Anda di halaman 1dari 30

Diare akut

• Definisi : Buang air besar dengan


frekuensi yang meningkat dari biasanya
atau lebih dari tiga kali sehari dengan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau
cair dan bersifat mendadak datangnya
serta berlangsung dalam waktu kurang
dari dua minggu.
Etiologi
• Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena
infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebab-
sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan
toksik, travelers diarrhea, dan sebagainya.
• Diare akut karena infeksi antara lain :
- Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi,
Salmonella paratyphi A/B/C, Shigella dysentriae,
Shigella flexneri, Vibrio cholerae, Vibrio
parahaemolyticus, Clostridium perfringens,
Campylobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia
intestinalis, Coccidosis.
- Parasit :
Protozoa : Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora spp.
Cacing : Ascaris lumbricoides, Ankylostoma
duodenale, Necator americanus, Trichuris trichiura,
Oxyuris vermicularis, Strongyloides stercoralis,
Taenia saginata, Taenia sollium
- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
- Jamur
Patofisiologi
• Cairan yang memasuki saluran cerna setiap harinya
sebanyak 9-10 liter, yang berasal dari luar (diet) dan
dari dalam tubuh (sekresi cairan lambung, empedu dan
sebagainya). Sebanyak 75-85% dari jumlah tersebut
akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah
90% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi,
sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan yang akan
ikut membentuk tinja.
• Faktor-faktor faali yang menyebabkan diare antara lain
cairan intraluminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus akibat meningkatnya volume,
sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya, bila
waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan
dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air
dan zat-zat lain terganggu.
Diare akut karena infeksi bakteri dibagi menjadi:
1. Diare akut enterotoksigenik (non-invasif), disebut juga diare
sekretorik (watery diarrhea).
Bakteri-bakteri tersebut : Vibrio cholerae, Enterotoxigenic
Escherichia coli (ETEC), Clostridium perfringens,
Staphylococcus aureus, B. cereus, Aeromonas spp.
2. Diare akut enterovasif, disebut juga diare inflamatori.
Bakteri-bakteri tersebut : Enteroinvasive Escherichia coli
(EIEC), Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacter jejuni,
Vibrio parahaemolyticus, Yersinia, C.perfringens tipe C,
Entamoeba hystolytica, P.shigelloides, Clostridium difficile,
Campylobacter spp.
Manifestasi Klinis

1. Diare sekretorik
Gejala-gejala : mual, muntah, dengan atau tanpa
demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa
nyeri/kejang perut, dengan feses lembek/cair seperti
air cucian beras yang banyak (voluminous). Pada
penderita dijumpai tipe pernafasan Kusmaull, tanda-
tanda dehidrasi mungkin ditemukan bila tidak segera
ditangani yang bisa berlanjut menjadi renjatan
hipovolemik. Asidosis metabolik karena kehilangan
bikarbonat yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Gagal ginjal akut berupa nekrosis tubulus akut yang
disebabkan oleh kondisi hipoperfusi di ginjal.
2. Diare inflamatori
Gejala-gejala : mual, muntah dan demam yang
tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus ani, diare
disertai lendir dan darah. Sedangkan, tanda-
tanda klinik seperti yang dijumpai pada diare
sekretorik, ditambah nyeri pada satu atau
beberapa kuadran di daerah perut/abdomen.
Pemeriksaan penunjang
• Darah : darah perifer lengkap, ureum, kreatinin,
elektrolit serum (Na,K,Cl), analisa gas darah,
immunoassay (toksin bakteri, antigen virus,
antigen protozoa).
• Feses : feses lengkap (mikroskopis : peningkatan
jumlah lekosit pada diare inflamatori, amoeba
bentuk tropozoit, hyfa pada infeksi karena jamur;
biakan feses
Penatalaksanaan
1. Rehidrasi, diberikan cairan kristaloid (Ringer laktat,
NaCl 0,9%), dihitung berdasarkan hitungan kebutuhan
cairan (Daldiyono)
Kebutuhan cairan = BD plasma – 1,025 x BB x 4 ml
0,001
2. Terapi simtomatik
Loperamid bisa diberikan untuk jangka pendek dan
jumlah sedikit. Metoklopropamid sebagai antiemetik
bila ada indikasi dan hati-hati karena mempunyai efek
samping ekstrapiramidal.
3. Terapi definitif
Terapi definitif
• Kolera eltor : Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 3 hari atau
Kotrimoksasol 2 x 2 tab selama 6 hari atau Kloramfenikol 4 x
500 mg/hari selama 7 hari
• S. aureus : Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari
• Salmonellosis : Ampisillin 4 x 1 g/hari atau kotrimoksasol 2 x
2 tab selama 10-12 hari atau siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 3-5 hari
• Shigellosis : Ampisillin 4 x 1 g/hari selama 5 hari atau
kloramfenikol 4 x 500 mg/hari selama 5 hari
• Helicobacter jejuni : Eritromisin 3 x 500 mg/hari selama 7 hari
• Amubiasis : Metronidazol 4 x 500 mg/hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/hari selama 3 hari atau tetrasiklin
4 x 500 mg/hari selama 10 hari
• Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg/hari selama 5 hari atau
metronidazol 3 x 250 mg/hari selama 7 hari
• Kandidosis : Nystatin 3 x 500.000 unit selama 10 hari
Diare Akut
• Definisi diare akut :
• Perubahan pada frekuensi BAB menjadi lebih
sering dari normal atau perubahan konsistensi
feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya
dalam waktu kurang dari 14 hari.
• Umumnya disertai dengan segala gangguan
saluran cerna yang lain seperti mual, muntah
dan nyeri perut, kadang-kadang disertai demam,
darah pada feses serta tenesmus (gejala
disentri).
Patofisiologi

1. Diare Osmotik
2. Diare Sekretorik
3. Diare Eksudatif
4. Diare Hiperperistaltik/Hipermotilitas
Diare Osmotik
• Diare yang disebabkan karena sejumlah besar
bahan makanan yang tidak dapat diabsorbsi
dalam lumen usus sehingga terjadi
hiperosmolaritas intra lumen yang menimbulkan
perpindahan cairan dari plasma ke dalam lumen.
• Terjadi pada malabsorbsi karbohidrat,
penggunaan garam magnesium ataupun bahan
yang bersifat laksantia.
• Dikatakan diare osmotik bila osmotic gap feses
> 125 mosmol/kg (normal < 50 mosmol/kg)
• Berhenti bila pasien puasa
Diare Sekretorik
• Diare yang terjadi bila ada gangguan transpor
elektrolit baik absorbsi yang berkurang maupun
sekresi yang meningkat melalui dinding usus.
Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri.
• Biasanya dengan volume banyak, cair, tidak ada
pus/darah.
• Diare tetap berlangsung walaupun pasien
dipuasakan.
Diare Eksudatif
• Diare yang terjadi akibat proses inflamasi/
peradangan yang menyebabkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar.
• Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri ataupun bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, IBD, atau akibat radiasi.
• Oleh karena terjadi kerusakan dinding usus, feses
dapat mengandung pus, darah atau mukus.
• Pada diare ini terjadi juga peningkatan beban
osmotik, hipersekresi cairan akibat peningkatan
prostaglandin dan terjadi hiperperistaltik.
Diare Hiperperistaltik

• Terjadi akibat gangguan motilitas yang


menyebabkan waktu transit usus menjadi
lebih cepat.
• Pada usus halus menyebabkan waktu
paparan untuk absorbsi berkurang.
• Tipe ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, IBS, diabetes melitus, paska
gastrektomi (dumping syndrome).
Etiologi
A. Infeksi
1. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Calicivirus, Norwalk
virus, Astrovirus
 non-inflamasi, invasi mukosa (-), cair, lekosit
feses (-).
2. Bakteri:
Akibat infeksi bakteri di usus halus (Vibrio cholera,
Eschericia coli), biasanya bersifat non inflamasi, cair,
invasi mukosa (-), lekosit feses (-).
Akibat infeksi bakteri di kolon (Salmonella sp.,
Shigella sp., Campylobacter jejuni, Yersinia
enterocolica, EIEC, S.aureus, Clostridium difficile),
biasanya terdapat invasi mukosa, bersifat inflamasi,
diare berdarah serta lekosit feses (+).
• Parasit:
Akibat infeksi parasit di usus halus
(Giardia lamblia, Cryptosporidium),
bersifat non inflamasi, invasi mukosa (-),
cair, lekosit feses (-).
Akibat infeksi parasit di kolon (Entamoeba
histolytica), biasanya bersifat inflamasi,
invasi mukosa (+), diare berdarah, lekosit
feses (+).
Diare Non Infeksi
• Keracunan makanan karena toksin dari S.aureus,
Baccillus cereus, Clostridium perfringens, Clostridium
botulinum. Dalam keadaan ini, biasanya bersifat non
inflamasi, invasi mukosa (-), cair.
• Obat dan toksin
• IBS
• IBD
• Ischemic bowel disease
• Alergi makanan
• Defisiensi laktosa
• Penyebab lainnya : VIPOMA
Diagnosis
• Riwayat penyakit :
- onset, durasi, frekuensi, progresivitas diare, kualitas
diare
- muntah
- lokasi dan karakteristik nyeri perut
- riwayat penyakit dahulu, penyakit dasar/komorbid
- petunjuk epidemiologi
• Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum, kesadaran, status gizi, tanda vital
Status hidrasi
Kualitas nyeri perut
Colok dubur
Identifikasi penyakit komorbid
Penunjang Diagnostik
• Feses rutin
• Kasus dengan dehidrasi dilakukan pemeriksaan
darah, feses dan urin rutin, kimia darah dan jika
perlu analisis gas darah.
• Kultur feses
• Sigmoidoskopi/kolonoskopi pada kasus diare
berdarah bila pemeriksaan penunjang
sebelumnya tidak jelas kausanya.
Tata Laksana Diare Akut

I.Terapi Suportif
Rehidrasi cairan dan elektrolit (bisa oral
maupun intravena)
Klasifikasi dehidrasi berdasar CDC AS 2008
Dehidrasi minimal: kekurangan cairan
kurang 3% dari kebutuhan normal/berat
badan, terapi kebutuhan cairan = 103/100 x
30-40 cc/kgBB/hari.
• Dehidrasi ringan-sedang: kebutuhan
cairan 3-9% dari kebutuhan normal/berat
badan, terapi kebutuhan cairan = 109/100
x 30-40 cc/kgBB/hari
• Dehidrasi berat: kebutuhan cairan di atas
9% dari kebutuhan normal/berat badan,
terapi kebutuhan cairan = 112/100 x 30-
40 cc/kgBB/hari.
Terapi Etiologik
• E.coli : Quinolone, Cotrimoxazole
• Enterobacter : Quinolone, Cotrimoxazole
• Salmonella sp : Kloramfenikol, Tiamfenikol,
Quinolone, Cotrimoxazole
• Shigella : Quinolone, Cotrimoxazole
• Campylobacter : Quinolone, Eritromisin
• Vibrio cholera : Tetracycline, Doxycicline,
Quinolone
• Clostridium difficile : Metronidazole, Vankomisin
• Yersinia enterocolytica : Streptomisin,
Cotrimoxazole, Quinolone
• Virus : terapi suportif dan simtomatis
• Giardia lamblia : Metronidazole
• Cryptosporidium : Paromomisin plus
Azitromisin
• Entamoeba hystolytica : Metronidazole,
Tinidazole, Seknidazole, Paromomisin
• Isospora belii : Cotrimoxazole
• Candida sp : Flukonazole, Itrakonazole,
Vorikonazole, Amfoterisin B, Nistatin
• Cryptococcus : Flukonazole, Itrakonazole,
Amfoterisin B
• Coccidiomycosis : Flukonazole,
Itrakonazole, Amfoterisin B
Terapi Simtomatis
• Antimotilitas
Loperamid, Difenoksilat
• Antispasmodik/Spasmolitik
Hyosin-n-butilbromid
Ekstrak belladonna
Papaverine
Mebeverine
• Pengeras feses
Attapulgite
Smektit
Kaolin-pektin
Indikasi rawat inap pada diare akut

• Dehidrasi sedang sampai berat


• Vomitus persisten
• Diare yang memberat dalam 48 jam
• Usia lanjut dan geriatri
• Pasien dengan imunkompromais
• Diare akut dengan komplikasi (misal gagal
ginjal akut)
Komplikasi diare akut

• Dehidrasi (ringan, sedang, berat)


• Gagal ginjal dengan/tanpa asidosis
metabolik
• Sepsis
• Ileus paralitik

Anda mungkin juga menyukai