Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DALAM KETERAMPILAN MOTORIC

Oleh :

Jeferson Dasa

A42121195

S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis naikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kesehatan dan kekuatan yang diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Konsep Dalam Keterampilan Motoric” tepat pada
waktu yang telah ditentukan.

Demikian makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah
ilmu urai. Adapun kekuranagn dari pembuatan makalah ini, penulis memohon
maaf. Untuk itu penulis memohon bagi pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun agar nantinya penulis dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada dalam karya tulis lainnya. Terima kasih !

Palu, 05 Desember 2023

Penulis

Jeferson Dasa
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Keterampilan Motorik ...................................................... 3
2.2 Klasifikasi Keterampilan ..................................................................... 5
2.3 Perbedaan Kemampuan Individual ...................................................... 6
2.3.1 Kemampuan (abilitas) ................................................................ 6
2.3.2 Perbedaan Individual ................................................................. 7
2.4 Keterampilan Pola Gerak dan Skill...................................................... 9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12


3.2 Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14


BAB I

PENDAAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya. Pada awal kehidupan manusia, sebagai bayi hanya

mementingkan kebutuhan jasmaninya dan belum peduli dengan yang terjadi di

luar dirinya. Perkembangan selanjutnya, manusia akan mulai mengenal

lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman,

keamanan, dan seterusnya. Semakin manusia mengalami perkembangan, semakin

banyak kebutuhan non-fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.

Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik adalah memahami akan

berbagai faktor pendukung pendidikan. Di antara berbagai faktor tersebut adalah

para pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi, baik lingkungan maupun

peserta didik itu sendiri. Peserta didik sebagai objek pendidikan sangat penting

untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor yang harus diperhatikan adalah

tahap perkembangan peserta didik. Di antara perkembangan perserta didik

tersebut adalah individu dan kemampuannya. Kegiatan belajar mengajar di

sekolah bukan hanya sebuah kegiatan transfer ilmu semata, tetapi lebih jauh lagi
dalam hal mempersiapkan dan membentuk generasi yang lebih kompeten pada

bidang yang dipilihnya. Dibutuhkan upaya dan dukungan dari semua aspek yang

menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Upaya

maksimal tersebut datang dari guru, siswa, sekolah, dan aspek lainnya yang

memengaruhi pendidikan.

Guru pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan untuk menemukan

perbedaan individu dan kemampuan peserta didik, memberikan pelayanan

terhadap perbedaan individu dan kemampuan peserta didik, melakukan diagnosis

kesulitan belajar siswa agar kegiatan belajar mengajar terlaksana dan tujuannya

pembelajaran pendidikan jasmani akan tercapai secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


Mencaritahu konsep keterampilan motoriik, klasifikasi keterampilan,
perbedaan kemampuan individual dan keterampilan pola gerak dan sklill

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui secara lengkap mengenai konsep dan keterampilan
motorik pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik adalah fungsi yang melibatkan gerakan


tertentu otot-otot tubuh untuk melakukan tugas tertentu. Tugas-tugas ini dapat
mencakup berjalan, berlari, atau mengendarai sepeda. Untuk melakukan
keterampilan ini, sistem saraf tubuh, otot, dan otak harus bekerja sama.

Tujuan keterampilan motorik adalah untuk mengoptimalkan kemampuan


melakukan keterampilan pada tingkat keberhasilan, ketepatan, dan untuk
mengurangi konsumsi energi yang diperlukan untuk kinerja. Kinerja adalah
tindakan melaksanakan keterampilan motorik atau tugas. Latihan keterampilan
motorik tertentu secara terus-menerus akan menghasilkan peningkatan kinerja
yang signifikan, yang mengarah pada pembelajaran motorik. Pembelajaran
motorik adalah perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan melakukan
suatu ketrampilan sebagai hasil latihan atau pengalaman yang terus menerus.
Adapun jenis ketrampilan motorik sebagai berikut

a. Ketrampilan motorik kasar memerlukan penggunaan kelompok otot besar


di kaki, batang tubuh, dan lengan untuk melakukan tugas-tugas seperti:
berjalan, menyeimbangkan, dan merangkak. Keterampilan yang
dibutuhkan tidak ekstensif dan oleh karena itu biasanya dikaitkan dengan
tugas yang berkesinambungan. Sebagian besar perkembangan
keterampilan ini terjadi pada masa anak usia dini. Kita menggunakan
keterampilan motorik kasar kita setiap hari tanpa banyak berpikir atau
berusaha. Tingkat kinerja keterampilan motorik kasar tetap tidak berubah
setelah beberapa saat tidak digunakan. Keterampilan motorik kasar dapat
dibagi lagi menjadi dua subkelompok: Keterampilan lokomotor, seperti
berlari, melompat, meluncur, dan berenang; dan keterampilan
pengendalian objek seperti melempar, menangkap, menggiring bola, dan
menendang.
b. Ketrampilan motorik halus memerlukan penggunaan kelompok otot yang
lebih kecil untuk melakukan gerakan yang lebih kecil. Otot-otot ini
termasuk yang ditemukan di pergelangan tangan, tangan, jari tangan, kaki,
dan jari kaki kita. Tugas-tugas ini sifatnya tepat seperti: bermain piano,
mengikat tali sepatu, menyikat gigi, dan membersihkan gigi dengan
benang. Beberapa keterampilan motorik halus mungkin rentan terhadap
hilangnya retensi selama jangka waktu tertentu jika tidak
digunakan. Ungkapan jika Anda tidak menggunakannya, Anda
kehilangannya" adalah cara yang tepat untuk menggambarkan
keterampilan ini, keterampilan ini harus terus digunakan. Tugas-tugas
tertentu seperti mengganti persneling di dalam mobil, memegang benda,
atau menyalakan korek api, biasanya memerlukan lebih banyak
keterampilan motorik halus daripada keterampilan motorik kasar.

Ketrampilan motorik berkembang di berbagai bagian tubuh berdasarkan tiga


prinsip, yaitu:

 Cephalocaudal – prinsip bahwa perkembangan terjadi dari kepala hingga


ekor. Misalnya bayi pertama-tama belajar mengangkat kepalanya sendiri,
dilanjutkan dengan duduk dengan bantuan, lalu duduk sendiri. Dilanjutkan
dengan berlari cepat, merangkak, menarik ke atas, lalu berjalan.
 Proximodistal – prinsip bahwa gerakan anggota tubuh yang lebih dekat ke
tubuh berkembang sebelum bagian yang lebih jauh. Misalnya, seorang
bayi belajar mengendalikan lengan atasnya sebelum tangan dan
jarinya. Gerakan halus jari adalah yang terakhir berkembang di dalam
tubuh.
 Kasar ke spesifik – suatu pola di mana gerakan otot yang lebih besar
berkembang sebelum gerakan yang lebih halus. Misalnya, seorang anak
akan beralih dari hanya bisa mengambil benda besar, kemudian bisa
mengambil benda kecil, di antara ibu jari dan jari-jarinya. Gerakan-
gerakan sebelumnya melibatkan kelompok otot yang lebih besar, namun
seiring pertumbuhan anak, gerakan-gerakan yang lebih halus menjadi
mungkin dan tugas-tugas tertentu dapat dicapai. Contohnya adalah seorang
anak kecil yang belajar memegang pensil.

Pada anak-anak, periode kritis untuk perkembangan keterampilan motorik adalah


tahun-tahun prasekolah (usia 3-5 tahun), karena struktur neuroanatomik
fundamental menunjukkan perkembangan, elaborasi, dan mielinisasi yang
signifikan selama periode ini. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap
kecepatan perkembangan keterampilan motorik anak. Kecuali jika mereka
menderita kecacatan berat, anak-anak diharapkan mengembangkan berbagai
kemampuan gerak dasar dan keterampilan motorik pada usia tertentu
Perkembangan motorik berlangsung dalam tujuh tahap sepanjang hidup individu:
refleksif, dasar, fundamental, keterampilan olahraga, pertumbuhan dan
penyempurnaan, kinerja puncak, dan regresi. Perkembangan berkaitan dengan
usia tetapi tidak bergantung pada usia. Berkenaan dengan usia, terlihat bahwa
perkembangan khas diharapkan mencapai keterampilan motorik kasar yang
digunakan untuk kontrol postur dan mobilitas vertikal pada usia 5 tahun.

2.2 Klasifikasi Keterampilan

Hamalik 2009: 174 mengklasifikasikan keterampilan berdasarkan karakteristik


rangkaian respon, yaitu:

1. Rangkaian respon yang koheren Rangkaian respon yang koheren adalah


gerakan berjalan dan berbicara, kedua hal tersebut memiliki derajat
koherensi yang tinggi bila dibandingkan dengan berenang dan menulis.
2. Rangkaian respon kontinuitas Rangkaian respon ini berlangsung secara
berkelanjutan yang di dalamnya terdapat fase-fase tertentu.
3. Keterampilan kompleksitas Keterampilan kompleksitas adalah rangkaian
respon yang berbeda- beda yang terjadi dalam jangka waktu dan tempat
secara padat atau penuh.

Definisi di atas memberikan pemahaman bahwa karakteristik keterampilan respon


secara koheren yaitu keterampilan yang mempunyai hubungan serta mudah untuk
dilakukan, sedangkan rangkaian respon kontinuitas secara berkelanjutan
memungkinkan agar memberikan pelatihan secara terus menerus agar terampil
mengerjakan sesuatu contohnya yaitu keterampilan berkendara, keterampilan
mengolah bola, keterampilan berbicara dan lain sebagainya, sedangkan
keterampilan kompleksitas yaitu keterampilan yang memberikan pembelajaran
yang lebih komplek misalnya bahasa Inggris akan sangat komplek dibanding
dengan bahasa China.

2.3 Perbedaan Kemampuan Individual

2.3.1 Kemampuan (Abilitas)


Menurut Poerwadaeminta (1984-141) “kemampuan berasal daari kata

dasar mampu yang bararti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,

berada, kaya, mempunyai harta berlebihan”. Pengertian mengenai kemampuan

adalah kesanggupan, sanggup, dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah.

Ditinjau dari segi bahasa Indonesia, kemampuan merupakan kesanggupan

seseorang untuk berinteraksi di suatu masyarakat bahasa, antara lain mencakupi

sopan santun.

Menurut Akhmad Sudrajat (2008: 1) kemampuan individu dapat dibagi ke

dalam dua bagian, yaitu kemampuan nyata (actual ability) dan kemampuan

potensial (potential ability). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan

yang diperoleh melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera
didemonstrasikan dan diuji sekarang. Dapat dicontohkan setelah selesai mengikuti

proses pembelajaran (kegiatan tatap muka), pada akhir pelajaran siswa diuji oleh

guru tentang materi yang disampaikannya (tes formatif). Ketika siswa mampu

menjawab dengan baik tentang pertanyaan guru, kemampuan tersebut merupakan

atau kecakapan nyata (achievement). Kecakapan potensial (potential ability)

merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan

diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kemampuan potensial dapat dibagi

ke dalam dua bagian, yaitu kemampuan dasar umum (kecerdasan atau

intelegency) dan kemampuan dasar khusus (bakat atau aptitudes).

Istilah abilitas memang silih berganti pemakaiannya dengan istilah

kapabilitas (capability) dan bakat (aptitude). Abilitas biasanya dianggap sebagai

karakteristik yang relatif stabil atau permanen, ditentukan oleh faktor keturunan

dan berkembang relatif secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan

kematangan, serta tidak mudah diubah melalui latihan atau pengalaman.

Sebaliknya, keterampilan (skill) mudah diubah atau dipengaruhi melalui latihan

atau pengalaman. Abilitas menentukan baik buruknya dapat dilakukannya suatu

keterampilan motorik. Sebagai contoh, abilitas berupa reaksi yang cepat bisa

dikatakan sebagai pendukung utama bagi keberhasilan seseorang untuk

menampilkan keterampilan yang baik seperti dalam start lari cepat, renang atau

bereaksi dalam mengemudikan kendaraan (Schmidt dalam Rusli Lutan, 1988:

339-340).

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilitas) merupakan potensi yang

melandasi penampilan gerak seseorang, karena dianggap sebagai faktor


pendukung bagi pelaksanaan suatu keterampilan yang membedakan kemampuan

individual.

2.3.2 Perbedaan Individual

Perbedaan individual (misalnya jenis kelamin, dan keturunan asal) juga

disebut variabel organismik (misalnya usia, tinggi, berat, jenis kelamin, dan warna

kulit). Menurut Rusli Lutan (1988: 347) faktor-faktor yang memengaruhi

perbedaan individual yang dikaitkan dengan penampilan gerak yaitu:

1. Pengaruh Usia terhadap Keterampilan

Ada dua kategori kegiatan penelitian sehubungan pengaruh usia

terhadap penampilan keterampilan motorik. Golongan pertama

menekankan perkembangan motorik berdasarkan perkembangan yang

berlangsung pada seseorang. Golongan kedua adalah mempelajari

hubungan usia seseorang terhadap penampilan keterampilan motorik

misalnya pada waktu sebelum dan sesudah pubertas. penemuan bahwa

ketika usia 18 tahun terjadi peningkatan yang banyak dan sistematik

dalam hampir setiap aspek penampilan motorik, setelah lewat usia 25

tahun terjadi penurunan yang sistematik dalam perilaku motorik.

2. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Penampilan Keterampilan Motorik

Berbagai studi yang dilakukan para peneliti ada kecenderungan

kesimpulan yang menyatakan kaum pria lebih unggul dalam tugas-tugas

motorik. Sebagai contoh dari rekor-rekor Olimpiade selalu lebih unggul

pria daripada Wanita.


3. Intelegensia dan Penampilan Motorik

Di Indonesia faktor intelegensia sering diungkapkan oleh para

pelatih sebagai faktor penentu terhadap tingkat keberhasilan seseorang

dalam suatu cabang olahraga. Adapun bidang-bidang dari perbedaannya

yakni

a. Perbedaan Kognitif d. Perbedaan Latar Belakang

b. Perbedaan Kecakapan Bahasa e. Perbedaan Bakat

c. Perbedaan Kecakapan Motorik f. Perbedaan Kesiapan

Belajar

Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh guru

karena perbedaan ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar

yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru haruslah teliti dalam

mencari dan menemukan perbedaan yang ada pada siswa, terutama perbedaan-

perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses

belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan terhadap siswa agar mampu

menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horisontal dan vertikal.

Perbedaan segi horisontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti

tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, dan emosi. Perbedaan vertikal adalah

perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya

badan, dan tenaga (Massofa, 2011: 1).

2.4 Keterampilan Pola Gerak dan Skill


Mempelajari tentang perkembangan kemampuan gerak dasar maka mengupas

pula mengenai pola gerak dasar. Pola gerak dasar sebagaimana yang dikemukakan

Harrow (1972: 52) bahwa gerak dasar merupakan pola gerak yang inheren yang

membentuk dasar-dasar untuk keterampilan gerak yang kompleks, yang meliputi

(1) gerak lokomotor; (2) gerak non lokomotor; dan (3) gerak manipulatif.

a. Keterampilan Lokomotor ( Lokomotor)

Keterampilan lokomotor didefinisikan sebagai keterampilan berpindahnya

individu dari satu empat ke tempat lain. Sebagian besar keterampilan

lokomotor berkembang dari hasil dari tingkat kematangan tertentu, namun

latihan dan pengalaman juga penting untuk mencapai kecakapan yang

matang. Keterampilan lokomotor misalnya berlari cepat, mencongklang,

meluncur, dan melompat lebih sulit dilakukan karena merupakan

kombinasi dari pola-pola gerak dasar yang lain. Keterampilan lokomotor

membentuk dasar atau landasan koordinasi gerak kasar ( keterampilan

kasar ) dan melibatkan gerak otot besar.

b. Keterampilan Nonlokomotor ( Non lokomotor)

Keterampilan nonlokomotor disebut juga keterampilan stabilitas ( stability

skill ), didefinisikan sebagai gerakan-gerakan yang dilakukan dengan

gerakan yang memerlukan dasar-dasar penyangga yang minimal atau tidak

memerlukan penyangga sama sekali atau gerakan tidak berpindah tempat,

misalnya gerakan menekuk-belok, menekuk, mengayun,

Bergoyang. Kemampuan melakukan keterampilan ini paralel dengan

penguasaan keterampilan lokomotor.


c. Keterampilan Manipulaif ( Keterampilan manipulatif )

Keterampilan manipulatif didefinisikan sebagai keterampilan yang

melibatkan pengendalian atau pengendalian terhadap objek tertentu,

terutama dengan menggunakan tangan atau kaki. Ada dua klasifikasi

keterampilan manipulatif, yaitu (1) keterampilan reseptif ( skil

reseptif ); dan (2) keterampilan propulsif ( keterampilan

pendorong ). Keterampilan reseptif meliputi gerakan-gerakan menerima

suatu benda, misalnya menangkap, menjerat, sedangkan keterampilan

propulsif bercirikan dengan suatu kegiatan yang memerlukan gaya atau

tenaga pada suatu benda tertentu, misalnya melempar, memukul,

menendang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat berbagai macam faktor yang satu sama lainnya memiliki andil

dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik atau guru

adalah memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan tersebut. Di antara

berbagai faktor tersebut adalah para pendidik dapat memahami akan situasi dan

kondisi, baik lingkungan maupun peserta didik tersebut. Peserta didik sebagai

objek dari pendidikan sangat penting untuk diperhatikan dari berbagai faktor.

Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari peserta

didik tersebut dalam hal perbedaan individual dan kemampuan dalam proses

belajar mengajar, khususnya dalam pendidikan jasmani. Proses pendidikan

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.

3.2 Saran

Perbedaan individu merupakan hal penting yang harus diketahui, terutama

oleh guru karena dengan mengetahui perbedaan individu tersebut guru dapat

menentukan metode belajar yang tepat dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Guru harus teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan yang ada

pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini dilakukan


untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan

pelayanan terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/
Perbedaan+Individual.pdf

https://www.academia.edu/11623307/
Perbedaan_Individu_dan_Kemampuannya

Anda mungkin juga menyukai