Anda di halaman 1dari 7

LKM 1

DINAMIKA KELOMPOK

Kelompok : 9 (Sembilan)

Anggota Kelompok :

1. Siti Syafina Rianita Putri


2. Herida Novita W
3. Putri Ayu

A. Tercetusnya Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun
1940-an, oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari
proses interaksi antar anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi
Jerman penganut aliran gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang
terkenal dengan Force-Field Theory. Mereka melihat sebuah kelompok sebagai satu kesatuan
yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu yang terlepas satu sama lain. Kesatuan
ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara unsur-unsur
yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada dalam organisasi, yang
masing-masing bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga terjadilah saling
tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian menjadi kekuatan
kelompok. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin tersebut tergantung
pada seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari dan
disiapkan.

B. Tokoh yang pertama kali memperkenalkan dinamika kelompok

Salah seorang tokoh yang memperkenalkan dinamika kelompok pertama kali adalah Kurt
Lewin dan J.L. Moreno pada tahun 1800 an dengan teori Force-Field Theory nya.
C. Perkembangan dinamika kelompok

Pada perkembangan nya pertumbuhan kelompok ini melalui beberapa fase, yaitu
forming (fase kekelompokan), fase storming (fase peralihan), fase norming (fase
pembentukan norma) dan fase performing (fase berprestasi). Yang pertama ada tahap
pembentukan Rasa Kekelompokan (forming), dan pada tahap ini setiap individu dalam
kelompok melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan
antar pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk
mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Selain itu juga tampilnya perilaku individu yang
berbeda-beda tersebut secara perlahan-lahan, anggota kelompok mulai menciptakan pola
hubungan antar sesama mereka, dan pada tahap inilah secara berangsur-angsur mulai
diletakkan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan tugas-tugas kelompok,
atau yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi anggotanya, bahkan mungkin dengan
kelompok-kelompok pesaing dalam berusaha.

Kedua ada Tahap Pancaroba/Peralihan (Storming) tahap ini merupakan upaya


memperjelas tujuan kelompok dan partisipasi anggota mulai meningkat. pada tahap ini
anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota
kelompok melalui proses interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik
satu sama lain, karena setiap anggota mulai semakin menonjolkan aku-nya masing-masing.
Salah satu ciri pentingnya dari fase ini adalah dengan berbagai cara apapun anggotanya akan
saling mempengaruhi di antara satu sama lain.

Ketiga yaitu Tahap Pembentukan Norma (Norming). Pada tahap ini meskipun konflik
masih terjadi terus, namun anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian
masing-masing secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan
dan konflik, bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara
membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok.

Dan yang terakhir adalah Tahap Berprestasi (Performing). Pada tahap ini kelompok
sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu
dengan yang lainnya, norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta
peran masing-masing anggota sudah jelas, ada keterbukaan dalam komunikasi dan keluwesan
dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat ditolerir, inovasi berkembang.
D. Tokoh dari teori yang muncul dan berkembang dalam dinamika kelompok

Pada tahun 1800 an Kurt lewin mulai mengembangkan sebuah teori medan atau
disebut Force-Field Theory. Jadi pada teori ini mereka melihat sebuah kelompok sebagai satu
kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu yang terlepas satu sama lain.
Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada dalam
organisasi, yang masing-masing bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga
terjadi saling tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian
menjadi kekuatan kelompok. Kemudian perilaku harus digunakan dalam kedua fungsinya
yaitu sebagai karakteristik pribadi individu dan karakteristik lingkungan. Dalam konteks
kelompok, hal ini memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi karakteristik pribadi
termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota kelompok dan situasi.
Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut lifespace. Kemampuan utama untuk
mendukung penerapan teori Lewin tersebut tergantung pada seberapa baik organisasi
menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari dan disiapkan.

E. Teori dasar dinamika kelompok

Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan”
(force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to
forces”. Dalam jurnal menurut Slamet Santoso (2004: 5), Dinamika berarti tingkah laku
warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik.
Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu
dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dinamika ialah
kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis. Sedangkan
pengertian Kelompok menurut slamet Santosa (1992: 8) dalam jurnal, Kelompok adalah
suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat
dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Jadi definisi Dinamika
Kelompok yang telah dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan Manson (1994); adalah kekuatan
yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi
antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan
kelompok.
Dalam buku nya yaitu Dictionary of Behavioral Science, dinamika Kelompok adalah
studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan
hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk
mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman,
Dictionary of Behavioral Science). Dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang timbul
dari dalam dirinya sendiri, artinya sumber geraknya berasal dari dalam kelompok itu sendiri,
bukan dari luar kelompok, di dasarkan oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam
sebuah kelompok akibat dari proses interaksi antar anggota kelompok.

Fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih ditekankan kepada aspek
psikologis dan tingkah laku individu dalam kelompok. Sedangkan dalam kajian Sosiologi,
dinamika kelompok lebih ditekannkan pana kajian mengenai kehidupan
bermasyaraknya/interaksi sosialnya. Dalam konteks perpektif kelompok holistic nya
berpendapat bahwa kelompok harus sesuai dengan pandangan gestalt sebagai suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan serta mudah dipahami dengan dilakukannya pengujian tersebut.
Gestalt berpendapat bahwa dalam kelompok keseluruhan itu lebih besar daripada bagian.
Kelompok tidak bisa dipahami hanya dengan melihat kualitas dan karakteristik tiap anggota
saja. Lewin mengembangkan sebuah teori medan bahwa perilaku harus digunakan dalam
kedua fungsinya yaitu sebagai karakteristik pribadi individu dan karakteristik lingkungan.
Dalam konteks kelompok, hal ini memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi
karakteristik pribadi termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota
kelompok dan situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut lifespace.

Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin ini tergantung pada
seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari dan disiapkan.
Dengan adanya sistem penghargaan organisasi yang pantas dapat meningkatkan kekuatan
penerapan. Proses implementasi ini dapat dilakukan melalui pemberian insentif baru untuk
menguatkan kepusan dan perilaku yang baru, dan atau membangkitkan perilaku yang baru
kemudian tanpa meninggalkan sistem insentif yang sudah berjalan. Namun, patut jadi
pertimbangan, bahwa ketika perilaku baru secara wajar diganti, setiap kelompok anggota
organisasi menjadi lebih mungkin untuk mengembangkan dan memelihara pilihan untuk
berperilaku secara baru pula. Berdasarkan pada Force-Field Theory, Lewin menyodorkan tiga
tahap pembaharuan perilaku kelompok, yaitu Tahap unfreezing, pada tahap ini merupakan
tahap menyiapkan perilaku yang dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan
perlawanan dari setiap anggota kelompok.Kemudian tahap moving, pada tahap kedua ini
adalah tahap pergerakan dengan mengubah orang, individu maupun kelompoknya, tugas-
tugas, struktur organisasi, dan teknologi. Dan yang terakhir yaitu tahap refreezing. pada tahap
ini merupakan tahap penstabilan perilaku dengan upaya penguatan dampak dari perubahan,
evaluasi hasil perubahan, dan modifikasi-modifikasi yang bersifat konstruktif.

F. Keterkaitan antara dinamika kelompok dengan psikologi sosial dan Ilmu psikologi
yang lainnya.
a. Psikologi Sosial

Keterkaitan antar dinamika kelompok dengan psikologi sosial yaitu pada


objek studi psikologi sosialnya yang mempelajari tingkah laku individu dalam
hubungan dengan situasi sosial. Situasi sosial selalu berkaitan dengan adanya
kelompok dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok.
Dinamika kelompok sebagai fenomena interaksi dan interdependesi antara
anggota kelompok yang satu dan anggota kelompok yang lain secara timbal
balik atau secara keseluruhan penting diketahui untuk lebih memahami
bagaimana antarindividu dan antar kelompok berinteraksi dalam kelompok-
kelompok sosial. Dinamika kelompok ini lebih ditekankan kepada peninjauan
psikologi sosial karena melihat sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial
individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai
angggota suatu kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin
mempelajari hubungan timbal balik/saling pengaruh antara anggota di dalam
kehidupan kelompok. Contohnya yaitu pada penerapan psikologi sosial dalam
dinamika kelompok adalah meningkatkan hubungan para anggota kelompok.
Ketika seseorang mampu memahami perasaan dan cara berpikir individu lain
yang ada dikelompoknya maka itu dapat membantu mempererat hubungan
keduanya.

b. Psikologi
Keterkaitan dinamika kelompok dengan bidang psikologi lainnya adalah di
dalam buku interaction analysis, mereka memasukkan dinamika kelompok ke
dalam cabang psikologi seperti Psikologi Industri dan Organisasi. Alasan nya
adalah di dalam dinamika kelompok ini titik beratnya bukan masalah
kelompok itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang
terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok. Misalnya
bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu. Contohnya ilmu
psikologi ini kan mempelajari tentang hubungan tingkah laku manusia dengan
lingkungan. Ini berarti menunjukkan psikologi dapat digunakan untuk
menyamakan visi dan misi dalam suatu kelompok. Misalnya saja, kelompok
kajian agama. Dimana seorang ustad memberikan ilmu-ilmu agama kepada
jamaahnya lewat pendekatan batin dan lahir. Sehingga nantinya para jamaah
dapat tersentuh hatinya, lalu menciptakan tujuan yang sama dengan si ustad
yakni meningkatkan iman dan takwa.
REFERENSI

RI, K. P. (2020) BAHAN PEMBELAJARAN DINAMIKA KELOMPOK.

Arifin, B. S. (2015). Dinamika kelompok.

Rusmana, N. (2009). Konsep Dasar Dinamika Kelompok.

Sirodjudin, Kosim (2019). Sejarah dan Definisi Dinamika Kelompok.

Najib, Muhammad.(2015). DINAMIKA KELOMPOK. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai