NAMA KELOMPOK :
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang dicurahkan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gastroenteritis”. Terima kasih kepada dosen pembimbing,
teman-teman, dan juga orang tua, atas dorongan yang telah diberikan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terbentuk.
Makalah ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada penulis, kepada
dosen penulis mohon maaf. Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari
sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang
dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri,
dan dapat berguna dimasa yang akan datang. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................................................3
2.2 Etiologi..................................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...........................................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................................................5
2.5 Komplikasi............................................................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan....................................................................................................................6
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................................................8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................13
B. SARAN.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama
natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap
kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari
tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto,
2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi,
kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus
yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a. Faktor makanan
b. Faktor psikologis
2.3 Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi inflamasi
sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus
meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik
meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi
rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor makanan disini adlah
makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan
menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut
yag berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan
motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan
hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air &
elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri.
Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya
pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh
dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan
cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul
masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua
yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang
ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas
kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi
tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
2.5 Komplikasi
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Mal nutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
2.6 Penatalaksanaan
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
a. Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3,
KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat
dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di
bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan parenteral :
1) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama :
40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml
/kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10
tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4
tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak
mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3
tetes/ kgBB/m.
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan
4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam
pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam
berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tak jenuh).
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi
ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan
biasa.
Obat-obatan
Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.
Klorpromazin dosis0,5 – 1 mg /kg bb /hari
Obat spasmolitik.
Antibiotik (Ngastiyah, 1997)
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhkan Feces semakin cair, muntah, terjadinya dehidrasi, dan
berat badan menurun.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun dari biasanya,
nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak mau makan, nyeri dada, cepat
kenyang, nyeri abdomen, mual dan muntah, serta feses yang encer.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Biasanaya klien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol dan obat – obatan seperti
OAINS/NSAID, Kortikosteroid, Aspirin. Sering jajan disembarang tempat sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan
dan intake yang kurang
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
dan out put
Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air
terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil:
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
d. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB
(diare)
Tujuan: Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil:
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi
dan irirtasi .
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bila lebih dari 4 kali dan untuk
anak lebih dari Dan terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari anak yang sebelumnya.
Bila hal ini terjadi maka tubuh anak akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan
jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini oci menyebapkan beberapa
komplikasi,yaitu dehidrasi, renjatan hivopolemik, kejang, bakterimia, mal
nutrisi,hipoglikemia,intoleransi skunder akibat kerusakan mukosa usus.
B. SARAN