Oleh :
Liko Maryudhiyanto
Moderator :
dr. Elly Noerhidajati, SpKJ
D. Riwayat Pramorbid
1. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara. Ibu menikah dua kali,
dimana ayah pasien adalah suami kedua. Dari suami pertama, ibu memiliki 2 anak.
Kelahiran normal ditolong bidan, Pasien tidak tahu kondisi ibu atau obat-obat yang
dikonsumsi saat hamil.
2. Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 Tahun)
Tidak didapatkan data yang cukup namun pasien sejak lahir selalu diasuh
oleh ibu dan ayah.
B. Pembicaraan
Pasien menjawab semua pertanyaan pemeriksa dengan baik, jawabannya sesuai dengan
yang ditanyakan. Irama, intonasi cukup, volume suara jelas, artikulasi jelas.
Kualitas : cukup
Kuantitas : cukup
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : disangkal
2. Ilusi : disangkal
D. Pikiran
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir : koheren
3. Isi pikir : preokupasi terhadap nilai Trombosit
E. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran
Kesadaran psikiatris : jernih
2. Orientasi :
● Waktu : baik
● Tempat : baik
● Personal : baik
● Situasional : baik
3. Daya ingat
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 13
● Daya ingat jangka panjang : baik
● Daya ingat jangka pendek : baik
● Daya ingat segera : baik
4. Konsentrasi : baik
5. Perhatian : normovigilitas
6. Kemampuan baca tulis : baik
F. Pikiran abstrak : baik
G. Pengendalian Impuls : baik
H. Judgement : baik
I. Tilikan : ( 4)
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan pertolongan, dan
saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab
eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan, namun
penyebabnya adalah sesuatu yang tidak diketahui dari diri pasien.
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian dari
penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diripasien, namun
tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu selanjutnya
(misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti tilikan
derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri
pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal ini membuat
perubahan perilaku pada pasien.
J. Reliabilitas
Dapat dipercaya
B. Pemeriksaan Neurologis
1. GCS : E4 M6 V5
2. Gejala rangsang selaput otak : negatif
3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal : tidak ada
- Tremor tangan : negatif
- Akatisia : negatif
- Bradikinesia : negatif
- Cara berjalan : normal
- Keseimbangan : baik
- Rigiditas : negative
4. Motorik : baik
5. Sensorik : Baik
Kesan : Tidak ada kelainan
C. Pemeriksaan Penunjang
HAM-D (6 Januari 2020) : 13 (ringan)
HAM-A (6 Januari 2020) : 16 (mild)
MMPI : terlampir
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 15
Laboratorium (4 Januari 2020) :
GDP : 69 mg/dl
Leukosit : 11.600 /uL
Eritrosit : 4,27 /uL
Hb : 12,6 g/dl
Ht : 38,6 %
MCV : 90,4 fl
MCH : 29,4 pg
MCHC : 32,6 g/ dL
Trombosit : 836.000 /uL (Sudah dicek manual)
CRP kuantitatif : 0.22 mg/dL
Skor DAS : 3.12 (rendah)
IV. FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang perempuan 51 tahun beragama Islam, suku Jawa, menikah, memiliki
penyakit Reumatoid Atritis dan Trombositosis Esensial dikonsulkan ke bagian
Psikiatri dengan keluhan cemas.
Kurang lebih 6 bulan SMRS (Juli 2019), pasien yang menderita RA diketahui
memiliki kadar trombosit yang meningkat drastis. Pasien jadi kepikiran karen
trombosit yang tinggi bisa menyebabkan stroke. Pasien jadi khawatir dirinya akan
terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Bila sedang cemas, pasien jadi berdebar,
sesak dan sakit kepala.
Kurang lebih lima bulan SMRS (Agustus 2019), pasien kembali kontrol dan nilai
trombosit masih tinggi. Pasien dianjurkan untuk minum obat namun obat mahal dan
tidak ditanggung BPJS. Pasien jadi semakin cemas saat memikirkan sakitnya. Pasien
makin sering merasa berdebar, sesak, sakit pada persendian.
Kurang lebih 3 bulan SMRS (Oktober 2019), nilai trombosit sudah turun walau
belum normal. Pasien agak lega. Menantu pertama berhenti dari pekerjaan. Pasien jadi
kesal dan menasehati namun malah bertengkar dengan anak. pasien jadi sedih dan
mudah lelah. Keluhan cemas, berdebar dan sesak masih dirasakan.
Kurang lebih satu bulan SMRS (Desember 2019), kadar Trombosit kembali naik.
Pasien semakin cemas dan sedih. Pasien semakin sering berdebar, sesak, nyeri kepala
dan sendi. Keluhan lain yaiut sulit tidur. Pasien akhirnya dikonsulkan ke Psikiatri
karena cemas.
Fokus review perkembangan : riwayat paling bermasalah kemungkinan terjadi pada remaja
Formulasi : Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konflik interpersonal dan
intrapsikis. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan
antar pribadi kemudian mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik
interpersonal (=konflik intrapsikis). Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang
sarat dengan dinamika diri, Horney memaparkan empat macam konsep diri, yaitu diri
rendah (despised real self), diri nyata (real self), diri ideal (ideal self), dan diri aktual
(actual self)
Konflik intrapsikis yang yang terpenting adalah antara gambaran diri ideal dengan diri
yang dipandang rendah. Membangun diri-ideal adalah usaha untuk memecahkan konflik
dengan membuat gambaran bagus mengenai diri sendiri. Diri rendah adalah
kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak gambaran nyata diri. Ketika
individu membangun gambaran diri ideal, gambaran diri nyata dibuang jauh-jauh. Ini
menimbulkan keterpisahan yang semakin jauh antara diri nyata dengan diri ideal, dan
mengakibatkan pengidap neurotik membenci dan merusak diri aktualnya, karena
gambaran diri aktual itu tidak bisa disejajarkan dengan kebanggaan gambaran diri ideal.
Kebanggaan neurotik (neurotic pride) adalah kebanggaan yang semu, bukan didasarkan
akan pandangan diri yang realistis, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal.
Kebanggaan neurotik didasarkan pada gambaran diri ideal dan biasanya diumumkan
keras-keras dalam rangka melindungi dan mendukung pandangan kebanggaan akan diri
sendiri. Orang neurotik memandang dirinya sebagai orang yang mulia, hebat dan
sempurna, sehingga kalau orang lain tidak memperlakukan mereka dengan pertimbangan
khusus, orang itu menjadi cemas.
Saat pasien mengetahui kadar Trombosit tinggi, pasien khawatir akan mengalami stroke
dan menjadi lumpuh sehingga membentuk diri rendah (despised real self). Pasien
menganggap dirinya seharusnya bisa menjadi seperti ibu yang mandiri, kuat dan mampu
merawat keluarga (idealized self). Pasien merasa kecewa karena dirinya tidak bisa
merawat keluarga dan akan menjadi beban keluarga (real self). Hal ini merupakan
ancaman terhadap neurotic pride yang sedang dibangun karena idealized self belum
tercapai.
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
Rheumatoid Artritis
Rheumatoid arthritis adalah peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang
menyerang jaringannya sendiri. Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri
sendi, serta sendi terasa kaku. Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama
yang berusia antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di
kedua sisi tubuh. Gejala rheumatoid arthritis terkadang bisa mirip dengan penyakit lain,
contohnya osteoarthritis dan polimialgia reumatik.
Trombositosis pada RA
Rheumatoid artritis ditandai oleh sistem imun yang terganggu. Untuk alasan yang kurang
dipahami, sistem kekebalan tubuh tiba-tiba akan menyerang sel dan jaringannya sendiri.
Dengan RA, sendi adalah target utama serangan itu, menyebabkan kerusakan sel sambil
memacu peradangan kronis dan seringkali tak henti-hentinya. Ini memicu sumsum tulang untuk
menghasilkan lebih banyak sel darah putih dan trombosit, menyebabkan trombositosis.
Trombositosis ringan hingga sedang sering terjadi pada artritis reumatoid. Gejala
biasanya ringan sampai tidak ada dan sering hanya terlihat dalam tes darah. Trombositosis
cenderung memburuk seiring dengan keparahan peradangan autoimun. Jarang terjadi
trombositosis yang berhubungan dengan RA untuk menyebabkan komplikasi parah. Satu-
satunya pengecualian mungkin pada orang dewasa yang lebih tua dengan penyakit
kardiovaskular di mana trombositosis kronis dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan
jantung. RA jangka panjang dengan sendirinya meningkatkan risiko kardiovaskular.
1. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Mood Disorder, Synopsis Of Psychiatry Eleventh
Edition. New York. 2015: 347-380.
2. Rusdi M. Rujukan Ringkas dari Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
III. PT Nuh Jaya Jakarta. 2001 : 64-75
3. Gabbard GO. Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practice Fifth Edition. American
Psychiatric Publishing, Inc . 2014
4. Levenson JL. Textbook of Psychosomatic Medicine and Consultation-Liaison
Psychiatry 3rd ed. APA Publishing. 2019
5. Cleveland Clinic. Thrombocytosis. Updated October 25, 2016.
6. Avina-zubieta JA, Thomas J, Sadatsafavi M, Lehman AJ, Lacaille D. Risk of incident
cardiovascular events in patients with rheumatoid arthritis: a meta-analysis of
observational studies. Ann Rheum Dis. 2012;71(9):1524-9.
7. Centers for Disease Control and Prevention. Rheumatoid Arthritis (RA). Updated
March 5, 2019.
Seorang perempuan usia 51 tahun, tampak sesuai dengan usia, kebersihan dan kerapihan
cukup, agama Islam, suku Jawa, pendidikan SMA tamat, menikah, alamat rumah di
Semarang.
Formulasi Masalah :
Pasien memikirkan kondisi penyakitnya yang menurut pasien pasti menyusahkan
anaknya sehingga anak tidak menghargai pasien lagi. Bila memikirkan kondisi
penyakit, pasien akan merasa cemas dan sedih.
Keluhan Utama :
Pasien merasa cemas ketika memikirkan kondisi penyakitnya yang menurut pasien pasti
menyusahkan anaknya sehingga anak tidak menghargai pasien.
20 Januari 2020
S Rasa cemas mulai berkurang namun kadang masih dirasa.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood cemas, afek
cemas, serasi. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal
dan gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 11 HAM-A= 15
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 38
- Amitriptilin 25 mg / 24 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 24 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
- Psikoterapi suportif
1 Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna)
0 Tidak ada
1 Perasaan ini hanya dinyatakan bila ditanya SKOR
2 Perasaan ini dinyatakan secara verbal & spontan 1
3 Perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal misalnya:
ekspresi mukanya, bentuk mukanya dan kecenderungan
menangis
4 Pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam
komunikasi verbal maupun non verbal secara spontan
2 Perasaan bersalah
0 Tidak ada
6 Insomnia (late)
0 Tidak ada kesukaran atau keluhan bangun tidur terlalu pagi
1 Bangun di waktu fajar, tetapi tidur lagi SKOR
2 Bila telah bangun, tidak bisa tidur lagi di waktu fajar 0
7 Kerja dan kegiatan-kegiatannya
0 Tidak ada kesukaran
1 Pikiran dan perasaan ketidakmampuan, keletihan, kelemahan SKOR
yang berhubungan dengan kegiatan kerja/hobi 1
2 Hilangnya minat kegiatan, hobi, pekerjaan, baik
langsung/tidak.
3 Berkurangnya waktu untuk beraktifitas sehari-hari atau
kurang produktif .
4 Tidak berkerja karena sakitnya sekarang.