REKOMENDASI PENANGANAN
PASIEN COVID-19 DI KAMAR BEDAH
Jakarta, April 2020
PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA (HIPKABI)
Sekretariat PP HIPKABI :
Penanggung Jawab
Suatmaji
Penyusun
Altje Tulandi
Anthoneta Paliama
Eka Frana Andirja Sukma
Finni Anggraeni Liveta
I Dewa Ayu Rai
Laurentina N.E.
Neny Listiowati
Oktavianus Hendra Wijaya
Ratna Yunawati
Romi Andi
Yani Sriyani
Kontributor
Edi Purwanto
Eko Harsono
Suhatman A. Hakim
Widodo
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmatNya, buku Rekomendasi
Penanganan Pasien dengan Covid-19 di Kamar Bedah dapat diselesaikan dengan baik.
Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI) menerbitkan rekomendasi ini sebagai
panduan untuk perawat kamar bedah di Indonesia dalam memberikan asuhan keperawatan
perioperatif di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19/SARS yang terjadi saat ini sudah dalam suasana yang sangat
mengkhawatirkan. Saat pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 oleh Presiden RI
adanya pasien positif Covid–19 di Indonesia, hingga saat ini menunjukkan adanya
peningkatan kasus yang signifikan. Bahkan jumlah kasus pasien Covid-19 yang meninggal
juga semakin meningkat. Sedangkan Pandemi Covid-19 dinyatakan oleh WHO pada tanggal
11 Maret 2020 setelah 114 negara mengalami outbreak Severe Acute Respiratory Syndrome Corona
Virus 2 (SARS- CoV-2).
Dalam rangka upaya tersebut PPNI dan PP HIPKABI menerbitkan Rekomendasi Penanganan
Pasien dengan Covid-19 di Kamar Bedah. Sehingga perawat kamar bedah dan petugas
kesehatan lain dapat memberikan pelayanan asuhan perawatan perioperatif yang optimal
sesuai dengan petunjuk kewaspadaan yang dapat membantu dalam mempersiapkan diri dan
tim bedah agar dapat melindungi dirinya sendiri sebelum memberikan pelayanan di kamar
bedah untuk kasus Covid–19 yang akan menjalani pembedahan.
iii
Rekomendasi Penanganan Pasien Covid-19 di Kamar Bedah | HIPKABI | Page iii
Pengurus Pusat | Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)
Rekomendasi ini merupakan suatu panduan yang berbasis rekomendasi ilmiah (Scientific
Evidence), menyikapi belum adanya buku panduan penanganan pasien dengan kasus Covid-
19 di Kamar bedah. Revisi akan dilakukan sesuai dengan Evidence Based Practice dan
perkembangan keilmuan terkini.
Kami menyadari bahwa Rekomendasi Penanganan Pasien dengan Covid-19 di Kamar Bedah
ini masih terdapat kekurangan dan memerlukan masukkan dari berbagai pihak untuk
perbaikan. PP HIPKABI selalu terbuka menerima masukkan positif untuk perbaikan panduan
ini ke arah yang lebih baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi kita, Aamiin YRA.
DAFTAR ISI
v
Rekomendasi Penanganan Pasien Covid-19 di Kamar Bedah | HIPKABI | Page v
Pengurus Pusat | Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)
LATAR BELAKANG
P
enyakit Covid-19 yang disebabkan oleh Virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS CoV-2) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Coronavirus yang baru ditemukan pada tanggal 31 Desember 2019, kasus peumonia yang
terdeteksi di Wuhan Cina, yang pertama kali melaporkan kasus tersebut ke WHO. Pada
tanggal 07 Januari 2020 pihak berwenang Cina menginformasi bahwa mereka telah
mengidentifikasi virus tersebut sebagai Coronavirus yang awalnya oleh WHO disebut sebagai
2019-n CoV. Di Indonesia kasus pertama Covid-19 diumumkan pada tanggal 02 Maret 2020.
Sebagian besar orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami demam dan gejala gangguan
pernapasan seperti batuk dan sesak napas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki
masalah kesehatan lainnya seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan
kronis, dan kanker lebih memungkinkan untuk berkembang menjadi lebih serius. Cara terbaik
untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah dengan informasi yang baik tentang
Covid-19, penyakit yang disebabkan dan bagaimana penyebarannya.
Sejak tanggal 11 Maret 2020, WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global
dimana terdapat lebih dari 118.000 kasus di 114 negara dan 4291 telah meninggal dunia.
Indonesia sendiri menetapkan penyakit Covid-19 sebagai bencana nasional sejak 14 maret
2020. Tanggal 14 April 2020, Pemerintah Indonesia mencatat total kasus 4.839 pasien terdeteksi
positif Covid-19. Dari angka tersebut, pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 426 orang.
Sedangkan pasien meninggal 459 orang. Rasio jumlah kasus meninggal dunia terhadap total
kasus positif di Indonesia tercatat sebesar 9,48 persen.
Pelayanan Kesehatan dalam penanganan wabah Covid-19 ini menjadi prioritas dari semua
layanan yang diberikan oleh Pemerintah, termasuk pelayanan keperawatan perioperatif.
Pelayanan keperawatan perioperatif sangat beresiko dalam penularan paparan Covid-19 yang
ditularkan antar manusia melalui kontak erat dan droplet. Risiko tersebut menimbulkan
banyak bahaya terutama bagi pasien dan tim bedah.
Tim Bedah dapat melindungi diri mereka sendiri ketika merawat pasien Covid-19 dengan
mematuhi praktik pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan perioperatif, yang
mencakup penatalaksanaan lingkungan kamar operasi dan alur penanganan pasien,
penatalaksanaan pasien yang akan dilakukan pembedahan, persiapan tim bedah, serta
ketaatan dan ketepatan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat (yakni tepat dalam
pemilihan jenis APD yang sesuai, cara pemakaian, cara pelepasan dan cara pembuangan atau
pencucian APD).
II
DASAR HUKUM
3
Rekomendasi Penanganan Pasien Covid-19 di Kamar Bedah | HIPKABI | Page viii
Pengurus Pusat | Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)
III
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Memberikan rekomendasi penatalaksanaan asuhan keperawatan perioperatif
pasien dengan Covid-19 di kamar bedah
B. Tujuan Khusus
1. Memberikan rekomendasi penatalaksanaan kewaspadaan di kamar bedah
terhadap pasien dengan Covid-19 yang akan dilakukan pembedahan
2. Memberikan rekomendasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di kamar
bedah
3. Memberikan acuan manajemen peralatan dan pembersihan di kamar bedah
4. Memberikan rekomendasi manajemen spesimen
IV
RUANG LINGKUP
D. Manajemen Spesimen
TATA LAKSANA
Prabedah
a. Operasi elektif selama pandemi Covid-19 diminimalkan atau ditunda sementara
waktu termasuk operasi dengan tehnik minimal invasive, kecuali operasi
emergency. Keputusan penundaan sementara operasi elektif diputuskan oleh
Pimpinan Rumah Sakit
b. Semua pasien yang akan menjalani pembedahan harus dilakukan screening Covid
19
c. Keputusan untuk operasi pada pasien suspect/confirm Covid 19 diambil melalui
rapat tim
d. Sebelum pembedahan, pasien dirawat di ruang isolasi Covid 19
e. Persiapan prabedah harus sudah selesai sebelum pasien didaftarkan untuk
operasi
Intra Bedah
a. Rumah sakit mempersiapkan 1 (satu) Kamar bedah yang khusus digunakan
untuk pembedahan pasien Covid-19 dan tidak dapat digunakan untuk operasi
yang lain.
b. Kamar bedah yang digunakan adalah kamar bedah yang mempunyai anteroom
yang tekanan negatif dan dengan pertukaran udaranya minimum 6 kali / jam.
Suhu dan kelembaban sesuai standar umtuk meminimalkan risiko infeksi. Kamar
bedah yang digunakan adalah yang berlokasi di sudut kompleks kamar bedah.
c. Kamar bedah yang digunakan untuk pembedahan Covid-19 masuk dalam Zona
Merah, sehingga akses kamar bedah tersebut harus terpisah dengan bagian lain
di kamar bedah (Zona Hijau). Petugas yang masuk ke Kamar Bedah Covid-19
harus melalui pintu masuk zona hijau. Dilarang masuk ke Zona Merah tanpa
menggunakan APD lengkap untuk pembedahan pasien Covid-19.
d. Selama operasi, pintu atau akses yang menghubungkan koridor zona merah ke
ruang anteroom dan pintu atau akses yang menghubungkan anteroom dan kamar
bedah Covid-19 harus selalu tertutup.
e. Mesin anestesi yang digunakan untuk pembedahan pasien suspect/confirm Covid-
19 hanya digunakan untuk pasien Covid-19 dan tidak boleh dipindah selama
periode pandemi Covid-19.
f. Mesin anestesi yang digunakan dilengkapi dengan 3 (tiga) buah filter HME (Heat
and Moisture Exchanger) yang diletakkan di ujung ETT, konektor antar ETT dan
sirkuit, dan inlet ke dalam mesin anestesi. Setiap selesai operasi pasien Covid-19
yang menggunakan mesin anestesi, maka filter HME yang digunakan, soda lime,
dan sirkuit harus diganti.
g. Semua kebutuhan operasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang
diperlukan untuk operasi disiapkan dalam paket per pasien. Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) disiapkan yang sekali pakai, termasuk linen operasi dan jas
operasi.
h. Semua barang yang digunakan pada pada kamar operasi Covid-19 harus
7
digunakan sesuai kebutuhan yang digunakan untuk pembedahan. Kebutuhan
tambahan akan disiapkan oleh runner yang bertugas.
b. Alat Pelindung Diri (APD) yang harus disiapkan untuk setiap pembedahan covid
19 minimal 8 set, yakni untuk : DPJP anestesi, perawat anestesi di dalam kamar
operasi, perawat anestesi di Nurse Station, Scrub Nurse, Circulating Nurse 2 orang
(sebagai Circulating Nurse di dalam Kamar operasi dan sebagai Perawat Runner
di ruang ante room), DPJP Bedah, Asisten bedah. dan ditambah 2 set cadangan
untuk konsultasi di meja operasi.
c. Tim bedah berada di dalam kamar bedah terdiri dari DPJP Bedah, Asisten bedah,
DPJP Anastesi, Perawat Anastesi, Scrub Nurse dan Circulating Nurse.
d. Circulating Nurse di ruang ante room bertugas sebagai perawat runner untuk
memfasilitasi kebutuhan tambahan dari dalam Kamar operasi.
10
10
Department of Anaesthesia, Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore, Singapore, Singapore
Catatan :
a. Tindakan yang berpontensi menimbulkan aerosol dapat meningkatkan risiko
tertular kepada tim bedah dan hal ini harus diminimalkan, tetapi tidak dapat
dihindari. Maka pilihannya adalah meminimalkan waktu di kamar operasi dan
memaksimalkan keselamatan bagi pasien dan staf kesehatan.
(https://www.facs.org/Covid-19/clinical-guidance/elective-case)
Contoh tindakan yang menimbulkan aerosol : Intubasi, ekstubasi, bag masking,
bronkoskopi, selang dada (Chest tube), Elektrokauter untuk perdarahan, jaringan
pencernaan, semua cairan tubuh pasien, laparascopy /endoscopy.
Jika pilihan tindakan laparascopy harus dilakukan, maka persiapan yang harus
dilakukan adalah mengoptimalkan penggunaan smoke evakuator.
b. Yang perlu diperhatikan saat tindakan laparascopy dalam Penggunaan Filtrasi
Selama laparascopy :
1) Semua pneumoperitonuem harus dievakuasi dengan aman dari port yang
terpasang ke perangkat filtrasi sebelum penutupan, pelepasan trocar, ekstraksi
spesimen, atau konversi menjadi terbuka.
2) Setelah ditempatkan, port tidak boleh dibuang jika memungkinkan. Jika
pergerakan port insufflating diperlukan, port harus ditutup sebelum melepas
tubing dan port baru harus ditutup sampai tubing insufflator terhubung.
Insufflator harus "menyala" sebelum katup port baru dibuka untuk mencegah
gas mengalir kembali ke insufflator.
3) Selama desufflation, semua gas CO2 dan asap yang lolos harus ditangkap
dengan sistem ultra-filtrasi dan mode desufflation harus digunakan pada
insufflator Anda jika tersedia.
4) Jika insufflator yang digunakan tidak memiliki fitur desufflation, pastikan untuk
menutup katup pada port yang berfungsi yang digunakan untuk insufflation
sebelum aliran CO2 pada insufflator dimatikan (bahkan jika ada filter in-line di
tubing). Tanpa mengambil tindakan pencegahan ini CO2 intra-abdomen yang
terkontaminasi dapat didorong ke insufflator ketika tekanan intraabdominal
lebih tinggi daripada tekanan di dalam insufflator.
5) Pasien harus rata dan port yang paling tidak tergantung harus digunakan
untuk desufflasi.
6) Spesimen harus dikeluarkan setelah semua gas dan asap CO2 di evakuasi.
7) Saluran pembuangan bedah harus digunakan hanya jika benar-benar
diperlukan.
8) Perangkat penutupan jahitan yang memungkinkan kebocoran insuflasi harus
dihindari. Facia harus ditutup setelah desufflasi.
9) Operasi dengan bantuan tangan dapat menyebabkan kebocoran yang
signifikan dari CO2 dan asap yang tidak berasap dari pelabuhan dan harus
dihindari. Jika digunakan untuk menghilangkan spesimen yang lebih besar
dan melindungi luka, itu dapat ditempatkan setelah desufflation. Spesimen
kemudian dapat dilepas dan penutupan dilakukan.
Masker N95
Masker N95 adalah alat pelindung pernapasan yang dirancang dengan segel ketat di
sekitar hidung dan mulut untuk menyaring hampir 95 % partikel yang lebih kecil <0,3
mikron.
Kacamata (Goggles)
Kacamata/goggle pada aktifitas tertentu seperti: saat aktivitas dimana kemungkinan
risiko terciprat /tersembur. Khususnya pada saat prosedur menghasilkan aerosol, saat
kontak dekat berhadapan muka dengan muka pasien Covid-19.
Hazmat Suit
Cover Shoes
Catatan :
1) Anteroom adalah ruang transisi yang menghubungkan area terkontaminasi
dan area tidak terkontaminasi. Di tempat ini, tenaga kesehatan memakai atau
melepas APD sebelum berpindah.
2) Bila di fasilitas kesehatan tidak terdapat Anteroom maka dapat digunakan area
lainnya, misalnya doorway, asalkan tidak mencemari lingkungan di luar area
terkontaminasi.
5. Peralatan medis yang dapat digunakan kembali harus didesinfeksi sesuai dengan
prosedur desinfeksi Covid-19 terkait peralatan medis yang dapat digunakan kembali.
6. Permukaan benda (instrumen dan perangkat termasuk meja perangkat, meja operasi,
tempat tidur operasi, dll.) didesinfeksi sesuai dengan prosedur desinfeksi terkait Covid-
19.
7. Percikan darah/cairan tubuh yang terlihat harus sepenuhnya dihilangkan sebelum di
desinfeksi (ditangani sesuai dengan prosedur pembuangan darah dan tumpahan cairan
tubuh). Semua permukaan harus dibersihkan dengan desinfektan yang mengandung
klorin aktif 1000 mg / L dan dibiarkan selama 30 menit dengan disinfektan.
8. Dekontaminasi instrumen menggunakan cairan disinfektan (clorin 100 ppm) selama 10
– 15 menit dalam wadah tertutup dan dilakukan di kamar bedah kemudian dikirim ke
CSSD.
9. Melakukan pembersihan dan disinfeksi peralatan medis yang telah dipakai
diperlakukan sesuai dengan standar operasional yang berlaku secara berkala dan
segera setelah penggunaan.
10. Melakukan pembersihan dan disinfeksi terutama pada bagian yang sering disentuh
(handle pintu, saklar lampu, meja, dan lain-lain), segera setelah penggunaan sesuai
dengan standar pembersihan kamar operasi.
Catatan :
Bila tidak tersedia disposable item, dapat menggunakan linen dengan tetap
mempertahankan kewaspadaan standar. Setelah pemakaian linen harus dimasukkan ke
dalam plastik ganda, isi ¾ kapasitas kantong, diberi label Covid-19, jumlah, jenis linen dan
diikat.
D. Manajemen Spesimen
1. Specimen yang diambil saat pembedahan dikelola sesuai dengan tatalaksana
21
penanganan spesimen dan dibungkus ganda.
2. Pemberian label atau identitas pada specimen di tempel pada setiap pembungkus.
3. Untuk pengiriman spesimen dengan menggunakan kontainer tertutup dan petugas
memakai sarung tangan dan masker bedah.
22
REFERENSI
23
24
Department of Anaesthesia, Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore, Singapore, Singapore
26
Rekomendasi Penanganan Pasien Covid-19 di Kamar Bedah | HIPKABI | Page i
Pengurus Pusat | Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)
Gambar tersebut memberikan detail informasi mengenai peran dan tanggung jawab setiap
anggota tim Kamar Bedah. Keamanan/security rumah sakit bertanggung jawab untuk
‘membersihkan’ rute dari bangsal atau unit perawatan intensif (ICU) ke Kamar Bedah,
termasuk lift.
4. Pemindahan dari bangsal ke Kamar Bedah akan dilakukan oleh perawat bangsal dengan
peralatan pelindung pribadi yang lengkap (APD) termasuk masker N95 yang pas,
pelindung mata atau pelindung wajah, gaun/apron tahan percikan, dan penutup sepatu
boot. Untuk pasien yang datang dari ICU, digunakan ventilatKamar Bedahtransportasi
khusus. Untuk menghindari aerosolisasi, aliran gas dimatikan dan tabung endotrakeal
dijepit dengan forsep selama pergantian ventilator. Para personel ICU mengenakan
PPE/APD penuh dengan powered air-purifying respiratKamar Bedah(PAPR) untuk transfer.
5. Di ruang induksi, PAPR dipakai selama induksi dan pembalikan anestesi (reversal of
anesthesia) untuk semua personil dalam jarak 2 m dari pasien. Untuk prosedur jalan nafas
operatif seperti trakeostomi, semua staf menjaga PAPR mereka sepanjang prosedur. Untuk
prosedur lain, anestesi regional lebih diminati, tetapi jika general anesthesia diperlukan,
prinsip-prinsip manajemen mirip dengan yang telah di terbitkan/dikeluarkan
sebelumnya.
6. Selama prosedur, orang yang dapat berlari (runner/pelari) ditempatkan di luar Kamar
Bedah jika diperlukan obat atau peralatan tambahan. Kesemuanya tersebut ditempatkan
pada troli yang akan ditinggalkan di ruang ante tim Kamar Bedah untuk diambil. Proses
yang sama ini secara terbalik digunakan untuk mengirimkan spesimen seperti sampel gas
darah arteri dan spesimen potongan beku (frozen section). Pelari mengenakan APD saat
memasuki ruang ante.
7. Personil yang keluar dari Kamar Bedah membuang gaun/apron bekas dan sarung tangan
mereka di ruang ante dan membersihkan tangan sebelum meninggalkan ruang ante (ESM,
gambar 2). PAPR apa pun akan disingkirkan di luar ruang ante.
Pasien yang tidak memerlukan perawatan ICU pasca operasi sepenuhnya dilakukan
pemulihan dalam Kamar Bedah itu sendiri. Ketika pasien siap untuk dipulangkan, rute ke
bangsal isolasi atau ICU kembali dibersihkan oleh pihak keamanan.
8. Minimal satu jam direncanakan antar beberapa kasus untuk memungkinkan staf Kamar
Bedah mengirim pasien kembali ke bangsal, melakukannya dengan dekontaminasi semua
permukaan, layar, keyboard, kabel, monitor, dan mesin anestesi. Semua barang yang tidak
digunakan pada baki/nampan obat dan troli airway harus diasumsikan terkontaminasi
dan dibuang. Semua staf harus mandi sebelum melanjutkan tugas rutin mereka. Sebagai
tindakan pencegahan tambahan, setelah dikonfirmasi COVID-19 kasus, penguap hidrogen
peroksida (hydrogen peroxide vaporizer) akan digunakan untuk mendekontaminasi Kamar
Bedah.
Kesimpulannya, karena petugas kesehatan berada pada risiko yang lebih tinggi terhadap
infeksi coronavirus, alur kerja pengendalian infeksi yang komprehensif dan kuat telah
diterapkan.
Keterangan gambar:
Gambar Lengkap alur kerja ruang operasi untuk kasus penyakit coronavirus 2019 (COVID-
19).
CD = obat yang dikendalikan/dikontrol;
ICU = unit perawatan intensif;
NM = manajer perawat;
KAMAR BEDAH= ruang operasi;
PAPR/powered air-purifying respirator = respirator pemurni udara bertenaga;
PC = komputer pribadi;
APD = peralatan perlindungan pribadi;
pre-op = pra-operasi
28
Rekomendasi Penanganan Pasien Covid-19 di Kamar Bedah | HIPKABI | Page iii
Pengurus Pusat | Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)