HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC
STATE (HHS) PADA WANITA USIA 43
TAHUN
Oleh :
dr. Resha Alinda
Dokter Internsip RSUD dr. Doris Sylvanus
Pembimbing :
dr. Dessy Sensia Saragih, Sp.PD
Pendamping :
dr. Ironasia Maddolangan, M.M.Kes.
● Nama : Ny. H
● MR : 39.32.95
● Tanggal lahir : 12/09/1979 (43 tahun)
● Alamat : Tumbang Rungan
● Jenis Kelamin : Perempuan
DATA PASIEN ● Agama : Islam
● Pekerjaan : Petani rotan
● Jaminan : JKN-PBI
● Tanggal Masuk : 07/02/2022
● Instalasi Penerima : IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
● Ruang Rawat : ROE
● Tanggal Keluar : 12/02/2022
● DPJP : dr. Dessy Sensia Saragih, Sp.PD
KELUHAN UTAMA:
Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang: lemas sejak 3 hari SMRS, awalnya mulai dirasakan seminggu
terakhir. Namun 3 hari terakhir ini badan semakin terasa lemas dan tidak bertenaga,
selain itu pasien juga merasa sangat mengantuk tidak seperti biasanya. Pasien juga
mengeluh dalam waktu terakhir sering merasa haus dan lebih sering BAK. Penurunan
BB secara drastis disangkal. Pandangan kabur disangkal, jari-jari tangan tangan kebas
(+). Sebelumnya pasien mengeluh bahwa dirinya tidak napsu makan sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien juga merasa mual dan nyeri pada ulu hati nya sehingga membuat
makannya tidak teratur, hanya bisa makan sedikit saja. Keluhan muntah juga dialami
pasien sekitar 2-3x sejak 1 hari SMRS, bukan makanan tapi hanya air liur saja. Hal itu
membuat pasien merasa tubuhnya semakin lemas dan tidak bertenaga sehingga
memutuskan untuk segera membawa diri ke RS diantar oleh anak pertamanya. Keluhan
disertai demam dan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, nyeri kepala dirasakan diseluruh
bagian kepala memberat apabila pasien beraktivitas dan terasa membaik jika dibawa
beristirahat. Sedangkan keluhan sesak, nyeri tenggorokan, kontak dengan pasien
terkonfirmasi positif Covid-19 disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat DM, penyakit jantung disangkal. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2019 namun tidak terkontrol karena
dirasa tidak ada keluhan. Riwayat MRS sebelumnya juga disangkal.
Riwayat Terapi : Beberapa hari sebelum MRS pasien sempat mengonsumsi obat
maag namun keluhan mual hanya berkurang sebentar kemudian muncul
kembali.
Riwayat Keseharian : Pasien bekerja sebagai seorang petani rotan di daerah
tempat tinggalnya di Tumbang Rungan.
Riwayat Intake : Pola makan tidak teratur, karena tidak ada napsu makan (1x
sehari, dengan kuantitas yg sangat kecil). Menu makanan: nasi, ikan
goreng, terkadang telur, sayur terkadang. Konsumsi teh manis di pagi hari
setiap sebelum berangkat maupun pulang bekerja dari kebun
Riwayat Merokok dan Alkohol : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah dan adik kandung pasien memiliki
penyakit DM dan riwayat berobat rutin
Riwayat Sosial : Pasien seorang petani rotan di kebun rotan miliknya sendiri,
tinggal bersama suami serta 2 orang anaknya (usia 18th dan 7th)
Riwayat Sistemik : Tidak ada keluhan batuk, pilek, sesak nafas, nyeri dada,
maupun anosmia. BAB dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
PEMERIKSA Nadi : 108x/menit cepat dan lemah, reguler
Kepala : Kesan normal, tidak ada deformitas, tidak ada benjolan, rambut berwarna
hitam, tersebar merata, dan tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik, pupil isokor bilateral, diameter
kanan maupun kiri 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Hidung : deviasi septum (-), hiperemis (-), edema (-), secret (-)
Mulut : mukosa bibir kering (+), stomatitis (-)
Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
PEMERIKSAAN FISIK (3)
Jantung
● Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
● Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
● Perkusi : - Batas jantung kiri di intercostalis IV midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan intercostalis IV garis parasternal dextra
- Batas jantung atas intercostalis II parasternal sinistra
● Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 normal; murmur (-); gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK (4)
Paru-paru
● Inspeksi : Gerakan simetris saat statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi iga, tidak ada
penggunaan otot bantu napas
● Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, ekspansi simetris, fremitus kanan dan kiri
sama
● Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
● Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing.
Abdomen
Tampak flat, BU (+), soefl, nyeri tekan (+) epigastrium, timpani, shifting dullness (-),
hepatosplenomegali (-).
Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time < 2s, pitting edema (-)
PEMERIKSAAN FISIK (5)
Neurologis
● Motorik :
● 5555/5555
● 5555/5555
● Sensorik : dbn / dbn
● Refleks Fisiologis : BPR (+2/+2), TPR (+2/+2), KPR (+2/+2), APR (+2/+2)
● Refleks Patologis : Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Schaeffer
(-/-), Gordon (-/-), Gonda (-/-), Tromner (-/-), Hoffman (-/-)
KESAN :
CTR <50%
Cor dan Pulmo dalam batas normal
Ro Thorax
● Xray Thorax AP
● Cor : Tidak membesar dengan CTR < 50%, aorta normal (tidak tampak kalsifikasi
arkus aorta), trakea ditengah
● Pulmo : hilus normal, corakan bronkovaskular normal, tidak tampak bercak infiltrat,
ground glass opacity, maupun konsolidasi, sinus kostofrenikus kanan dan kiri tajam,
hemidiafragma kanan dan kiri normal
● Jaringan lunak dan tulang dinding dada tidak tampak kelainan
GDS:
Pukul 00.22 : 348
Pukul 04.57 : 230
Pukul 11.32 :126
GDN 426
GD2PP 575
Ur 112
Cr 1,67
GDN 263
GD2PP 312
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
12-02-2022 Badan lemas sudah Kesadaran : CM IDDM (Insulin IVFD Nacl 0,9% 20tpm
berkurang, nyeri ulu hati TD: 121/90 mmHg Dependent Inj. Levemir 24U (0-0-1)
berkurang, demam(-) N: 113x/menit Diabetes Melitus) Inj. Novorapid 3x6U
RR: 20x/menit Ue. Kenalog
S: 37,2’C
SpO2: 98% Kontrol per poli 18 Feb 2022
Obat pulang :
PF: S1S2 single reg, m(-), Inj. Levemir 24U (0-0-1) (sc)
g(-), SN Ves/Ves, Rh (-), Inj. Novorapid 3x6U (sc)
Wh (-), soefl, BU (+), NT po. Vit. B12 1x1
(+) epigastrium (sudah
berkurang)
GDN 279
GD2PP 317
THANK YOU
!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik.
TINJAUAN
PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
● Kejadian Diabetes Melitus terus meningkat, data dari International Diabetes Federation
menunjukkan pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa menderita DM di dunia dan jumlahnya
akan diproyeksikan menjadi 642 juta pada 2040 (Wenjun, 2017).
● Pada tahun 2015 Indonesia menempati peringkat tertinggi ke tujuh di dunia. Diabetes dengan
komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (WHO, 2016).
● Komplikasi akut dari Diabetes melitus adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Hyperosmolar
Hyperglycaemic State (HHS) (Sudoyo AW dkk, 2014)
PENDAHULUAN
Menurut rekomendasi dari American Diabetic Association dan pedoman internasional saat
ini, HHS (Hyperosmolar Hyperglycemic State) didefinisikan oleh kadar glukosa plasma lebih besar
dari 600 mg/dL, osmolaritas efektif plasma lebih besar dari 320 mOsm/L, dan tidak adanya
ketoasidosis yang signifikan.
HHS adalah komplikasi akut pada diabetes melitus. HHS merupakan gangguan metabolik
akut yang ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa adanya
ketoasidosis. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain: infeksi (pneumonia, ISK, sepsis),
penyakit vascular akut, trauma, luka bakar, hematom subdural, kelainan gastrointestinal, obat-obatan
(diuretik, steroid, antipsikotik, gol. simpatomimetik ).
HHS dimulai dengan adanya diuresis glukosuria, glukosuria menyebabkan kegagalan pada
kemampuan ginjal dalam mengonsentrasikan urin, hilangnya air yang lebih banyak dibanding natrium.
Tujuan dari terapi HHS adalah untuk rehidrasi intravena secara agresif, penurunan secara
bertahap kadar glukosa serum, penurunan osmolalitas plasma, koreksi ketidakseimbangan elektrolit,
mengatasi faktor pencetus dan melakukan monitoring serta intervensi terhadap gangguan fungsi
kardiovaskular, paru, ginjal, dan SSP (Sistem Saraf Pusat).
PATOFISIOLOGI
Dasar dari terjadinya krisis hiperglikemik adalah adanya defisiensi insulin relatif maupun absolut,
pada keadaan resistensi insulin yang meningkat. Kadar insulin tidak adekuat untuk mempertahankan
kadar glukosa serum yang normal dan untuk mensupres ketogenesis.
DIAGNOSIS
Secara umum, angka kematian secara keseluruhan rendah dan biasanya disebabkan oleh
penyakit yang mendasari yang menyebabkan krisis hiperglikemik. Pasien lanjut usia yang datang
dengan koma berat dan hipotensi memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan kohort
yang lebih muda.
THANK YOU !