Anda di halaman 1dari 41

GIGITAN ANJING DAN ULAR

Pembimbing :
dr. Gatot Sugiharto, Sp.B

Oleh :
Fadhilla Rahma Jodi Putri

KEPANITERAAN KLINIK
STASE BEDAH
RSUD SEKARWANGI CIBADAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UMJ
2018
Definisi
■ Luka gigitan → cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi hewan liar, hewan
peliharaan, atau manusia.

Jenis Pajanan
WHO
Jenis kontak adalah sebagai berikut :

Kategori I • Menyentuh atau memberi makan hewan, jilatan


pada kulit.

Kategori II • Gigitan, cakaran kecil atau lecet tanpa


pendarahan, jilatan pada kulit yang luka.

• Gigitan/cakar single atau multiple, air liur dari


Kategori III jilatan yang mengkontaminasi selaput mukosa, gigitan
atau cakaran kelelawar.
■ Hewan liar  hewan yang ganas dan pemakan daging, misalnya
harimau, singa, hiu, atau bila hewan terganggu atau terkejut (usaha
membela diri).
■ Hewan peliharaan jinak  kalau disakiti atau diganggu, sedang
memelihara anaknya, sedang makan, atau ketika sakit.

Hewan menggigit tanpa alasan yang jelas 


harus curiga hewan menderita penyakit
yang menular melalui gigitannya, misalnya
RABIES
TIPE GIGITAN ANJING
Luka gigitan penting untuk diperhatikan karena dapat
menyebabkan:

> Kerusakan jaringan secara > Perdarahan serius bila


umum pembuluh darah besar terluka

> Infeksi oleh bakteri atau > Awal dari peradangan dan
patogen lainnya, seperti rabies gatal-gatal.
Ciri-ciri Anjing Gila
Keluar air liur Suka menyendiri dan
Tampak tidak sehat,
berlebihan dan lidah Mata anjing merah berada di tempat
gelisah, dan agresif
terjulur gelap

Menggigit apa saja


yang ada disekitanya,
baik benda-benda Tidak mau makan
Ekor ditekuk diantara Takut cahaya
maupun orang, dan minum tapi
kedua kaki belakang (fotofobi)
bahkan pemilik anjing merasa sangat haus
yang selama ini akrab
dengannya

Takut air Takut suara


Rabies
Definisi

• Rabies berasal dari bahasa latin “rabere”  arti marah


•  bahasa Sanskrit “rabhas” yang bermakna kekerasan
• Yunani : “Lyssa”  “kegilaan”.
• Rabies merupakan simbol bagi penyakit yang menyerang
anjing dan membuat anjing seperti gila (”mad Dog” )
• Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan
menular yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta
menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas dan
manusia (zoonosis)
Etiologi

 Rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus (dari bahasa


Yunani Lyssa, yang berarti mengamuk atau kemarahan)
family Rahbdoviridae (dari bahasa Yunani, Rhabdos, yang
berarti batang).
Sifat-sifat Virus Rabies
■ Virus rabies tergolong virus berukuran besar.
■ Mati oleh sinar matahari dan cahaya ultraviolet, larutan formalin,
asam kuat, atau dipanaskan lebih dari 56oC selama satu jam.
■ Virus ini dapat tahan hidup beberapa minggu dalam suhu lemari es
■ Mampu hidup lebih dari satu tahun dalam suhu mendekati titik
beku.
■ Infeksi didapat dengan masuknya virus melalui perlukaan kulit atau
mukosa, biasanya akibat gigitan anjing, tetapi bisa juga akibat gigitan
kucing atau mamalia lain yang terinfeksi virus ini.
Penularan Virus Rabies
Kontak gigitan Kontak non gigitan

• Melalui gigitan dari • Goresan, luka terbuka


inang yang air liurnya ataupun selaput lendir
sudah terinfeksi virus (seperti pada mata,
rabies hidung & mulut) yang
terkontaminasi dengan
air liur yang
mengandung virus atau
zat lain dari hewan yang
menderita rabies
Gejala Klinis
• Demam, nyeri kepala, rasa lemah, nyeri
tenggorokan, dan anoreksia. Yang khas ialah
1. Stadium nyeri menelan akibat spasme otot menelan.
Prodromal Disfagia spastik yang sangat nyeri, menjadi dasar
gejala “takut (minum) air”.
• Mulai gelisah, tak dapat tidur dan menunjukkan
kelakuan yang aneh. Perubahan kelakuan dapat
berupa apati, diam, menarik diri, dan tidak kenal
2. Stadium orang lagi.
Rangsangan • Keadaan ini sering berubah menjadi
hiperaktivitas sampai agitasi dan agresivitas
dengan kecenderungan ingin menggigit. Sering
juga timbul konvulsi.

• Pada tahap kelumpuhan yang timbul karena


3.Stadium kematian neuron dapat menyusul tiba-tiba dengan
Paralitik hipoksemia, aritmia jantung, hemiparesis, koma,
sampai kematian.
Diagnosis

Laboraturium (isolasi
Anamnesis Pemeriksaan fisik virus, Flourescent
Antibodies Test (FAT))
Penatalaksanaan
■ Cuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan
sabun/deterjen selama 10’-15’.
■ Beri antiseptik (alkohol 70 %, betadine)
Indikasi Pengobatan
■ Luka resiko rendah :
– Jilatan pada kulit luka
– Garukan atau lecet
– Luka kecil disekitar tangan, badan
dan kaki.

diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) saja


■ Luka resiko tinggi :
– Jilatan/luka pada mukosa
– Luka diatas daerah bahu
– Luka pada jari tangan/kaki
– Luka pada genetalia
– Luka yang lebar/dalam
– Luka yang banyak (multipel)

Beri VAR + SAR


■ Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan
tersangka/hewan rabies atau penderita rabies),
tetapi tidak ada luka maka tidak perlu diberikan
pengobatan VAR maupun SAR.
■ Sedangkan apabila kontak dengan air liur pada kulit
luka yang tidak berbahaya, maka diberikan VAR atau
diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak
dengan air liur pada luka berbahaya.
Dosis dan Cara Pemberian VAR
■ Vaksin PVRV (Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari
vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5
ml.
– Sesudah digigit : IM pada deltoideus kanan dan kiri
■ Dosis : 0,5 ml dengan 4 kali pemberian yaitu hari
ke 0 (dua kali pemberian sekaligus), hari ke 7 satu
kali pemberian dan hari ke 21 satu kali pemberian
■ Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan
SAR sesudah digigit = diatas + Ulangan 0,5 ml hari
ke 90
Dosis dewasa dan anak sama
Dosis dan cara pemberian SAR

Serum heterolog (Equine Rabies Immunoglobin = ERIG)


Kemasan bentuk vial (1 vial @ 5 cc : 1000 IU/vial. )
– Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak
mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular
– Dosis 40 IU/KgBB atau 0,5cc/kgBB diberikan bersamaan dengan
pemberianVAR hari ke 0, dengan melakukan skin test terlebih dahulu
Serum homolog (Human Rabies Immune Globulin=HRIG)
■ Kemasan bentuk vial 2 ml ( 1 ml= 150 IU)
– Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka
sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular
– Dosis 20 IU/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian
VAR hari ke 0, dengan sebelumnya dilakukan skin test
VAR untuk pengebalan sebelum digigit
(Pre Exposure Immunization)
Vaksin PVRV

Cara • Disuntikkan secara IM didaerah


deltoideus, Dosis 0,5 ml  hari 0,
pemberian 28, ulangan : 1 th selanjutnya
Pertama setiap 3 th

Cara • Disuntikkan secara IC, dosis dasar,


0,1 ml  hari ke 0, 7 dan hari ke
pemberian 28, Ulangan diberikan tiap 6 bulan
Kedua – satu tahun
Vaksin SMBV

• Disuntikkan secara IC di bagian


fleksor lengan bawah. Dosis dasar
0,1 ml untuk anak dan 0,25 ml
Cara pemberian untuk dewasa, pemberian hari 0,
21, dan 42. Untuk ulangan dosis
0,1 ml untuk anak dan 0,25
untuk dewasa setiap 1 tahun
Prognosis

■ Prognosis rabies selalu fatal karena sekali gejala rabies telah tampak
hampir semua selalu kematian 2-3 hari sesudahnya sebagai akibat gagal
napas/henti jantung ataupun paralisis generalisata.
■ Berbagai penelitian dari tahun 1986-2000 melibatkan lebih dari 800
kasus gigitan anjing pengidap rabies di Negara endemis segera
mendapat perawatan luka, pemberian VAR dan SAR mendapatkan
angka survival 100%.
GIGITAN ULAR
Pendahuluan
• Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia.
• Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa.
• Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas.
• Pada taring tersebut terdapat saluran bisa.

• Bisa : suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan


mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri.
• Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh
kelenjar khusus.
• Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar
ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di
belakang mata.
PENDAHULUAN

Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada
spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan
(apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya
serangan yang terjadi.
Jenis ular
Jenis ular Cobra (atas) dan
viper (bawah) yang banyak dijumpai di Indonesia
Elapidae ( ular kobra, ular cabai, kraits)
Viperidae (ular tanah, ular hijau,
-Semburan pada mata dapat ular bandotan )
menimbulkan rasa sakit , kaku pada
kelopak mata, dan bengkak pada sekitar -Gejala lokal timbul 15 menit
mulut atau setelah beberapa jam
berupa bengkak di dekat gigitan
- Gambaran rasa sakit yang melepuh yang menyebar ke seluruh
dan kulit yang rusak anggota badan
- Setelah digigit ular :
15 menit : Muncul gejala - Gejala sistemik muncul setelah
sistemik 5 menit atau beberapa jam
-10 jam : Paralisis urat-urat wajah,
lidah, bibir,susah menelan, otot - Keracunan berat ditandai
melemah, kelopak mata menurun, sakit dengan pembengkakan diatas
kepala, kulit dingin, muntah, pandangan siku dan lutut dalam waktu 2
kabur, mati rasa pada sekitar mulut. jam atau ditandai dengan
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam perdarahan hebat
Hydropiidae (ular laut)

-Segera timbul sakit kepala, Rattlesnake ( ular tanah, ular


lidah terasa tebal, hijau
berkeringat, dan muntah
-Gejala lokal :
- Setelah 30 menit sampai Ditemukan tanda gigitan taring,
beberapa jam biasanya pembengkakan, ekimosis, nyeri
timbul kaku dan nyeri di daerah gigitan
menyeluruh, dilatasi pupil,
spasme otot rahang, paralisis - Anemia, hipotensi,
otot, mioglobinuria yang trombositopeni
ditandai dengan urin warna
coklat gelap, ginjal rusak,
henti jantung.
Gejala Klinis

Gejala lokal Gejala sistemik

Edema, nyeri tekan pada luka gigitan, Hipotensi, otot melemah, berkeringat,
ekimosis (kulit kegelapan karena darah menggigil, mual, hipersalivasi (ludah
yang terperangkap di jaringan bawah bertambah banyak), muntah, nyeri
kulit). kepala, pandangan kabur
Gejala dan tanda sistemik
Umum

Kardiovaskular (Viperidae)

Perdarahan dan gangguan pembekuan (Viperidae)

Neurologis (Elapidae, Russell Viper)

Kerusakan otot rangka (ular laut, russell viper)

Ginjal (Viperidae, ular laut)

Endokrin (hipofisis akut/ insufisiensi adrenal)


Penilaian Klinis dan diagnosis

ANAMNESIS

“Dibagian tubuh mana yang digigit?”

“Kapan digigit?”

“Dimana ular menggigit?”


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan bagian digigit

• Jika yang digigit ekstremitas: mungkin tegang, edema, dingin, pulsasi


arteri tdk teraba. Tanda-tanda awal dari nekrosis: batasnya gelap, memar,
pucat pada kulit, hilangnya sensasi dan bau pembusukan (daging yang
membusuk).

Pemeriksaan umum

• Mengukur tekanan darah dan detak jantung. Periksa kulit dan membran
mukosa untuk melihat petekie, ekimosis, konjungtiva dan chemosis
(A) Ciri ular tak berbisa dan ular berbisa
(B) Bekas taring gigitan ular
Penatalaksanaan Keracunan akibat
gigitan ular berbisa

1. Pertolongan pertama

•Tujuan adalah untuk menghambat penyerapan bisa,


mempertahankan hidup korban dan menghindari
komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis
di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang
membahayakan
Metode pertolongan yang dilakukan adalah

Menenangkan korban yang cemas.

Imobilisasi

Pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae;


hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat
meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan
lokal.
2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya

3. Pengobatan gigitan ular

4. Terapi yang dianjurkan

• Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air


steril.
• Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban
katun elastis dengan lebar ±10 cm, panjang 45 m, yang
dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai
dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan

Anda mungkin juga menyukai