Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEORI KEPEMIMPINAN DAN

ANALISIS JENIS KEPEMIMPINAN PHIL KNIGHT

Disusun Oleh :

Ranisah Azza Muslimah (2207101130045)

Rahmatillah (2207101130016)

Nona Azura (2207101130047)

Zahrina Arifah (2207101130076)

Dosen pengampu :

Santi Julita, S.Psy., M.Hsc, Psy

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah
sehingga pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa hambatan
apapun. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Santi Julita, S.Psy., M.Hsc, Psy
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Organisasi. Tidak lupa juga kami
berterima kasih kepada teman-teman yang ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah
kami yang berjudul ―Teori Kepemimpinan dan Analisis Jenis Kepemimpinan Phil
Knight‖
Kami sebagai penulis tentunya sangat berharap semoga makalah ini dapat
berguna kedepannya, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan
memberi dampak positif bagi pendidikan di Indonesia kedepannya. Tentunya masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Namun kami sudah mencoba memberi yang terbaik
yang kami bisa. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 31 Oktober 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB 1 ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

BAB 2 ........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

2.1 Teori-Teori Kepemimpinan.............................................................................................. 6

2.1.1 Teori Kepemimpinan Universalis ................................................................................. 6

1. The Great Man Theory ................................................................................................... 6

2. Trait Theory .................................................................................................................... 6

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepemimpinan Universalis .......................................... 7

2.1.2 Teori Kepemimpinan Perilaku ...................................................................................... 8

1. Studi Kepemimpinan Negara Ohio................................................................................. 8

2. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan................................................................... 9

Kelebihan dan kelemahan teori perilaku kepemimpinan ................................................. 10

2.1.3 Teori Kepemimpinan Kontingensi .............................................................................. 11

1. Fiedler’s Contingency Model ....................................................................................... 11

2. The Path-Goal Theory .................................................................................................. 11

3. The Decision-Making Model ........................................................................................ 12

4. The Leader–Member Exchange Model ........................................................................ 12

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepemimpinan Kontingensi : .................................... 13

2.1.4 Teori Kepemimpinan Karismatik ................................................................................ 14

2
Kelebihan dan Kelemahan Teori Kepemimpinan Karismatik .......................................... 15

2.2 Membandingkan Teori-Teori tentang Kepemimpinan ................................................... 16

2.3 Analisis Jenis Kepemimpinan Pil Knight ...................................................................... 18

2.3.1 Biografi Phil Knight ................................................................................................ 18

2.3.2 Analis Kepemimpinan Phil Knight.......................................................................... 18

Phil Knight dan NIKE ...................................................................................................... 18

Gaya Kepemimpinan Phil Knight..................................................................................... 19

2.4 Solusi terkait persiapan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang memiliki jenis
kepemimpinan seperti Phil Knight ....................................................................................... 21

BAB III .................................................................................................................................... 23

PENUTUP................................................................................................................................ 23

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia organisasi, kepemimpinan memainkan peran kunci dalam membimbing
dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan bersama. Seiring dengan perkembangan
ilmu psikologi, berbagai teori kepemimpinan telah muncul untuk menjelaskan sifat dan
karakteristik pemimpin yang efektif. Dalam makalah ini, akan dibahas berbagai teori
kepemimpinan dari pendekatan universal, perilaku, kontingensi, dan karismatik untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif tentang konsep kepemimpinan.
Menurut Kadarusman (2012) dalam Yudiatmaja (2013), kepemimpinan dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Self Leadership, Team Leadership, dan Organizational Leadership.
Self Leadership mengacu pada kemampuan memimpin diri sendiri untuk menghindari
kegagalan dalam menjalani hidup. Team Leadership, di sisi lain, melibatkan kemampuan
memimpin orang lain. Pemimpin kelompok, atau yang dikenal dengan sebutan team leader,
memahami tanggung jawab kepemimpinannya, memahami keadaan bawahannya, bersedia
beradaptasi dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta
memiliki komitmen untuk membantu setiap anggota timnya mencapai potensi terbaiknya.
Sementara itu, Organizational Leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang
dipimpin oleh pemimpin organisasi. Pemimpin organisasi harus memahami dinamika bisnis
perusahaan yang dipimpinnya, mengembangkan visi dan misi bisnis, bersedia beradaptasi
dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta memiliki komitmen tinggi
untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas di
tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Meskipun terdapat lebih dari 400 definisi tentang kepemimpinan menurut, Crainer
(dikutip dalam Mullins, 2005) dalam Yudiatmaja (2013), pada dasarnya kepemimpinan
adalah suatu proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain demi mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan melibatkan kemampuan untuk mencapai kesepakatan dalam mencapai tujuan
bersama, mengarahkan orang lain menuju tujuan tertentu, dan membangun hubungan saling
mempengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak
semua orang yang memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dapat disebut
sebagai pemimpin.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan melalui pendekatan universal?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan melalui pendekatan perilaku?
3. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan melalui pendekatan kontingensi?
4. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan melalui pendekatan karismatik dan
transformasional?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada masing-masing teori?
6. Jenis kepemimpinan apakah yang dimiliki oleh Phil Knight?
7. Apa solusi yang harus diberikan terkait persiapan yang harus dipersiapkan oleh
pemimpin yang memiliki jenis kepemimpinan seperti Phil Knight?

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Kepemimpinan


Dalam upaya untuk memahami kepemimpinan, para ahli telah mengembangkan
berbagai teori yang mencoba menjelaskan karakteristik, sifat, dan gaya yang efektif dalam
memimpin. Beberapa teori mendasar termasuk teori pendekatan universalis, teori pendekatan
perilaku, teori pendekatan kontingensi, dan teori karismatik

2.1.1 Teori Kepemimpinan Universalis


Teori kepemimpinan universalis mencari karakteristik kunci atau kelompok
karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin efektif, teori ini berargumen bahwa pemimpin
dengan sifat-sifat ini akan berhasil tanpa memandang situasi. Ini merupakan pendekatan awal
dan sederhana dalam studi kepemimpinan. Dua teori dari kategori ini yaitu the great man
theory dan trait theory.

1. The Great Man Theory


Teori The Great Man menyatakan bahwa pemimpin hebat adalah mereka yang lahir
dengan bakat kepemimpinan alamiah. Meskipun spekulatif, beberapa orang masih
mempercayai bahwa jika pemimpin sejarah seperti Julius Caesar atau Joan of Arc hidup saat
ini, mereka akan menjadi pemimpin ulung berkat kemampuan alamiah mereka. Meskipun
tanpa bukti kuat, beberapa negara bahkan menempatkan kerabat pemimpin hebat pada posisi
kekuasaan, menunjukkan keyakinan pada kemampuan kepemimpinan bawaan.

2. Trait Theory
Di awal peradaban, para psikolog mencoba mengidentifikasi sifat-sifat fisik,
kecerdasan, dan kepribadian yang terkait dengan kesuksesan pemimpin. Namun, hasil
penelitian awal tidak memberikan bukti solid mengenai satu sifat tunggal yang umum bagi
semua pemimpin efektif. Sejak 1980-an, minat terhadap sifat kepemimpinan telah bangkit
kembali. Penelitian baru menunjukkan bahwa kombinasi lima sifat kepribadian inti
(extraversion, conscientiousness, openness to experience, agreeableness, and emotional
stability) berkorelasi kuat dengan kemunculan dan efektivitas kepemimpinan. Selain itu,
karakteristik kompleks seperti fleksibilitas atau kecerdasan sosial juga diakui penting dalam
memprediksi kesuksesan pemimpin, meskipun kompleksitas karakteristik kepemimpinan ini
melibatkan penyesuaian perilaku pemimpin dengan situasi kepemimpinan.

6
Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepemimpinan Universalis

1. Kelebihan Teori Kepemimpinan Universalis:


● Sederhana dan Mudah Dipahami
Teori ini sederhana dan mudah dipahami karena mencoba mencari satu atau
beberapa karakteristik kunci pemimpin.
● Memberi Inspirasi Konsep
Pemimpin lahir, bukan dibuat, dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi
individu yang merasa memiliki karakteristik serupa.
● Menghormati Keunikan Individu
Menghormati keunikan setiap individu dengan mengakui bahwa pemimpin
memiliki sifat-sifat bawaan tertentu.

2. Kekurangan Teori Universal Kepemimpinan:


● Generalisasi yang Terlalu Luas
Teori ini terlalu umum dan tidak mempertimbangkan kerumitan situasi dan
tugas yang berbeda-beda yang dihadapi oleh pemimpin.
● Kurangnya Dukungan Empiris
Terdapat kurangnya bukti empiris yang kuat yang mendukung teori ini. Banyak
pemimpin sukses tidak memiliki karakteristik yang sama.
● Mengabaikan Pengembangan Kepemimpinan
Teori ini tidak memberi perhatian pada pengembangan keterampilan
kepemimpinan melalui pembelajaran dan pengalaman, mengasumsikan bahwa
pemimpin lahir dengan kualitas kepemimpinan tertentu.
● Tidak Mengakui Peran Lingkungan
Teori ini tidak mempertimbangkan peran lingkungan, budaya, atau konteks
sosial dalam menentukan kesuksesan kepemimpinan.
● Kurangnya Keluwesan
Teori ini tidak memberikan ruang untuk pertumbuhan dan perubahan
kepemimpinan seiring waktu. Pemimpin dapat mengembangkan keterampilan
dan sifat kepemimpinan melalui pengalaman dan pembelajaran

7
2.1.2 Teori Kepemimpinan Perilaku
Setelah teori universalis mengalami kegagalan umum dalam mengisolasi karakteristik
yang terkait dengan efektivitas pemimpin yang menyebabkan perubahan fokus, para peneliti
memilih untuk mengkaji perilaku sebenarnya dari pemimpin yang efektif untuk menentukan
jenis perilaku apa yang membawa kesuksesan, daripada mencoba mengukur karakteristik
orientasi atau kepribadian pemimpin. Pada akhir tahun 1940-an dan sepanjang tahun 1950-an
dilakukan dua proyek penelitian pada dua universitas yang berbeda, yaitu universitas Ohio
State University dan Universitas Michigan. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki
perilaku yang ditunjukkan oleh para pemimpin yang efektif. Dari kedua proyek penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh sangat mirip mengenai pemimpin,
perilaku mereka, dan kepemimpinan yang efektif. Teori-teori perilaku kepemimpinan, yaitu
teori-teori berdasarkan pada studi-studi yang berfokus pada perilaku-perilaku tertentu yang
memiliki kaitan dengan kepemimpinan yang efektif. Pendekatan teori perilaku
Kepemimpinan menjelaskan perilaku-perilaku apa yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin untuk mencapai sebuah kesuksesan.

1. Studi Kepemimpinan Negara Ohio

Para peneliti di Ohio State University mengumpulkan daftar ratusan perilaku


pemimpin menggunakan laporan diri dan observasi secara detail mengenai perilaku
pemimpin, baik dari pemimpin itu sendiri maupun dari bawahannya. Dengan menggunakan
proses statistik yang disebut analisis faktor, mereka menemukan bahwa ratusan perilaku ini
dapat dipersempit menjadi dua kategori umum: memulai struktur dan pertimbangan (Halpin
& Winer, 1957).

● Struktur inisiasi mencakup aktivitas pemimpin yang mendefinisikan dan


mengatur, atau menyusun, situasi kerja, seperti menugaskan tugas tertentu,
menentukan peran kelompok kerja, memenuhi tenggat waktu, membuat
keputusan terkait tugas, dan mempertahankan standar kinerja kerja.
● Pertimbangan menggambarkan perilaku yang menunjukkan kepedulian tulus
terhadap perasaan, sikap dan kebutuhan bawahan dengan mengembangkan
hubungan baik dengan mereka serta menunjukkan rasa saling menghormati dan
percaya. Kegiatan tersebut antara lain meminta pendapat dan masukan dari
bawahan, menunjukkan kepedulian terhadap perasaan pekerja, mendorong

8
komunikasi dari dan antar bawahan, memperkuat rasa percaya diri dan kepuasan
kerja pekerja, serta melaksanakan saran-sarannya.
Para peneliti di Ohio State menyimpulkan bahwa struktur awal dan
pertimbangan merupakan dua dimensi yang tidak saling bergantungan.
Maksudnya, skor pemimpin pada salah satu bidang tidak mempengaruhi skor
pemimpin pada bidang lainnya. Sehingga sangat memungkinkan seorang
pemimpin memiliki skor yang tinggi pada satu bidang, tetapi memiliki skor yang
rendah pada bidang lain.
Beberapa penelitian lain yang dilakukan untuk menguji struktur awal dan
dimensi pertimbangan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar perilaku
pemimpin memang dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari dua kategori
tersebut (Bass & Bass, 2008; Fleishman & Harris, 1962; Stogdill & Coons,
1957).
Meskipun pendekatan perilaku di Ohio State menyebabkan banyak
penelitian tentang perilaku pemimpin yang efektif, tetapi pendekatan ini sama
halnya seperti teori universal, terlalu sederhana. Investigasi di Ohio State
memberi kita dua kategori perilaku pemimpin, yang keduanya mungkin terkait
atau tidak dengan indikator tertentu efektivitas pemimpin. Meskipun hasilnya
mempunyai dampak positif dalam menstimulasi penelitian mengenai perilaku
pemimpin, jelas bahwa studi di Ohio State gagal dalam membuat prediksi yang
pasti tentang hubungan antara perilaku pemimpin dan hasil kerja tertentu di
semua jenis situasi kerja.

2. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan dilakukannya penelitian di Ohio State,
para peneliti di Universitas Michigan juga melakukan penelitian yang berfokus pada
karakteristik perilaku pemimpin yang efektif dan mendapatkan hasil yang hampir sama.

Dengan mempelajari para pemimpin di sejumlah organisasi industri besar, para


peneliti Michigan menemukan bahwa para pemimpin yang sukses cenderung menunjukkan
pola perilaku yang diberi label berorientasi tugas, disebut juga berorientasi produksi, dan
berorientasi pada hubungan, juga disebut berorientasi pada karyawan (Kahn & Katz, 1960).
Perilaku berorientasi pada tugas fokus pada pelaksanaan pekerjaan yang dihadapi kelompok
kerja, serupa dengan faktor struktur yang memulai. Aktivitas pemimpin berkaitan dengan

9
penetapan standar kerja, pengawasan pekerjaan, dan pencapaian tujuan produksi. Perilaku
yang berorientasi pada hubungan mencakup menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan
karyawan dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.

Perbedaan utama antara penelitian di Ohio State dan University of Michigan adalah
bahwa hasil penelitian di Michigan cenderung menganggap perilaku pemimpin yang
berorientasi pada hubungan lebih efektif daripada perilaku yang berorientasi pada tugas
(Likert, 1967).

Kelebihan dan kelemahan teori perilaku kepemimpinan:

1. Kelebihan Teori Perilaku Kepemimpinan


● Fokus pada aksi yang dapat diamati
Teori perilaku kepemimpinan berfokus pada perilaku nyata yang dapat
diamati dan diukur, sehingga memungkinkan para pemimpin dan
organisasi untuk menentukan dengan jelas perilaku yang efektif dan tidak
efektif.
● Perhatian pada pengembangan keterampilan kepemimpinan
Dengan menyoroti perilaku spesifik, teori ini dapat membantu pemimpin
untuk mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan
keterampilan kepemimpinan mereka, serta memberikan landasan bagi
pengembangan kepemimpinan yang efektif.
● Fleksibilitas dalam pendekatan kepemimpinan
Teori ini memperbolehkan pemimpin untuk memilih perilaku yang paling
sesuai dengan kebutuhan situasional dan karakteristik anggota tim,
sehingga memungkinkan untuk fleksibilitas dalam gaya kepemimpinan.

2. Kelemahan Teori Perilaku Kepemimpinan


● Pendekatan yang terlalu simplisit
Teori ini dapat terlalu simplistik karena hanya berfokus pada perilaku
terlihat, sementara mengabaikan faktor-faktor psikologis, sosial, dan
kontekstual yang mempengaruhi kepemimpinan.
● Keterbatasan dalam memahami dinamika kepemimpinan yang kompleks
Terkadang, fokus terlalu besar pada perilaku dapat mengabaikan aspek

10
kompleks kepemimpinan, seperti visi, nilai-nilai, dan kepribadian yang
mendasari kepemimpinan yang efektif.
● Kurangnya penekanan pada kepribadian dan karakter pemimpin
Teori ini cenderung mengabaikan pentingnya faktor-faktor kepribadian
dan karakter dalam membentuk kepemimpinan yang efektif, yang dapat
menjadi kelemahan signifikan dalam memahami kinerja kepemimpinan.

2.1.3 Teori Kepemimpinan Kontingensi


Teori kontingensi, teori yang mengkaji interaksi karakteristik pemimpin dan situasi,
menyatakan bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung pada kecocokan yang tepat di
antara keduanya. Teori kontingensi tidak berpatokan pada gaya kepemimpinan tertentu,
melainkan bergantung pada efektivitas kepemimpinan dan interaksi pemimpin dengan situasi.
Terdapat empat teori kontingensi yang akan dibahas, yaitu Fiedler’s Contingency Model, The
Path-Goal Theory, The Decision-Making Model, dan The Leader–Member Exchange Model.

1. Fiedler’s Contingency Model


Model ini berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung pada kecocokan
antara gaya perilaku seorang pemimpin dan sejauh mana situasi kerja memberikan kendali
dan pengaruh kepada pemimpin tersebut. Dengan kata lain, gaya perilaku pemimpin harus
sesuai dengan besarnya kendali dan kekuasaan yang dimiliki pemimpin dalam situasi kerja.
Teori Fiedler membagi pemimpin berdasarkan motivasi utama mereka, berorientasi
pada tugas atau berorientasi pada hubungan. Untuk mengukur orientasi seorang pemimpin,
Fiedler mengembangkan ukuran laporan diri yang disebut sebagai LPC mengukur, yang
berarti least preferred coworker. Sedangkan untuk mendefinisikan karakteristik situasi kerja
menggunakan tiga variabel, yakni leader–member relations, task structure, dan position
power. Menyesuaikan tipe pemimpin dan tipe situasi akan membuat pekerjaan menjadi lebih
efisien, hal ini disebut Leader Match.

2. The Path-Goal Theory


Teori ini menyatakan bahwa tugas seorang pemimpin adalah membantu kelompok
kerja mencapai tujuan yang mereka inginkan (House, 1971; House & Mitchell, 1974 dalam
Reggio). Oleh karena itu, pemimpin dipandang sebagai fasilitator atau pemandu, yang
membantu kelompok mengatasi berbagai hambatan dan hambatan yang mungkin mereka
temui dalam mencapai tujuan mereka. Biasanya tujuan ini melibatkan peningkatan motivasi
pekerja untuk melakukan pekerjaan dan upaya dalam meningkatkan kepuasan pekerja.

11
Untuk membantu kelompok mencapai tujuannya, pemimpin dapat mengadopsi salah
satu dari empat kategori perilaku direktif (memberi instruksi dan saran), berorientasi pada
pencapaian (berfokus pada hasil), suportif (berfokus pada hubungan), dan partisipatif
(mendorong anggota untuk aktif)—yang pemilihannya bergantung pada karakteristik situasi.

3. The Decision-Making Model


Teori ini didasarkan pada premis bahwa pemimpin pada dasarnya adalah pengambil
keputusan. Teori ini agak unik karena tidak hanya membuat prediksi
tentang perilaku pemimpin yang tepat dalam mengambil keputusan tetapi juga benar-benar
memberikan ―resep‖ untuk diikuti oleh pengambil keputusan. Teori pengambilan keputusan
berpendapat bahwa seorang pemimpin dapat mengambil keputusan kerja dengan
menggunakan sejumlah strategi.
Lima strategi pengambilan keputusan:
1. Keputusan otokratis I
Pemimpin membuat keputusan sendiri, dengan menggunakan informasi yang
hanya tersedia bagi pemimpin.
2. Keputusan otokratis II
Pemimpin memperoleh informasi dari bawahan dan kemudian mengambil
keputusan sendiri.
3. Keputusan konsultatif I
Pemimpin menceritakan masalahnya kepada bawahan yang relevan dan
mendapatkan ide serta masukan mereka secara individu, namun mengambil
keputusan sendiri.
4. Keputusan konsultatif II
Pemimpin berbagi masalah dengan bawahannya secara berkelompok,
mendapatkan masukan kolektif, namun mengambil keputusan sendiri.
5. Keputusan kelompok
Pemimpin berbagi masalah dengan bawahannya sebagai sebuah kelompok dan
bersama-sama mereka membuat keputusan konsensus.

4. The Leader–Member Exchange Model


Berbeda dengan teori sebelumnya yang mengaitkan kepemimpinan dengan
situasi, teori ini mengambil pendekatan yang berbeda dan menganggap bahwa
kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh kualitas interaksi antara pemimpin dan
anggota kelompok kerja tertentu. Menurut teori ini pekerja adalah situasi. Kualitas

12
hubungan pemimpin dengan anggota mempengaruhi kinerja, loyalitas, dan kepuasan
kerja. Strategi penerapan teori ini untuk meningkatkan efektivitas pemimpin
tampaknya relatif mudah: Meningkatkan kualitas hubungan pemimpin-anggota.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepemimpinan Kontingensi :

1. Kelebihan Teori Kepemimpinan Kontingensi


● Fleksibilitas
Membuat organisasi menjadi fleksibel dalam menyesuaikan diri dalam
berbagai situasi, sehingga memungkinkan organisasi untuk merespons
dengan lebih baik.
● Akurat
Karena teori ini mengakui bahwa tidak ada solusi tunggal yang dapat
diterapkan pada semua situasi, organisasi dapat mengembangkan solusi
yang lebih akurat dan sesuai dengan konteks tertentu.
● Responsif
Organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan eksternal dengan
lebih efektif karena cenderung lebih responsif terhadap perubahan dan
tantangan yang muncul.
● Keterlibatan karyawan
Keterlibatan karyawan meningkat karena mereka dapat berkontribusi
dengan ide dan inisiatif mereka dalam mengatasi situasi yang berbeda.

2. Kekurangan Teori Kepemimpinan Kontingensi


● Kompleksitas
Dalam menentukan tindakan yang paling sesuai dengan situasi tertentu,
memerlukan analisis yang kompleks dan waktu yang lebih yang dapat
memakan waktu dan sumber daya.
● Ketidakpastian
Karena pendekatan kontingensi bergantung pada analisis situasional,
keputusan yang diambil berdasarkan analisis bisa saja salah jika analisis
situasionalnya tidak tepat.
● Biaya
Analisis yang diperlukan memerlukan sumber daya yang signifikan,
seperti biaya konsultasi, pelatihan, dan penelitian.

13
● Ketergantungan pada pemimpin
Kesuksesan teori kontingensi seringkali tergantung pada kemampuan
pemimpin dan manajer dalam memahami dan menerapkan prinsip-
prinsip kontingensi dengan benar.

2.1.4 Teori Kepemimpinan Karismatik


Kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) merupakan gaya kepemimpinan
dengan menonjolkan karisma untuk menarik dan menginspirasi pengabdian oleh orang lain.
Gaya kepemimpinan ini adalah salah satu contoh gaya yang berpusat pada pemimpin, selain
kepemimpinan otoritatif dan transaksional. Pemimpin lebih percaya pada visi dan
kemampuannya sendiri daripada pada para pengikut (Firdaus, 2023). Menurut Weber, model
kepemimpinan karismatik terdiri dari dua aspek pokok, yang pertama adalah bahwa di antara
para pengikut terdapat kebutuhan, tujuan, atau aspirasi yang belum terpenuhi oleh situasi saat
ini. Yang kedua adalah bahwa mereka tunduk kepada pemimpin karena mereka melihat
pemimpin tersebut memiliki karisma yang dapat membantu mereka mencapai tujuan atau
aspirasi mereka.
Di sisi lain, Winarno (2011) mengemukakan tiga dimensi atau bentuk kepemimpinan
karismatik, yaitu: (1) memvisikan (envisioning), yaitu merujuk pada kemampuan pemimpin
untuk memberikan gambaran tentang masa depan atau mencerminkan aspirasi dari anggota
organisasi, yang mampu memberikan motivasi tambahan kepada mereka. Dengan adanya visi
yang diperkenalkan, visi tersebut akan menjadi fokus utama dalam usaha untuk
meningkatkan komitmen dalam pelaksanaan aktivitas dan mencapai hasil akhir yang menjadi
tujuan bersama.(2) memberikan energi (energizing), yaitu pemimpin berperan sebagai
pemberi energi kepada para pengikutnya berupa semangat atau motivasi sebagai upaya untuk
mewujudkan visi yang telah dirancang. Namun, setiap pemimpin memiliki caranya sendiri
dalam proses pemberian energi kepada pengikut. dan (3) memberdayakan (enabling), yaitu
pemimpin membantu para pengikut dalam segi psikologisnya untuk mewujudkan meraih visi
yang masih dirasa menantang dan mengalami hambatan dalam proses pencapaiannya.
Aktivitas memampukan disini bisa dilakukan melalui berbagai cara, sebagai contoh, dengan
cara seorang pemimpin yang mau menjadi pendengar dan partner berdiskusi mengenai
masalah masalah yang sedang dihadapi oleh pengikut tersebut. Selain itu bisa juga dengan
cara pemimpin memberikan dukungan moral melalui pemberian kepercayaan terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh para pengikutnya dalam upaya menyelesaikan tugas yang
dimiliki dengan berbagai tantangan yang dihadapi.

14
Gunawan (2018) menyatakan seorang pemimpin karismatik sangat disegani orang
lain karena keistimewaan kepribadian, sifat, dan perilaku yang tidak dimiliki orang lain pada
umumnya. Beberapa karakteristik yang biasanya dimiliki pemimpin karismatik, yaitu: (1)
memiliki daya tarik kuat sehingga bisa memiliki pengikut yang banyak; (2) alasan pengikut
patuh dan taat terhadap pemimpin tidak bisa dijelaskan; (3) pemimpin seolah olah memiliki
kekuatan magis atau gaib; dan (4) karisma pemimpin ini apa adanya, tidak melihat karena
usia, harta, tahta, kesehatan, bahkan ketampanan.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Kepemimpinan Karismatik

1. Kelebihan dari jenis kepemimpinan karismatik adalah sebagai berikut:


● Pemimpin menekankan proses dan nilai-nilai kepemimpinannya daripada
kecenderungan pribadi.
● Mengutamakan ideologi atau cara berpikir daripada hanya menumbuhkan
kesetiaan terhadap diri sendiri.
● Kekuasaan dalam mengambil keputusan melibatkan partisipasi dan
informasi diberikan secara terbuka.
● Reward digunakan dalam upaya menguatkan perilaku agar tetap konsisten
dengan sasaran dan misi organisasi dari awal dan hasilnya kepemimpinan
ini akan membuat para pengikut semakin beruntung
2. Adapun beberapa kekurangan dari jenis kepemimpinan karismatik, yaitu:
● Seorang pemimpin dengan kepemimpinan karismatik harus terus menjaga
karismanya di depan para pengikutnya, karena karisma pemimpin yang
tidak konsisten akan berdampak negatif terhadap pemimpin itu sendiri.
● Seringkali pemimpin menjadi menekankan kecenderungan pribadi
daripada proses memimpin.
● Pemimpin menjadi lebih menumbuhkan kesetiaannya pada diri sendiri
dibandingkan menumbuhkan pemikiran yang idealis.
● Pemimpin karismatik tidak semuanya selalu bekerja atas kepentingan
organisasinya. Banyak diantaranya menggunakan kekuasaan hanya untuk
membangun perusahaannya sendiri sesuai citra yang diinginkan.
Kharisma pemimpin yang egois ini menjadikan tujuan organisasi dicapai
untuk kepentingan dan tujuan pribadinya sendiri.
● Pengikut cenderung tetap lemah karena terlalu bergantung pada
kemampuan pemimpin.

15
● Membuat keputusan hanya dipusatkan ke pemimpin, sehingga adanya
reward dan punishment hanya digunakan untuk menjaga citra pemimpin.

2.2 Membandingkan Teori-Teori tentang Kepemimpinan


Pendekatan universal dalam teori kepemimpinan mengacu pada ciri-ciri
kepemimpinan yang dianggap universal, seperti integritas, keberanian, atau kejujuran. Teori
ini memiliki keuntungan dalam kemudahan pemahamannya dan kemampuannya untuk
diterapkan dalam berbagai konteks tanpa mempertimbangkan situasi khusus. Selain itu,
pendekatan ini memberikan panduan yang jelas bagi pemimpin dan organisasi dalam
mengembangkan kepemimpinan yang efektif. Ini memberikan kerangka kerja yang kuat
untuk memulai pembelajaran tentang kepemimpinan.
Akan tetapi, teori kepemimpinan universal juga memiliki kelemahan. Kritik utama
terhadapnya adalah bahwa seringkali terlalu umum dan tidak mempertimbangkan perbedaan
dalam situasi dan budaya. Apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin efektif dalam
satu lingkungan mungkin tidak berlaku di lingkungan lain. Selain itu, pendekatan ini bisa
melewatkan peran yang dimainkan oleh sifat pribadi pemimpin dan terlalu fokus pada ciri-
ciri umum. Identifikasi ciri-ciri kepemimpinan yang dianggap "universal" juga dapat menjadi
subjektif, dan pandangan tentang apa yang merupakan ciri kepemimpinan yang efektif bisa
berbeda antara individu dan kelompok. Dalam konteks ini, pendekatan universal mungkin
memiliki risiko kesalahan dalam menentukan pemimpin yang sesuai untuk situasi tertentu.
Selanjutnya teori kepemimpinan perilaku, dalam teori ini, difokuskan pada perilaku
yang dapat diamati dan diukur daripada ciri-ciri pribadi pemimpin. Pendekatan ini memiliki
beberapa keunggulan salah satunya adalah fokus pada perilaku konkret yang dapat
diobservasi dan diukur, sehingga memungkinkan pembelajaran dan pengembangan yang
efektif. Hal ini membuat teori ini dapat diajarkan dan diterapkan dalam konteks pelatihan
kepemimpinan. Teori ini memberikan pemimpin fleksibilitas untuk beradaptasi dengan
berbagai situasi, sehingga mereka dapat menyesuaikan perilaku mereka sesuai dengan
kebutuhan tim atau organisasi. Pendekatan ini juga lebih inklusif terhadap perbedaan
individu, mengakui bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua
orang.
Kekurangan dari teori kepemimpinan perilaku adalah kurangnya penekanan pada sifat
pribadi pemimpin. Sifat-sifat kepribadian, seperti integritas atau empati, tetap memiliki peran
penting dalam kepemimpinan dan tidak boleh sepenuhnya diabaikan. Selain itu, pendekatan
perilaku cenderung terlalu fokus pada perilaku tanpa mempertimbangkan konteks yang lebih

16
luas. Sebuah perilaku yang efektif dalam satu situasi mungkin tidak sama efektifnya dalam
situasi yang berbeda. Pengukuran perilaku yang akurat dan konsisten juga bisa menjadi
tantangan, yang berpotensi menyebabkan subjektivitas dalam penilaian perilaku
kepemimpinan.
Kemudian teori pendekatan kontingensi, dalam teori kepemimpinan, teori
menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada faktor-faktor kontekstual dan
situasional yang spesifik. Pendekatan ini memiliki beberapa keunggulan yang penting.
Pertama, ia mengakui kompleksitas dunia nyata, di mana tidak ada satu gaya kepemimpinan
yang sesuai untuk setiap situasi. Ini memungkinkan pemimpin untuk lebih memahami
pentingnya menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan kebutuhan situasi, yang dapat
menghasilkan keputusan dan tindakan yang lebih sesuai. Kedua, pendekatan kontingensi
mempertimbangkan peran faktor eksternal seperti budaya, struktur organisasi, dan
karakteristik tim. Ini memungkinkan pemimpin untuk lebih efektif mengelola kompleksitas
yang ada dalam organisasi.
Namun, tetap terdapat beberapa kelemahan dalam pendekatan kontingensi. Salah
satunya adalah tingkat kompleksitas yang tinggi. Menentukan faktor-faktor kontingensi yang
benar-benar relevan dan memahami situasi dengan mendalam dapat menjadi tugas yang
rumit. Hal ini dapat membuat implementasi pendekatan ini dalam praktik kepemimpinan
sehari-hari menjadi sulit. Teori kontingensi seringkali menempatkan beban berat pada
pemimpin untuk memahami dan merespons perubahan situasi, yang memerlukan
keterampilan kepemimpinan yang kuat dan pengetahuan yang luas.
Pendekatan karismatik dalam teori kepemimpinan menyoroti daya tarik dan pengaruh
pribadi pemimpin terhadap para pengikutnya. Pendekatan ini memiliki beberapa keunggulan
yang mencolok. Pertama, pemimpin yang memiliki sifat karismatik memiliki kapasitas untuk
mengilhami dan memotivasi orang lain dengan cara yang sangat kuat. Mereka sering
memiliki visi yang jelas dan mampu menyampaikan visi tersebut dengan penuh semangat,
sehingga mendorong orang untuk mengikuti mereka. Kedua, pemimpin karismatik sering
memperoleh dukungan yang kuat dari para pengikut karena terjalinnya hubungan emosional
yang kuat. Hal ini bisa menghasilkan tingkat loyalitas yang tinggi di antara anggota tim atau
dalam organisasi.
Tetapi, pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan,yaitu pendekatan
karismatik sering sangat bergantung pada satu individu. Jika pemimpin karismatik
mengalami masalah pribadi atau meninggalkan organisasi, hal ini dapat menyebabkan
ketidakstabilan atau kerugian besar bagi organisasi. Kedua, pendekatan ini mungkin tidak

17
selalu efektif dalam situasi yang memerlukan pengambilan keputusan yang rasional dan
berdasarkan data, karena daya tarik karismatik sering lebih berfokus pada emosi dan inspirasi
daripada pada logika. Selain itu, pemimpin karismatik yang terlalu otoriter atau mengabaikan
perspektif dan masukan lain dapat menghasilkan keputusan yang kurang baik.

2.3 Analisis Jenis Kepemimpinan Pil Knight

2.3.1 Biografi Phil Knight


Phil Knight, atau Philip Hampson Knight, adalah seorang pengusaha Amerika yang
mendirikan perusahaan multinasional produk olahraga dan peralatan olahraga Nike, Inc. pada
tahun 1964 (awalnya bernama Blue Ribbon Sports). Selama menjabat sebagai CEO (1964–
2004), Nike menjadi salah satu perusahaan paling sukses di dunia.
Phil Knight adalah anak tertua dari tiga bersaudara, lahir dari pasangan Lota
(sebelumnya Hatfield) Knight, seorang ibu rumah tangga, dan Bill Knight, yang awalnya
adalah seorang pengacara namun beralih ke dunia penerbitan surat kabar dan mengelola
Oregon Journal. Knight dibesarkan di lingkungan Eastmoreland, Portland, dan bersekolah di
Cleveland High School. Meskipun kurang tertarik pada akademik di masa muda, ia mendaftar
di University of Oregon pada tahun 1955. Di sana, ia bergabung dengan tim lari jarak
menengah sekolah tersebut, yang dipimpin oleh pelatih legendaris Bill Bowerman, yang
terkenal karena memodifikasi sepatu pelari untuk meningkatkan performa.
Knight lulus dari University of Oregon dengan gelar bisnis pada tahun 1959. Ia
kemudian menghabiskan satu tahun di Angkatan Darat Amerika Serikat sebelum melanjutkan
pendidikannya di Stanford University’s Graduate School of Business. Di sana, ia menemukan
minat sejatinya dalam kewirausahaan dan penjualan. Dalam salah satu tugas kuliahnya
tentang bisnis kecil, Knight pertama kali mengembangkan ide untuk mendirikan perusahaan
sepatu, dan ia bahkan membahas dalam salah satu tugasnya bahwa produksi sepatu di Jepang,
yang relatif murah karena biaya tenaga kerja yang lebih rendah, dapat melampaui produksi
sepatu di Jerman, yang saat itu merupakan produsen sepatu terkemuka, terutama karena
menjadi rumah bagi Adidas

2.3.2 Analis Kepemimpinan Phil Knight

Phil Knight dan NIKE


Dalam memimpin NIKE, Phil Knight menekankan pentingnya fokus dalam branding
setelah pengalaman kegagalan sepatu casual. Kegagalan tersebut memaksa mereka

18
mendefinisikan kembali arti merek Nike dan mengenali risiko kehilangan fokus. Fokus pada
olahraga dan kebugaran menjadi landasan untuk pertumbuhan merek.
Phil Knight juga menyoroti strategi memecah merek menjadi sub-merek atau kategori
yang terpisah. Contohnya adalah pembentukan sub-merek seperti Air Jordan untuk sepatu
basket, dengan kesadaran bahwa mencakup semua gaya bermain bola basket dapat merusak
identitas merek. Ini adalah langkah cerdas untuk mempertahankan fokus dan mencapai
keberhasilan dalam berbagai segmen olahraga.

Dalam hal iklan, Phil Knight menekankan pentingnya emosi dan inovasi. Penggunaan
atlet terkenal seperti Michael Jordan tidak hanya tentang keunggulan atletik, tetapi juga
tentang membangun ikatan emosional dengan konsumen. Knight percaya bahwa kreativitas
dan inovasi dalam iklan adalah kunci untuk membedakan Nike dari pesaing.
Tanggung jawab sosial juga menjadi perhatian Knight, dan dia menyadari pentingnya
visibilitas positif dalam masyarakat. Dukungan terhadap kegiatan amal dan pendidikan
mencerminkan komitmen Nike terhadap dampak positif dalam masyarakat. Knight menyadari
bahwa menjadi warga yang baik tidak hanya tentang tindakan positif tetapi juga tentang
komunikasi efektif untuk membangun citra positif.
Dengan fokus pada konsumen, inovasi, iklan yang terhubung emosional, dan tanggung jawab
sosial, Phil Knight memimpin Nike menjadi perusahaan olahraga terkemuka. Keputusan
strategisnya membantu merek bertahan dan tumbuh, sementara filosofinya tentang risiko dan
inovasi terus mendorong Nike menjadi pelopor dalam industri olahraga.

Gaya Kepemimpinan Phil Knight

Phil Knight dan Nike menerapkan pendekatan kontingensi dalam menjalankan bisnis,
mencerminkan pemahaman mendalam terhadap kompleksitas dunia bisnis. Knight tidak
mengikuti pendekatan universalis yang menganggap bahwa suatu sistem pengendalian dapat
diterapkan tanpa memperhitungkan karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan.
Sebaliknya, Knight terlibat dalam pengambilan risiko, terbuka terhadap inovasi, dan
beradaptasi dengan perubahan pasar, mencerminkan pendekatan kontingensi yang
menyesuaikan strategi dan taktiknya dengan keadaan yang berubah.

Knight menunjukkan fleksibilitas dengan cara menyesuaikan strategi berdasarkan


kondisi pasar dan pembelajaran dari kegagalan sebelumnya. Kesuksesan Nike dalam

19
menghadapi tantangan dan mencapai pertumbuhan dapat diatribusikan pada kemampuannya
merespons konteks yang spesifik.

Pentingnya pemahaman merek dan fokus pada konsumen juga mencerminkan


pendekatan kontingensi. Bagi Knight, merek bukan hanya identitas tetapi entitas yang harus
terus beradaptasi dengan perubahan dalam preferensi konsumen dan dinamika pasar.
Keputusan untuk "memotong" kategori dan menciptakan merek terpisah mencerminkan
respons terhadap pembelajaran dari pengalaman sebelumnya, terutama kegagalan di pasar
sepatu kasual. Nike menyadari pentingnya menjaga identitas merek yang jelas dengan
menghindari diversifikasi yang terlalu luas.

Filosofi bisnis Nike, yang dipimpin oleh Phil Knight, adalah contoh konkret tentang
bagaimana pendekatan kontingensi dapat menjadi landasan kuat untuk pengambilan
keputusan strategis. Kesadaran terhadap perubahan kontekstual dan kemampuan untuk
belajar dari pengalaman sebelumnya membentuk fondasi yang kokoh untuk kesuksesan dan
pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.

Phil Knight dapat ditempatkan dalam kategori kepemimpinan kontingensi karena


pendekatannya yang adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda. Knight tidak
mengikuti pendekatan universalis yang menganggap bahwa satu sistem pengendalian dapat
diterapkan tanpa memperhitungkan karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan.
Sebaliknya, Knight terlibat dalam pengambilan risiko, terbuka terhadap inovasi, dan selalu
beradaptasi dengan perubahan pasar, mencerminkan pendekatan kontingensi yang
menyesuaikan strategi dan taktiknya dengan keadaan yang berubah.

Pendekatan kontingensi memandang bahwa perencanaan dan penggunaan desain


sistem pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi
lingkungan. Knight tampaknya memahami pentingnya adaptasi ini, seperti yang tercermin
dalam keputusan dan strategi bisnisnya. Dalam dunia yang terus berubah, Knight berhasil
membawa Nike menjadi merek global yang sukses dengan terus berinovasi dan
menyesuaikan diri dengan tren pasar.

20
2.4 Solusi terkait persiapan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang memiliki jenis
kepemimpinan seperti Phil Knight

Phil Knight dan Nike menerapkan pendekatan kontingensi dalam menjalankan bisnis,
mencerminkan pemahaman mendalam terhadap kompleksitas dunia bisnis. Knight tidak
mengikuti pendekatan universalis yang menganggap bahwa suatu sistem pengendalian dapat
diterapkan tanpa memperhitungkan karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan.
Sebaliknya, Knight terlibat dalam pengambilan risiko, terbuka terhadap inovasi, dan
beradaptasi dengan perubahan pasar, mencerminkan pendekatan kontingensi yang
menyesuaikan strategi dan taktiknya dengan keadaan yang berubah.

Knight menunjukkan fleksibilitas dengan cara menyesuaikan strategi berdasarkan


kondisi pasar dan pembelajaran dari kegagalan sebelumnya. Kesuksesan Nike dalam
menghadapi tantangan dan mencapai pertumbuhan dapat diatribusikan pada kemampuannya
merespons konteks yang spesifik.

Pentingnya pemahaman merek dan fokus pada konsumen juga mencerminkan


pendekatan kontingensi. Bagi Knight, merek bukan hanya identitas tetapi entitas yang harus
terus beradaptasi dengan perubahan dalam preferensi konsumen dan dinamika pasar.
Keputusan untuk "memotong" kategori dan menciptakan merek terpisah mencerminkan
respons terhadap pembelajaran dari pengalaman sebelumnya, terutama kegagalan di pasar
sepatu kasual. Nike menyadari pentingnya menjaga identitas merek yang jelas dengan
menghindari diversifikasi yang terlalu luas.

Filosofi bisnis Nike, yang dipimpin oleh Phil Knight, adalah contoh konkret tentang
bagaimana pendekatan kontingensi dapat menjadi landasan kuat untuk pengambilan
keputusan strategis. Kesadaran terhadap perubahan kontekstual dan kemampuan untuk
belajar dari pengalaman sebelumnya membentuk fondasi yang kokoh untuk kesuksesan dan
pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.

Phil Knight dapat ditempatkan dalam kategori kepemimpinan kontingensi karena


pendekatannya yang adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda. Knight tidak
mengikuti pendekatan universalis yang menganggap bahwa satu sistem pengendalian dapat
diterapkan tanpa memperhitungkan karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan.
Sebaliknya, Knight terlibat dalam pengambilan risiko, terbuka terhadap inovasi, dan selalu

21
beradaptasi dengan perubahan pasar, mencerminkan pendekatan kontingensi yang
menyesuaikan strategi dan taktiknya dengan keadaan yang berubah.

Pendekatan kontingensi memandang bahwa perencanaan dan penggunaan desain


sistem pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi
lingkungan. Knight tampaknya memahami pentingnya adaptasi ini, seperti yang tercermin
dalam keputusan dan strategi bisnisnya. Dalam dunia yang terus berubah, Knight berhasil
membawa Nike menjadi merek global yang sukses dengan terus berinovasi dan
menyesuaikan diri dengan tren pasar.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori kepemimpinan umum memandang kepemimpinan sebagai proses yang
melibatkan interaksi antara pemimpin dan pengikut. Ini adalah pendekatan yang lebih luas
untuk memahami bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
bersama.Pemimpin Phil Knight adalah pemimpin visioner dan kreatif yang berupaya
mencapai visi perusahaan dan memiliki kemampuan untuk menginspirasi orang-orang di
sekitarnya untuk berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan. Pendekatan kepemimpinan
Knight adalah contoh bagaimana menyesuaikan gaya kepemimpinan Anda dengan kebutuhan
organisasi Anda dan membuat dampak yang signifikan dalam dunia bisnis. Phil Knight
mempunyai visi besar untuk mengubah industri sneaker dan berhasil mewujudkannya. merek
paling terkenal di dunia Keberanian dan inisiatif dalam menghadapi tantangan bisnis
merupakan ciri khas dari tipe kepemimpinan ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Budiadi, H. 2016. Analisa Dampak Kepemimpinan Kharismatik terhadap Kinerja Karyawan


di Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Sinus, 14(1). (Online).
(https://p3m.sinus.ac.id/jurnal/index.php/e-jurnal_SINUS/article/viewFile/237/pdf),
diakses 2 Mei 2019.
Firdaus, Dede Ridho. Dkk. (2023). Analisis Model Kepemimpinan Karismatik dan Visioner
di Pondok Pesantren. Banten. Journal On Education.
Hanum, Nur Amaliyah. Dkk. (2020). PANDANGAN KONSEP KEPEMIMPINAN
KHARISMATIK. Malang. Seminar Nasional Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Riggio, Ronald E. (2013). Introduction to Industrial and Organizational Psychology 6th
edition.New York. Pearson Education.

24

Anda mungkin juga menyukai