Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM DINAMIKA


KELOMPOK

MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


DINAMIKA KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU: ASNARITA NENTO S.pd.,M.pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK II

FATRICIHIA EYFRINANDA MAAY (2286201018)

MUH. RIFALDI (2286201013)

RANI UMAR (2286201014)

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK BANGGAI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahnat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah untuk mata kuliah DINAMIKA KELOMPOK yang berjudul Pendekatan-pendekatan
Dalam dinamika Kelompok.

Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan senang hati ditunggu saran dan kritik dari pembaca. Saya berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri dan pembaca, Semoga makalah ini dapat
membantu kita memahami tentang sejarah dinamika kelompok.

Luwuk, 11, April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. LATAR BELAKANG .................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................

A. STATUS DINAMIKA KELOMPOK………………………………………

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK……………

C. TEORI KUNCI DINAMIKA KELOMPOK………………………………..

BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. KESIMPULAN ...........................................................................................

B. SARAN ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Itulah sebabnya hal ini menjadi
salah satu pendorong untuk mereka melakukan interaksi satu sama lain. Dan dalam interaksi-interaksi ini
tidak akn selalu berbeda-beda setiap kali terjadi. Namun begitu, interaksi-interaksi tersebut akan memiliki
cara ciri-ciri tertentu yang dapat diamati oleh para ahli. Para peneliti itu bisa menyimpulkan interaksi-
interaksi tersebut kedalam kategori kelompok.

Dinamika kelompok adalah salah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam
situasi yang di alami. Berfungsi untuk membentuk Kerjasama antar sesama, memudahkan pekerjaan
secara efektif dan efisie, dan demokratis antara kelompok karena setiap suara dapat diutarakan dan
didengar.

Semua ini telah diambil dari teori aspirasi, latar metode, dan konsep dasar oleh para ahli sehingga
terciptanya pemahaman tentang dinamika kelompok. Dalam makalah ini kami akan membahas hal ini
dalam pendekatan-pendektan dalam dinamika kelompok.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, makalah ini dapat merumuskan permaalahan untuk makalah ini sebagai
berikut:

 Apa saja yang menjadi pendekatan-pendekatan dalam dinamika kelompok.?

C. Tujuan Makalah

Penulisan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Dinamika
Kelompok, ini juga untuk mengetahui dan mengerti apa-apa saja yang menjadi pendekatan pendekatan
dalam dinamika kelompok.

Selain itu pula, penulisan makalah ini bermanfaat untuk melatih daya fikir penulis dalam
menyusun sebuah karya ilmiah. Mulai dari mengumpulkan data-data yang relevan, sampai juga dengan
mengumpulkan referensi-referensi yang ada di buku dan di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun 1940-an,
diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari proses interaksi
antar anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi Jerman penganut aliran gestalt
psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang terkenal dengan Force-Field Theory. Mereka
melihat sebuah kelompok sebagai satu kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu
yang terlepas satu sama lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik menarik yang
kuat diantara unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada dalam
organisasi, yang masing-masing bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya tertentu, sehingga terjadilah
saling tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan gaya yang kemudian menjadi kekuatan
kelompok. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan teori Lewin tersebut tergantung pada
seberapa baik organisasi menguatkan perilaku kelompok yang telah dipelajari dan disiapkan.

Dinamika Kelompok adalah suatu metoda dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai-nilai
kerjasama kelompok. Artinya metoda dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan
membangun kelompok, yang semula terdiri dari kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal
satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaian
berusaha yang disepakati bersama.

Berdasarkan pada Force-Field Theory, pada tahap implementasi Lewin ada tiga tahap
pembaharuan perilaku kelompok, yaitu: 1) tahap unfreezing; 2) moving, dan 3) refreezing. Pada tahap
pertama, merupakan tahap menyiapkan perilaku yang dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan
perlawanan dari setiap anggota kelompok. Pada tahap kedua, merupakan tahap pergerakan, dengan
mengubah orang, individu maupun kelompok, tugas-tugas, struktur organisasi, dan teknologi. Pada tahap
terahir, merupakan tahap penstabilan perilaku dengan upaya penguatan dampak dari perubahan, evaluasi
hasil perubahan dan modifikasi-modifikasi yang bersifat konstruktif. Oleh karena itu, upaya yang dapat
dilaksanakan ialah adanya regulasi proses feed-back melalui optimalisasi Team Building. Tim building
adalah suatu metoda yang dirancang untuk membantu kelompok-kelompok untuk dapat berperilaku
secara lebih efektif dengan mengevaluasi dan meningkatkan struktur, proses, kepemimpinan, komunikasi,
resolusi konflik dan kepuasan para anggota kelompok secara umum.

A. STATUS DINAMIKA KELOMPOK

Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari pandangan para ahli dari berbagai
dari berbagai disiplin ilmu. Berikut ini pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu:

1. Cabang sosiologi
Ahli sosiologi seperti Homans, Mareno, dan Mitschell berpendapat bahwa masalah
kelompok/group dan stuktur kelompokyang menjadi objek dinamika kelompok merupakan
Sebagian bahan yang menjadi obyek sosiologi. Mareno berpendapat bahwa dalam suatu
kelompok pasti terdapat sosial distance (jaga jarak) antara anggota kelompok tersebut.
2. Cabang Psikologi
Robert F. Bales memasukan dinamika kelompok kedlam cabang psikologi. Alasannya
karena dalam dinamika kelompok titik terberatnya bukan masalah itu sendiri, tetapi yang pokok
adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.

3. Cabang psikilogi sosial


Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg bahwa dinamika kelompok lebih
ditekankan pada peninjauan psikologi sosial karena yang terpenting sejauh mana pengaruh
interaksi sosial individu didalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota
kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingi mempelajari hubungan timbal balik antar
kelompok sebenarnya adalah eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah pada persoalan
psikologi.

4. Bidang Eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang di susun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan
bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung
mengarah pada persoalan psikologi.

Status dinamika Kelompok seperti disebutkan diatas menjadi bahan persaingan antara para ahli
psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok
sebagai bidang eksperimen saja.

Hal ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan–pendekatan yang ada dalam dinamika
kelompok. Dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan para ahli, antara lain Bales dan Homons,
Stogdill, Sigmund Freud dan Scheidlinger, serta Yennings dan Moreno

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK

1. Pendekatan oleh Bales dan Homans

Pendekatan ini mendasarkan diri pada adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam
suatu kelompok. Selanjutnya Homans menambahkan dengan adanya interaksi dalam kelompok
maka kelompok yang bersangkutan merupakan interdepensi, dengan sifat –sifat: 1. Adanya
stratifikasi keduudkan warga; 2. Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara
anggota kelompok yang satu dengan yang lain; 3. Adanya perkembangan pada sistem intern
kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor – faktor dari luar kelompok.

2. Pendekatan oleh Stogdill

Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat – sifat kepemimpinan dalam bentuk
organisasi formal.
Selanjutnya Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu
proses yang memengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai
tujuan kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisir ialah suatu kelompok
yang tiap – tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas
untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.

3. Pendekatan dari Ahli Psycho Analysis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger

Scheidlinger berpendapat bahwa aspek – aspek motif dan emosional sangat memegang
peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan berapa kelompok akan
dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antaranggota kelompok. Demikian pula
emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok. Demikian pula emosional
yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut semakin
kukuh. Sementara ini,

Sigmund Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya


coliesiveness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap – tiap
anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang
lain.

4. Pendekatan dari Yennings dan Moreno

Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang sangat
cocok ditetapkan dalam kelompok. Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas,
spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap anggota kelompok yang laindalam
rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan
psikhe group dan sociogroup.

 Psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati,
atau antipati antaranggota.
 Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.

Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group.Yennings menambahkan


bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group disesuatikan dengan
psikhe group, dengan memperlihatkan faktor- faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam
kelompok.
C. TEORI KUNCI DINAMIKA KELOMPOK

Terbentuknya pemahan tentang Dinamika Kelompok tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran


para ahli dan teori-teori yang dikemukakan mereka. Berikut ini teori-teori tersebut.

1. Gustave Le Bon

Ilmuwan yang berasal dari Perancis dalam bidang Psikologi Sosial di dalam studinya, The
Crowd: A Stufy of the Popular Mind pada tahun 1896 yang menjadi terbentuknya paham tentang
Psikologi Kelompok atau Group Psychology.

Psikologi kelompok adalah cabang psikologi, khususnya psikologi sosial, yang bertujuan
mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, mengendalikan, dan merekayasa dinamika perilaku
dan proses kejiwaan yang terdapat dalam fenomena kelompok.

2. William McDougall

Psikolog asal Inggris dalam karyanya The Group Mind pada tahun 1920 berhasil menganalisa
dinamika dari beberapa kelompok dari berbagai bentuk dan sudut dalam suatu organisasi.

3. Sigmund Freud

Di dalam karya Group Psychology and the Analysis of the Ego. (1922), Sigmund Freud
mendasarkan deskripsi pendahuluannya tentang psikologi kelompok pada karya Le Bon, tetapi
kemudian mengembangkan teori orisinalnya sendiri, terkait dengan apa yang mulai dia uraikan
dalam Totem and Taboo. Theodor Adorno mengulang esai Freud pada tahun 1951 dengan Teori
Freudian dan Pola Propaganda Fasis, dan mengatakan bahwa "Tidaklah berlebihan jika kita
mengatakan bahwa Freud, meskipun dia hampir tidak tertarik pada fase politik dari masalah
tersebut, jelas meramalkan munculnya dan sifat gerakan massa fasis dalam kategori psikologis
murni."

4. Jacob L. Moreno

Jacob L. Moreno adalah seorang psikiater, dramawan, filsuf, dan ahli teori yang menciptakan
istilah "psikoterapi kelompok (group psychotherapy)" pada awal tahun 1930-an dan sangat
berpengaruh pada saat itu.

Psikoterapi kelompok atau terapi kelompok adalah bentuk psikoterapi di mana satu atau lebih
terapis mengobati sekelompok kecil klien bersama-sama sebagai sebuah kelompok. Istilah ini
secara sah dapat merujuk kepada segala bentuk psikoterapi ketika disampaikan dalam format
kelompok.
5. Kurt Lewin

Kurt Lewin (1943, 1948, 1951) umumnya dikenal sebagai pendiri gerakan belajar kelompok
secara ilmiah. Dia menciptakan istilah group dynamics atau dinamika kelompok untuk
menggambarkan cara kelompok dan individu bertindak dan bereaksi terhadap keadaan yang
berubah.

6. William Schutz

William Schutz (1958, 1966) memandang hubungan antarpribadi sebagai tahapan


perkembangan, inklusi (apakah saya termasuk?), kontrol (siapa yang paling unggul di sini?), dan
kasih sayang (apakah saya termasuk di sini?). Schutz melihat kelompok menyelesaikan setiap
masalah secara bergiliran agar dapat maju ke tahap berikutnya.

Sebaliknya, kelompok yang sedang berjuang dapat berpindah ke tahap lebih awal, jika tidak
mampu menyelesaikan masalah luar biasa pada tahap saat ini. Schutz menyebut dinamika
kelompok ini sebagai "dunia bawah antarpribadi," proses kelompok yang sebagian besar tidak
terlihat dan tidak diakui, berlawanan dengan masalah "isi", yang secara nominal menjadi agenda
pertemuan kelompok.

7. Wilfred Bion

Wilfred Bion (1961) mempelajari dinamika kelompok dari perspektif psikoanalitik, dan
menyatakan bahwa dia banyak dipengaruhi oleh Wilfred yang merupakan rekan kerjanya di
University College Hospital London, bersama dengan tokoh kunci lainnya dalam gerakan
psikoanalitik, Ernest Jones. Ia menemukan beberapa proses kelompok massa yang melibatkan
kelompok secara keseluruhan mengadopsi orientasi yang, menurutnya, mengganggu kemampuan
kelompok untuk menyelesaikan pekerjaan yang secara nominal dilakukannya. Pengalaman Bion
dituangkan dalam buku-buku terbitannya, khususnya Experiences in Groups. Institut Tavistock
telah mengembangkan dan menerapkan lebih lanjut teori dan praktik yang dikembangkan oleh
Bion.

8. Bruce Tuckman

Bruce Tuckman (1965) mengusulkan model empat tahap yang disebut Tuckman's Stages
untuk sebuah grup. Model Tuckman menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan kelompok
yang ideal harus terjadi dalam empat tahap:

 Forming (berpura-pura bergaul atau bergaul dengan orang lain)

 Menyerbu (melepaskan penghalang kesopanan dan mencoba untuk turun ke masalah


bahkan jika emosi berkobar)
 Norming (membiasakan diri satu sama lain dan mengembangkan kepercayaan dan
produktivitas)

 Melakukan (bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan dasar yang
sangat efisien dan kooperatif)

Tuckman kemudian menambahkan tahap kelima untuk pembubaran grup yang disebut
penangguhan. (Menunda juga dapat disebut sebagai berkabung, yaitu berkabung atas penundaan
kelompok). Model ini mengacu pada pola keseluruhan kelompok, tetapi tentu saja individu dalam
kelompok bekerja dengan cara yang berbeda. Jika ketidakpercayaan berlanjut, sebuah kelompok
bahkan mungkin tidak akan pernah mencapai tahap norming.

9. M. Scott Peck

M. Scott Peck mengembangkan tahapan untuk kelompok berskala lebih besar (yaitu,
komunitas) yang serupa dengan tahapan pengembangan kelompok Tuckman.[12] Peck
menggambarkan tahapan komunitas sebagai:

 Pseudo-komunitas

 Kekacauan

 Kekosongan

 Komunitas Sejati

Komunitas dapat dibedakan dari jenis kelompok lain, dalam pandangan Peck, oleh kebutuhan
anggota untuk menghilangkan hambatan komunikasi agar dapat membentuk komunitas sejati.
Contoh hambatan umum adalah: harapan dan prasangka; prasangka; ideologi, norma
kontraproduktif, teologi dan solusi; kebutuhan untuk menyembuhkan, mengubah, memperbaiki
atau memecahkan dan kebutuhan untuk mengontrol. Sebuah komunitas lahir ketika anggotanya
mencapai tahap "kekosongan" atau kedamaian.
10. Richard Hackman

Richard Hackman mengembangkan model sintetis berbasis penelitian untuk merancang dan
mengelola kelompok kerja. Hackman menyarankan bahwa kelompok berhasil ketika mereka
memuaskan klien internal dan eksternal, mengembangkan kemampuan untuk tampil di masa
depan, dan ketika anggota menemukan makna dan kepuasan dalam kelompok. Hackman
mengusulkan lima kondisi yang meningkatkan peluang keberhasilan grup. Ini termasuk:

 Menjadi tim yang nyata: yang dihasilkan dari adanya tugas bersama, batasan yang jelas
yang memperjelas siapa yang berada di dalam atau di luar kelompok, dan stabilitas dalam
keanggotaan kelompok.

 Arah yang menarik: yang dihasilkan dari tujuan yang jelas, menantang, dan memiliki
konsekuensi.

 Struktur yang memungkinkan: yang dihasilkan dari adanya tugas yang beragam, ukuran
kelompok yang tidak terlalu besar, anggota kelompok yang berbakat yang memiliki
setidaknya keterampilan sosial sedang, dan norma yang kuat yang menentukan perilaku
yang sesuai.

 Konteks yang mendukung: yang terjadi di grup yang bersarang di grup yang lebih besar
(misalnya perusahaan). Di perusahaan, konteks yang mendukung melibatkan a) sistem
penghargaan yang menghargai kinerja dan kerja sama (misalnya penghargaan berbasis
kelompok yang terkait dengan kinerja kelompok), b) sistem pendidikan yang
mengembangkan keterampilan anggota, c) sistem informasi dan materi yang
menyediakan informasi dan bahan mentah yang dibutuhkan. bahan (misalnya komputer).

 Pembinaan ahli: yang terjadi pada kesempatan langka ketika anggota kelompok merasa
mereka membutuhkan bantuan dengan tugas atau masalah antarpribadi. Hackman
menekankan bahwa banyak pemimpin tim yang sombong dan melemahkan efektivitas
kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pandangan para ahli sangat mempengaruhi terbentuknya pemahaman tentang dinamika


kelompok. Pandangan-pandangan bisa dikatakan sebagai pendekatanpendekatan dalam pemahaman ini.
Beberapa paham ahli yang berpengaruh disini antara lain: (1) Bates dan Homans dengan dasar aksi,
interaksi, dan situasi. (2) Stogdill dengan penekanan pada kepemimpinan. (3) Freud dan Scheidlinger
dengan paham kepentingan motif, emosional, dan juga kesatuan. Serta (4) Yennings dan Moreno
dengan pemahaman metode sosiometri.

B. SARAN

Sebagai seorang insan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, sudah seharusnya hidup
bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Karena pada dasarnya manusia saling
membutuhkan baik dalam interaksi maupun dalam pembagian tugas. Melalui dinamika kelompok setiap
anggota kelompok mampu tegap sebagai perorangan yang mengembangkan pribadinya dalam hubungan
dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, slamat. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi aksara.

Hadi, Syamsul. 2017. Dinamika Kelompok. Jember: UM Jember Press

Anda mungkin juga menyukai