetap, pasien
seringkali makan seadanya membuat makanan yang dikonsumsinya tidak
terkontrol dan berakibat pada keparahan penyakit yang dideritanya.
Medical -

6. Perjalanan hidup keluarga (Family Life Line)

Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness


(Tahun)
1979 20 Anak pertama pasien meninggal dunia Demam
1980 21 Anak kedua pasien meninggal dunia Demam
1985 26 Anak ke empat pasien meninggal dunia Demam
1988 29 Pasien mengalami keguguran
1990 31 Suami pasien meninggal dunia Asma
.
7. Family Coping Score
4, minimal participation: pasien bersedia untuk menjalankan advis dari dokter, tetapi
masih membutuhkan arahan terus menerus agar rutin konsumsi obatnya dan tidak lupa-
lupa.

7
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan : Baik
Umum

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/70 mmHg


Nadi : 81 x/menit
Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,4 C

4. Antropometri

Tinggi Badan : 145 cm Indeks Massa Tubuh (IMT): 20,5 (Normal)


Berat Badan : 43 kg
Lingkar kepala : tde cm

Lingkar Pinggang : tde Waist-Hip Ratio: tde


Lingkar Panggul : tde
Lingkar Lengan Atas : tde Status Gizi: baik

5. Pemeriksaan Umum

Kulit : Pucat (-), rash (-)


Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran KGB
Otot : Atrofi (-), hipertrofi (-)
Tulang : Deformitas (-)
Sendi : Arthritis (+)

6. Pemeriksaan Khusus

Kepala : Normosefal
Mata : Ptosis (-), lagophthalmus (-), strabismus (-), anemis (-), konjungtivitis (-),
Hidung : Deviasi septum (-)
Mulut & Gigi : Stomatitis (-)
Tenggorokan : Nyeri telan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

KEPALA

Inspeksi Anemis -/- ; Ikterik -/- ; pupil bulat isokor (3


mm/3 mm), reflek cahaya +/+
LEHER

Inspeksi Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)


Palpasi Pembesaran kelenjar limfe -/-

8
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

THORAX
a. Pulmo

Inspeksi : Gerakan statis & dinamis D=S


Palpasi: Stem Fremitus D=S

Perkusi : sonor sonor


sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi : V V Rh - - Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
b. Jantung
Inspeksi Iktus invisible
Palpasi Iktus palpable at ICS V MCL S
Perkusi LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D
Auskultasi S1S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN

Inspeksi flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), rash (-),
massa (-)
BU (+) Normal
Auskultasi
Liver span 8 cm, traube’s space timpani,
Perkusi
shifting dullness (-)
Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien
Palpasi tidak teraba
EKSTREMITAS

Superior Akral hangat, Edema -/-, CRT <2’


Inferior Akral hangat, Edema -/-, CRT <2’

Anogenital: tidak di evaluasi.


Ekstremitas:

Akral Hangat Hangat Hangat Hangat


Kanan atas Kiri atas Kanan bawah Kiri bawah
Gerakan 5 5 5 5
Tonus ++ ++ ++ ++
Trofi - - - -
Refleks Fisiologis - - - -
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas N N N N
Meningeal Signs Kaku kuduk (-), kernig (-), Brudzinski I-IV (-)

9
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Pemeriksaan Fisik Tambahan: -

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : - September 2018: GDA=182; kolest.= 228; TD= 145/88
- April 2019: GDA= 211, TD= 150/86
- Oktober 2019: GDA= 414; kolest.= 175; TD= 155/99
- November 2019: GDA= 166; TD= 150/89
- Desember 2019: GDP= 315; TD= 141/76
- Februari 2020: GDA= 188; TD= 162/93
Radiologi : -
Lainnya : -

KUNJUNGAN RUMAH

10
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kondisi rumah:

Rumah yang ditinggali oleh pasien merupakan hak kepemilikan beliau. Pasien telah membelinya
sejak lama sekitar tahun ’72. Lingkungan rumah antar penduduk sangatlah padat dan terlihat cukup
lembab. Rumah pasien berlantai 2 namun tingkat atasnya hanya terbentuk dari kayu, bukan semen.
Rumahnya Nampak cukup kecil dengan penataan ruang yang cukup tertata namun terkesan kurang
bersih. Di rumah pasien memiliki 3 jendela di ruang tamu serta 2 jendela pada bagian belakang,
terdapat pula ventilasi dengan sejumlah 6 buah menunjukkan bahwa sirkulasi udara di rumah
tersebut sudah cukup baik. Kamar mandi pasien cukup kecil dengan posisi di lantai atas, bukan di
lantai 1 sehingga setiap hari jika hendak ke kamar mandi pasien harus naik terlebih dahulu ke lantai
2.

Karakteristik Tempat Tinggal

Luas bangunan rumah : 2,5x7m2

Jumlah orang dalam satu rumah : 1 orang

Luas halaman rumah : tidak ada halaman rumah

Dengan 2 lantai

Lantai rumah dari: keramik

Dinding rumah dari: tembok

Penerangan di dalam rumah


Jendela: ada; 3 buah di ruang tamu
Listrik: ada

Ventilasi
Kelembapan rumah: cukup baik
Bantuan ventilasi di dalam rumah: 4 ventilasi diruang tengah

Kebersihan di dalam rumah: kurang bersih

Tata letak Barang dalam rumah: cukup teratur

Sumber air air minum dari: PDAM


Sumber air untuk masak : air PDAM
Sumber air untuk cuci dan mandi : air PDAM

Kamar Mandi Keluarga: 1 buah (di lantai 2), 1 x 0,5 m2, kondisi cukup kotor.

Jamban: -
Bentuk jamban: -

Tempat sampah: tidak ada (hanya menggunakan kantong plastic untuk menampung sampah)
Kesan kebersihan lingkungan pemukiman: tidak bersih

Kendaraan: tidak ada

11
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Denah Rumah:

Lingkungan sekitar rumah:


Lingkungan rumah pasien sangat berdempetan antar rumah, dengan kondisi yang cukup tidak rapi.
Higienitas sangat kurang, dapur rumah warga ada yang di depan rumah karena keterbatasan luas
rumah, berdampingan dengan jemuran pakaian serta ada beberapa rumah yang memiliki hewan
peliharaan seperti burung yang sarangnya di gantung di depan rumah termasuk rumah pasien. Tidak
tampak adanya pengaturan pembuangan limbah maupun sampah yang baik dilingkungan rumah
pasien, saluran air (selokan) hanya ada di beberapa rumah saja, ada yang salurannya buntu karena
tidak di teruskan. Sedangkan untuk sumber air, dominasi masyarakat disekitar rumah pasien
tersebut menggunakan PDAM. Disekitar rumah pasien maupun tetangganya masih banyak terlihat
barang-barang yang tidak tertata rapi dan berisiko menjadi tempat tertampungnya air apabila hujan
(contoh: kaleng, ember tidak terpakai di sekitar rumah).

12
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

MANDALA OF HEALTH

13
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ANALISIS YANG MENDASARI PENEGAKAN DIAGNOSIS


1. Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, protein
maupun lemak akibat insulin yang tidak dapat bekerja secara optimal dalam memecah glukosa
dalam darah, atau akibat jumlah insulin yang dihasilkan tidak memenuhi kebutuhan. Gangguan
metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu: pertama, karena kerusakan pada sel-sel
beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri; yang kedua karena
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas, atau yang ketiga karena adanya kerusakan
pada reseptor insulin di jaringan perifer. Menurut Perkeni 2019, diabetes mellitus diklasifikasikan
menjadi bebrapa jenis yaitu seperti dibawah ini:

Diagnosis DM tipe 2 juga dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan kadar glukosa
darah. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl pada
pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial dan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan
keluhan klasik DM adalah ketentuan untuk. Menurut WHO 2016, DM tipe 2 dapat didiagnosis
berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah. Ketentuan mendiagnosis DM tipe 2 menggunakan
kadar glukosa darah dibuat oleh oleh WHO dan Perkeni. Pemeriksaan kadar glukosa darah dan
pemeriksaan kadar C-Peptide dapat dilakukan untuk mendiagnosis DM tipe 2. Kadar C-peptide
pada penderita DM tipe 2 yang baru didiagnosis cenderung tinggi dibandingkan dengan kondisi
tidak menderita DM dan DM tipe 1. Faktor risiko DM tipe 2 dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu faktor risiko sosiodemografi, perilaku dan gaya hidup dan keadaan klinis dan mental. Faktor
risiko sosiodemografi diabetes melitus tipe 2 adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan. Aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah, asap rokok dan alkoholisme termasuk ke
dalam faktor risiko pola hidup pada diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh, lingkar perut,
tekanan darah, kadar kolesterol dan stress adalah faktor risiko kondisi klinis dan mental diabetes
melitus tipe 2. Selain itu, ada juga faktor risiko riwayat kesehatan keluarga terutama riwayat
diabetes melitus.
American Diabetes Association (ADA) Guidelines menyebutkan kriteria diagnosis diabetes
mellitus tipe 2 adalah jika memenuhi salah satu kriteria berikut :
 Gula Darah Acak (GDA) >200 mg/dL (11,1 mmom/L) dan gejala klasik DM. Gula darah sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan
terakhir.
 Gula Darah Puasa (GDP) >126 mgdl (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan minimal selama 8 jam.

14
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

 Gula Darah 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (GD 2jam TTGO) >200 mg/dL (11,1
mmol/L). TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa setara 75 gram
glukosa anhidrosa yang dilarutkan dalam air, setelah pasien berpuasa selama 8 jam.
 HbA1C ≥ 6,5%. Pemeriksaan ini harus dilakukan di laboratorium yang telah terstandardisasi.

Berikut ini merupakan algoritma tatalaksana DM tipe 2 menurut perkeni 2015:

Pada pasien ini di kategorikan sebagai Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Menopause
Menurut suatu penelitian, prevalensi sindrom metabolik dapat meningkat tajam setelah
terjadinya menopause, dibandingkan pada wanita usia reproduksi. Sindrom metabolik memiliki
asal patogenetik dalam resistensi insulin dan ditandai oleh metabolisme glukosa abnormal,
hipertensi, obesitas sentral dan dislipidemia. Di luar perubahan metabolisme yang dipicu oleh
menopause, studi eksperimental menunjukkan bahwa konsentrasi E2 juga menurun,
penurunan aktivitas reseptor-α estrogen (ERα) dapat menyebabkan resistensi insulin dalam
jaringan perifer Sel β pankreas harus mengkompensasi resistensi insulin untuk
mempertahankan homeostasis glukosa. Mengingat perubahan metabolisme yang merugikan
terkait dengan transisi menopause, menopause dikaitkan dengan peningkatan risiko DM tipe 2.
Studi Kesehatan Wanita di Seluruh Bangsa (SWAN) menunjukkan bahwa konsentrasi E2 yang
lebih rendah menghasilkan risiko 47% lebih tinggi dari DM tipe 2 selama transisi menopause.
Temuan ini berbeda dari hasil awal, yang menunjukkan bahwa disregulasi glukosa yang diamati
selama menopause dikaitkan dengan usia dan tidak dengan penurunan fungsi ovarium.
Selanjutnya, Investigasi Prospektif Eropa ke Kanker (EPIC) -InterAct, setelah mengikuti wanita
selama 11 tahun, menunjukkan bahwa menopause sebelum usia 40 tahun dikaitkan dengan

15
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

risiko DM tipe 2 32% lebih besar. Lain studi observasional, dari Cina, memberikan bukti
menopause itu sebelum usia 45 tahun dikaitkan dengan risiko 20% lebih besar DM tipe 2
dibandingkan dengan usia rata-rata menopause. Sesuai dengan temuan ini, penelitian pada
wanita setelah ovariektomi miliki melaporkan bahwa risiko DM tipe 2 mereka hingga 57% lebih
tinggi daripada wanita yang belum menjalani ovariektomi.

3. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
golongan yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang
sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,
maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, dan
merokok. Klasifikasi hipertensi menurut guideline yaitu JNC 7 , yaitu terdiri dari:

16
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Sedangkan tatalaksana pada kasus hipertensi menurut guideline terbaru yaitu JNC 8
adalah sebagai berikut:

Pada pasien ini dengan tensi rata-rata 150/89 maka dapat digolongkan menjadi HT stage I.

4. Dislipidemia
Dislipidemia merupakan terjadinya kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Jenis fraksi lipid yang utama
mengalami kelainan adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL),
dan trigliserida serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dislipidemia adalah
keadaan terjadinya peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol dalam
darah, atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai dengan penurunan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Dislipidemia dapat terjadi akibat pola hidup yang tidak baik dan
kurang kesadaran akan pentingnya pola konsumsi nutrisi yang seimbang (Kumar, 2017).

5. DM tipe 2 dan Hipertensi


Kadar gula darah diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dapat memicu berbagai
macam komplikasi pada penderita diabetes tipe 2, salah satunya terjadi makroangiopati
yaitu komplikasi pada pembuluh darah besar sehingga mempengaruhi perubahan tekanan
darah. Hiperglikemia sering disertai dengan timbulnya sindrom metabolik yaitu hipertensi,
dislipidemia, obesitas, disfungsi endotel dan faktor protrombotik yang kesemuanya itu akan
memicu dan memperberat komplikasi kardiovaskuler. Salah satu komplikasi
makroangiopati diabetes dapat terjadi karena perubahan kadar gula darah, gula darah yang
tinggi akan menempel pada dinding pembuluh darah. Setelah itu terjadi proses oksidasi
dimana gula darah bereaksi dengan protein dari dinding pembuluh darah yang
menimbulkan AGEs. Advanced Glycosylated Endproducts (AGEs) merupakan zat yang
dibentuk dari kelebihan gula dan protein yang saling berikatan. Keadaan ini merusak dinding

17
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

bagian dalam dari pembuluh darah, dan menarik lemak yang jenuh atau kolesterol
menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga reaksi inflamasi terjadi. Sel darah putih
(lekosit) dan sel pembekuan darah (trombosit) serta bahan-bahan lain ikut menyatu
menjadi satu bekuan plak (plaque), yang membuat dinding pembuluh darah menjadi keras,
kaku dan akhirnya timbul penyumbatan yang mengakibatkan perubahan tekanan darah
yang dinamakan hipertensi (Tandra, 2019).

6. DM tipe 2 dan Dislipidemia


Dislipidemia pada penderita diabetes ditandai dengan peningkatan kadar
trigliserida puasa dan postprandial, kolesterol HDL rendah, peningkatan kolesterol LDL dan
dominasi partikel LDL padat. Perubahan profil lipid mewakili hubungan utama antara
diabetes dan peningkatan risiko kardiovaskular pada pasien diabetes mellitus yang
disebabkan karena perubahan jalur sensitif insulin, peningkatan konsentrasi asam lemak
bebas dan peradangan tingkat rendah serta menghasilkan kelebihan produksi dan
penurunan katabolisme lipoprotein yang kaya trigliserida dari usus dan hati. Modifikasi gaya
hidup dan kontrol glukosa dapat memperbaiki profil lipid sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular. Pada diabetes, banyak faktor dapat mempengaruhi
profil lipid darah yang menyebabkan dislipidemia, yang paling penting adalah kekurangan
insulin, yang memainkan peran penting dalam pengaturan metabolisme perantara. Selain
itu, Hiperglikemia secara progresif meningkatkan transfer ester kolesterol HDL ke partikel
LDL. Defisiensi insulin yang terjadi pada diabetes tipe 2 merusak aktivitas lipoprotein lipase
dan menghasilkan tingkat HDL yang lebih rendah dan kadar TG yang lebih tinggi, yang dapat
meningkat dengan perbaikan kontrol glikemik (Wu, 2018).

DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek 1 : Persepsi : Pasien sakit kencing manis, hipertensi, dan
Personal kolesterol karena kebiasaan makannya yang tidak
baik dan teratur.

Harapan : Pasien tidak sering sakit kepala lagi karena tekanan


darah tingginya dan gula darah serta kolesterolnya
tidak tinggi lagi, bisa terkontrol.

Kekhawatiran : Sejauh ini pasien terlihat tidak memiliki


kekhawatiran terkait penyakitnya, hanya takut
mengganggu aktivitasnya saja. Terlihat bahwa
pasien belum mengetahui risiko komplikasi dari
penyakitnya seperti stroke hingga gagal ginjal.

Upaya : Pasien meminum jamu tradisional namun tidak


rutin.

Aspek 2 :  Diagnosis klinis 1: Diabetes mellitus tipe 2


Biomedis  Diagnosis klinis 2: Hipertensi st. 1
 Diagnosis klinis 3: dislipidemia

18
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Aspek 3 :  Wanita
Risiko Internal  Usia lanjut (61 tahun)
 Post menopause (15 tahun yang lalu)
 Seringkali lupa minum obat
 Mengurangi makan nasi namun menggantinya dengan
mengonsumsi teh manis dan roti
 Jarang berolahraga

Aspek 4 :  Tidak memiliki pekerjaan tetap


Risiko Eksternal  Penghasilan tidak menentu, tingkat ekonomi rendah 
kesulitan mengontrol makanan sesuai diet DM, HT,
dislipidemia

Aspek 5 : Skala 1 (pasien tidak kesulitan sama sekali dalam melakukan


Derajat Fungsional aktivitasnya sehari-hari)

ALASAN PEMBINAAN KELUARGA


Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini, yaitu:
 Penyakit yang diderita pasien sangat sangat berisiko menimbulkan komplikasi-komplikasi
berbahaya seperti gagal ginjal maupun stroke.
 Penyakit DM sangat berisiko besar diturunkan secara genetik kepada anak pasien sehingga
penting untuk mengolah mindset pasien serta anaknya untuk mencegah terjadinya
penyakit tersebut kepada anak pasien, dan teruntuk pasien agar penyakitnya tetap
terkontrol.
 Pasien masih memiliki pengetahuan yang rendah mengenai diet yang baik untuk
penyakitnya serta pengaturan pola makan dan jadwal konsumsi obat yang teratur agar
penggunaan obat dapat efektif.
 Pasien seringkali stress dan terlalu kepikiran terhadap anaknya terkait kondisi ekonomi
mereka, sehingga butuh diberikan bimbingan serta motivasi untuk mencari jalan keluar
yang baik.

INTERVENSI KOMPREHENSIF

PATIENT CENTERED :

Aspek 1
Persepsi : meluruskan persepsi pasien bahwa komplikasi dari penyakit yang diderita sangatlah
berbahaya apabila tidak terkontrol. Memberikan penjelasan bahwa mengurangi makan nasi namun
tetap mengonsumsi makanan atau minuman manis lainnya adalah hal yang salah. Sehingga harus
tetap membatasi konsumsi karbohidrat dan makanan atau minuman yang mengandung gula tinggi
lainnya dan tetap harus teratur.
Harapan : Menjelaskan pada pasien bahwa memang penyakitnya itu tidak dapat disembuhkan
namun dapat dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi-komplikasi yang berbahaya atau bahkan
menimbulkan kecacatan
Kekhawatiran : menjelaskan mengenai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit
pasien namun tetap menenangkan pasien bahwa dengan minum obat teratur dan menjaga gaya
hidup dpaat mengurangi komplikasi

19
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Upaya: mendukung serta memberi motivasi kepada pasien untuk rutin kontrol dan konsumsi obat
yang teratur agar penyakit terkontrol tidak semakin parah.

Aspek 2:
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan dengan mengintervensi. Intervensi yang
diberikan pada pasien ini adalah edukasi dan konseling mengenai penyakitnya, pencegahan agar
tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.
1. Non medikamentosa
a. Konseling mengenai kondisi pasien saat ini bahwa penyakitnya sedang tidak terkontrol,
menjelaskan risiko-risiko komplikasi dari penyakit yang diderita serta cara untuk
mencegahnya. Mengingatkan kapan waktu serta pentingnya pasien untuk kontrol ke
puskesmas, meskipun tidak ada keluhan.
b. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai prinsip 3J yang dapat digunakan untuk
dapat menjaga agar gula darah nya terkontrol yaitu dengan mengatur jumlah makanan,
jenis dan jadwal makan karena dengan begitu dapat meningkatkan sensitifitas reseptor
insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah.
c. Mengatur pola makan dan memilah makanan-makanan apa saja yang dapat memicu
peningkatan kadar gula darah, tekanan darah tinggi, serta kolesterolnya. Mengurangi
porsi nasi putih, memperbanyak konsumsi serat serta lauk pauk.
d. Mengedukasi pasien bahwa penting untuk life style baik makanan maupun
meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga teratur, untuk menjaga penyakit pasien tetap
terkontrol dan tubuh tetap bugar.
e. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif dibandingkan kuratif
(terutama bagi anak pasien yang memiliki faktor risiko genetik).

2. Medikamentosa
- metformin 500mg (0-1-1)
- glimepiride (1-0-0)
- nifedipine 2x10mg
- simvastatin 10mg (0-0-1)

3. Planning diagnosis:
- Memeriksakan mata (untuk mendeteksi dini adanya diabetik retinopati)
- Memeriksakan fungsi ginjal (untuk mendeteksi dini adanya diabetik nefropati)
- Melakukan rekam jantung atau memeriksakan fungsi jantung (untuk deteksi dini adanya
aterosklerosis atau gangguan jantung lainnya akibat HT atau dyslipidemia pasien)

Aspek 3:
 Menjelaskan kepada pasien dan anaknya bahwa penyakit kencing manis juga dipengaruhi
oleh faktor keturunan. Sehingga menghimbau anak pasien untuk memeriksakan diri ke
puskesmas, serta mulai menjaga life style serta makan-makanan yang dikonsumsi yang
akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit.
 Menjelaskan kepada anak pasien tentang definisi, faktor resiko yang dapat menyebabkan
penyakit diabetes melitus, pengobatan, komplikasi penyakit, dan prognosis penyakit
sehingga keluarga pasien mengerti dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup
pasien.
 Mengarahkan pasien agar menguatkan spiritualnya, untuk lebih berserah dan
memperbanyak rasa syukur akan kondisi saat ini. Memberi motivasi untuk tetap semangat
dan mengusahakan kesembuhannya serta percaya bahwa Tuhan selalu peduli dengan

20
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

keadaan kita dan akan selalu memberikan jalan keluar untuk setiap masalah yang kita
hadapi.

Aspek 4:
 Lebih aktif lagi meminta bantuan kepada orang-orang disekitar untuk mempromosikan diri
pasien untuk dapat bekerja paruh waktu atau bahkan lebih baik jika ada yang mau
meneriman beliau bekerja secara menetap agar dapat memiliki penghasilan yang cukup
untuk membiayai kehidupan sehari hari
 Lebih sering lagi berinteraksi menjalin hubungan dengan orang-orang dilingkungan sekitar
agar tidak sering merasa sendiri atau kesepian
 Memastikan kesediaan dan kemampuan keluarga (anak pasien) untuk mengantarkan
pasien rutin kontrol setiap bulan ke puskesmas.

Family Focused :

 Memberikan pengertian kepada anak pasien bahwa ibunya membutuhkan peran


anaknya dalam memperhatikan kepatuhan minum obat pasien serta mengontrol
kebiasaan makan pasien, untuk mecegah komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.
 Mengedukasi anak pasien bahwa penyakit yang diderita oleh ibunya berisiko
diwariskan kepada keturunannya sehingga penting sejak dini untuk menjaga life style
untuk mencegah terjadinya penyakit. Termasuk menjelaskan gejala penyakit DM dan
hipertensi.

Community Oriented:
Pada kasus ini pasien tidak begitu membutuhkan peran komunitas dalam mempengaruhi progress
penyakitnya. Hanya saja perlu dukungan dari lingkungannya atau orang-orang terdekatnya untuk
memberikan semangat menghadapi penyakitnya, menjaga makanannya, rutin mengonsumsi
obatnya serta terus berjuang agar segera sembuh.

Perkembangan pasien saat kunjungan rumah terakhir:


Pada kunjungan terakhir ke rumah pasien, yang saya dapati adalah pasien mulai mengerti bahwa
pentingnya menjaga makan serta makan yang teratur. Selain itu anak pasien juga sudah mulai
menjalankan cara agar ibu nya dapat minum obat teratur dengan lebih sering mengunjungi pasien
ke rumah serta selalu memastikan bahwa obat telah diminum sesuai waktunya.

21
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Lampiran :
1. Rekam medis pasien / register pasien

2. Foto status lokalis (diletakkan di bagian pemeriksaan):


-
3. Foto pasien dan kondisi rumahnya

22
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

23
Departemen Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Referensi:
1. A. Menke, S. Casagrande, L. Geiss, C.C. Cowie, Prevalence of and trends in diabetes among
adults in the United States, 1988–2012, JAMA 314 (2015) 1021–1029.
2. A. Stefanska, K. Bergmann, G. Sypniewska, Metabolic syndrome and menopause:
pathophysiology, clinical and diagnostic significance, Adv. Clin. Chem. 72 (2015) 1–75
3. A.C. de Kat, V. Dam, N.C. Onland-Moret, M.J. Eijkemans, F.J. Broekmans, Y.T. van der Schouw,
Unraveling the associations of age and menopause with cardiovascular risk factors in a large
population-based study, BMC Med. 15 (2017) 2.
4. B. Leeners, N. Geary, P.N. Tobler, L. Asarian, Ovarian hormones and obesity, Hum. Reprod.
Update 23 (2017) 300–321.
5. International Diabetes Federation Diabetes Atlas, (2017) (Accessed 14 June 2018),
http://www.diabetesatlas.org.
6. J.C. Lovejoy, C.M. Champagne, L. de Jonge, H. Xie, S.R. Smith, Increased visceral fat and
decreased energy expenditure during the menopausal transition, Int. J. Obes. 32 (2008) 949–
958.
7. KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA,
PERKENI 2015.
8. M.C. Carr, The emergence of the metabolic syndrome with menopause, J. Clin. Endocrinol.
Metab. 88 (2003) 2404–2411.
9. U. Gaspard, Hyperinsulinaemia, a key factor of the metabolic syndrome in postmenopausal
women, Maturitas 62 (2009) 362–365.
10. V. Wietlisbach, P. Marques-Vidal, K. Kuulasmaa, J. Karvanen, F. Paccaud, The relation of body
mass index and abdominal adiposity with dyslipidemia in 27 general populations of the WHO
MONICA Project, Nutr. Metab. Cardiovasc. Dis. 23 (2013) 432–442.
11. World Population Aging United Nations New York, (2015) (Accessed 14 June 2018),
http://www.un.org.
12. Wu, L. Parhofer K. 2018. Diabetic Dyslipidemia. Metabolism clinical and experimental. 6 (3):
1469 – 1479.
13. Y. Zhou, X. Zhou, X. Guo, et al., Prevalence and risk factors of hypertension among pre- and
post-menopausal women: a cross-sectional study in a rural area of northeast China, Maturitas
80 (2015) 282–287.
14. Z.A. Al-Safi, A.J. Polotsky, Obesity and menopause, Best Pract. Res. Clin. Obstet. Gynaecol. 29
(2015) 548–553.

24

Anda mungkin juga menyukai