Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh

Kudus oleh kasih setiaNya, sehingga penulis diberikan kekuatan dalam menyelesaikan

makalah Kekudusan pada mata kuliah study Kitab Pentateukh dan Sejarah ini. Adapun

pebuatan makalah ini bertujuan untuk mengenal apa yang dimaksud dengan Kerajaan

Allah serta membangun jiwa kehidupan umat kristiani dalam mengenal Kerajaan Allah.

Isi dari makalah ini referensinya di ambil dari beberapa buku penunjang ,yang

mana penulis merangkum dan menyusun sesuai dengan tugas yang dikerjakan, dan terlebih

tidak terlepas dari bimbingan dosen pengampuh mata kuliah Perjanjian Baru, dan juga

bantuan beberapa pihak yang telah ikut memberikan sumbangan saran dalam

menyelesaikannya.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini, banyak sekali kelemahan dan

kekurangan mulai dari segi isinya dan juga penulisannya, oleh sebab itu saran dan

masukan yang membangun sangat penulis butuhkan dalam pembuatan makalah

kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, Tuhan Yesus memberkati kita

semua. Amin

Penulis

Febriani Zebua
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh

Kudus oleh kasih setiaNya, sehingga penulis diberikan kekuatan dalam menyelesaikan

makalah Kekudusan pada mata kuliah Study Kitab Pentateukh dan Sejarah ini. Adapun

pebuatan makalah ini bertujuan untuk mengenal apa yang dimaksud dengan Kerajaan

Allah serta membangun jiwa kehidupan umat kristiani dalam mengenal Kerajaan Allah.

Isi dari makalah ini referensinya di ambil dari beberapa buku penunjang ,yang

mana penulis merangkum dan menyusun sesuai dengan tugas yang dikerjakan, dan terlebih

tidak terlepas dari bimbingan dosen pengampuh mata kuliah Perjanjian Baru, dan juga

bantuan beberapa pihak yang telah ikut memberikan sumbangan saran dalam

menyelesaikannya.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini, banyak sekali kelemahan dan

kekurangan mulai dari segi isinya dan juga penulisannya, oleh sebab itu saran dan

masukan yang membangun sangat penulis butuhkan dalam pembuatan makalah

kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, Tuhan Yesus memberkati kita

semua. Amin

Penulis

Septi Suryanti Zebua

LATAR BELAKANG
I. Pendahuluan

Kata kudus atau kekudusan sangat sering di pakai dalam Alkitab,

demikian juga dalam Perjanjian Lama. Salah satu ayat yang sering kita dengar

yaitu “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus (Im. 19:2b). Banyak

orang memahami bahwa kekudusan sederhana adalah “dipisahkan” atau

“dikhususkan’ kita dipisahkan atau di khusukan Allah menjadi umat plihan-

Nya. Kekudusan Allah terdiri dari kedasyatan-Nya dan kemulian-Nya, yang

membuat manusia kagum dan menimbulkan perasaan takut dan hormat kepada

Allah dalam diri-Nya. Dimana kita bisa melihat di dalam Yohanes 6:3 tertulis

“dan mereka berseru kepada seorang kepada seorang, katamya : kudus, kudus,

kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemulian-Nya.

ISI
II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Kudus (kekudusan) Dalam Perjanjian Lama

Kekudusan dalam istilah Ibrani adalah qadosi yang artinya terpisah,

dikhususkan, terpotong dari, dilepaskan seseorang atau benda, dan dikhususkan

bagi Tuhan supaya Tuhan dapat memakainya. Kadang-kadang qadosi dan

qodesi diartikan dengan suci, walpun perbedaan antara kudus dan suci tidaklah

gambling karena kudus mengacu kepada kualitas hakiki Tuhan dan manusia

sedangkan suci mengacu kepada setiap yang menjurus kepada kekudusan.

Pengertian kudus yang berarti di pisahkan mencakup dua hal yakni,

dipisahkan dari hal-hal duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah,

dan di khususkan menjadi milik sang pembebas yakni Allah (Im. 19:2). Kudus

sejak semula di arahkan untuk bidang keagamaan, misalnya: sebidang tanah,

sebuah bangunan, peralatan dalam tempat ibadah, bahkan seekor kuda juga

dapat dianggap kudus sejauh itu semua dikhususkan untuk maksud keagamaan

dan peribadatan. Namun perasaan mengenai kuasa menganggumkan yang

terdapat dalam benda-benda kudus ini tidak boleh disamakan dengan nilai-

nilai moral dan etis. Kudus atau kekudusan merupakan suatu sifat orang atau

sesuatu yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau maksud keberadaannya

yang bulat dan utuh. Sebenarnya hanya Allah yang kudus, Ia adalah misteri

yang menggentarkan dan menakjubkan. Ia sama sekali berbeda dengan

manusia karena maha kudus (Yes 6:3,5) sekaligus merupakan sumber

kesempurnaan rohani dan moral. Dalam perjanjian lama yang termasuk

kedalam hokum kesucian (Im. 17-36) sehingga ini menjadi pegangan sekalis

menjadi ajakan bagi orang-orang ierael untuk menjadi kudus, karena Allah
mereka dalah Allah yang kudus (Im 19:2, 20:26). Selain benda, tempat

upacara, kitab suci, hokum dan perjanjian juga dapat disebut kudus sejauh di

kuduskan dan disucikan bagi Allah.

Tempat ibadah dikuduskan karena dianggap suci dan keramat. Alat-alat

disana juga disana juga disebut kudus, misalnya : piring, mangkuk, bejana,

meja, dan itu semua dianggap kudus dalam perjanjian lama karena itu

berhubungan dengan ritual menyembah Tuhan. Bagi bangsa Mesopotamia kata

kudus dipakai untuk julukan dewa (allah kesuburan) dan itu sangat penting

dalam keidupan Mesopotamia. Bagian tubuh yang disebut kudus, yakni :

ikarena berbeda dan tubuh makhlik hidup dan memiliki rasa kehormatan. Imam

juga disebut kudus karena ia mengambil bagian dari bidang ke-Tuhanan. Imam

juga disebut kudus karena mereka bernyanyi dengan keramat, suci dan kudus,

di tempat yang kudus.

2. Pengertian Kudus (kekudusan) Dalam Perjanjian Baru

Dalam pengertian yang samadengan perjanjian lama dan bahasa Yunani

(hogios) diartikan dengan memisahkan dan menjadikan milik Allah. Istilah ini

juga menyatakan bahwa Allah adalah asatu-satunya yang kudus (Hos. 11:9,

Yoh. 17:11). Namanya harus dikuduskan dalam arti Allah itu harus diakui

sebagai Allah semua manusia. (Yes. 6:3, Mat. 6:9). Selain itu hagios ini adalah

juga menunjukkan sikap kesetiaan manusia terhadp Allah atau keserasian dunia

ciptaan dengan hokum ini.

3. Kekudusan Allah Dalam Perjanjian Lama


Kudus menggambarkan transendensi Allah. Yahweh, kerena

kekudusan-Nya berdiri bertentanga dengan ilah-ilah (Kel. 15:11) demikian

juga dengan seluruh ciptaan (Yes. 20:25). Istilahnya kekudusan juga menunjuk

kepada hubungan, dan mengandung arti ketentuan Allh yang memelihara

kedudukan-Nya sendiri terhadap makhlik-makhluk bebas lainnya. Itu adalah

pengesahan Allah sendiri, sifat Allah yang paling khas dalam PL adalah

kekudusan-Nya. Walaupun bangsa-bangsa , benda-benda, dan tempat-tempat

disebut kudus, tetapi hanya dalam arti “dikhususkan bagi Allah”, sebenarnya

hanya Allah lahyang kudus. Kekudusan itu berarti bahwa Dia betul-betul murni

dalam sikap dan pikiran.

Kerika makna kudus dikaitkan dengan “pemisahan”, maka bila konssep

ini dipakai tentang Allah sendiri, ada dua hal dampaknya: pertama, Allah

terlepas dari oknum-oknum lain, hanyalah Dialah Allah. Dalam pengertian ini,

kekudusan Allah mirip dengan kemulian-Nya. Hal ini diungkapkan dalam

penglihatan Yesaya: “kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh

bumi penuh kemulian-Nya”. Kedua, yang dimaksud dengan kekudusan Allah

dalam pengertian etis adalah pemisah diri-Nya dari segala seuatu yang

menentang dan melawan Dia. Inilah dasar semua perbedaan moral. Yang baik

adalah yang dikehendaki Allah, yang jahat adalah yang menentang dan

melawan kehendak-Nya. Allah yang kudus senang kepada kebaikan dan

kebenaranserta membenci segala yang jahat. Benda-benda dan tempat yang

dikatakan kudus bukan karena tempat tersebut menakutkan tetapi karena Allah

sendiri hadir dalam tempat tersebut dan kehadirat Allah berhubung dengan

termpet tersebut.
4. Kekudusan Allah Dalam Hubungan Dengan Umat-Nya

Kekudusan Allah sangat berhubungan dengan umat yang dipilih-Nya.

Pemilihan/perjanjian adalah ungkapan unik tentang kekudusan Allah. Karena

Allah kudus maka Allah juga menuntut umatnya untuk hidup kudus “Im.

11:14). Allah menunjukkan kekudusan-Nya dalam tindakan-tindakanNya demi

keselamatan umat yang sudah dipilihNya (Bil. 20:13). Dengan alas an ini maka

Allah disebut sebagi yang kudus Israel, karena Israel dikuduskan bagi Allah.

Dalam Amos 4:2 disana dikatakan “Tuhan Allah bersumpah demi

kekudusan-Nya” itu berarti Allah mengangkat sumpah yang paling berat yakni

bersumpah demi kehendak-Nysa sendiri.

Para memprolamirkan kekudusan sebagai pernyataan sendiri oleh Allah,

kesaksian yang Ia terapkan pada diri-Nya sendiri dan segi yang Ia kehendaki

supaya makhluk ciptaan-Nya mengenal dia demikian. Para nabi manyatakan

bahwa Allah mengkehendaki untuk mengkomunikasikan kekudusan-Nya

kepada makhluk ciptaan-Nya dan sebaliknya Ia menuntut kesucian dari

mereka. Seperti bangsa Israel, dengan hubungannya dengan Allah, menjaikan

Israel satu bangsa yang kudus, dan dalam pengertian ini mengacu pada

pengungkapan kekudusan yang diberikan Allah, menyatakan supaya mereka

dapat menjadi orang yang mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.

5. Kekudusan Sebagai Panggilan Orang Percaya


Semua orang Kristen harus meyakini bahwa sesungguhnya semua orang

beriman, tanpa kecuali dipanggil untuk hidup kudus kepada kesempurnaan

kasih. Panggilan untuk hidup kudus berlaku bagi semua orang percaya yang

didasarkan pada karya pengorbanan Kristus. Orang Kristen adalah orang-orang

yang telah dipanggil Allah untuk hidup kudus. Semua tanpa kecuali, tanpa

pembedaan antara kelompok, golongan, atau hal-hal tertentu. Setiap orang

Kristen telah dipanggil sekaligus bertanggung jawab untuk hidup kudus, hidup

penurut firman, menjadikan firman itu hidup dalam kehidupnnya sehari-hari.

Namun kekudusan itu jangan dianggap sebagai jaminan memperoleh hidup

kekal dan terlebih membwa kesombongan rohani. Tetapi orang Kristen

bertangung jawab melaksanakan hidup kudus sebagai respo atas panggilan

keselamatan dan kasih Tuhan yang telah kita terima dalam hidup kita. Hidup

kudus berarti menjadi teladan Allah yaitu mencerminkan kekudusan-Nya.

6. Orang Percaya Hidup Dalam Kekudusan

Ada beberapa hal yang penting untuk orang percaya hidup dalam

kekudusan, yakni:

1. Karena kita dipanggil untuk menjadi kudus

Dikatakan Allah bahwa memanggil kita bukan untuk melakukan apa

yang cemar, melaikan apa yang kudus. Manusia bukan hanya dipanggil

tetapi juga di pilih, dikhususkan, disucikan, dan dipisahkan untuk menjadi

satu umat yag kudus bagi Allah (Kel. 19:6, Im. 20:26, 1 Pet. 2:9).

2. Kita adalah bait Allah


Bait Allah merupakan suatu tempat yang kudus dan hadirat Allah

akan hadir di dalamnya, untuk itulahseharusnya kita memelihara tubuh

kita yang merupakan bait Allah yang hidup, agar selalu suci dan bersih

dari segala kenajusan dan kecemaran.

3. Kita adalah anak-anak-Nya

Dalam Mat. 5:48 dikatakan “karena itu haruslah kamu sempurna”.

Alkitan mengatakan sebagai anak Allah, kita duduk bersama-sama dengan

Tuhan Yesus di sorga, di sebelah kanan Allah (Mrk. 16:19). Kekudusan

menunjukan lita sebagi anak Allah.

4. Kita adalah anggota-amggota tubuh-Nya

Dalam 1 Kor. 12:27 “kamu semua adalah tubuh kristus dan kamu

masing-masing adalah anggota-Nya” untuk itu sebagai anggota tubuh

Kristus kita harus hidup sesuai dengan kehendak Kristus. Dalam 1 Tes. 4:7

dikatakan Allah memnggil kita bukan untuk melakukan yang cemar,

melainkan apa yang kudus. Manusia bukan hanya dipanggil tetapi juga

dipilih, dikhususkan, disucikan, dan dipisahkan untuk menjadi suatu umat

yang kudus bagi Allah(Kel. 19:6, Im. 20:26, 1 Pet. 2:9)


KESIMPULAN

Kekudusan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan orang

Kristen yang percaya kepada Allah. Allah yang maha kudus, menguduskan umatnya.

Kekudusan Allah sangat berhubungan dengan umat pilihan-Nya. Pemilihan/perjanjian

adalah ungkapan unik tentang kekudusan Allah. Karena Allah kudus maka Allah juga

menuntut umat-Nya untuk hidup kudus. Kekudusan Allah menuntut kekudusan umat-Nya

artinya: umat Allah adalah sekutu Allah, yang harus hidup terpisah dari segala dosa, dan

memprsembahkan seluruh hidupnya bagi Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Baker, David L. Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2002.

Baker, F.L., Sejarah Kerajaan Allah Berbicara, Jakarta : BPK-GM, 2007.

David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta : BPK-MG, 2002.

W.S Lassor & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarat : BPK-GM, 2005.

Davison, Robert, Alkitab Berbicara, BPK-GM, 2001.

Defour, Xaper Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru Jilid II, Yogyakarta :

Kanistisus .

Milne, Bruce, Mengenal Kebenaran, Jakarta : BPK-GM, 2009.

William Dyrness, Tema-tema Teologi dalam Perjanjian Lama, Malang : Gandum

Mas, 2004.

Herbert Wolf,Pengenalan Pentateukh, Malang : Gandum Mas 2004

F.J Moloney, Menjadi Murid dan Nabi, Model Hidup Religious Menurut Kitab

Suci, Yogyakarta : Kanisius 1998.

Roger Roberts, Hidup Suci(panggilan bagi setiap orang percaya), Bandung :

Yayasan Babtis Indonesia, 2000.

Th. C. Vrienze, Agama Israel Kuno, Jakarta : BPK-GM, 2003.


Disusun Oleh :

Nama : Septi Suriyanti Zebua

Tingkat : 1 (Satu)

Semester : 1 (Satu)

Mata kuliah : Study Kitab Pentateukh dan sejarah

Dosen Mata Kuliah : Pdt. Saro P. Tampubolon,M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SYALOM NIAS

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


Disusun Oleh :

Nama : Febriani Zebua

Tingkat : 1 (Satu)

Semester : 1 (Satu)

Mata kuliah : Study Kitab Pentateukh dan sejarah

Dosen Mata Kuliah : Pdt. Saro P. Tampubolon,M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SYALOM NIAS

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai