Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Permasalahan-permasalahan Peran Publik dan Peran Domestik dalam


Keluarga Kristen”

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Brinda Ombuh Pierre Roringpandey

Brenda Sekeon Rivaldo Alabimbang

Deisi Maitimu Rio Lobot

Febriani Sumual Sherent Mandey

Jesika Mumek Waani Tanasal

Nigita Bujung Yunisa Waworuntu

Natanael Aseng Yunita Lokas

Prayer Legi Ziendy Lestuny

Mata Kuliah: Pra Nikah

Dosen Pengampu: Dr. Heldy Rogahang, S.Th., M.Pd

Prodi / Semester: PAK / VI / A

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II ISI......................................................................................................................2

A. Peran Domestik dan Peran Publik...............................................................2

B. Keluarga Kristen............................................................................................6

C. Permasalahan-permasalahan Publik dalam Keluarga Kristen.................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan adalah sebuah martabat atau status tingkatan seseorang.
Maksudnya posisi atau keadaan seseorang dalam suatu kelompok sosial atau
kelompok masyarakat yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Hal ini
mengacu pada seperangkat sifat, peran dan tanggung jawab, fungsi hak dan
perilaku yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan
budaya atau lingkungan masyarakat dimana manusia itu tumbuh, berinteraksi
dan bersosialisasi.
Setiap manusia terlahir kedunia dengan membawa rencana yang
sudahTuhan tetapkan dalam hidupnya. Manusi pun pasti memiliki peran
yang sudah ditetapkan dalam keluarga, jika kita bicara soal peran dalam
keluarga, yang terpikirkan oleh kita pasti peran ayah adalah mencari uang,
ibu yang mengurus rumah dan keluarga, anak-anak sekolah membantu orang
tua, dan masih banyak lagi peranmerekamasing - masing. Itulah pandangan
yang tertanam ditengah-tengah masyarakat.
Dalam sebuah keluarga, kita telah mengetahui bahwa peran domestic
selalu berkaitan dengan seorang perempuan atau sang ibu, sedangkan peran
public berkaitan erat dengan laki-laki atau sang ayah. Dalam peran mereka
masing-masing pasti akan ditemui juga permasalahan-permasalahan yang
sering terjadi, maka dalam makalah ini kami kelompok akan menguraikan apa
saja permasalahan-permasalahan baik peran public maupun peran domestic
dalam sebuah keluarga Kristen.
B. Tujuan Penulisan
Agar pembaca mengetahui dan memahami tidak hanya peran-
perannya saja namun dapat mengenal pula permasalahan apa saja yang
ditemukan dalam peran mereka masing-masing, yaitu baik peran public
maupun domestic dalam sebuah keluarga Kristen.

1
BAB II ISI
A. Peran Domestik dan Peran Publik
1. Peran Domestik
Peran domestik menggambarkan tentang pekerjaan-pekerjaan atau
aktivitas yang berhubungan dengan rumah tangga. Aktivitas yang termasuk
dalam peran domestik misalnya mencuci pakaian, memasak, menyapu
rumah, mencuci piring, menyetrika, ataupun kegiatan yang sejenis termasuk
mengasuh anak. Peran domestik umumnya dilakukan dalam kehidupan
berkeluarga, dan peran domestik bukan hanya kewajiban atau keharusan
bagi perempuan, tetapi juga dapat dilakukan laki-laki. 1
a. Peran Domestik Istri
Peran domestik istri tentunya adalah ibu rumah tangga. Sifat peran
domestik istri yakni feminin dan memiliki fungsi reproduktif, serta dalam
masyarakat patriarki, perempuan atau seorang istri berada dalam kedudukan
subordinat. Seorang istri seharusnya memiliki sikap lemah-lembut atau tidak
lebih perkasa dari seorang suami, menjadi pengelola rumah tangga, serta
merupakan pihak yang dipimpin di dalam keluarga. Walaupun suami disebut
sebagai kepala rumah tangga, akan tetapi sosok yang lebih dekat dengan
ranah domestic ialah perempuan atau seorang istri. Hadirnya perempuan di
ranah domestik ini seolah sudah menjadi kodrat alamiahnya. Hal ini dipicu
karena proses untuk menjadi seorang perempuan yang berada dalam
lingkungan domestik berkaitan dengan sifat alami perempuan yang berkaitan
dengan teori nature, yaitu sifat dasar manusia yang terbentuk karena faktor
biologis.2
Peran domestik istri disini memuat arti yaitu ruang lingkup kegiatan
perempuan yang berhubungan dengan kegiatan di rumah dan kodratnya
sebagai seorang perempuan, misalnya menjadi ibu yang bertanggung jawab

1
http://www.ubaya.ac.id/2013/content/articles_detail/120/Peran-Domestik---Salah-Satu-Wujud-Keseimbangan-dalam-
Keluarga.html#:~:text=Secara%20sederhana%2C%20peran%20domestik%20menggambarkan,yang%20sejenis
%20termasuk%20mengasuh%20anak. (14-04-2014)
2
Wibowo, E. D. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender. Jurnal Muwazah. Vol. 3, No. 1, hal.
356-373).

2
dalam hal pengasuhan anak dan urusan rumah tangga lainnya, seperti
membersihkan rumah dan juga memasak. 3
b. Peran Domestik Suami
Pekerjaan domestik pada dasarnya bisa dilakukan siapa saja,
termasuk laki-laki. Untuk itu, selain faktor motivasi dari laki-laki untuk
membuka perspektif bahwa jenis pekerjaan domestik bukan hanya tanggung
jawab perempuan, laki-laki juga perlu diberikan ruang dan dukungan dari
keluarga dengan mengajaknya untuk mempelajari jenis pekerjaan domestik
dan terlibat di dalamnya.4
Dengan kata lain, laki-laki yang terlibat dalam pekerjaan domestik tidak
memandang aktivitas berbagi peran domestik sebagai sesuatu yang salah,
tapi sebaliknya, sarat nilai positif sehingga layak diturunkan kepada generasi
mendatang.
Secara teknis pekerjaan domestik tidaklah sulit sejauh ada niat, dan
mau mempelajarinya. Tetapi yang membuat jenis pekerjaan ini kerap
dihindari khususnya oleh laki-laki, karena citra yang dibangun pada pekerjaan
rumah tangga terlanjur dianggap sebagai:
1) Aktivitas orang (perempuan) yang menunggu rumah saja (pengangguran),
2) Pekerjaan yang tidak produktif dan tidak menghasilkan uang,
3) Laki-laki yang melakukan pekerjaan domestik dianggap tidak berwibawa dan
tidak sesuai dengan kodratnya.
c. Manfaat Peran Domestik
1) Mengurangi Tingkat Stress
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga mungkin terlihat sepele namun
bagi kamu yang sudah sering melakukannya pasti tahu betapa
membosankannya mengulang pekerjaan-pekerjaan remeh itu setiap harinya.
Hal ini secara langsung sebetulnya dapat meningkatkan stress
seseorang, apalagi jika orang tersebut juga bekerja penuh waktu di siang
harinya.

3
Sobur, A. (2002). Analisis Wacana Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
4
http://yayasanpulih.org/2018/09/melibatkan-laki-laki-berbagi-peran-domestik/

3
Nah, dengan saling berbagi peran, maka beban pekerjaan rumah
tersebut dapat dibagi rata secara adil. Hasilnya? Tentu saja tingkat stress
kamu akan berkurang!
2) Memperbaiki Komunikasi Dalam Rumah Tangga
Harus diakui bahwa saat ini, individualisme dalam masyarakat semakin
meningkat. Kita terlalu sibuk dengan diri sendiri hingga lupa untuk
berkomunikasi dengan orang lain, bahkan dengan mereka yang tinggal satu
atap dengan kita.
Kurangnya komunikasi ini dapat menimbulkan konflik lho. Dengan
berbagi peran, mau tidak mau kamu harus berkomunikasi dengan anggota
keluarga di rumah, baik orang tua, saudara, pasangan serta anak-anak kamu.
Mengerjakan pekerjaan domestik pun akhirnya dapat menjadi suatu
kegiatan bersama yang menyenangkan.
3) Memberikan Contoh Yang Baik Kepada Anak
Pasangan yang sudah memiliki anak dapat menjadikan kegiatan
mengurus rumah sebagai salah satu cara pengasuhan yang positif. Anak
akan belajar bahwa mengurus rumah merupakan tugas tim yang harus
diselesaikan bersama-sama. Anak juga dapat melihat bagaimana cara
berinteraksi yang saling menghargai dari kedua orang tuanya. Nilai
tambahnya adalah, bonding dengan anak dapat dilakukan cukup dari dalam
rumah saja.
4) Hemat Waktu
Ketika laki-laki berbagi peran domestik dan mengerjakan pekerjaan di
rumah secara bersama-sama, rumah akan lebih bersih dan rapi dalam waktu
yang lebih singkat.
Jika sebelumnya membersihkan rumah memerlukan waktu hampir
seharian, dengan berbagi peran, waktu pengerjaannya bisa dipangkas hingga
setengahnya. Sisa waktu yang ada pun bisa kamu gunakan untuk
bercengkrama dan bersantai bersama keluarga kamu
2. Peran Publik
a. Pengertian Peran public
Peran public, yaitu segala aktivitas manusi yang biasanya dilakukan
diluar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan 5. Peran-peran
5
http://mbaawoeland.blogspot.com/2011/12/peran-ganda-perempuan.html

4
diwilayah public mempunyai karakteristik menantang, dinamis, leluasa,
independen, diatur dengan jam kerja, prestasi, gaji, jenjang karier, kemudia
dikenal dengan peran produksi yang langsung menghasilkan uang 6.
Peran public kemudian disama artikan dengan peran produktif yang
diambil oleh laki-laki karena dianggap lebih kuat, struktur dan kekuatan
fisiknya mendukung, memiliki kelebihan emosional mapun mental, berani
menghadapi tantangan, tanggung jawab dan mandiri.
Peran publik perempuan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh perempuan di luar rumah atau diluar urusan rumah tangga.
Yaitu ketika perempuan sudah mulai mausk keranah yang biasanya
didominasi oleh laki-laki. Pemicunya bisa bermacam-macam mulai dari
keinginan untuk aktualisasi diri, ambisi akan kekuasaan, namun yang paling
dominan adalah faktor ekonomi. Sebab secara matematis uami dan istri
ketika sama-sama bekerja akan meningkatkan pendapatan keluarga.
Peran publik bukanlah hal yang baru. Sejarah telah mencatat beberapa
nama perempuan yang sukes dalam menjalankan peran publiknya. Sebut
saja ratu Bilqis dari kerajaan saba’ yang sekarang dikenal dengan negeri
yaman. Dia adalah ratu yang adil, bijaksana, dan sangat pemberani dalam
mengambil keputusan untuk masa depan negerinya. Sehingga saba’ menjadi
kerajaan yang sangat maju dalam hal kebudayaan, perdagangan, astronomi,
pertanian dan arsitektur. Terbukti dengan ditemukannya banguna yang
sangat mengagumkan yaitu bekas bendungan ma’rib, sebuah bangunan yang
fenomenal untuk ukuran abad 950 SM.
Dalam sejarah bangsa Indonesia kita mengenal beberapa nama
pahlawan wanita yang berperan aktif diranah publik. Misalnya lakasamana
malahayi, cut nyak diemn, RA Kartini, dewi sartika dan banyak lagi yang
lainnya. Meski tidak sepopuler RA Kartini namun perjuangan Dewi Sartika
diranah publik sangat patut diacungi jempol. Pada zamannya, dia telah berani
untuk mendirikan sekolah khusus wanita dengan dibantu saudari –
saudarinya padahal untuk melakukan it, dia dan para saudarinya harus
berbenturan keras dengan adat, kultur dan juga politik.
Di era sekarang peran publik perempuan sudah bukan hal aneh.
Bahkan perempuan sekarang sudah menduduki jabatan – jabatan penting
6
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 142-143

5
yang dulu hanya diperuntukkan kaum laki – laki. Perempuan sudah tidak
aneh menjadi menteri, pilot, hakim, jaksa, bahkan presiden sekalipun.
Walaupun dalam beberapa segi terkesan berlebihan juga ketika melihat
perempuan sudah berlaga juga untuk sepak bola, balap motor, tinju, dan
gulat7.
B. Keluarga Kristen
1. Pengertian Keluarga Kristen
Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak.
Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga
pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga Adam Kejadian
1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel.
Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan
Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama
yang dibentuk oleh Allah. Selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga
yang disebut keluarga besar, yaitu persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan
anak-anak serta kakek, nenek, paman dan bibi, dan lain-lain. Mereka berasal
dari hubungan keluarga (kekerabatan) ayah maupun keluarga (kekerabatan)
ibu.Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-
anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru selamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaran-Nya
dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen
itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup
dan ajaran-ajaran Kristus.
Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House?
memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi, yaitu:
a. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi,
hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah
sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat
memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif
untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus.
b. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga
setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di
dalam keluarga landasan kehidupan anak dibangun dan dikembangkan.
7
Diakses dari http://myzahraadres.blogspot.com/2017/01/peran-domestik-dan-peran-publik.html

6
c. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai
kehidupan. Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang
kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian dan
perlindungan.
d. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup
bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik.
e. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya.
Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali
permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami istri,
masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi. Namun,
keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup
mereka pasti dapat menyelesaikan semua permasalahan.
Sebuah keluarga Kristen yang baik selaras dengan prinsip-prinsip
alkitabiah dan merupakan keluarga dimana setiap anggota memahami dan
memenuhi peran yang telah diberikan oleh Allah. Keluarga bukanlah lembaga
yang dirancang oleh manusia. Keluarga diciptakan oleh Allah supaya
bermanfaat bagi manusia, dan manusia telah diberi tanggung-jawab atasnya.
Unit keluarga alkitabiah yang paling sederhana beranggotakan satu pria, satu
wanita–istrinya–dan anak mereka, baik yang dilahirkan maupun yang di
adopsi. Keluarga besar dapat melibatkan saudara kandung atau saudara ipar,
kakek dan nenek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi. Salah satu
prinsip pokok dalam unit keluarga ialah komitmen yang ditetapkan Allah bagi
setiap anggota keluarga untuk seumur hidup mereka. Sang suami dan istri
bertanggung-jawab untuk menjaga kesatuannya, bahkan di tengah norma
kebudayaan yang tidak mendukung. Tentunya, syarat pertama bagi setiap
anggota keluarga Kristen adalah bahwa mereka semua berupa orang Kristen,
yakni memiliki hubungan sejati dengan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat mereka. Efesus 5:22-33 memberi pedoman bagi suami dan istri
di dalam keluarga Kristen. Sang suami harus mengasihi istrinya sama seperti
Kristus mengasihi gereja, dan sang istri harus menghormati suaminya dan
secara sukarela tunduk terhadap kepemimpinannya di dalam keluarga. Peran
kepemimpinan suami harus dimulai dari
2. Ciri Keluarga Kristen

7
Keluarga Kristen adalah keluarga yang selalu menempatkan Tuhan
Yesus sebagai kepala keluarga yang sejati. Menjadikan Firman Allah sebagai
dasar untuk melangkah dengan perantaraan dari Roh Kudus. Keluarga
Kristen harus tampil bagaikan lilin di tengah kegelapan dunia, berikut ini ciri-
ciri keluarga Kristen:8
a. Ada Kasih Persaudaraan
Kata yang dipakai untuk menggambarkan kasih persaudaraan ini
dalam bahasa Yunani adalah Oikos. Kata dalam bahasa Yunani ini memiliki
pengertian rumah tangga yang menunjuk kepada keluarga. Tuhan Yesus
selalu mengajarkan akan adanya kasih persaudaraan dalam kehidupan orang
percaya, dan tentu saja dalam keluarga harus ada kasih persaudaraan.
Seseorang yang mengakui dirinya sebagai orang Kristen harus memiliki kasih
persaudaraan satu dengan yang lain, dan dalam keluarga Kristen hal ini
haruslah senantiasa dipraktekan. Keluarga Kristen selalu berusaha untuk
mencari jalan keluar dalam setiap masalah dengan kepala yang dingin tanpa
adanya pertengkaran yang berlebihan, karena pertengkaran tidak membawa
satu pun yang baik. Oleh karena itu, kasih persaudaraan merupakan suatu
ciri yang sangat menonjol dalam sebuah keluarga Kristen.
b. Ada Persekutuan
Kata yang dipakai untuk menggambarkan persekutuan dalam bahasa
Yunani yang biasa kita ketahui adalah Koinonia, yang berarti bersekutu.
Namun, bisa juga menggunakan kata Ekklesia, yang menunjukkan kepada
orang-orang yang dipanggil keluar, yaitu orang-orang yang dipersekutukan ke
dalam kesatuan sebgai tubuh Kristus. Dalam persekutuan ada kerelaan,
kesetiaan dan mau berkorban, yang artinya juga bahwa satu dengan yang
lain tidak boleh merasa bahwa ia hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi
untuk orang lain juga.
Berdasarkan hal itu, kita mengerti bahwa dalam keluarga Kristen harus
ada persekutuan yang didasarkan pada rasa tidak egois atau memikirkan diri
sendiri, kesetiaan dan mau berkorban. Tidak ada keinginan untuk merasa
bahwa diri sendiri lebih tinggi dari yang lain, sehingga memahami bahwa
dalam sebuah keluarga hendaklah dilandaskan pada rasa menghormati satu

8
Diakses dari http://www.kirbatbaru.org/renungan-hari-ini/message/ciri-keluarga-allah/read

8
dengan yang lain, dan menganggap satu dengan yang lain penting, bukan
mementingkan diri sendiri.
c. Ada Usaha Untuk Menjunjung Kebenaran
Kata yang dipakai untuk menggambarkan hal ini dalam bahasa Yunani
adalah Stulos, yang artinya adalah pilar atau tiang penyangga. Hal ini
menggambarkan sebagai penyangga kebenaran atau sebuah usaha untuk
meninggikan kebenaran. Sebab ciri keluarga Kristen yang hidup adalah
meninggikan kebenaran, yaitu kebenaran Firman Tuhan, kebenaran tentang
Sang Juruselamat. Keluarga Kristen dipanggil untuk hidup dan menyuarakan
atau bersaksi tentang kebenaran itu.
d. Ada Usaha Untuk Menegakkan Kebenaran
Kata yang dipakai untuk menggambarkan hal ini dalam bahasa Yunani
adalah hedraioma, yang artinya adalah dasar. Dengan demikian, di tengah-
tengah dunia yang diselimuti kegelapan dosa, keluarga Kristen harus bangkit
dan menegakkan kebenaran Firman Tuhan. Menjadi saksi, menjadi teladan
dalam setiap tingkah laku, karena keluarga Kristen menjadi suatu sorotan
oleh saudara-saudara lain, yang tidak percaya Tuhan Yesus sebagai
Juruselamat. Oleh karena itu, keluarga Kristen harus berdiri tegak sebagai
terang dan meneggakkan kebenaran tentang Tuhan Yesus.
C. Permasalahan-permasalahan Publik dalam Keluarga Kristen
Berdasarkan pengertian peran publik secara sederhana, maka dapat
disimpulkan masalah yang paling dipertentangkan adalah masalah peran istri
untuk membantu atau mengambil bagian dalam hal pendapatan yang dapat
berpengaruh pada bidang ekonomi keluarga. Oleh karenanya kelompok coba
untuk membahas lebih dalam mengenai permasalahan peran publik dalam
keluarga yang secara khusus membahas sektor ekonomi.
Permasalahan finansial/keuangan merupakan salah satu masalah
serius yang dihadapi oleh beberapa keluarga, baik itu oleh pasangan yang
baru menikah maupun keluarga yang sudah lama terbentuk. Dari dua jenis
yang ditemukan pada kalangan masyarakat tersebut memang mengalami
permasalahan yang serupa. Keluarga pertama yang merupakan keluarga
baru menghadapi permaslahan dalam hal pengaturan keuangan disebabkan
mereka belum mendapatkan pola yang tepat dalam mengurus pemasukan
dan pengeluaran bersama. Masing-masing masih mempertahankan
9
kebiasaan dengan berlaku sesuai dengan kehendak diri, sehingga
menimbulkan pembengkakan dalam pengeluaran. Dalam hal ini perlu disadari
bahwa setiap pasangan suami istri yang masuk dalam dunia pernikahan,
akan datang dengan membawa latar belakang dari keadaan rumahnya serta
pengaruh dari bagaimana orang tuanya mengurus uang. Namun di dalam
pernikahan, suami-istri harus belajar untuk mengubah pola yang selama ini
mereka lakukan dalam mengatur uang pribadi, dengan kesadaran bahwa
ketika memasuki pernikahan maka management keuangan bukan lagi
menjadi management pribadi. Keduanya dituntut untuk mengatur uang
bersama untuk setiap keperluan rumah tangga untuk menghindari
possessivism dan egoisme dalam pengeluaran rumah tangga. Penyesuaian
ini mungkin bukan merupakan hal yang mudah, namun urgen. Berkenaan
dengan kepengurusan keuangan dalam keluarga, salah satu ahli bernama
Tom LaHaye mengatakan bahwa suami sebagai kepala keluarga harus
berperan penting, namun tidak berarti istri tidak punya bagian tanggung jawab
dalam mengurus uang. Rencana anggaran yang menetapkan sejumlah uang
untuk kebutuhan rumah tangga harus melalui persetujuan bersama. 9
Selain itu, untuk menghindari melambungnya pengeluaran yang tak
terkendali, keluarga yang ada harus membuat budget yang disesuaikan
dengan pemasukan dan kebutuhan. Disini masing-masing pribadi dituntut
untuk lebih dewasa dan bijaksana dalam mengatur keuangan karena tidak
semua yang diinginkan adalah dibutuhkan. Bob Moorehead menuliskan
dalam bukunya, “The Husband Handbook” bahwa ‘the best kind of a budget
is to list on a sheet the fixed expenses (rent, utilities, premiums, taxes, car
payment, etc), then on another sheet the nonfixed expenses (clothes, car
repair, entertainment, hobbies, etc.)10 Pembedaan biaya ini perlu dilakukan
agar tidak terjadi pengeluaran yang melebihi batas maksimum, sekalipun
setiap budget memerlukan fleksibilitas dalam batas tertentu.
Keluarga yang sudah lama terbentuk pun tidak luput dari
permasalahan berkenaan dengan finansial keliuarga. Hal ini terkait dengan
ketidakterbukaan dan ketidakjujuran berkenaan dengan sumber penghasilan

9
Tim LaHaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 1985).
Bob Moorehead, The Husband Handbook, (Tennessee: Wolgemuth and Hyatt Publisher,
10

1990).

10
dan pengeluaran. Suami merasa tidak perlu memberitahukan semua
penghasilan kepada istri sehingga istri memiliki prasangka buruk terhadap
suami. Masalah utama dari masalah ini adalah ‘kepercayaan’. Ketika dalam
keluarga tidak ada rasa saling percaya, maka hal tersebut dapat menjadi
sumber masalah yang dapat berujung pada kehancuran. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan menanamkan rasa percaya suami terhadap istri dan
sebaliknya. Perlu disadari bahwa dalam hubungan keluarga tidak ada tempat
bagi rahasia—termasuk dalam hal keuangan. Kepercayaan satu sama lain
yang kemudian diikuti dengan adanya transparansi dalam setiap transaksi
dan keputusan-keputusan finansial lain menjadi hal yang mutlak.
Adapun masalah yang tidak kalah penting adalah masalah dalam
peran domestik dalam keluarga, sebenarnya permasalahan domestic ada
begitu banya dalam keluarga, namun dalam kesempatan ini kelompok akan
membahasa salah satu dari permasalahan tersebut yaitu permasalahan
pengambilan keputusan dalam keluarga atau biasa disebut “permasalahan
ordo kepemimpinan”.
Hal lain yang dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga
adalah ketidaktepatan pasangan dalam menempatkan ordo kepemimpinan.
Hal ini terjadi dalam keluarga yang ditemui dimana istri memiliki peranan yang
mendominasi setiap keputusan keluarga daripada suami. Hal ini tidak lepas
dari pengaruh latar belakang istri yang berasal dari keluarga terpandang dan
secara finansial lebih mapan daripada suami. Dengan berbekal anggapan
bahwa ia dapat mengatur rumah tangga dengan kekayaan keluarga yang
dimilikinya, istri mengambil ali fungsi suami dalam rumah tangga.
Issue mengenai ordo kepemimpinan ini menjadi issue yang penting.
David A. Seamands menuliskan, “To be a really strong Christian family,
strong in the Lord, we must have God’s pattern of authority in operation”. 11
Issue inilah yang oleh Dr. Stephen Tong disebut sebagai the chain of
authority.12 Kekacauan yang timbul dalam rumah tangga pertama adalah
karena diabaikannya urutan otoritas yang benar. Sekalipun pria dan wanita
sama rata, tidak berart kedua-duanya menjadi kepala. Issue kepemimpinan
ini jelas dalam 1 Korintus 11:3,8,9,11,12, dimana suami telah ditetapkan Allah

11
David A. Seamands Problem Solving in the Christian Family, (Illionis:Creation House, 1976).
12
Stephen Tong, Keluarga Kristen, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995).

11
menjadi kepala keluarga yang berarti ia sebagai pemegang kendali keluarga
tersebut. Allah menjadi Kepala dari Kristus, Kristus menjadi Kepala suami,
suami menjadi kepala istri. Efesus 5 juga menjadi bagian lain yang
memberikan pola struktural yang tepat bagi keluarga. Pola ini tidak dimulai
dari suami ataupun istri namun dari Kristus sendiri sebagai kepala segala
sesuatu, termasuk keluarga. Inilah kunci pertama yang penting untuk
diperhatikan, baru setelah itu ditekankan tentang kepemimpinan suami
terhadap istri (Ef 5:22). Suami adalah kepala dari istri sebagaimana Kristus
adalah kepala dari suami.
Ketika pola Alkitabiah ini diberlakukan dalam keluarga, maka suami
berlaku sebagai final authority dan istri harus tunduk kepadanya. David
menekankan bahwa tidak ada bagian Alkitab manapun dimana istri dipaksa
untuk tunduk pada suami. Ketertundukan istri merupakan tanggung jawabnya
terhadap kehormatan dan otoritas suami. Tunduk bukan berarti bahwa istri
tidak dapat memberikan pendapatnya, tetapi bahwa ia harus berusaha untuk
tunduk kepada keinginan-keinginan suaminya bila suami mengambil sebuah
keputusan dan bahwa ia menuruti kehendak suami dimana hal itu mungkin
sebagai seorang manusia. Perintah serta urutan kepemimpinan yang Allah
berikan tersebut bersifat mutlak dan tidak terpengaruh oleh kekayaan ataupun
jabatan masing-masing. Kekayaan dan status sosial istri yang lebih tinggi
daripada suami tidak menjadi alasan untuk merubah ordo kepemimpinan
dalam keluarga. Sebuah rumah tangga yang didominasi oleh seorang istri
merupakan rumah tangga dimana banyak terjadi pertengkaran sampai
akhirnya suami ‘menyerah’ dan menjadi seorang introvert dan mengasingkan
diri dari keluarga meskipun dia masih tinggal bersama mereka. Ketika hal ini
berlanjut, maka keluarga menjadi keluarga yang tidak sehat.
Namun demikian, keotoritasan suami juga tidak dapat dilepaskan dari
tanggungjawabnya terhadap istri dan keluarga dengan berlaku sewenang-
wenang terhadap istri. Efesus 5:25 melanjutkan dengan perintah, “Hai suami,
kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya”. Ayat 33 kembali menekankan pola relasi
yang tepat, “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku:
kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati
suaminya”.
12
13
BAB III PENUTUP
Peran domestic menggambarkan tentang pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas
yang berhubungan dengan rumah tangga. Pekerjaan domestik pada dasarnya bisa
dilakukan siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan aktivitas yang termasuk
dalam peran domestic misalnya: mencuci pakaian, memasak, menyapu rumah,
mencuci piring, menyetrika, ataupun kegiatan sejenisnya termasuk mengasuh anak.
Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang
disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga pertama di dunia ini
dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga Adam Kejadian 1:27-29). Adam sebagai
suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel. Hawa sebagai istri Adam
sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak dari
Adam dan Hawa; Inilah keluarga pertama yang dibentuk oleh Allah. Keluarga Kristen
mempunyai ciri-ciri seperti mempunyai Kasih Persaudaraan, Ada Persekutuan, Ada
Usaha Untuk Menjunjung Kebenaran, dan Ada Usaha Untuk Menegakkan
Kebenaran.

14
DAFTAR PUSTAKA
Di akses dari http://www.ubaya.ac.id/2013/content/articles_detail/120/Peran-
Domestik---Salah-Satu-Wujud-Keseimbangan-dalam-Keluarga.html#:~:text=Secara
%20sederhana%2C%20peran%20domestik%20menggambarkan,yang%20sejenis
%20termasuk%20mengasuh%20anak. (14-04-2014)

Wibowo, E. D. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender. Jurnal


Muwazah. Vol. 3, No. 1, hal. 356-373).

Sobur, A. (2002). Analisis Wacana Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.

Di akses dari http://yayasanpulih.org/2018/09/melibatkan-laki-laki-berbagi-peran-


domestik/

Di akses dari http://mbaawoeland.blogspot.com/2011/12/peran-ganda-


perempuan.html

Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang
Press, 2008), hlm. 142-143

Di akses dari http://myzahraadres.blogspot.com/2017/01/peran-domestik-dan-peran-


publik.html

Diakses dari http://www.kirbatbaru.org/renungan-hari-ini/message/ciri-keluarga-


allah/read

Tim LaHaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 1985).

Bob Moorehead, The Husband Handbook, (Tennessee: Wolgemuth and Hyatt


Publisher, 1990).

David A. Seamands Problem Solving in the Christian Family, (Illionis:Creation


House, 1976).

Stephen Tong, Keluarga Kristen, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,


1995).

15

Anda mungkin juga menyukai