Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASYARAKAT PERKOTAAN

Disusun oleh :
Nama : Julistisya Vinny Kanakang

NIM : 1901030
Kelas : Keperawatan IV A
MK : Komunitas II

POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Masyarakat Kota” ini dengan tepat waktu. Makalah ini
saya susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Komunitas II”.

Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfat bagi pembaca.

Tahuna, 1 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Kota ................................................................................ 3

B. Ciri-ciri Masyarakat Kota .................................................................................. 3-4

C. Perbedaan Masyarakat Perkotaan Dan Pedesaan .............................................. 4-5

D. Hubungan Masyarakat Perkotaan Dengan Pedesaan ........................................ 5-6

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perpindahan

Masyarakat Desa Ke Kota ................................................................................ 6-7

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat di perkotaan dilihat dari struktur masyarakatnya yang


heterogen, yaitu dari segi mata pencaharian utama yang beragam, mayoritas
masyarakatnya berasal dari berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda
kepercayaan dan agama, sehingga mempengaruhi penampilan mereka dalam
beradaptasi dengan sesamanya yang menunjukkan egoisentris yang kurang atau tidak
mengedepankan pentingnya budaya kebersamaan serta nilai ketergantungan satu sama
lain (Setiadi, 2011).

Menurut Yustika (2000), kehidupan masyarakat kota yang memperlihatkan


keberagaman mata pencaharian, budaya, agama, tingkat pendidikan, dan sebagainya
memiliki beberapa kecenderungan psikologis, yaitu :

Pertama, memiliki solidaritas sosial yang kurang intim.

Kedua, kepadatan penduduk kota begitu tinggi, sehingga sosial-psikologi tidak saling
ketergantungan.

Ketiga, usaha dalam mencari nafkah ditempuh dengan berbagai cara.

Keempat, cenderung memiliki sifat manipulasi daripada sikap pasrah (berserah kepada
Tuhan Yang Maha Esa).

Kelima, cenderung memiliki sikap inovatif sehingga tidak puas pada kondisi yang ada.
Masyarakat kota merupakan hasil dari penduduk asli kota dan pendatang (kaum
urbanisasi) tidak terkecuali mereka yang berasal dari desa.

Menurut Alan Gilbert (dalam Nasikun, 1996), yang merupakan daya dorong bagi para
urban untuk berpindah ke kota adalah untuk merubah kehidupan ekonomi agar lebih
baik dibandingkan ketika tinggal di desa. Setelah datang ke kota, penduduk pendatang
harus berkompetisi dalam mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam konteks ini, ada penduduk yang mampu memperoleh pekerjaan yang layak
karena sebelum datang ke kota mereka sudah mempersiapkan diri dengan bekal
keterampilan, namun tidak sedikit diantara mereka yang tidak memperoleh pekerjaan
yang layak karena minim keahlian. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak
berkesempatan memperoleh pekerjaan yang baik, mereka akan menempati pekerjaan
yang tidak menjanjikan dan karena tuntutan hidup yang tinggi di kota besar, maka
dengan sendirinya mereka akan masuk dalam kelompok masyarakat pra sejahterah atau
miskin.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Masyarakat Kota

2. Ciri-ciri masyarakat kota

3. Perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan

4. Hubungan masyarakat perkotaan dengan pedesaan

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan masyarakat desa ke kota

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Masyarakat Kota

2. Untuk mengetahui Ciri-ciri masyarakat kota

3. Untuk mengetahui Perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan

4. Untuk mengetahui Hubungan masyarakat perkotaan dengan pedesaan

5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan masyarakat desa


ke kota
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Kota

Kota mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli


berikut ini.

1. Wirth

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

2. Max Weber

Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar


kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

3. Dwigth Sanderson

Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.

Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan pengertian kota dapat
dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam
struktur pemerintahan.

B. Ciri-ciri masyarakat kota

1. Kehidupan keagamaan berkurang, apabila dibandingkan dengan kehidupan


keagaman di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain atau bias disebut sebagai hidup perseorangan atau individulis.
3. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas yang
nyata.
4. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh warga kota
dari pada warga desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan faktor kepentingan dari
pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting untuk dapat mengejar
kebutuhan individu.
7. Perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota sebab umumnya terbuka
dalam menerima pengaruh dari luar.
Secara umum suatu lingkungan perkotaan mengandung lima unsur :
1. wisma
Yaitu unsur ini merupakan bagian ruang kota yang digunakan serta
melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga yaitu mengembangkan
daerah perumahan penduduk sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk
untuk masa yang akan datang. Dan memperbaiki keadaan lingkungan sekitar
perumahan yang telah ada supaya dapat mencapai standar mutu kehidupan yang
layak, sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan.
2. Karya
Unsur ini merupakan syarat yang paling penting bagi eksistensi suatu kota karena
unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3. Marga
Yaitu unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk
menyelenggarakan hubungan antar suatu tempat dan tema atau dapat lainnya di
dalam kota, serta antara kota itu dengan kota lainnya atau daerah lainnya.
4. Suka
Yaitu unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk terhadap fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan
dan kesenian.
5. Penyempurna
Unsur ini merupakan bagian yang penting bagi kota, tetapi belum secara tepat
tercakup kedalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan
fasilitas keagamaan, perkuburan kota, dan jaringan utilitas kota.
Secara fisik masyarakat di perkotaan kehidupannya ditandai dengan adanya gedung-
gedung yang menjulang tinggi, persaingan yang tinggi, hiruk pikuknya kendaraan,
kemacetan, polusi, kesibukan warga masyarakatnya, dan sebagainya. Adapun secara
sosial, kehidupannya cenderung heterogen individual, persaingan tinggi yang sering
menimbulkan pertentangan atau konflik. Munculnya asumsi bahwa masyarakat kota
itu pintar, tidak udah tertipu, cekatan dalam berfikir dan bertindak dan mudah
menerima perubahan, tidak selamanya benar, karena secara implisit, dibalik semua itu
masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah standar kehidupan sosial. Dan tingkat
kepadatan di kota lebih tinggi dibandingkan dengan di desa.

C. Perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan

Sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat


perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut
sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana,
karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-
pengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat
gradual. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara
kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut :

Masyarakat Pedesaan Perilaku homogen Perilaku yang dilandasi oleh konsep


kekeluargaan dan kebersamaan Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status Isolasi
sosial, sehingga statik Kesatuan dan keutuhan kultural Banyak ritual dan nilai-nilai
sakral Kolektivisme

Masyarakat Kota Perilaku heterogen Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan
diri dan kelembagaan Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi Mobilitas
sosial, sehingga dinamik Kebauran dan diversifikasi kultural Birokrasi fungsional dan
nilai-nilai sekular Individualisme

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,
1994).

D. Hubungan masyarakat perkotaan dengan pedesaan

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali
satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan
bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan
sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka
merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia. Interface,
dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpangtindih dengan kawasan
perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat
transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan
lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.

Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota dapat mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti :

a. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan
merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan
perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam

b. Invasi kota, pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau
hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan

c. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses
ini yang sesungguhnya banyak terjadi

d. Koperasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat


kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya
diprakarsai pihak dan orang kota.

e. Urbanisasi dan Urbanisme Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota
yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah
masalah baru yakni, Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa
ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan masyarakat desa ke kota (Urbanisasi)

Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap
dikota (pull factors), antara lain :

a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan


pertanian

b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern

c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang
ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.

d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan

e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,
kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari
penghidupan lain dikota.

f. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih
mudah untuk mendapatkan penghasilan
g. Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.

h. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat

i. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan
tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya

j. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat
atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat di perkotaan dilihat dari struktur masyarakatnya yang heterogen,


yaitu dari segi mata pencaharian utama yang beragam, mayoritas masyarakatnya berasal
dari berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama,
sehingga mempengaruhi penampilan mereka dalam beradaptasi dengan sesamanya yang
menunjukkan egoisentris yang kurang atau tidak mengedepankan pentingnya budaya
kebersamaan serta nilai ketergantungan satu sama lain.

Masyarakat kota memiliki beberapa ciri-ciri. Atara lain : Kehidupan keagamaan


berkurang, apabila dibandingkan dengan kehidupan keagaman di desa, Orang kota pada
umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain atau bias
disebut sebagai hidup perseorangan atau individulis, Pembagian kerja di antara warga kota
juga lebih tegas dan mempunyai batas yang nyata, Kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa, Interaksi yang terjadi
lebih banyak terjadi berdasarkan faktor kepentingan dari pada faktor pribadi, Pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan individu,
Perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota sebab umumnya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uin-suska.ac.id/6954/2/BAB%20I.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/6541/4/4_bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai