Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU FAAL

“TAHAP – TAHAP BELAJAR MOTORIK


DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA”
DOSEN PENGAMPU : Rahmah, S.Pd., M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok 2:

Ardiansyah A42121025
Liana Anjani A42121045
Andrianto A42121010
Muh Taufik Limi A42121150
Moh. Fauzan A42121090
Muh. Raditya A42121095
Muh. Tauhid A42121085
Rifki J Mansyur A42121155
Carlos
Finolisna

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjat kan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kemurahannya lah saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“TAHAP – TAHAP BELAJAR MOTORIK DALAM AKTIVITAS OLAHRAGA”
dengan lancar. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi saya pada khususnya, saya
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu saya menerima saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan
terimakasih.

Palu,07 November 2023

Kelompok II
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
2.1 Tahap dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik.........................................5
2.2 Tahapan Perkembangan Fisik Motorik...............................................................7
3.1 Teknik yang di gunakan dalam Latihan Perkembangan Gerak.........................11
BAB III KESIMPULAN................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran keterampilan gerak merupakan salah satu bagian dari
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, yang kepadanya dibebankan
tanggung jawab untuk mencapai pembelajaran agar anak memiliki
keterampilan gerak yang memadai. Keterampilan gerak merupakan
kemampuan yang seharnsnya dimiliki oleh siswa sebagai bekal dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
Apabila seorang anak mempunyai keterampilan gerak yang baik,
makadia mempunyai kesempatan yang besar untuk dapat menguasai
kecakapan hidup yang dibutuhkan. Persoalan yang muncul adalah bagaimana
guru pendidikan jasmani dapat menciptakan, mendorong dan mengelola
situasi pembelajaran dengan segenap kemampummya agar anak dapat belajar
dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk dapat mencapai tujuan
pencapaian keterampilan gerak yang baik melalui pembelajaran pendidikan
jasmani bukan merupakan upaya yang mudah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan
permasalahan sebagai berikut :
1) Tahap apa saja dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik ?
2) Tahapan Perkembangan Fisik Motorik ?
3) Teknik apa saja yang di gunakan dalam Latihan Perkembangan Gerak ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas,maka dapat di Tarik Tujuan Penulisan
yaitu sebagai berikut :
1) Mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik
2) Mengetahui tahapan dalam perkembangan fisik motorik
3) Mengetahui tekhnik Latihan dalam perkembangan gerak
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tahap dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik


Pertumbuhan dan perkembangan dan fisik merupakan semua hal
kapasitas anak untuk melakukan kegiatan olahraga tergantung struktur fisik
dan bagaimana cara perkembangan mulai dari usia dini hingga
dewasa.Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan fisik secara
kuantitatif dan fungsional seperti pada sistem syaraf, tulang dan otot.
1) Perkembangan Sistem Syaraf Sistem saraf otak merupakan sistem pusat
dan komunikasi bagi tubuh manusia. Sistem syaraf meliputi otak, sumsum
tulang belakang, serta syaraf –syaraf ferifer. Melalui pembedaan dan
penyatuan, sel akan berkembang dan membesar ,dilapisi jaringan lemak
berwarna putih yang disebut myline yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan efektifitas transmisi rangsang syaraf dan juga sekaligus
sebagai insulator terhadap rangsangan syaraf yang salah. Cerebral Cortex
adalah bagian otak yang berfungsi mengontrol respon gerak yang disadari
serta diperlukan untuk penguasaan bahasa ,berpikir abstrak dan semua
proses kogntif. Perkembangan ini hampir sempurna pada saat anak berusia
4 tahun. Cerebblum merupakan bagian otak yang berkembang paling
akhirdan berfungsi dalm control temporal ( timing ), pengaturan gerak,
terampil yang disadari serta untuk mempertahankan keseimbngan tubuh.
Fungsi ini disempurnakan oleh vestibular lainnya, dimana informasi
datang akan di transmit ke berbagai otot yang bertanggung jawab utnuk
mempertahankan keseimbangan.

2) Perkembangan Tulang dan Berat Badan. Tulang memiliki fungi pada


tubuh sebagai penyokong berat badan serta menyiapkan sistem gerak dan
tuas untuk melakukan gerakan. Pada orang dewasa ada 206 tulang yang
sangat kuat yang dikembangkan dari tulang lunak sampai menjadi mudah
retak pada usia anak –anak dan remaja. Percepatan dan pertumbuhan pada
anak perempuan dimulai sejak usia 9tahun dan mencapai puncaknya pada
usia 12 atau 13 tahun. Jadi sedikit lebih tinggi dari pada anak laki laki
yang berusia 12 sampai 14 tahun. Tetapi setelah ini anak laki –laki akan
mulai lebih tumbuh lebih tinggi daripada anak perempuan.

3) Perkembangan Otot Ada tiga jenis otot yaitu otot halus, jantung, dan
rangka. Jaringan otot halus membangun bagian otot dari organ- organ
internal dan berfungsi secara otomatis, otot jantung berfungsi tanpa sadar
dibawah kendali otak. Sedangkan Otot rangka merupakan organ yang
dapat berkontraksi secara sadar berdasarkan rangsangan dari otak – otak
melalui syaraf – syaraf gerak yang mempengaruhi otot. Peningkatan
ukuran otot secara normal oleh latihan dan obat – obatan disebut
hipertrofi. Berat otot
meningkat rata- rata 40 kali dari saat dilahirkan sampai usia dewasa Ini
berarti bahwa anak usia 12 tahun memiliki jumlah rata –rata jaringan otot 2
kali lipat dari anak usia 6 tahun.
2.2 Tahapan Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan Keterampilan Gerak Manusia adalah makhluk yang selalu
berkembang. Bermula dari dalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa,
tua dan meninggal. 1.Natal Masa natal adalah masa dimana manusia
memasuki tahap dalam kandungan sampai 1 bulan. Natal terbagi menjadi 2
tahap,yaitu :
1) Preonatal (dalam kandungan sampai dengan dilahirkan)
2) Neonatal (Masa lahir sampai 1 bulan)

Aktifitas gerak pada masa ini meliputi gerak reflex sederhana,seperti :


a) Gosok-menggosok
b) Menggenggam
c) Membengkok
d) Meluruskan
e) Mengatur sikap.

3) Masa bayi ( Infancy )


Masa bayi adalah masa sejak individu dilahirkan sampai berusia 1
tahun atau 2 tahun.Tingkah laku meliputi tingkah laku yang disadari serta
dikendalikan dengan otot secara bertahap berkembang kearah
cephacaudal-proximodistal yaitu bagian kepala, leher, togok sampai
kekaki dan juga dari togok kebagian samping belakang.Beberapa tingkah
laku ini meliputi merangkak, menggulung, berjalan,serta menggenggam
yang disadari. Pada masa ini gerakan yang terjadi,meliputi:
a) Menggangkat bahu ( 1 Bulan )
b) Menggangkat dada ( 2 Bulan )
c) Duduk dengan bantuan (4 bulan )
d) Duduk di pangkuan ( 5 Bulan )
e) Duduk Sendiri (7 Bulan )
f) Berdiri dengan bantuan (8 Bulan )
g) Berdiri dengan berpegangan ( 9 BUlan )
h) Merangkak ( 10 bulan )
i) Berjalan di bombing (11 bulan )
j) Berdiri sendiri ( 14 Bulan )
k) Berjalan sendiri (15 BUlan )

4) Childhood ( Masa Kanak-Kanak )


Pertumbuhan pada usia kanak- kanak ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat dan relative stabil. Bagaimanapun juga tulangnya masih
lemah. Pola gerakannya meliputi:
a) Berjalan kesamping
b) Berlari dengan pelan
c) Berjalan
d) Meloncat kira-kira 40-80 cm

5) Children ( Masa Kecil ) dan Child ( Masa Anak – Anak )


Pada masa ini ,anak kecil perkembangna fisiknya berada pada suatu
tingkatan dimana secara organisme telah memungkinkan untuk melakukan
beberapa maam gerakan dasar dengan beberapa variasinya. Gerakan
berjalan dan memegang yang telah dilakukan pada masa bayi dan dikuasai
pada saat anak kecil.Selain makin dikuasai pada saat anak kecil,hasil ini
merupakan hasil dari pengembangan gerkan berjalan dan memegang :
a. Berjalan b. Mendaki
c. Meloncat
d. Menyepak
e. Melempar
f. Menangkap
g. Memantulkan bola
h. Memukul
i. Berenang
j. Memanjat Agar seorang anak bias tumbuh dan berkembang secara
optimal dan sesuia dengan potensinya perlu diperhatikan sifat
perkembangan dan pertumbuhannya.
Sifat tersebut digunakan sebagai upaya memberikan kondisi yang
sesuai dengan kondisi anak-anak dalm melakukan aktifitas sebagai
berikut:
1. Aktifitas fisik yang cukup yang memerlukan penggunaan otot - otot
besar misalnya kaki,lengan,bahu.
 Berlari-lari
 Memanjat
 Bergulung-guling
 Merangkak

2. Permainan kecil
3. Kesempatan mencoba berbuat sesuatu dan meniru gerakan
 Bermain bola dengan kaki atau tangan dengan cara masing- masing
 Mengatasi rintangan dengan cara melompat,menerobos,mengintari
sesuatu menurut cara masing- masing.
4. Belajar kerja sama
 Bermain dengan bola secara kelompok-kelompok
 Lomba lari
 Bermain dengan lomba secara berkelompok
 Senam Dalam memberikan gerakan,jangan memberikan gerakan
yang rumit dan membuat otot terpaksa,berikanlah gerakan bermain
karena anak anak memilik sifat bermain.
6) Prapuberty, Puber serta Adolisence (Masa Puber dan Remja 12- 25 tahun )
Pada masa ini merupakan waktu yangtepat untuk mengikuti beragam
pertandingan atau kegiatan olahraga .Mereka memiliki perhatian, kemauan,
motivasi untuk meningkatkan penampilan yang didapat pada masa kanak-
kanak kecil hingga anak-anak. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam masa
ini:
1. Aktifitas yang mengunakan keterampilan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal ini mereka diberikan kesempatan untuk ikut ambil bagian
dalam berbagai kegiatan
 Bentuk aktivitasnya meliputi pengenalan keterampilan
olahraga,anak di kenalkan tekhnik olahraga dan bentuk olahraga. -Bermain
dengan menggunakan media bola,misalnya bermain voli kita sebagai
pendidik,kita ajarkan bagaimana bermain bola dan tekhniknya.
 Berlatih dengan situasi berulang-ulang ( drill ) -Menyepak bola
dengan sasaran tertentu secara berulang-ulang. -Melempar bola atau shooting
dengan menggunakan sasaran tertentu secara berulang ulang.
2. Aktifitas dengan perkembangan fisik. Program latihanuntuk
pengembangan fisik - Squat jump ( Meningkatkan kekuatan kaki ) - Push up
( Meningkatkan kekuatan tangan ) - Sit up ( Meningkatkan kekuatan perut ) -
Back up ( Meningkatkan kekuatan punggung )
3. Latihan relaksasi
 Peregangan otot – otot
 Pengendoran otot –otot
4. Menuju prestasi dengan cara dibina dan masuk club karena pada masa
ini adalah masa keemasan untuk berprestasi.
5. Adult Perkembangan gerak orang dewasa merupakan periode
penigkatan yang terhenti. Peningkatan kemapuan fisik orang dewasa bukan
lagi merupakan peningkatan yang ditunjang oleh pertumbuhan yang menyertai
bertambahnya usia. Masa dewasa sekitar 30-45 tahun. Aktivitas untuk orang
dewasa adalah:
 Olahraga untuk menyehatkan jantung contoh jogging.
 Pada masa umur 30an lakukankah kegiatan olahraga minimal
seminggu sekali.
6. Old Age dan Middle Age Pertambahan umur secara berkelompok umur
45 tahun atau lebih adalah menua. Bentuk olahraganya meliputi :
 Jogging pagi atau jalan pagi
 Senam jantung sehat
 Sering bergerak sehingga tidak terjadi penyumbatan pembuluh
darah.
7. Oldest Age Pada masa ini aktivitas olahraga sangat menurun ,adapaun
bentuk aktifitas untuk masa ini sangat tua,ini.:
 Melakukan gerakan mudah contohnya berjalan
 Senam jantung sehat (kalau memungkinkan)

3.1 Teknik yang di gunakan dalam Latihan Perkembangan Gerak


Semua pembelajaran memerlukan beberapa bentuk latihan. Konsep dari
keterampilan sendiri sudah didasarkan pada asumsi bahwa latihan mendahului
penguasaan tugas. Latihan keterampilan gerak dapat terjadi pada waktu yang
berbeda dan tempat, di bawah kondisi yang berbeda-beda. Kadang- kadang latihan
dapat terjadi hampir tidak disengaja, tetapi kadang latihan juga benar-benar
direncanakan secara matang. Namun secara umum, bentuk latihan dapat dibedakan
antara latihan yang berbentuk latihan motorik dan fisik (physical rehearsal) serta
latihan yang berbentuk latihan mental (mental rehearsal).

1. Teknik Latihan Fisik dan Motorik Siapapun menyatakan bahwa practice makes
perfect
mengetahui bahwa penguasaan keterampilan memerlukan pengulangan. Akan
tetapi, pengulangan sendiri tidak menjamin meningkatnya penguasaan
keterampilan tetapi hanya memperkuat pembentukan perilaku permanen. Oleh
karena itu, di jaman mutakhir ini, adagium lama tersebut akan lebih tepat berbunyi
latihan yang dirancang efektif membuat sempurna (Effectively designed practice
makes perfect). Dalam bagian ini akan di bahas beberapa teknik latihan fisik, di
antaranya latihan simulator dan latihan gerak lamban.
• Latihan Simulator
Simulator adalah alat latihan yang meniru keadaan tertentu dari tugas yang
menyerupai gerak sebenarnya. Simulator sering berupa alat yang rumit, canggih,
dan mahal, seperti alat yang digunakan untuk melatih pilot. Tetapi simulator juga
tidak selalu rumit. Banyak perlengkapan yang malahan dapat dibuat sendiri oleh
guru atau pelatih, sebagai alat bantu tambahan. Simulator dapat menjadi bagian
penting dari program pengajaran, terutama ketika tugas gerak yang dipelajari
berbiaya mahal dan berbahaya (misalnya belajar menerbangkan pesawat tempur),
ketika ketersediaan fasilitas amat terbatas (misalnya memasukkan bola ke green di
lapangan golf), atau ketika latihan yang normal tidak memungkinkan (misalnya
ketika pitcher softball sudah kelelahan, mesin pitching dapat digunakan untuk
latihan memukul).
• Latihan Gerakan Lamban Satu metode untuk menyederhanakan latihan dari
keterampilan target adalah latihan gerakan lamban. Pertanyaan penting untuk
ditanyakan di sini adalah apakah versi gerakan lamban dari keterampilan target
benar-benar sama dengan versi kecepatan normal? Tentu saja, kekhususan dari
gagasan pembelajaran akan menyatakan bahwa gerakan lamban anat berbeda jauh
dengan versi kecepatan normal. Akan tetapi, dari perspektif program gerak yang
digeneralisasi, latihan gerakan lamban akan menghasilkan beberapa manfaat. Satu
parameter dari program gerak yang digeneralisasi adalah kecepatan umum, nilai
yang dapat divariasikan oleh pelaku bergantung pada seberapa lamban dan cepat
mereka memutuskan untuk melakukan pola geraknya. Jika pelaku memperlambat
gerakannya sedikit, mereka akan menggunakan program gerakan yang
digeneralisasi seperti ketika mereka melakukannya untuk kecepatan yang lebih
tinggi. Latihan gerakan lamban karenanya tetap bermanfaat pada latihan di tahap-
tahap awal pembelajaran. Dengan melatih gerakan lamban, mereka harus dapat
mengontrol gerakan mereka secara lebih efektif, sehingga mengurangi kesalahan
dalam pola gerak fundamentalnya. Namun demikian, guru perlu berhati-hati
dalam menyarankan gerakan lamban ini agar tidak terlalu lamban. Jika pelaku
memperlambat gerakannya terlalu banyak (misalnya, gerakan melempar yang
berlangsung sampai 20 ms), pelaku sebenarnya mengubah dinamika esensial dari
gerakannya. Jika pelaku terbiasa dengan gerakan lamban, mereka akan
mengabaikan penggunaan program kecepatan normal.

2. Teknik Latihan Mental (Mental Rehearsal)


Dalam khasanah pembelajaran gerak, kini muncul kesadaran bahwa upaya
penguasaan keterampilan tidak hanya difokuskan pada pembelajaran geraknya
saja, melainkan disadari perlunya menyisihkan waktu untuk latihan mental
(mental rehearsal). Latihan mental adalah proses latihan dengan cara memikirkan
atau membayangkan secara mental aspek tertentu dari keterampilan yang sedang
dipelajari, tanpa terlibat dalam segala macam gerak sesungguhnya.

Dalam khasanah pelatihan kita, praktek pelatihan mental sering juga disebut
latihan nir-gerak atau nir-motorik. Pertanyaan yang muncul adalah, benarkah
latihan mental dapat menyumbang pada pembelajarn gerak? Hingga beberapa
tahun lalu, para ilmuwan dalam wilayah pembelajaran gerak masih meragukan
bahwa penguasaan keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan mental.
Pemahaman mereka tentang latihan dan pembelajaran terfokus pada kepercayaan
bahwa aksi fisikal yang nyata adalah factor yang esensial dalam pembelajaran
gerak. Sulit dipahami oleh para ahli bahwa pembelajaran dapat terjadi jika tidak
ada gerakan aktual di dalamnya, terlibatnya anak dalam praktik yang aktif, atau
hadirnya umpan balik yang dihasilkan dari gerakan (movement-produced
feedback) yang memberi tanda adanya kesalahan. Bukti-bukti yang melimpah dan
pengalaman langsung dari para pelatih barangkali telah menjelaskan bahwa
latihan fisik atau gerak sifatnya lebih superior daripada latihan mental ketika
menjalankan pembelajaran keterampilan gerak. Akan tetapi, dalam beberapa hal,
latihan mental telah menghasilkan hasil hampir sebaik dari latihan motorik
sendiri, terutama jika dijadikan porsi pelengkap dari latihan gerak dan latihan
fisik. Apalagi sifatnya yang sangat fleksibel, bahkan ketika para atlet sedang
cedera sekalipun di mana latihan teknik dan fisik sedang tidak mungkin
dilakukan. Selama latihan mental, anak atau atlet dapat diingatkan kepada aspek
prosedural atau aspek simbolik dari keterampilan (misalnya, urutan langkah dalam
rangkaian dansa atau gerakan stroke dalam permainan raket), sehingga ini disebut
praktik mental (mental practice), atau mereka membayangkan dirinya seperti
benar-benar sedang memenangkan pertandingan, yang kadang disebut secara
khusus sebagai pembayangan mental (mental imagery). Kita akan coba membahas
kedua bentuk latihan tersebut di bagian berikutnya.
• Praktik Mental Teori awal dari latihan mental dirumuskan oleh Sackett (1934),
yang mengusulkan bahwa jenis latihan nir-gerak ini memudahkan pembentukan
elemen simbolik dari keterampilan. Misalnya, seorang perenang pemula dapat
mengingatkan gerakan menarik dan gerak memasukkan tangan sebagai bagian
dari gerakan lengannya. Elemen kognitif ini awalnya hanya dianggap penting
selama masa-masa awal tahapan pembelajaran (dikenal dengan tahap verbal-
cognitive stage). Akan tetapi ketika Feltz dan Landers (1983) melakukan review
pada berbagai literatur (penelitian literatur),
mereka menemukan bahwa tanpa memperhatikan tahapan keterampilan pelaku,
praktik mental ternyata lebih efektif untuk tugas-tugas yang berisi banyak
komponen simbolik kognitif. Hal ini menjadi masuk akal manakala kita
mempertimbangkan jenis aktivitas mental yang berlangsung ketika orang
memikirkan tentang memproduksi gerakan yang efektif. Terutama strategi, fokus
gerakan, dan informasi pengajaran umum, semuanya merupakan bagian dari
kategori ‗elemen simbolik kognitif‘ dari keterampilan. Dan semuanya akan
menjadi hal yang dapat dilakukan oleh semua anak untuk dipraktekkan secara
mental tanpa kesulitan. Praktek mental dari elemen kognitif, simbolik dan
prosedural dari suatu tugas tidak memerlukan alat apapun dan memungkinkan
sekelompok besar anak untuk terlibat dalam waktu yang bersamaan. Terdapat
bukti yang mencukupi bahwa untuk atlet yang belum berpengalaman, mengganti-
ganti antara praktik mental dengan praktik gerak merupakan strategi efektif untuk
meningkatkan penampilan gerak. Guru atau pelatih yang cerdas akan dapat
menemukan cara untuk mengkombinasikan kedua jenis latihan tersebut untuk
menambah peningkatan penampilan yang maksimal.

• Pembayangan Mental Jenis khusus dari latihan mental sering disebut sebagai
pembayangan mental (mental imagery). Selama pembayangan mental, anak atau
atlet berusaha untuk melihat dan merasakan dirinya seperti benar-benar sedang
melakukan keterampilan. Pembayangan dapat terjadi dalam bentuk perspektif
internal (cara gerakan dan lingkungan gerak dialami langsung ketika atlet beraksi
di lapangan) atau dalam bentuk perspektif eksternal (cara gerakan yang
divideokan dan diputar ulang untuk dilihat anak atau atlet yang bersangkutan).
Perspektif mana yang bekerja baik akan sangat bergantung pada jenis
keterampilan yang dipelajari, meskipun jenlas pula bahwa hal itu juga bergantung
pada pilihan pribadi si atlet. Misalnya, atlet yang membayangkan tembakan
lemparan bebas dalam baske dapat mengambil manfaat dari perspektif internal,
dan seorang peloncat indah atau pesenam dapat mengambil manfaat dari
perspektif eksternal, terutama jika dirinya membayangkan sebuah salto yang sulit.
Pembayangan yang paling efektif, tanpa melihat perspektif mana yang dipakai,
adalah yang menstimulasi baik penglihatan maupun perasaan (kadang termasuk
suara dan penciuman) dari gerakan aktualnya. Dukungan yang sangat awal
tentang hubungan antara pikiran (mind) dan gerakan (movement) selama
pembayangan mental, datang dari Jacobson (1930). Dia mengamati bahwa ketika
atlet membayangkan gerakan secara mental, aktivitas elektris yang lemah dalam
EMG terjadi dalam perototan yang terlibat, meskipun aktivitasnya jauh lebih kecil
dalam ukurannya daripada yang diperlukan ketika harus menghasilkan aksi
sebenarnya. Jadi, Jacobson menyarankan bahwa, ketika
atlet membayangkan dirinya bergerak, sebuah rencana aksi disalurkan oleh sistem
syaraf pusat ke arah otot, memberikan sebuah bentuk -latihan tanpa hadirnya
gerakan tubuh sebenarnya. Penjelasan yang lebih mutakhir tentang manfaat
pembayangan diusulkan oleh MacKay (1981). Menurut MacKay, unit-unit otot -
dipancing untuk beraksi selama pembayangan mental, dan batas-batas manfaat
dari pemancingan penampilan fisik berikutnya tersebut bergantung pada jumlah
latihan fisik yang sudah dilakukan pada keterampilan yang dipelajari. Pandangan
ini menerima dukungan yang kuat dari studi dalam wilayah psikologi olahraga,
yang menunjukkan bahwa atlet tingkat tinggi memperoleh manfaat yang lebih
besar dari latihan mental daripada atlet yang pemula (Vealey & Breenleaf, 1998).
Barangkali, pembayangan mental terhadap komponen otot dan proprioceptive
tugas yang dipelajari terjadi lebih efektif ketika pelakunya lebih familiar dengan
komponen-komponen tersebut. Menurut pandangan MacKay, pemancingan
terhadap unit-unit otot selama pembayangan mental akan menjadi lebih efektif
ketika atlet menjadi lebih mengenal properti fisikal dari tugas yang dipelajari.
BAB III KESIMPULAN
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh
perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan
oleh Hurlock (1996) sebagai berikut: Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan. Melalui keterampilan motorik, anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan- bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya.

Anda mungkin juga menyukai