Anda di halaman 1dari 48

KASUS NEUROTIK

SEORANG PEREMPUAN 51 TAHUN


DENGAN GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DAN DEPRESI,
RHEUMATOID ARTRITIS DAN TROMBOSITOSIS
(FOKUS PADA PSIKOTERAPI CBT)

Oleh :
Liko Maryudhiyanto

Moderator :
dr. Elly Noerhidajati, SpKJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny. P
Usia : 51 tahun (3 Juni 1969)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA (tamat)
Suku / warganegara : Jawa / Indonesia
Alamat : Semarang
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. CM : C749759
Tanggal pemeriksaan : 6 Januari 2020 – 15 Juli 2020
Tanggal penyajian : 10 Agustus 2020
Diperiksa oleh : Liko Maryudhiyanto
DPJP : dr. Alifiati Fitrikasari, SpKJ(K)
dr. Rakhma Yanti Hellmi, SpPD-KR
dr. Budi Setiawan, SpPD-KHOM
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis, alloanamnesis dan data catatan medis.
Alloanamnesis diperoleh dari:
I II
Nama Ny. S Tn. B
Alamat Semarang Semarang
Pekerjaan Karyawati Buruh bangunan
Pendidikan SMK Tamat SMA Tamat
Umur 32 tahun 59 thn
Agama Islam Islam
Hubungan Anak kandung Suami
Lama kenal 32 Tahun 33 tahun
Sifat kenal Akrab Akrab

A. Sebab datang ke Rumah Sakit


Pasien konsulan dari bagian Penyakit Dalam dengan Rheumatoid Artritis,
Trombositosis Esensial dan cemas.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 2


Keluhan utama pasien : cemas karena trombosit tinggi
Keluhan utama keluarga : sering cemas

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Kurang lebih enam bulan SMRS (Juli 2019), pasien rutin kontrol dan pemeriksaan
laboratorium untuk penyakit Reumatoid Artritis yang dialaminya sejak 7 tahun lalu. Pada
saat itu hasil pemeriksaan darah menunjukkan Trombosit yang tinggi hingga 1 juta lebih.
Pasien terkejut ketika dokter menerangkan bahwa trombositnya sangat tinggi. Pasien
kemudian menanyakan ke dokter mengenai pengaruh trombosit yang tinggi terhadap
kesehatannya. Dokter mengatakan bila trombosit yang tinggi bisa saja menyebabkan
pengentalan darah pada pembuluh darah dan bila semakin parah bisa mengalami
stroke. Dokter menyarankan agar pasien periksa darah ulang 1 bulan lagi dan mengatakan
bahwa trombosit bisa saja turun lagi. Setelah dijelaskan oleh dokter pasien mulai cemas
karena teringat penyakit stroke yang dulu diderita oleh almarhumah ibu pasien. Pasien
ingat saat ibu pasien mengalami stroke, ibu menjadi lumpuh dan tidak bisa melakukan
apa-apa. Pasien pun khawatir bila dirinya jadi bernasib seperti ibu. Pasien khawatir jika
kena stroke maka dirinya lumpuh dan akan menyusahkan suami serta anak-anaknya. Bila
menyusahkan nantinya akan tidak dihargai oleh anak. Pasien menceritakan
kekhawatirannya ini ke kedua anak pasien dan suami. Keluarga menenangkan pasien
bahwa mudah-mudahan hasil trombosit akan segera turun. Keluarga juga terus
mendukung pasien untuk berobat teratur. Pasien menjadi lebih tenang dengan dukungan
keluarga. Pasien kadang timbul cemas terutama saat malam hari ketika teringat
trombositnya, pasien jadi berdebar, sesak nafas, dan linu pada sendi tangan serta kaki.
Pasien juga merasa sedih karena kondisi sakitnya. Bila muncul keluhan ini, pasien
meminta dipijat oleh suami atau anak. Setelah itu pasien akan merasa lebih baik. Pasien
masih bisa menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga seperti memasak dan
mengasuh kedua cucu walau jadi mudah lelah dan berdebar, hubungan dengan suami,
anak dan menantu baik, waktu luang dihabiskan untuk menonton tv, perawatan diri
dilakukan secara mandiri.
Lima bulan SMRS (Agustus 2019), pasien kembali kontrol dan periksa
laboratorium. Hasil pemeriksaan menunjukkan Trombosit masih tinggi lebih dari 1 juta.
Pasien kemudian dikonsulkan ke sub hemato onkologi di instalasi Kasuari. Pasien
diperiksa sumsum tulang belakang untuk mengetahui penyebab trombosit meningkat.
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 3
Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada kelainan yang mengarah kepada keganasan.
Dokter pun mendiagnosis sebagai trombositosis esensial dan mengatakan bahwa
penyebab trombosit meningkat tidak diketahui pasti namun penyakit ini bisa diobati.
Dokter juga menasehati pasien agar tidak perlu khawatir karena trombosit tinggi belum
tentu menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Dokter juga meresepkan obat untuk
menurunkan trombosit namun obat tersebut tidak ditanggung BPJS dan harganya cukup
mahal. Pasien setelah mendengar penjelasan dokter merasa lebih tenang mengenai
penyebab penyakitnya namun pasien masih mengkhawatirkan trombosit tinggi yang bisa
menyebabkan stroke. Pasien juga memikirkan harga obat yang cukup mahal. Anak
pertama pasien kemudian menenangkan pasien bahwa dirinya akan membiayai obat dan
pasien tidak perlu khawatir dengan penyakitnya. Pasien merasa bersyukur dengan anak
pertama yang mau menanggung biaya berobatnya. Pasien berharap dengan obat ini,
trombosit akan segera turun. Pasien masih merasa sedih dan cemas terutama saat
kepikiran nilai tormbosit. Pasien selalu kepikiran bahwa dirinya akan mengalami stroke
hingga lumpuh. Saat cemas muncul, pasien jadi berdebar, sesak dan sakit kepala. Keluhan
penyakit reumatoid seperti nyeri pada sendi tangan dan kaki yang sudah lama diderita
pasien juga jadi sering kambuh. Aktivitas pasien masih mengurus cucu dan memasak,
hubungan dengan keluarga baik, waktu luang untuk menonton tv, perawatan diri
dilakukan secara mandiri.
Kurang lebih tiga bulan SMRS (Oktober 2019), trombosit pasien mulai turun
menjadi 700 ribu. Pasien merasa menjadi lebih tenang walau belum normal. Ada hal lain
yang membuat pasien jadi kepikiran yakni menantu pertama pasien yang dikeluarkan dari
pekerjaan. Pasien kepikiran karena menantu pertama memiliki sifat pemalas, tidak suka
membantu selama tinggal di rumah pasien. Pasien jadi sedih karena anak pertama sangat
baik, suka membantu pasien dalam hal ekonomi namun memiliki suami yang kurang
baik. Pasien juga sebenarnya kasihan dengan anak pertama yang juga belum memiliki
keturunan. Pasien membandingkan menantu pertama dengan kedua yang rajin, pekerjaan
tetap dan suka membantu pekerjaan rumah tangga. Pasien kadang kesal namun bila
menantu dinasehati, anak pertama pasien jadi tersinggung kemudian marah dengan
pasien. Bila dimarahi anak pertama, pasien jadi emosi dan bertengkar dengan anak
pertama. Pasien jadi sedih dan mudah lelah. Kadang sulit tidur. Pasien juga masih
kepikiran dengan kadar Trombosit darahnya yang belum normal, perasaan cemas kadang
masih timbul. Bila sudah cemas, akan muncul rasa berdebar. Aktivitas mengasuh cucu
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 4
masih dilakukan walau pasien jadi mudah lelah, hubungan dengan anak pertama dan
menantu merenggang, waktu luang untuk menonton tv, perawatan diri dilakukan secara
mandiri.
Kurang lebih 1 bulan SMRS (Desember 2019), hasil pemeriksaan Trombosit
pasien kembali naik menjadi 800 ribu. Dokter Penyakit Dalam mengatakan bahwa kadar
tormbosit memang masih naik turun, dokter juga menasehati pasien agar tidak khawatir
serta bersabar dalam menjalani pengobatan. Pasien jadi semakin kepikiran dengan
trombositnya. Pasien juga masih kepikiran dan kesal dengan menantu dan anak pertama
namun pasien sudah tidak mau menasehati lagi karena malas bertengkar dengan anak
pertama. Pasien sedih karena sudah berobat dengan biaya yang mahal namun Trombosit
kembali tinggi. Keluhan lain yaitu mudah lelah. Pasien juga cemas memikirkan trombosit
tinggi yang bisa menyebabkan stroke hingga lumpuh serta pasien akan menyusahkan
keluarga. Pasien jadi sering berdebar, sesak, dan sakit kepala. Pasien juga jadi sulit tidur,
sering terbangun. Keluhan linu pada semua sendi jadi makin sering dirasakan. Pasien
minta obat nyeri dinaikan dosisnya ke dokter IPD sub reumatologi. Pasien awalnya
dikonsulkan ke dokter jantung karena keluhan berdebarnya dan hasil EKG,
Echocardiografi dan Rontgen Thorak dikatakan baik. Dokter penyakit dalam kemudian
mengkonsulkan pasien ke Psikiatri karena pasien terlalu cemas.
Setelah berobat selama 4 bulan di Psikiater, keluhan pasien sudah membaik tapi
pasien masih merasa tidak nyaman dengan anak pasien. Pasien berpikir bahwa penyakit
pasien akan menyusahkan anak sehingga anak pasien tidak menghargai pasien lagi. Jika
memikirkan penyakitnya maka pasien akan merasakn cemas dan sedih.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


1. Riwayat psikiatri :
● Pasien tidak menyangkal pernah mengalami kesedihan dalam menghadapi peristiwa-
peristiwa dalam kehidupannya yang tidak menyenangkan namun hal ini hanya
dialami pasien beberapa saat saja atau kurang dari 2 minggu.
● Tidak pernah mengalami senang yang berlebihan, merasa sangat bersemangat,
mempunyai banyak ide-ide atau gagasan-gagasan sehingga membuat pasien tak
merasa lelah dalam beraktivitas, seolah-olah energi banyak dan merasa kebutuhan
tidur berkurang.
2. Medis umum
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 5
● Pasien memiliki riwayat penyakit Reumatoid Artritis yang diderita sejak 7 tahun
lalu. Pasien saat didiagnosis RA merasa biasa saja karena selama minum obat pasien
jarang merasa nyeri pada sendi. Pasien rutin berobat tiap bulan ke dr. RY Hellmi,
SpPD-KR di Poli Merpati RSUP dr, Kariadi.
● Tahun 2017, menderita batu empedu. Pasien sempat mengalami gejala tubuh jadi
kuning dan demam. Pasien kemudian segera dioperasi di RSUD KRMT. Setelah
operasi, pasien merasa membaik. Pasien menyangkal adanya pengalaman traumatis
baik saat perawatan maupun pembedahan.
● Februari 2019, terdapat benjolan pada payudara kanan. Pasien kemudian dioperasi
dan di biopsi. Hasil biopsi tumor jinak. Pasien waktu menunggu hasil biopsi merasa
cemas juga namun tidak sehebat cemas saat mengetahui trombosit tinggi.
3. Penggunaan Alkohol dan NAPZA
Riwayat pemakaian alkohol dan obat-obat psikoaktif disangkal.

D. Riwayat Pramorbid
1. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara. Ibu menikah dua kali,
dimana ayah pasien adalah suami kedua. Dari suami pertama, ibu memiliki 2 anak.
Kelahiran normal ditolong bidan, Pasien tidak tahu kondisi ibu atau obat-obat yang
dikonsumsi saat hamil.
2. Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 Tahun)
Tidak didapatkan data yang cukup namun pasien sejak lahir selalu diasuh
oleh ibu dan ayah.

3. Masa anak-anak pertengahan (3 – 6 Tahun)


Pasien sejak kecil diasuh oleh ayah dan ibu. Ayah merupakan karyawan di
toko material sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga. Pasien dan adik bungsu
perempuan dimanja oleh keduanya namun pasien lebih dekat dengan ayah
sedangkan adik bungsu lebih dekat dengan ibu. Ayah memiliki sifat pendiam, baik,
kalau marah hanya diam atau menasehati. Bila menginginkan sesuatu pasien
meminta ke ayah dan dibelikan oleh ayah. Ibu memiliki sifat banyak bicara, mudah
akrab dengan orang sekitar, kalau marah membentak dengan nada tinggi namun
tidak pernah berkata kasar atau memukul. Pasien memiliki banyak teman di
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 6
lingkungan karena sifat pasien sejak kecil senang bergaul dan banyak bicara ke
teman.
4. Masa Kanak Akhir (6-12 tahun)
Saat pasien berusia 9 tahun terjadi pertengkaran antara ayah dengan ibu
namun pasien tidak mengetahui penyebabnya. Sejak itu ayah dan ibu berpisah.
Ayah mengontrak rumah yang berjarak tidak jauh dari rumah pasien dan ibu.
Pasien merasa biasa saja dengan kejadian itu karena ayah masih sering main ke
rumah. Ayah juga rutin memberikan uang saku ke pasien dan adik. Ibu sejak
berpisah dengan ayah mulai usaha di pasar sebagai pedagang alat rumah tangga
dan tukang kredit. Ibu berjualan dari pagi hingga siang hari sehinga masih bisa
mengasuh pasien. Kakak-kakak pasien juga sudah banyak yang bekerja sehingga
bisa membantu perekonomian keluarga. Ayah dan ibu walau berpisah masih
perhatian dengan pasien seperti bergantian saat menjemput pasien dari sekolah dan
mengambil raport. Hubungan pasien dengan teman-teman di lingkungan rumah
dan sekolah juga baik, pasien anak yang periang serta memiliki banyak teman.

5. Masa Remaja (13-18 tahun)


Saat pasien berusia 13 tahun, ayah menikah lagi dan pindah rumah ke
daerah Ungaran. Ayah sempat tidak memberikan uang bulanan dan tidak menemui
pasien saat baru menikah. Pasien merasa sedih karena hal ini. Pasien juga sempat
mengalami sakit kepala dan mudah lemas. Kondisi ini dialami pasien selama 1
bulan. Ibu kemudian menelfon ayah, ayah pun menjenguk pasien. Setelah kejadian
itu ayah kembali rutin memberikan uang bulanan dan menjenguk pasien ke rumah
ibu. Ayah juga beberapa kali mengajak pasien dan adik bermain ke rumah ayah.
Hubungan pasien dengan ibu tiri cukup akrab, ibu tiri sebenarnya ramah terhadap
pasien namun pasien kadang merasa kesal karena sejak menikah lagi dengan ibu
tiri, rumah ayah jadi jauh. Hubungan dengan ibu kandung sangat baik, pasien
menganggap ibu kandung sebagai sosok wanita yang mandiri dan kuat. Ibu walau
usianya sudah tua namun masih bekerja demi pasien dan adiknya. Ibu yang
membiayai kebutuhan sehari-hari dan juga uang sekolah pasien. Ibu walau sering
memarahi pasien namun ibu tidak pernah berkata kasar sehingga pasien hampir
tidak pernah kesal kepada ibu. Pasien berkeinginan saat dewasa bisa menjadi
seperti ibu. Hubungan dengan kakak baik, semua akrab terutama kakak ketiga

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 7


karena yang paling perhatian. Saat remaja, pasien aktif di berbagai kegiatan
sekolah ataupun lingkungan rumah. Pasien aktif karena dirinya memang senang
bersosialisasi dan juga melihat ibu yang bisa sukses berjualan karena mudah
bergaul dengan orang lain.
6. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk SDN Inpres di Indraprasta usia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan dengan cukup baik. Menempuh pendidikan selama 6 tahun dan lulus
saat usia 12 tahun. Kemudian pasien melanjutkan sekolah di SMP YPN Bulu.
Saat SMP pasien aktif dalam kegiatan sekolah seperti OSIS dan Pramuka
Prestasi di sekolah biasa saja, pasien tidak pernah masuk peringkat 10 besar.
Hubungan dengan teman-teman sangat baik, pasien memiliki banyak teman
yang akrab. Pasien menyelesaikan SMP selama 3 tahun. Pasien kemudian
melanjutkan ke SMA. Saat SMA, pasien masih aktif pada kegiatan OSIS.
Hubungan dengan teman baik, pasien memiliki banyak teman akrab. Saat kelas 2
SMA, pasien sudah berpacaran dengan calon suami. Pasien setelah lulus SMA
tidak melanjutkan kuliah karena lebih memilih menikah muda.
b. Riwayat Keagamaan
Dididik dalam ajaran agama Islam. Pemahaman agama saat anak banyak
diajarkan di sekolah. Sejak SMA pasien selalu menjalani ibadah sholat wajib.
c. Riwayat pekerjaan
Pada tahun 2002 pasien pernah bekerja sebagai TKW di Malaysia. Pasien
menjadi TKW karena saat itu toko bangunan tempat suami bekerja bangkrut
sehingga pasien harus membantu mencari penghasilan. Pasien menjadi TKW
dengan jalur resmi dan bekerja sebagai pengasuh anak di Malaysia selama 2
tahun. Pasien mengaku betah saat menjadi TKW karena majikan baik dengan
pasien. Pasien diberikan upah tepat waktu dan sering dibelikan makanan atau
barang oleh majikan. Selama di Malaysia, pasien sering berkomunikasi dengan
suami dan anak. Setelah 2 tahun habis kontrak pasien memilih pulang karena
kangen dengan anak.
d. Riwayat perkawinan dan psikoseksual
Pasien satu kali berpacaran dengan laki-laki yang menjadi suaminya.
Pasien mengenal suami karena tetangga rumah. Pasien dan suami sering bertemu
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 8
saat ada kegiatan bakti sosial atau karang taruna di lingkungan rumah. Suami
memiliki usia 7 tahun lebih tua dari pasien dan sudah bekerja sebagai karyawan
di toko bangunan. Suami memilliki sifat yang mirip dengan ayah yakni
pendiam, ramah, bertanggung jawab dan perhatian. Orangtua pasien dan
orangtua suami juga setuju dengan hubungan ini. Setelah berpacaran selama 1
tahun dan telah lulus SMA, akhirnya pasien menikah. Pasien memutuskan
menikah karena suami sudah bekerja, pasien juga ingin hidup mandiri dan tidak
menyusahkan ibu atau ayah.
Setelah menikah pasien dan suami mengontrak rumah di daerah Citarum
karena dekat dengan toko tempat suami bekerja. Pasien melahirkan anak
pertama setelah menikah 1 tahun dan menyusul anak kedua 3 tahun setelahnya.
Suami adalah sosok yang pendiam, mau mendengarkan pasien, dan bertanggung
jawab. Kadang suami marah bila pasien membelanjakan uang terlalu boros.
Suami kalau marah kadang berkata kasar. Pasien kadang kesal kalau dimarahi
suami karena menurutnya uang yang diberikan suami sering pas-pasan
mengingat mereka sudah memiliki 2 anak. Pasien juga membandingkan dengan
orangtua pasien dulu yang bisa memberikan keinginan pasien. Pasien sering
memendam saja bila suami sedang marah. Pada tahun 2002, toko bangunan
temapt suami bekerja bangkrut. Pasien kemudian memutuskan menjadi TKW di
Malaysia. Setelah pulang dari Malaysia pasien kembali menjadi ibu rumah
tangga. Kedua anak perempuan pasien juga memilih menikah pada usia muda.
Setelah menikah, kedua anak pasien dan menantu tingga; di rumah pasien..
Menurut suami dan anak, pasien adalah wanita yang banyak bicara, mudah
bergaul, sering mengomel ke anak atau suami namun tidak pernah membentak
atau berkata kasar.
e. Riwayat Hukum
Tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum. Tidak pernah terlibat
tindakan kekerasan ataupun penyerangan.
f. Aktivitas sosial
Pasien sering berkumpul dengan tetangga seperti mengikuti acara
pengajian atau arisan. Pasien dikenal sebagai sosok yang ramah, banyak bicara
dan cepat akrab dengan orang yang baru dikenal.
g. Riwayat Kemiliteran
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 9
Pasien tidak pernah melihat suatu peperangan maupun mengikuti kegiatan
kemiliteran.
h. Riwayat Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa
atau berobat ke Psikiater. Ibu pasien meninggal karena sakit stroke dan
mengalami kelumpuhan hingga meninggal dunia. Saat ibu mengalami
kelumpuhan, pasien lah yang merawat ibu. Saat merawat ibu, pasien tidak tega
karena ingat sosok ibu yang tadinya begitu kuat dan mandiri kini semua harus
dibantu oleh anak-anaknya. Pasien tidak mau menyusahkan anak-anaknya bila
sudah tua.
Ayah pasien meninggal karena serangan jantung, saat ayah meninggal
pasien kesal dengan ibu tiri karena proses pemakaman dan tempat penguburan
ayah tidak didiskusikan dahulu dengan pasien ataupun kakak dari pihak ibu
kandung pasien.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 10


Silsilah Keluarga

i. Situasi hidup sekarang


Pasien tinggal bersama suami, dua anak dan menantu serta dua cucu. Pasien
sebetulnya kurang nyaman anak dan menantu masih tinggal dengan pasien
namun pasien memahami karena keduanya masih belum mampu untuk membeli
rumah. Sehari-hari aktivitas pasien mengasuh kedua cucu serta memasak.
Suami, kedua anak dan menantu bekerja. Pasien kurang nyaman dengan
menantu pertama karena pekerjaan tidak menentu dan juga malas saat di rumah.
Pasien membandingkan menantu pertama dengan menantu kedua yang rajin dan

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 11


supel. Pasien juga kasihan dengan anak pertama yang belum memiliki anak
sednagkan anak kedua sudah memiliki 2 anak. Pasien kadang menegur menantu
pertama namun biasanya setelah itu anak pertama akan marah ke pasien karena
merasa pasien ikut campur dalam rumah tangga anak pertama. Pasien pun jadi
kesal ke anak pasien. Kadang pasien membalas dengan memarahi anak namun
seringnya hanya memendam saja. Biasanya pasien akan merasa nyeri kepala dan
mudah lemas setelah itu. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Mandiri.
Kesan ekonomi : cukup

j. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien ingin agar trombositnya segera turun. Pasien ingin anak-anaknya bisa
memiliki rumah sendiri. Pasien juga ingin merawat cucu sampai dewasa
k. Pandangan Pasien terhadap Penyakitnya
Pasien merasa membutuhkan dokter jiwa untuk membuatnya menghilangkan
rasa cemas yang selama ini dirasakan. Pasien menganggap fokus utama ialah
agar sakitnya tidak kambuh lagi.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (6 Januari 2020)


A. Gambaran Umum
1. Penampilan:
Seorang perempuan 51 tahun, memakai jilbab, perawakan sedikit gemuk, berkulit
sawo, memakai pakaian yang sesuai. Kebersihan dan kerapihan cukup
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Tingkah laku : normoaktif

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 12


3. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif
Kontak psikis: ada, wajar, dapat dipertahankan.
4. Mood dan Afek
a. Mood : cemas
b. Afek :
• Kualitas : cemas
• Kuantitas : ringan
• Rentang : luas
• Kewajaran : wajar
• Kongruensi : serasi

B. Pembicaraan
Pasien menjawab semua pertanyaan pemeriksa dengan baik, jawabannya sesuai dengan
yang ditanyakan. Irama, intonasi cukup, volume suara jelas, artikulasi jelas.
Kualitas : cukup
Kuantitas : cukup
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : disangkal
2. Ilusi : disangkal

D. Pikiran
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir : koheren
3. Isi pikir : preokupasi terhadap nilai Trombosit
E. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran
Kesadaran psikiatris : jernih
2. Orientasi :
● Waktu : baik
● Tempat : baik
● Personal : baik
● Situasional : baik
3. Daya ingat
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 13
● Daya ingat jangka panjang : baik
● Daya ingat jangka pendek : baik
● Daya ingat segera : baik
4. Konsentrasi : baik
5. Perhatian : normovigilitas
6. Kemampuan baca tulis : baik
F. Pikiran abstrak : baik
G. Pengendalian Impuls : baik
H. Judgement : baik
I. Tilikan : ( 4)
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan pertolongan, dan
saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab
eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan, namun
penyebabnya adalah sesuatu yang tidak diketahui dari diri pasien.
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian dari
penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diripasien, namun
tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu selanjutnya
(misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti tilikan
derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri
pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal ini membuat
perubahan perilaku pada pasien.
J. Reliabilitas
Dapat dipercaya

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 14


III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUTAN
A. Pemeriksaan Internum
Keadaan umum : Baik
Berat/ tinggi badan : 65 kg / 160 cm
Kesadaran : komposmentis
Tekanan darah/ nadi : 120/80 mmHg/ 80 x per menit
Pernafasan/ suhu : 20x per menit/afebris
Kepala : Sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak anemis
Leher : Dalam batas normal
Toraks : Cor : SI – SII murni, suara tambahan (-), frekuensi
denyut jantung ( 80x/menit), Pulmo : suara vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-).
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal.
Ekstremitas : Dalam batas normal
Lain- lain : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

B. Pemeriksaan Neurologis
1. GCS : E4 M6 V5
2. Gejala rangsang selaput otak : negatif
3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal : tidak ada
- Tremor tangan : negatif
- Akatisia : negatif
- Bradikinesia : negatif
- Cara berjalan : normal
- Keseimbangan : baik
- Rigiditas : negative
4. Motorik : baik
5. Sensorik : Baik
Kesan : Tidak ada kelainan

C. Pemeriksaan Penunjang
HAM-D (6 Januari 2020) : 13 (ringan)
HAM-A (6 Januari 2020) : 16 (mild)
MMPI : terlampir
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 15
Laboratorium (4 Januari 2020) :
GDP : 69 mg/dl
Leukosit : 11.600 /uL
Eritrosit : 4,27 /uL
Hb : 12,6 g/dl
Ht : 38,6 %
MCV : 90,4 fl
MCH : 29,4 pg
MCHC : 32,6 g/ dL
Trombosit : 836.000 /uL (Sudah dicek manual)
CRP kuantitatif : 0.22 mg/dL
Skor DAS : 3.12 (rendah)
IV. FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang perempuan 51 tahun beragama Islam, suku Jawa, menikah, memiliki
penyakit Reumatoid Atritis dan Trombositosis Esensial dikonsulkan ke bagian
Psikiatri dengan keluhan cemas.
Kurang lebih 6 bulan SMRS (Juli 2019), pasien yang menderita RA diketahui
memiliki kadar trombosit yang meningkat drastis. Pasien jadi kepikiran karen
trombosit yang tinggi bisa menyebabkan stroke. Pasien jadi khawatir dirinya akan
terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Bila sedang cemas, pasien jadi berdebar,
sesak dan sakit kepala.
Kurang lebih lima bulan SMRS (Agustus 2019), pasien kembali kontrol dan nilai
trombosit masih tinggi. Pasien dianjurkan untuk minum obat namun obat mahal dan
tidak ditanggung BPJS. Pasien jadi semakin cemas saat memikirkan sakitnya. Pasien
makin sering merasa berdebar, sesak, sakit pada persendian.
Kurang lebih 3 bulan SMRS (Oktober 2019), nilai trombosit sudah turun walau
belum normal. Pasien agak lega. Menantu pertama berhenti dari pekerjaan. Pasien jadi
kesal dan menasehati namun malah bertengkar dengan anak. pasien jadi sedih dan
mudah lelah. Keluhan cemas, berdebar dan sesak masih dirasakan.
Kurang lebih satu bulan SMRS (Desember 2019), kadar Trombosit kembali naik.
Pasien semakin cemas dan sedih. Pasien semakin sering berdebar, sesak, nyeri kepala
dan sendi. Keluhan lain yaiut sulit tidur. Pasien akhirnya dikonsulkan ke Psikiatri
karena cemas.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 16


Berdasarkan riwayat penyakit pasien, ditemukan adanya pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan (distress) maupun hendaya (disability) pada berbagai
fungsi peran, sosial, penggunaan waktu luang, dan perawatan diri sehingga dapat
disimpulkan penderita mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis, tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini, sehingga
gangguan mental organik dapat disingkirkan. Pada penderita tidak ditemukan adanya
riwayat penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat sehingga Gangguan Mental dan
Perilaku akibat Penggunaan Zat dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan: kontak psikis ada, wajar dan dapat
dipertahankan, perilaku dan psikomotor normoaktif, sikap kooperatif terhadap
pemeriksa, mood cemas, afek cemas serasi, arus pikir lancar dan koheren, tidak
adanya gangguan bentuk pikir dan arus pikir, isi pikir terdapat preokupsi. Gangguan
persepsi tidak ada. Secara keseluruhan gejala ini berlangsung selama 6 bulan. Pasien
melaporkan perasaan yang cemas dan sedih. Kriteria depresi maupun gangguan cemas
pada pasien ini belum dapat terpenuhi karena keduanya tidak menonjol sehingga
menurut PPDGJ III dapat dipertimbangkan diagnosis F41.2 Gangguan Campuran
Ansietas dan Depresi.

V. FORMULASI PSIKOPATOLOGI DINAMIK


a. Karakteristik Ego
Ego pasien dinilai tidak adekuat yang ditunjukkan dari fungsi ego pasien yang
rapuh, antara lain :
● Pengendalian dorongan instingtual
Pasien saat ini mampu mengendalikan id nya. Pasien mampu
mengendalikan walau kesal dengan anak pertama dan menantu.
● Kemampuan judgement
Kemampuan judgement pasien baik. Pasien mampu mengikuti perintah
dokter untuk kesembuhan pasien.
● Relasi dengan realitas

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 17


Pasien memiliki penilaian realita tidak terganggu. Pasien dapat
membedakan eksternal dan internal, serta tidak adanya pola mispersepsi
maupun delusi
 Kapasitas membentuk relasi objek
Pasien dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain, pasien bisa
bergaul dengan banyak orang.
● Fungsi sintesis
Fungsi sintesis ego pasien kurang adekuat dalam mengorganisasi dan
mengkoordinasi pikiran, dorongan, dan perilaku pasien.
Fungsi otonomi primer ego
Fungsi otonomi primer ego pada pasien baik dengan kemampuan pasien
membuat persepsi, belajar, intelegensi, intuisi, bahasa, berpikir, pemahaman
dan motilitas.
Fungsi otonomi sekunder ego
Fungsi otonomi sekunder ego pasien terganggu karena pasien kurang
mampu mengatasi masalahnya dengan menggunakan mekanisme defens
yang neurotik maupun primitif.
● Mekanisme defens pada pasien antara lain:
 Mekanisme defensif Neurotik
o Represi : Pasien cenderung menekan ke alam bawah sadar peristiwa yang
tidak menyenangkan. Pasien memendam bila ada masalah sejak remaja,
saat ada masalah dengan pernikahan ayah dan masalah dengan suami atau
anak.
o Somatisasi : pasien memanisfestasikan konflik internal emosional yang
tidak nyaman dalam bentuk keluhan fisik. Pasien mengeluhkan sakit
kepala bila sedang ada masalah
 Mekanisme defens primitif
o Acting out : Secara impulsif melakukan fantasi atau harapan yang tidak
disadari untuk menghindari afek yang tidak menyenangkan. Pasien marah
kepada Ibu ketika banyak ditanya.
● Relasi dengan superego

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 18


Pasien memiliki superego yang baik dimana pasien dapat menerapkan nilai
moral yang baik yang berasal dari lingkungan tempat tinggal. Pasien tidak
pernah berkata kasar walau marah.
b. Kualitas Relasi Objek
Kapasitas pasien dalam membentuk relasi objek dengan figur lain yang
berkualitas cukup baik. Terapis mengalami kontra transferensi pada saat awal
pertemuan dan terapis menyadarinya setelah beberapa kali pertemuan. Pasien
mampu membentuk transferensi dengan menganggap terapis sebagai sosok ayah.
c. Karakteristik Self
● Self-esteem: kurang baik.
Pasien menempatkan pengakuan dan perhatian orang lain sebagai hal yang utama
bagi dirinya.
● Self-cohesiveness: saat ini kurang baik
Pasien merasakan ketidakutuhan akan self-nya ditandai dengan munculnya kecemasa
n.
● Self-boundaries: baik, pasien dapat menentukan batasan dirinya dengan orang lain
● Self-continuity: cukup baik, pasien masih dapat menjalani aktivitas harian dengan
baik walaupun terkadang pasien terdapat keluhan fisik yang tidak dapat dikendalikan
pasien.
● Mind-body relationship: cukup baik, tidak ada riwayat self mutilation dan
depersonalisasi, namun pasien menunjukkan gejala somatisasi. Keluhan-keluhan
psikis pasien terkadang dimunculkan dalam reaksi somatik seperti nyeri kepala,
terutama saat terdapat masalah pada pasien.
d. Attachment
Pola attachment pasien adalah tipe insecure pre occupied yang ditandai dengan
adanya kekecewaan dan kesedihan terkait attachment.
e. Kemampuan Mentalisasi
Kemampuan mentalisasi cukup adekuat. Pasien dapat memahami perasaan dan
pikiran orang lain
f. Organisasi Kepribadian
Pasien memiliki level organisasi kepribadian neurotic level dimana pasien memiliki
yang ditandai dengan kelemahan fungsi ego dan penggunaan mekanisme defens
yang neurotic.
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 19
VI. Formulasi Psikodinamik

Tiga langkah dasar dalam penyusunan formulasi psikodinamik, yaitu :


 Describe : menentukan Problem dan Pattern of Person
 Review : riwayat perkembangan.
 Link : “organizing ideas”.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 20


Problem
 Pasien datang dengan keluhan sedih dan sering cemas
 Pasien mengalami keluhan tersebut sejak mengetahui kadar trombosit meningkat
Self Relationship Adapting Kognisi Work and
Play
 Pasien mengetahui  Pasien bisa o Pasien sering  Pasien memiliki  Pasien
apa yang ia sukai mempercayai mengembangka kemampuan menyukai
ataupun tidak temannya dan n defens more kognitif yang aktivitas
disukai
suami adaptive secara umum merawat
 Fantasi self pasien
pasien  Pasien dapat (represi, masih baik cucu
baik,
mengetahui merasakan yang somatisasi)  Kemampuan  Pasien hobi
kemampuan dan orang lain o Pasien cukup mentalisasi, self memasak
keterbatasannya rasakan fleksibel dalam reflection pasien
 Pasien memiliki  Pasien merasa menghadapi baik
kerentanan secure dengan masalah.  Judgment pasien
terhadap self
suami atau anak o Kemampuan baik
esteem
terhadap pasien untuk
 Pasien memiliki
mengelola
respon internal hubungannya
terhadap ancaman dengan istri dan emosi kurang
self esteem yang keluarganya baik.
bersifat less  Pasien o Pengendalian
mampu
adaptive impuls pasien
membentuk
 Regulasi self baik.
intimacy dan
esteem kurang baik.
mutualitas
kepada orang
lain.
Fokus deskripsi : pasien memiliki masalah pada self

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 21


Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 22
Genetik Kanak awal Kanak tengah Kanak akhir Remaja Dewasa awal
dan 0 – 3 tahun (3 – 6 tahun) (6 – 12 tahun) (12 – 18 (18 – 23 tahun)
prenatal tahnn)
 Anak ke 9  Tidak  Orangtua  Ayah dan ibu  Ayah menikah  Pasien sudah
dari 10 didapatkan memanjakan berpisah lagi menikah.
bersaudara cukup data pasien  Ortu masih  Mengalami  Ibu
 Kelahiran di  Pasien  Lebih dekat bersama kesedihan, meninggal
dengan ayah
bidan diasuh oleh merawat nyeri kepala karena stroke
 Sering
 Ayah ayah dan pasien dan lemas dan
dituruti oleh
merupakan ibu ayah  Tidak  Idealisasi Ibu mengalami
suami kedua didpatkan kelumpuhan
ibu adanya rasa
sedih atau
kecewa pada
masa ini
 Sosialisasi
dengan
lingkungan
baik

Fokus review perkembangan : riwayat paling bermasalah kemungkinan terjadi pada remaja

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 23


Fokus problem dan pattern of person : Fokus review perkembangan :
pasien memiliki masalah di self bermasalah pada masa remaja

Organizing idea : Theory of the self Karen Horney

Formulasi : Teori Horney tentang neurosis didasarkan pada konflik interpersonal dan
intrapsikis. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan
antar pribadi kemudian mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik
interpersonal (=konflik intrapsikis). Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang
sarat dengan dinamika diri, Horney memaparkan empat macam konsep diri, yaitu diri
rendah (despised real self), diri nyata (real self), diri ideal (ideal self), dan diri aktual
(actual self)
Konflik intrapsikis yang yang terpenting adalah antara gambaran diri ideal dengan diri
yang dipandang rendah. Membangun diri-ideal adalah usaha untuk memecahkan konflik
dengan membuat gambaran bagus mengenai diri sendiri. Diri rendah adalah
kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak gambaran nyata diri. Ketika
individu membangun gambaran diri ideal, gambaran diri nyata dibuang jauh-jauh. Ini
menimbulkan keterpisahan yang semakin jauh antara diri nyata dengan diri ideal, dan
mengakibatkan pengidap neurotik membenci dan merusak diri aktualnya, karena
gambaran diri aktual itu tidak bisa disejajarkan dengan kebanggaan gambaran diri ideal.
Kebanggaan neurotik (neurotic pride) adalah kebanggaan yang semu, bukan didasarkan
akan pandangan diri yang realistis, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal.
Kebanggaan neurotik didasarkan pada gambaran diri ideal dan biasanya diumumkan
keras-keras dalam rangka melindungi dan mendukung pandangan kebanggaan akan diri
sendiri. Orang neurotik memandang dirinya sebagai orang yang mulia, hebat dan
sempurna, sehingga kalau orang lain tidak memperlakukan mereka dengan pertimbangan
khusus, orang itu menjadi cemas.
Saat pasien mengetahui kadar Trombosit tinggi, pasien khawatir akan mengalami stroke
dan menjadi lumpuh sehingga membentuk diri rendah (despised real self). Pasien
menganggap dirinya seharusnya bisa menjadi seperti ibu yang mandiri, kuat dan mampu
merawat keluarga (idealized self). Pasien merasa kecewa karena dirinya tidak bisa
merawat keluarga dan akan menjadi beban keluarga (real self). Hal ini merupakan
ancaman terhadap neurotic pride yang sedang dibangun karena idealized self belum
tercapai.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 24


DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ( 6 Januari 2020 )
Menurut PPDGJ III
Axis I : F 41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Anxietas Organik
Axis II :Tidak ada diagnosis (menggunakan mekanisme pertahanan jiwa
represi, somatisasi, dan acting out)
Axis III : Rheumatoid Artritis dan Trombositosis Esensial
Axis IV : Masalah psikososial (menderita Trombositosis Esensial)
Masalah primary support group (konflik dengan anak dan menantu)
Axis V : GAF 60 (saat diperiksa)
GAF 80 (tertinggi 1 tahun terakhir)

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O

IPD sub Reumatologi :


- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
B.Non Psikofarmaka :
 Psikoterapi CBT

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 25


IX. PEMBAHASAN
Diagnosis
Menurut Pedoman dan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ
III)
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Berdasarkan PPDGJ III:
● Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi dimana masing-masing tidak menunjukkan
gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.untuk anxietas,beberapa
gejala otonomik harus ditemukan walaupun tdk terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
● Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya.
● Bila ditemukan sindroma anxietas dan depresi yang cukup berat untuk menegakkan
masing2 diagnosis,maka kedua diagnosis tersebut harus ditemukan dan diagnosis gangguan
campuran tidak dapat digunakan.

F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi


 Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara: a) bentuk, isi, dan beratnya
gejala; b) riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan c) kejadian, situasi yang
"stressful",atau krisis kehidupan.
 Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut
tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
 Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan meneakup afek depresif, anxietas, campuran
anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin
sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung
diagnosis.
 Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang "stressful", dan
gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, keeuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 26


F 06.4 Gangguan Cemas Organik
Pedoman Diagnostik
 Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui
berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum
 Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan
penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;
 Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang
mendasarinya;
 Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti
pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus).

Rheumatoid Artritis
Rheumatoid arthritis adalah peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang
menyerang jaringannya sendiri. Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri
sendi, serta sendi terasa kaku. Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama
yang berusia antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di
kedua sisi tubuh. Gejala rheumatoid arthritis terkadang bisa mirip dengan penyakit lain,
contohnya osteoarthritis dan polimialgia reumatik.

Trombositosis pada RA
Rheumatoid artritis ditandai oleh sistem imun yang terganggu. Untuk alasan yang kurang
dipahami, sistem kekebalan tubuh tiba-tiba akan menyerang sel dan jaringannya sendiri.
Dengan RA, sendi adalah target utama serangan itu, menyebabkan kerusakan sel sambil
memacu peradangan kronis dan seringkali tak henti-hentinya. Ini memicu sumsum tulang untuk
menghasilkan lebih banyak sel darah putih dan trombosit, menyebabkan trombositosis.
Trombositosis ringan hingga sedang sering terjadi pada artritis reumatoid. Gejala
biasanya ringan sampai tidak ada dan sering hanya terlihat dalam tes darah. Trombositosis
cenderung memburuk seiring dengan keparahan peradangan autoimun. Jarang terjadi
trombositosis yang berhubungan dengan RA untuk menyebabkan komplikasi parah. Satu-
satunya pengecualian mungkin pada orang dewasa yang lebih tua dengan penyakit
kardiovaskular di mana trombositosis kronis dapat meningkatkan risiko stroke atau serangan
jantung. RA jangka panjang dengan sendirinya meningkatkan risiko kardiovaskular.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 27


Gangguan Psikiatri pada RA
Manifestasi berupa depresi dan cemas merupakan yang paling banyak ditemui pada
pasien RA. Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa pasien yang menderita RA selama
5 tahun dapat berkembang mengalami Depresi sebanyak 30% dan kecemasan sebesar 20%.
Sebuah studi 2017 dalam jurnal Psychosomatic Medicine menemukan hubungan antara depresi
dan RA berjalan dua arah. Rasa sakit dari RA dapat membuat depresi semakin buruk, yang
pada gilirannya membuat lebih sulit untuk mengelola gejala-gejala RA. Itu sebagian karena
rasa sakit menyebabkan stres, dan stres menyebabkan pelepasan bahan kimia yang mengubah
suasana hati. Ketika suasana hati berubah, ada efek domino. Lebih sulit tidur dan tingkat stres
bisa meningkat. Sederhananya, kecemasan dan depresi tampaknya memperburuk rasa sakit atau
membuatnya lebih sulit untuk mengelola rasa sakit. Selain itu, depresi juga dapat muncul oleh
karena kelelahan atau putus asa akan pengobatannya yang muncul dengan tanda mood,
kehilangan minat, murung, kehilangan nafsu makan, dan gangguan tidur serta pikiran-pikiran
negatif karena merasa dirinya memiliki ketergantungan dengan orang lain dan kehilangan
support financial akibat pengobatan yang panjang. Terdapat juga bukti hubungan antara
peradangan dan depresi. Tingkat protein C-reaktif (CRP), salah satu cara peneliti mengukur
peradangan, seringkali lebih tinggi pada orang dengan depresi. Sebuah studi pada 2018,
SourceTrusted menemukan bahwa CRP mungkin secara signifikan lebih tinggi pada mereka
yang depresi sulit untuk diobati.Obat-obatan steroid dan opiat yang dikonsumsi secara rutin
juga dapat mempengaruhi kadar kortisol dan neurotransmitter otak sehingga mengakibatkan
gejala depresi atau cemas.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 28


Psikoterapi CBT
CBT (Cognitif Behaviour Therapy) merupakan kombinasi aliran kognitif (Beck) dan
perilaku (behavior). CBT menganggap bahwa pola pemikiran terbentuk melalui rangkaian
proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR) yang saling berkaitan membentuk semacam jaringan
dalam otak. Isi pikiran yang positif akan mempengaruhi perasaan dan perilaku yang positif
(normal), sedangkan isi pikiran yang negatif akan mengakibatkan gangguan emosi (perasaan).
Dengan CBT, akan dilakukan modifikasi fungsi pikiran, perasaan dan perilaku (perbuatan)
dengan cara menekankan fungsi kognitif (otak) dalam menganalisis, memutuskan, bertanya,
berkehendak dan memutuskan kembali, sehingga pasien diharapkan dapat merubah perilakunya
dari negative menjadi positif.
Semua kejadian yang dialami dapat berlaku sebagai activating agent (A) dan akan
dipersepsi dan diinterpretasi, selanjutnya kumpulan dari persepsi dan interpretasi tersebut akan
membentuk keyakinan atau belief (B) yang akan mempengaruhi reaksi fisiologis (somatic) dan
perilaku sebagai consequences (C). Dengan CBT dilakukan intervensi sehingga dapat
menggoyahkan dan menyusun kembali sistem keyakinan pasien (B) dari negative ke positif
(rasional/realistic) dengan demikian menghambat atau menghilangkan dampak negative pada
perilaku dan reaksi somatic sebagai konsekuensinya.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 29


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Mood Disorder, Synopsis Of Psychiatry Eleventh
Edition. New York. 2015: 347-380.
2. Rusdi M. Rujukan Ringkas dari Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
III. PT Nuh Jaya Jakarta. 2001 : 64-75
3. Gabbard GO. Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practice Fifth Edition. American
Psychiatric Publishing, Inc . 2014
4. Levenson JL. Textbook of Psychosomatic Medicine and Consultation-Liaison
Psychiatry 3rd ed. APA Publishing. 2019
5. Cleveland Clinic. Thrombocytosis. Updated October 25, 2016.
6. Avina-zubieta JA, Thomas J, Sadatsafavi M, Lehman AJ, Lacaille D. Risk of incident
cardiovascular events in patients with rheumatoid arthritis: a meta-analysis of
observational studies. Ann Rheum Dis. 2012;71(9):1524-9.
7. Centers for Disease Control and Prevention. Rheumatoid Arthritis (RA). Updated
March 5, 2019.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 30


FORMULASI PSIKOTERAPI
COGNITIF BEHAVIOR TERAPI

Seorang perempuan usia 51 tahun, tampak sesuai dengan usia, kebersihan dan kerapihan
cukup, agama Islam, suku Jawa, pendidikan SMA tamat, menikah, alamat rumah di
Semarang.
Formulasi Masalah :
 Pasien memikirkan kondisi penyakitnya yang menurut pasien pasti menyusahkan
anaknya sehingga anak tidak menghargai pasien lagi. Bila memikirkan kondisi
penyakit, pasien akan merasa cemas dan sedih.
Keluhan Utama :
Pasien merasa cemas ketika memikirkan kondisi penyakitnya yang menurut pasien pasti
menyusahkan anaknya sehingga anak tidak menghargai pasien.

Langkah – Langkah Analisis Pemikiran :


Pikiran Irasional :
 Fortune Telling
“Jika kondisi penyakit saya tidak membaik maka pasti anak tidak menghargai saya
lagi”
Perilaku yang harus dirubah:
 Pasien mendiamkan anaknya.

CBT I  10 Juni 2020


Tempat Poli Psikiatri RSUP Dr. Kariadi
 Kondisi penyakit yang tidak membaik
A = Activating event
D : Selamat siang, silahkan duduk Bu. Bagaimana
kabarnya?
P : Ya gini dok, saya masih cemas dan sedih kalau tau
hasil pemeriksaan penyakit saya masih begini aja, tidak
ada perubahan.
D : Bisa diceritakan apa yang membuat Bu P merasa sedih
dan cemas?
P : Iya dok, saya takut anak tidak menghargai saya lagi

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 31


bila keadaan penyakit saya seperti ini
 Pasti anak tidak menghargai saya lagi dengan
B = Beliefs
kondisi penyakit ini
D : Baik. Bisa diceritakan, apa yang ada di pikiran Bu P
saat mengetahui hasil pemeriksaan?
P : Saya terbayang pikiran pasti akan menyusahkan anak
sehingga anak tidak menghargai saya lagi..
 Perilaku : mendiamkan anak
C = Consequence
 Emosi : Sedih (9)
Cemas (9)
D : Baik. Apakah keadaan ini nyaman untuk Mba D?
D = Dispute
P : Tidak dokter, saya sebenarnya pengen bisa biasa lagi ke
anak tapi anak sejak trombosit saya meningkat kok jadi
tidak menghargai saya..
D : Baik. Untuk sejauh ini, selama Bu P menjalani
pengobatan penyakitnya, sikap anak seperti apa?
P : Anak sebetulnya masih rutin anter berobat dan juga
membelikan obat untuk menurunkan trombosit yang cukup
mahal dok..
D : Hmm, jadi sebenarnya, apa yang membuat Bu P
berpikir anak pasti tidak menghargai bu P dengan kondisi
penyakit ini ?
P : Hmm, tidak tahu dokter, tetapi setiap saya kontrol dan
penyakit saya begini, saya merasa sedih dan cemas dokter.
D: Baik. Menurut Bu P, apakah seharusnya Bu P masih
merasa sedih dan khawatir padahal anak rutin mengantar
dan membellikan obat?
P : Seharusnya tidak dokter, anak masih mau anter dan
membelikan obat saya.
-
E
(Effect)
D : Bagaimana jika dari sekarang, Bu P menyapa anak,
F(Further
Action)
bisa dimulai dengan pembicaraan yang biasa dilakukan Bu
P dengan anak.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 32


P : Baik dokter. Saya coba ya dok

CBT II (17 Juni 2020)


Tempat Poli Psikiatri RSUP Dr. Kariadi
 Anak kurang memberikan uang bulanan
A = Activating
event D : Selamat siang, silahkan duduk Bu P. Bagaimana 1
minggu ini?
P : Saya merasa masih sama saja dokter
D : Bisa ceritakan lebih lanjut?
P : Saya sudah coba menyapa anak saya dok sehingga
sempat mengobrol ringan dengan anak. Saya merasa
hubungan kami membaik namun ketika anak saya
memberikan uang bulanan kok jumlahnya berkurang..
 Pasti anak tidak menghargai pasien
B = Beliefs
D : Dengan hal tersebut, apa yang ibu pikirkan?
P : Saya berpikir anak tidak menghargai saya lagi karena
kondisi penyakit saya.
 Perilaku : kembali mendiamkan anak
C = Consequence
 Emosi : Cemas (8)
Sedih (8)
D : Bisa Bu P ceritakan mengenai uang bulanan yang
D = Dispute
berkurang ?
P : Saya biasanya dikasih satu juta dokter tapi kemarin
cuma 600 ribu. Uang bulanan itu padahal kan saya jajanin
untuk cucu saya juga. Saya juga kepengen beli baju baru
karena baju saya sudah luntur..
D : Bu P pernah menyampaikan keinginan ini ke anak ?
P : Belum pernah dok
D : Apa yang membuat ibu tidak menanyakan hal ini ke
anak ?
P : Saya takut dia tersinggung sih dok.. tapi mungkin nanti
saya coba untuk membicarakan ini ke anak
Pasien sedikit mau berbicara dengan anak
E
(Effect)

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 33


P : saya akan coba untuk membicarakan ke anak mengenai
F(Further
Action)
keinginan saya..
D : Kita coba pelan-pelan ya Bu. Jika Bu P merasa takut,
mungkin bisa dilakukan dengan menyapa anak seperti
biasa.. Bagaimana?
P : Saya coba ya dok. Mudah-mudahan saya bisa ya dok.
D : Baik Bu

CBT III (24 Juni 2020)


Tempat Poli Psikiatri RSUP Dr. Kariadi
 Anak kurang memberikan uang bulanan
A = Activating
event D : Selamat siang, silahkan duduk Bu P. Bagaimana
kabarnya?
P : lumayan baik sih dok
D : Apa PR Bu P sudah dikerjakan?
P : Sudah dok, awalnya saya menyapa anak duluan dan
anak menanggapi. Setelahnya komunikasi kami
seperti biasa tapi saya belum cerita ke anak mengenai
keinginan saya dok..
 Kalau saya cerita mengenai keinginan, anak pasti
B = Beliefs
akan tersinggung
D : Baik. Bisa diceritakan, apa yang ada di pikiran Bu P
saat menyapa anak ?
P : Saya menyapa lagi dok dan sempat terbersit dalam
pikiran untuk menyakan hal itu tapi ketika saya mau
mengutarakannya saya ragu. Tangan saya rasanya
basah, kemudian pembicraan terhenti karena anak
saya harus pergi kerja.
D : Apa yang membuat ibu ragu membicarakan hal itu ?
P : Saya berpikir bila saya membicarakan hal ini, anak
pasti akan tersinggung
 Perilaku : menghindari pembicaraan mengenai
C = Consequence
keinginan pasien
 Emosi : Cemas (6)

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 34


Sedih (4)
D : Biasanya bila ibu membicarakan mengenai keinginan
D = Dispute
ke anak, bagaimana tanggapan anak?
P : Biasanya sih anak sering memahami keinginan saya
walau kadang juga kelihatan tidak suka bila saya meminta
sesuatu
D : Jadi anak sering memahami keinginan ibu ya ?
P : Ya iya sih dok
D : Jadi kekhawatiran ibu bila anak akan tersinggung
kurang tepat ya ?
P : … mmm iya dok
Pasien mau berbicara ringan dengan anak
E
(Effect)
D : Baik. Bagaimana jika mulai sekarang, Bu P mencoba
F(Further
Action)
lagi menanyakan keinginan ke anak sampai Bu P siap
untuk mengutarakannya ke anak
P : Iya dok nanti saya coba lagi
D : Baik Bu P

CBT IV (8 Juli 2020)


Tempat Poli Psikiatri RSUP Dr. Kariadi
 Anak kurang memberikan uang bulanan
A = Activating
event D : Selamat siang, silahkan duduk Bu P. Bagaimana
kabarnya?
P : Sudah lebih baik dok . PR dari dokter saya sudah
lakukan dok. Saya sudah mengutarakan keinginan ke
anak.
 Saya hanya khawatir sendiri karena anak tidak
B = Beliefs
tersinggung dengan keinginan saya
D : Baik. Bisa diceritakan, bagaimana respon anak?
P : Anak menjelaskan bila dirinya belum bisa memenuhi
keinginan karena gajinya sebagian dipakai untuk
membeli obat Trombosit saya.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 35


 Perilaku : pasien menceritakan keinginannya ke
C = Consequence
anak
 Emosi : Cemas (3)
Sedih (3)
D : Jadi perasaan khawatir bila anak tersinggung kurang
D = Dispute
tepat ya ?
P : Iya dokter
Pasien mau bercerita mengenai keinginan ke anak
E
(Effect)
D : Baik. Jika demikian, coba dilanjutkan ya Bu, PR Bu P.
F(Further
Action)
Jadi saat ini, Bu P sudah bisa mengutarakan keinginannya.
P : Iya dok. Saya sudah berani dok, hanya kadang
kepikiran saja, tapi saya berani dok, tidak apa-apa.
D : Baik Bu P

CBT V (15 Juli 2020)


Tempat Poli Psikiatri RSUP Dr. Kariadi
 Anak kurang memberikan uang
A = Activating
event D : Selamat siang, silahkan duduk Bu P. Bagaimana
kabarnya?
P : Sudah lebih baik dok . Sekarang saya sudah bisa cerita
ke anak. Saya sudah tidak cemas lagi.
 Kenyataannya anak tidak tersinggung
B = Beliefs
D : Baik. Bisa diceritakan, apa yang ada di pikiran Bu P
saat mengerjakan PR bu P ?
P : Sudah tidak berasa apa-apa dok. Saya sudah tidak
berpikir apa-apa
 Perilaku : berbicara dan bercerita seperti biasa lagi
C = Consequence
ke anak
 Emosi : Cemas dan sedih berkurang (2)
-
D = Dispute
Pasien semakin nyaman dan tidak khawatir untuk bercerita
E
(Effect)
ke anak
-
F(Further

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 36


Action)

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 37


FOLLOW UP

13 Januari 2020 (pertemuan kedua)


S Perasaan masih cemas bila ingat nilai trombosit padahal berusaha tidak dipikirkan
namun tetap kepikiran
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood cemas, afek
serasi. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Preokupasi kadar trombosit
TTV: T: 120/70 mmhg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris
HAM-D= 13 HAM-A= 16
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 24 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 24 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
-Metotrexat 5 tab / minggu
-Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
-Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
-Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 24 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
- Psikoterapi suportif

20 Januari 2020
S Rasa cemas mulai berkurang namun kadang masih dirasa.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood cemas, afek
cemas, serasi. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal
dan gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 11 HAM-A= 15
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 38
- Amitriptilin 25 mg / 24 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 24 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
- Psikoterapi suportif

9 Maret 2020 (pertemuan ketiga)


S Tidak kontrol karena menjalani pemeriksaan biopsi sumsum tulang belakang.
Hasilnya katanya baik namun dokter tidak menjelskan penyebab trombosit
meningkat dan apa yang harus dilakukan. Pasien juga kembali bertengkar dengan
anak oertama karena menantu yang tidak bekerja. Pasien jadi kembali sering cemas
dan sedih memikirkan sakitnya
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood cemas, afek
serasi. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir preokupasi
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 13 HAM-A= 16, Trombosit : 872.000
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
- Psikoterapi suportif

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 39


8 April 2020 (Pertemuan ke empat)
S Perasaan nyaman karena trombosit turun jadi 500 ribu namun rasa sedih dan cemas
kadang dirasa karena memikirkan menantu apalagi sedang wabah
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, sulit dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
serasi. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 8 HAM-A= 11, Trombosit : 532.000
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
- Psikoterapi suportif

15 Mei 2020 (pertemuan ke lima)


S Kadar Trombosit naik lagi jadi 760 ribu. Pasien kembali cemas, sempat ke IGD
karena sesak dan berdebar selama 1 jam. Terjadi 1x. Diperiksa EKG dan Ro paru
namun dikatakan baik. Dokter IGD mengatakan bahwa pasien terlalu cemas. Sedih
karena sudah berobat namun belum juga membaik.
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas kurang. Mood cemas, afek
cemas. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Preokupasi Trombosit
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 11 HAM-A= 20, Trombosit : 760.000
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Serangan Panik
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 40


P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi suportif

10 Juni 2020 (Pertemuan ke enam)


S Keluhan cemas dan sedih masih muncul terutama memikirkan kondisi penyakitnya.
Bila kondisi penyakitnya seperti ini maka pasti tidak dihargai oleh anak. pasien jadi
sering mendiamkan anak
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
eutim. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 11, HAM-A= 14, Trombosit : 737.000
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi CBT I

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 41


Pertemuan ke tujuh (17 Juni 2020)
S Sedih dan cemas karena anak kurang memberikan uang. Pasien jadi kembali
mendiamkan anak
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
eutim. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 10, HAM-A= 13
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 12 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi CBT II

Pertemuan ke delapan (24 Juni 2020)


S Keluhan cemas dan sedih berkurang. Pasien masih belum bisa menceritakan
keinginannya ke anak karena takut anak tersinggung
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
eutim. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 8, HAM-A= 11
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 42


- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 24 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi CBT III

Pertemuan ke sembilan (8 Juli 2020)


S Pasien sudah mengutarakan keinginan ke anak. Anak menjelaskan mengenai kondisi
keuangannya. Rasa cemas dan sedih berkurang
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
eutim. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 6, HAM-A= 8
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 12 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 24 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi CBT IV

Pertemuan ke sepuluh (15 Juli 2020)


S Sudah bisa bercerita biasa ke anak. Pasien sudah tidak lagi merasakan cemas dan
Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 43
sedih
O Kesadaran: jernih, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan. Sikap kooperatif,
perilaku normoaktif. Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup. Mood biasa, afek
eutim. Bentuk pikir realistik, arus pikir lancar. Gangguan isi pikir disangkal dan
gangguan persepsi disangkal.
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 18 x/menit, Afebris
HAM-D= 5, HAM-A= 5 Trombosit 870.000
A F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
DD : F43.22 Gangguan Penyesuaian Reaksi Campuran Ansietas dan Depresi
F 06.4 Gangguan Cemas Organik
P Farmakoterapi :
Psikiatri :
- Amitriptilin 25 mg / 24 jam P.O
- Clobazam 5 mg / 24 jam P.O
IPD sub Reumatologi :
- Metotrexat 5 tab / minggu
- Metil prednisolon 4 mg/24 jam P.O
- Aspilet 80 mg / 24 jam P.O
- Gabapentin 100 mg / 24 jam
IPD sub Hemato onkologi :
- Cytodrox 500 mg / 12 jam P.O
- Omeprazol 20 mg / 12 jam P.O
Non farmakoterapi :
Psikoterapi CBT V

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HAM-D)


Nama : Ny P
Umur : 51 th
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal : 6 Januari 2020

1 Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna)
0 Tidak ada
1 Perasaan ini hanya dinyatakan bila ditanya SKOR
2 Perasaan ini dinyatakan secara verbal & spontan 1
3 Perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal misalnya:
ekspresi mukanya, bentuk mukanya dan kecenderungan
menangis
4 Pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam
komunikasi verbal maupun non verbal secara spontan
2 Perasaan bersalah
0 Tidak ada

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 44


1 Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai penyebab SKOR
penderitaan orang lain 1
2 Ide bersalah atau renungan tentang kesalahan tentang masa
lalu
3 Sakit ini sebagai hukuman, delusi bersalah
4 Suara kejaran atau tuduhan dengan atau dan halusinasi
penglihatan tentang hal yang mengancam
3 Bunuh diri
0 Tidak ada
1 Merasa hidup tidak berguna SKOR
2 Mengharapkan kematian atau pikiran kearah hal itu 0
3 Ide bunuh diri/ langkah kearah itu
4 Percobaan bunuh diri
4 Insomnia (initial)
0 Tidak ada
1 Keluhan kadang sukar masuk tidur (lebih setengah jam baru SKOR
dapat tidur) 2
2 Keluhan tiap malam sukar masuk tidur
5 Insomnia (Middle)
0 Tidak ada kesukaran untuk mempertahankan tidur
1 Pasien mengeluh, gelisah dan terganggu sepanjang malam SKOR
2 Terjaga sepanjang malam (bangun dari tempat tidur, kec. 0
buang air)

6 Insomnia (late)
0 Tidak ada kesukaran atau keluhan bangun tidur terlalu pagi
1 Bangun di waktu fajar, tetapi tidur lagi SKOR
2 Bila telah bangun, tidak bisa tidur lagi di waktu fajar 0
7 Kerja dan kegiatan-kegiatannya
0 Tidak ada kesukaran
1 Pikiran dan perasaan ketidakmampuan, keletihan, kelemahan SKOR
yang berhubungan dengan kegiatan kerja/hobi 1
2 Hilangnya minat kegiatan, hobi, pekerjaan, baik
langsung/tidak.
3 Berkurangnya waktu untuk beraktifitas sehari-hari atau
kurang produktif .
4 Tidak berkerja karena sakitnya sekarang.

8 Kelambanan (lambat dalam berfikir dan berbicara, gagal konsentrasi,


aktifitas motorik menurun)
0 Normal dalam berbicara dan berfikir
1 Sedikit lamban dalam wawancara SKOR
2 Jelas lamban dalam wawancara 1
3 Sukar diwawancarai
4 Stupor (diam sama sekali)
9 Kegelisahan atau agitasi

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 45


0 Tidak ada
1 Kegelisahan ringan SKOR
2 Memainkan tangan, rambut dan lain-lain 0
3 Bergerak terus tidak bisa duduk tenang
4 Meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku, menarik-narik
rambut, menggigit bibir
10 Anxietas Psikis
0 Tidak ada
1 Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung SKOR
2 Mengkhawatirkan hal kecil 3
3 Sikap kekhawatiran yang tercermin di wajah atau
pembicaraannya
4 Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
11 Anxietas somatik
0 Tidak ada. Anxietas berhubungan psikologi seperti:
1 Ringan: gastrointestinal: mulut kering, diare SKOR
2 Sedang: Cardiovaskuler: palpitasi, sakit kepala 2
3 Berat: Pernafasan: frekuensi buang air kecil, berkeringat dll
12 Gejala somatik gastrointestinal
0 Tidak ada
1 Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan SKOR
teman. Merasa perutnya penuh. 0
2 Sukar makan tanpa obat dorongan teman, membutuhkan
pencahar untuk BAB atau obat untuk saluran pencernaan.
13 Gejala somatik umum
0 Tidak ada
1 Anggota geraknya, punggung/kepala terasa berat, sakit SKOR
punggung, kepala & otot, hilangnya kekuatan dan 2
kemampuan
2 Gejala-gejala diatas yang jelas
14 Genital (gejala pada genital dan libido)
0 Tidak ada
1 Ringan (misalnya gejala hilangnya minat libido dan SKOR
gangguan menst) 0
2 Tidak ada gairah seksual/frigid
3 Ereksi hilang
4 Impotensi
15 Hypokondriasis
0 Tidak ada
1 Dihayati sendiri SKOR
2 Preokupasi mengenai kesehatan diri sendiri 2
3 Sering mengeluh, membutuhkan pertolongan dan lain-lain
4 Delusi hypokondris
16 Kehilangan berat badan (antara A atau B)
A Bila hanya riwayat
0 Tidak ada kehilangan berat badan

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 46


1 Kemungkinan berat badan berkurang berhubungan dengan
sakit sekarang
2 Jelas (menurut pasien) berkurang berat badannya
3 Tidak terjelaskan lagi kehilangan berat badan
B Dibawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan bila
jelas berat badannya berkurang menurut ukuran: SKOR
0 Kurang dari 0,5 kg seminggu 0
1 Lebih dari 0,5 kg seminggu
2 Lebih dari 1 kg seminggu
3 Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan
17 Insight/tilikan
0 Mengetahui sedang depresi dan sakit
1 Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab iklim, SKOR
makanan, berkerja berlebih-lebihan, virus, perlu istirahat 1
0= tidak ada gejala, 1= gejala ringan, 2= gejala sedang, 3=gejala berat, 4= gejala
berat sekali
< 10 : Tidak ada depresi 14-17 : Depresi sedang SKOR TOTAL: 13
10-13 : Depresi ringan > 17 : Depresi Berat Depresi Ringan

HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)


Nama : Ny P
Umur : 51 th
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal : 6 Januari 2020

1 Perasaan cemas SKOR


Firasat buruk/ takut akan pikiran sendiri/ mudah tersinggung. 2
2 Ketegangan SKOR
Tegang/ lesu/ mudah terkejut/ tidak dapat istirahat dengan 2
nyenyak/ mudah menangis/ gemetar/ gelisah.
3 Ketakutan SKOR
Pada gelap/ pada orang asing/ ditinggal sendiri/ pada binatang 0
besar/ pada keramaian lalu lintas/ pada keramaian orang banyak.
4 Gangguan tidur SKOR
Sulit memulai tidur/ terbangun di malam hari/ tidur tidak nyenyak/ 2
bangun dengan lesu/ banyak mimpi/ mimpi buruk/ mimpi
menakutkan.
5 Gangguan kecerdasan SKOR
Sulit konsentrasi/ daya ingat menurun/ daya ingat buruk. 0
6 Perasaan depresi SKOR
Hilangnya minat/ berkurangnya kesenangan pada hobi/ sedih/ 2
bangun dini hari/ perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 47


7 Gejala somatik SKOR
Sakit dan nyeri otot/ kaku/ kedutan otot/ gigi gemerutuk/ suara 1
tidak stabil.
8 Gejala sensorik SKOR
Telinga berdenging/ penglihatan kabur/ muka merah (pucat)/ 0
merasa lelah/ perasaan ditusuk-tusuk.
9 Gejala kardiovaskuler SKOR
Denyut nadi cepat/ berdebar-debar/ nyeri dada/ denyut nadi keras/ 3
rasa lemah seperti mau pingsan/ detak jantung hilang sekejap.
10 Gejala pernafasan SKOR
Rasa tertekan di dada/ perasaan tercekik/ nafas pendek (sesak)/ 2
sering menarik nafas panjang.
11 Gejala gastrointestinal SKOR
Sulit menelan/ mual/ muntah/ berat badan menurun/ sulit BAB/ 0
perut melilit/ gangguan pencernaan/ nyeri lambung sebelum atau
sesudah makan/ rasa panas diperut/ perut terasa penuh atau
kembung.
12 Gejala urogenitalia SKOR
Sering kencing/ tidak bisa menahan kencing. 0
13 Gejala otonom SKOR
Mulut kering/ muka merah/ mudah berkeringat/ kepala pusing/ 1
kepala terasa berat/ kepala terasa sakit/ bulu roma berdiri.
14 Perilaku saat wawancara SKOR
Gelisah/ tidak tenang/ gemetar/ mengerutkan kening/ muka 1
tegang/ otot tegang (mengeras)/ nafas pendek (cepat)/ muka
memerah.
< 17 Mild
18-24 Mild to moderat SKOR: 16
25-30 Moderat to severe

Kasus Neurotik, Liko Maryudhiyanto PPDS I Psikiatri FK UNDIP 48

Anda mungkin juga menyukai