1. Diare sekretorik
Gejala-gejala : mual, muntah, dengan atau tanpa
demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa
nyeri/kejang perut, dengan feses lembek/cair seperti
air cucian beras yang banyak (voluminous). Pada
penderita dijumpai tipe pernafasan Kusmaull, tanda-
tanda dehidrasi mungkin ditemukan bila tidak segera
ditangani yang bisa berlanjut menjadi renjatan
hipovolemik. Asidosis metabolik karena kehilangan
bikarbonat yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Gagal ginjal akut berupa nekrosis tubulus akut yang
disebabkan oleh kondisi hipoperfusi di ginjal.
2. Diare inflamatori
Gejala-gejala : mual, muntah dan demam yang
tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus ani, diare
disertai lendir dan darah. Sedangkan, tanda-
tanda klinik seperti yang dijumpai pada diare
sekretorik, ditambah nyeri pada satu atau
beberapa kuadran di daerah perut/abdomen.
Pemeriksaan penunjang
• Darah : darah perifer lengkap, ureum, kreatinin,
elektrolit serum (Na,K,Cl), analisa gas darah,
immunoassay (toksin bakteri, antigen virus,
antigen protozoa).
• Feses : feses lengkap (mikroskopis : peningkatan
jumlah lekosit pada diare inflamatori, amoeba
bentuk tropozoit, hyfa pada infeksi karena jamur;
biakan feses
Penatalaksanaan
1. Rehidrasi, diberikan cairan kristaloid (Ringer laktat,
NaCl 0,9%), dihitung berdasarkan hitungan kebutuhan
cairan (Daldiyono)
Kebutuhan cairan = BD plasma – 1,025 x BB x 4 ml
0,001
2. Terapi simtomatik
Loperamid bisa diberikan untuk jangka pendek dan
jumlah sedikit. Metoklopropamid sebagai antiemetik
bila ada indikasi dan hati-hati karena mempunyai efek
samping ekstrapiramidal.
3. Terapi definitif
Terapi definitif
• Kolera eltor : Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 3 hari atau
Kotrimoksasol 2 x 2 tab selama 6 hari atau Kloramfenikol 4 x
500 mg/hari selama 7 hari
• S. aureus : Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari
• Salmonellosis : Ampisillin 4 x 1 g/hari atau kotrimoksasol 2 x
2 tab selama 10-12 hari atau siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 3-5 hari
• Shigellosis : Ampisillin 4 x 1 g/hari selama 5 hari atau
kloramfenikol 4 x 500 mg/hari selama 5 hari
• Helicobacter jejuni : Eritromisin 3 x 500 mg/hari selama 7 hari
• Amubiasis : Metronidazol 4 x 500 mg/hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/hari selama 3 hari atau tetrasiklin
4 x 500 mg/hari selama 10 hari
• Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg/hari selama 5 hari atau
metronidazol 3 x 250 mg/hari selama 7 hari
• Kandidosis : Nystatin 3 x 500.000 unit selama 10 hari
Diare Akut
• Definisi diare akut :
• Perubahan pada frekuensi BAB menjadi lebih
sering dari normal atau perubahan konsistensi
feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya
dalam waktu kurang dari 14 hari.
• Umumnya disertai dengan segala gangguan
saluran cerna yang lain seperti mual, muntah
dan nyeri perut, kadang-kadang disertai demam,
darah pada feses serta tenesmus (gejala
disentri).
Patofisiologi
1. Diare Osmotik
2. Diare Sekretorik
3. Diare Eksudatif
4. Diare Hiperperistaltik/Hipermotilitas
Diare Osmotik
• Diare yang disebabkan karena sejumlah besar
bahan makanan yang tidak dapat diabsorbsi
dalam lumen usus sehingga terjadi
hiperosmolaritas intra lumen yang menimbulkan
perpindahan cairan dari plasma ke dalam lumen.
• Terjadi pada malabsorbsi karbohidrat,
penggunaan garam magnesium ataupun bahan
yang bersifat laksantia.
• Dikatakan diare osmotik bila osmotic gap feses
> 125 mosmol/kg (normal < 50 mosmol/kg)
• Berhenti bila pasien puasa
Diare Sekretorik
• Diare yang terjadi bila ada gangguan transpor
elektrolit baik absorbsi yang berkurang maupun
sekresi yang meningkat melalui dinding usus.
Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri.
• Biasanya dengan volume banyak, cair, tidak ada
pus/darah.
• Diare tetap berlangsung walaupun pasien
dipuasakan.
Diare Eksudatif
• Diare yang terjadi akibat proses inflamasi/
peradangan yang menyebabkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar.
• Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri ataupun bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, IBD, atau akibat radiasi.
• Oleh karena terjadi kerusakan dinding usus, feses
dapat mengandung pus, darah atau mukus.
• Pada diare ini terjadi juga peningkatan beban
osmotik, hipersekresi cairan akibat peningkatan
prostaglandin dan terjadi hiperperistaltik.
Diare Hiperperistaltik
I.Terapi Suportif
Rehidrasi cairan dan elektrolit (bisa oral
maupun intravena)
Klasifikasi dehidrasi berdasar CDC AS 2008
Dehidrasi minimal: kekurangan cairan
kurang 3% dari kebutuhan normal/berat
badan, terapi kebutuhan cairan = 103/100 x
30-40 cc/kgBB/hari.
• Dehidrasi ringan-sedang: kebutuhan
cairan 3-9% dari kebutuhan normal/berat
badan, terapi kebutuhan cairan = 109/100
x 30-40 cc/kgBB/hari
• Dehidrasi berat: kebutuhan cairan di atas
9% dari kebutuhan normal/berat badan,
terapi kebutuhan cairan = 112/100 x 30-
40 cc/kgBB/hari.
Terapi Etiologik
• E.coli : Quinolone, Cotrimoxazole
• Enterobacter : Quinolone, Cotrimoxazole
• Salmonella sp : Kloramfenikol, Tiamfenikol,
Quinolone, Cotrimoxazole
• Shigella : Quinolone, Cotrimoxazole
• Campylobacter : Quinolone, Eritromisin
• Vibrio cholera : Tetracycline, Doxycicline,
Quinolone
• Clostridium difficile : Metronidazole, Vankomisin
• Yersinia enterocolytica : Streptomisin,
Cotrimoxazole, Quinolone
• Virus : terapi suportif dan simtomatis
• Giardia lamblia : Metronidazole
• Cryptosporidium : Paromomisin plus
Azitromisin
• Entamoeba hystolytica : Metronidazole,
Tinidazole, Seknidazole, Paromomisin
• Isospora belii : Cotrimoxazole
• Candida sp : Flukonazole, Itrakonazole,
Vorikonazole, Amfoterisin B, Nistatin
• Cryptococcus : Flukonazole, Itrakonazole,
Amfoterisin B
• Coccidiomycosis : Flukonazole,
Itrakonazole, Amfoterisin B
Terapi Simtomatis
• Antimotilitas
Loperamid, Difenoksilat
• Antispasmodik/Spasmolitik
Hyosin-n-butilbromid
Ekstrak belladonna
Papaverine
Mebeverine
• Pengeras feses
Attapulgite
Smektit
Kaolin-pektin
Indikasi rawat inap pada diare akut