Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MOTORIK AUD

“ Persiapan Melaksanakan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di


KB, TK, Kelas Awal”

Dosen Pengampu: Vivi Anggraini,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Lina Oklian Wanli 19022024

2. Lilis Eka Oktavia 19022022

3. Lingga Dewi Parista 19022025

4. Alena Sonia Putri 19022002

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kelompok haturkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam
dengan kekuasaan yang meliputi langit beserta isinya dan bumi beserta isinya pula. Dengan
rahmat dan kasih sayang-Nya, maka kami dapat menyelesaikan makalah ini yang tentunya masih
jauh dari kata sempurna ini.

Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada rasul agung, Rasulullah SAW. Semoga
syafaat beliau senantiasa tercurah kepada para umatnya yang setia mengikuti jejaknya sampai
akhir hayat nanti. Serta shalawat untuk keluarga beliau dan shahabat-shahabat beliau.

Kami juga ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Motorik Anak Usia
Dini yang telah sabar membimbing kami dalam memperoleh materi serta kami juga harapkan
agar kiranya Ibu Dosen dapat memberikan masukan-masukan bagi kurangnya kelengkapan
dalam makalah yang kami buat ini.

Kami juga berharap bahwa apa yang sudah kami tulis dapat bermanfaat bagi teman-
teman pembaca dalam memperoleh pengetahuan tentang materi. Dan jika ada masukan,
sekiranya tak segan untuk menambahkan supaya kami dapat memperbaiki kesalahan dan
kekurangan dalam makalah ini

Padang, 19 Mei 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………............................................ 1

DAFTAR ISI ……………………………………..………................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3

A. Latar belakang…………….………………………….............................................. 3
B. Rumusan masalah ………………………….....………........................................... 3
C. Tujuan penulisan……..……..…...…………………............................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di KB…......... 4

B. Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di TK…..........4

A. Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di SD Awal...14

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan………………………………………................................................ 18
B. Saran…………………………….………..............................................................18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………............................................ 19

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Pada masa ini
perkembangan keterampilan yang berkaitan dengan motorik kasar Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Dorong anak berlari, melompat,
berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga.
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978). Motorik
kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar
anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri .
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di KB ?
2. Bagaimana Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di TK ?
3. Bagaimana Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di Kelas Awal ?

3
C. TUJUAN
1. Mengetahui Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di KB
2. Mengetahui Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di TK
3. Mengetahui Persiapan Pembelajaran dan Evaluasi Motorik Kasar di Kelas Awal

BAB II
PEMBAHASAN

A. Persiapan Melaksanakan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di


KB

1. Pengertian
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain
bola, mengendarai sepeda roda tiga. Perkembangan motorik adalah perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi (Hurlock, 1978).
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan
koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau
seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Endah, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia 3-4 tahun
adalah gerakan tubuh anak usia 3-4 tahun yang membutuhkan keseimbangan dan
koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
2. Prinsip Perkembangan Motorik kasar
Hurlock (1978) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang
diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar. Adapun lima prinsip
perkembangan motorik kasar yaitu :
a. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan
sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal
ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik.
b. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.

4
Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan.
Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian
gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik,
pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.
Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai
gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam
bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.
c. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan motorik
dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak mulai berjalan
konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya
lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang duduknya terlambat.
Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan
pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak
mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan
2.
d. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari. Reflek
primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia
tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.
e. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap
perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan
mempengaruhi kecepatan perkembangannya.
3. Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun
Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak.
Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar
atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya. Anak usia 3 tahun
memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek,
cenderung berpindah- pindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun
memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah
dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang
diajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel.
Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan
fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah- olah tiada habisnnya.
Irwan (2008) dan Oktaria (2009) menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar
seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar dapat dirangsang atau distimulasi
dengan memberikan kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan
ketangkasan dan kelincahan.
a. Jalan
Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan
berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat di
tempat, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Stimulasi dapat diberikan
dengan mengajak anak bermain permainan yang menggerakkan anak untuk
menggerakkan kakinya berpindah-pindah dan menahan kaki dengan lama. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan karpet bergambar atau menempelkan gambar-

5
gambar yang menarik di lantai dan meminta anak untuk menginjak karpet/lantai.
Dapat juga dilakukan dengan permainan yang mengajarkan anak jalan berjinjit
sehingga melatih keseimbangan anak dalam berdiri.
b. Lari
Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan melempar.
Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan
kaki, ketepatan 4 pola kaki yaitu (1) heel strike:bertumpu pada tumit; (2) toe off :
telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki; (3)
swing : kaki berayun; (4) landing : setelah mengayun kaki menapak pada alas.
Stimulasi lari dapat dilakukan dengan aktivitas berupa bermain bola, bermain sepeda
(mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2), berlomba lari,
bermain dengan berkejar-kejaran serta naik turun tangga.
c. Lompat
Stimulasi lompat dapat diberikan dengan mengajak anak melompat di tempat dan
lompatan berjarak. Lompatan berjarak dapat diajarkan dengan mengajak anak untuk
melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain misalnya dengan menggambarkan
lingkaran-lingkaran dari kapur atau menggunakan lingkaran holahop yang diatur
sedemikian rupa letaknya kemudian meminta anak untuk melompati lingkaran-
lingkaran tersebut. Lompatan diajarkan dengan satu kaki dan dua kaki.
d. Lempar
Stimulasi lempar dapat diberikan dengan mengajak anak bermain lempar tangkap
bola. Bola dilempar ke arah anak dan meminta anak untuk menangkapnya dan
melemparkan kembali ke arah si pemberi bola. Lempar tangkap bola dapat dilakukan
dengan menggradasikan tingkat kesulitannya berdasarkan posisi, besar bola, berat
bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk
kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri.
Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau
lambungan dari bawah. Bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak memiliki hal-
hal yang perlu diperhatikan. Menurut Soetjiningsih (1995), beberapa hal yang perlu
diperhatikan tersebut antara lain : \
1) Ekstra energy
Bermain memerlukan ekstra energi, terlebih lagi permainan yang
memerlukan kelincahan.
2) Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain karena aktivitas yang
serius bagi anak.
3) Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan
taraf perkembangannya. Anak usia 3-4 tahun dapat menggunakan alat permainan
sederhana seperti bola dalam menstimulasi motorik kasarnya.
4) Ruangan untuk bermain
Anak memerlukan ruang untuk bermain akan tetapi tidak perlu ruangan
khusus. Anak dapat bermain di dalam rumah seperti ruang tamu, di halaman,

6
bahkan di ruang tidurnya.
5) Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.
6) Teman bermain
Sebaiknya anak memiliki teman bermain karena jika anak bermain sendiri,
ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Akan tetapi, terlalu
banyak bermain dengan anak lain dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai
kesempatan untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.
Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orangtua maka hubungan orangtua
dengan anak menjadi akrab dan orangtua dapat segera mengetahui setiap kelainan
yang terjadi pada anak mereka secara dini.

Wong (2003) dan Einon (2005) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-4
tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-4 tahun.

Tabel 2.1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-4 tahun

Usia Keterampilan Motorik Kasar

3 Tahun Berdiri pada satu kaki untuk 5-10 detik

Berjalan mundur lebih dari tiga langkah

Berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundu
r sejauh 1 m

Berjalan dengan berjinjit

Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan 
kaki yang sama pada tiap injakan

Berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berh
enti secara mendadak

Berlari tanpa jatuh

Mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat

Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau seped
a roda tiga

Melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan

7
Melompat panjang

Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki

Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki

Membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat 
mendarat

Melompati halangan setinggi 7,5-10 cm

Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan
mengayunkan kaki

Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak.


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih (1995), faktor- faktor yang mempengaruhi
kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
a. Motivasi belajar anak
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan
yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-
buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya
b. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan stimulasi
kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian
yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal.
c. Stimulasi ibu
Karena pada anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua input/masukkan
yang berasal dari lingkungan luar.
d. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak
tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan teman sebaya menjadi
sangat penting dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat
dan narkotika.
e. Cinta dan kasih saying
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih

8
sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi anak yang tidak
sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
f. Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang kadaan sosial ekonominya cukup,
akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.
Lebih-lebih kalau jarak anak terlau dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan
social ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti
makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu keluarga
berencana tetap diperlukan.
g. Ganjaran atau hukuman
Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi ganjaran, misalnya
ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan
menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.
h. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambat.
i. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi kembang anak. Tumbuh
kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan
keluarga yang kurang harmonis.
j. Pendapatan ibu
Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang tumbuh kembang anak,
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun sekunder.
k. Tingkat gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan
anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan
juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.

B. Persiapan Melaksanakan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di


TK

Aspek motorik kasar perlu dikembangkan di Taman kanak-kanak. Menurut


Gallahue dalam Hidayati (2013)Aspek mengembangkan keterampilan motorik kasar
anak-anak di kategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) Kemampuan Lokomotor ialah
kemampuan yang berguna untuk berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, misalnya
jalan, lari, lompat, juga meluncur; 2) kemampuan non-lokomotor merupakan kemampuan
yang berguna tanpa berpindah atau hanya bergerak di tempat saja, misalnya menekuk dan

9
meregangkan, dorong, tarik, jalan di tempat, lompat di tempat, berdiri hanya satu kaki,
dan mengayuhkan kaki bergantian; dan 3) kemampuan manipulatif ialah kemampuan
yang berkembang saat anak mampu menguasai banyak objek, ini kemampuan
kebanyakan berurusan dengan kaki serta tangan seperti lempar, pukul, tendang,
mengakses benda, putar tali, dan pantulkan atau menggiring bola.

Keterampilan motorik kasar bisa diransang melalui permainan dan berbagai


macam media yang menarik bagi anak. Guru disekolah sangat berperan dalam
mengembangkan dan meningkatkan motorik kasar anak melalui perencanaan
pembelajaran dengan menentukan tujuan yang akan dicapai. Sujiono (2009: 3)
Menurutnya perkembangan motorik kasar anak yang perlu dilakukan oleh guru adalah
menentukan tujuan yang ingin dicapai juga guru menentukan jenis kegiatan dan ukuran
keberhasilan sesuai dengan perkembangan anak.

Implementasi atau pelaksanaan pembelajaran adalah langkah selanjutnya dalam


setelah perencanaan pembelajaran.Rusman (2012: 10) menjelaskan implementasi adalah
implementasi dari rencana implementasi pembelajaran. Guru perlu mendiskusikan
kurikulum dan teori sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan dengan memilih
metode serta media yang menarik, hingga anak suka dan merasa bahagia ketika belajar.

1. Perencanaan pembelajaran motorik kasar AUD di TK

Perencanaan pembelajaran adalah hal yang penting untuk seorang guru agar
tercapainya tujuan pembelajaran. Sujiono (2009:3) menyatakan dalam perencanaan
perkembangan motorik kasar anak yang perlu dilakukan oleh guru adalah menentukan
tujuan yang ingin dicapai dan guru menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan
sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Perencanaan di PAUD sekolahalam
minangkabau Padang berpatokan kepada kurikulum, setelah itu membuat perencanaan
tahunan (yearly plan) yang di bagi per semester dan per termen (prosem), perencanaan
mingguan (weekly plan/RPPM), setelah itu perencanaan harian (daily plan/RPPH).
Kemendikbud (2015:3) menyatakan bahwa, rencana pembelajaran yang harus
dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran, yaitu: 1) program/rencana semester

10
(prosem), 2) rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM), 3) rencana
pelaksanaan pembelajaran setiap hari (RPPH).

Perencanaan pembelajaran di PAUD dilakukan melalui evaluasi pembelajaran


tahun sebelumnya yaitu rapat sebelum awal tahun ajaran baru. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah program yang sudah berjalan sebelumnya akan dilanjutkan,
diperbaiki, atau diganti. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Masitoh, Setiasih, dan
Djoehani (2005:183) Evaluasi dilakukan agar bisa meningkatkan program, menghentikan
program yang kurang efektif dan efisien, atau membandingkan program yang ada.

Perencanan yang dilakukan oleh fasilitator dan kepala sekolah berpatokan kepada
kurukulum lalu menyesuaikan indikator dengan tujuan pembelajaran yang berpatokan
pada KI dan KD. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan
disesuaikan dengan Tema dan sub tema berdasarkan aktivitas yang akan dilakukan. Nana
Sudjana dalam Masitoh (2005:138) merencanakan pembelajaran ialah memproyeksikan
hal apa yang dilaksanakan dalam suatu pembelajaran, yaitu dengan mengkoordinasikan
(mengatur atau merespon) komponen-komponen pengajaran, sehingga tujuan kegiatan,
materi kegiatan, metode dan teknik penyampaian kegiatan , serta bagaimana
mengevaluasi pembelajaran sehingga menjadi jelas dn sistematis.

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan


oleh fasilitator dan kepala sekolah yaitu berpatokan kepada kurikulum, membuat
perencanaan tahunan (yearly plan) yang dibagi per semester (prosem) dan per termen,
setelah itu membuat perencanaan untuk pelaksanaan pembelajaran mingguan (weekly
plan / RPPM), dilanjutkan dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran harian (dayli
plan / RPPH).

2. Pelaksanaan
Setelah membuat perencanaan, langkah yang harus diambil adalah melaksanakan
apa yang sudah direncanakan. Rusman (2012:10) pelaksanaan adalah implementasi dari
perencanaan pembelajaran. Implementasi pembelajaran motorik kasar anak dalam proses
pembelajaran yang diberikan disesuaikan dengan tema dan sub tema sesuai dengan

11
indikator yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan guru dapat mengembangkan motorik kasar anak melalui beberapa
aktivitas seperti outbond, gardening, dan outing (berenang). Pelaksanaan ini sesuai
dengan perencanaan fasilitator yang terdapat di daily plan (RPPH). Aktivitas outbond
dilakukan sambil bermain, Outbond yang di laksanakan bertujuan untuk menigkatkan
kemampuan motorik kasar anak yang sering dilakukan di luar ruangan. Agustinus
Susanto (2010) kegiatan yang di maksud outbound ialah kegiatan di adakan di luar
ruangan yang diadakan untuk bersantai dan rileks, serta permainan petualangan dan yang
relatif ringan. Bentuk permainan outbond yang dilakukan di sekolahalam minangkabau
yang peneliti amati seperti aktifitas perang air, mendaki gunung, dan aktivitas one line
bridge yaitu aktivitas berjalan diatas satu tali. Sulastri dan Gernika (2017) outbound
adalah metode pengembangan melalui kombinasi permainan psikomotorik, kognitif, dan
afeksi dalam pendekatan belajar melalui bermain.
Aktivitas lain untuk mengembangakan motorik kasar anak yaitu aktivitas outing
melalui berenang. Anak-anak di ajak langsung turun ke kolam renang di dampingi oleh
fasilitator. Menurut Cesari (2002:3)Mengungkap renang sangat tepat untuk diperkenalkan
kepada anak-anak usia pra sekolah, karena pada usia ini sangat penting untuk tumbuh dan
perkembangan anak-anak. Berenang sangat baik untuk meningkatkan keterampilan
motorik kasar anak-anak, Muhajir (2004:166)berenang adalah olahraga yang sehat karena
semua otot tubuh menjadi bergerak semua otot berkembang dan kekuatan perenang
meningkat.
Aktivitas pembelajaran motorik kasar pada anak di PAUD yaitu melalui aktivitas
gardening (berkebun). Aktivitas berkebun menuntut anak untuk terampil menggunakan
cangkul untuk menggemburkan tanah yang akan di tanami. Anak belajar menanam
tanaman seperti bunga dan sayur, mulai dari mencangkul, menanam, menyiram dan
memanen. Sutrisno dan Harjono (2005:94) dengan menanam tanaman mereka sendiri,
anakanak pada saat yang sama mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan tanaman
dan keterampilan psikomotor dalam pertumbuhan tanaman. Proses pelaksanaan
pengembangan motorik kasar anak di PAUD dapat menggunakan metode yang beragam
sesuai dengan aktivitas yang dilaksanakan seperti metode praktek langsung, bermain

12
peran, dan karyawisata.
Media yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran motorik kasar di PAUD
sangat bervariasi. Gerlach dalam Sanjaya (2006:163) Secara umum media mencakup
orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menghasilkan siswa yang memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Media yang digunakan di sesuaikana dengan
aktivitas seperti menggunakan media bahan alam yang ada disekitar sekolah seperti kayu,
tangga, batu, ban dan menggunakan instalasi seperti one line bridge (jembatan satu tali).
Samsudin (2008:39) alat/sumber belajar di luar kelas diantaranya jungkatjungkit, ayunan,
papan peluncur, papan titian, bola besar dan bola kecil, tangga, ban bekas, jala panjatan
dan sebagainya.
3. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran sangat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
pembelajaran (aktivitas) yang dilakasanakan efektif dalam pengembangan anak. Masitoh,
Setiasih, dan Djoehani (2005:142) evaluasi merupakan alat untuk menilai keberhasilan
belajar. Penilaian pembelajaran di lakukan sendiri oleh fasilitator yang bersangkutan
disaat pembelajaran berlangsung. Masitoh, Setiasih, dan Djoehani (2005:184) dalam
pendidikan usia dini, guru dan anak adalah alat penilaian yang penting dari tes-tes yang
di anjurkan oleh orang-orang lain.
Dalam evaluasi pelaksanaan pembelajaran di PAUD bisa menggunakan penilaian
dilakukan melalui big folder yang berisi hasil dokumentasi aktivitas anak berupa foto saat
anak melakukan kegiatan yang di bawa sekali seminggu ke rumah untuk di evaluasi oleh
orang tua. Per dua bulan sekali (per termen) evaluasi berupa penerimaan rapor portofolio
untuk mengevaluasi anak oleh guru bersama orang tua, dan ketika penerimaan rapor
portofolio ini kedua orangtua diharapkan hadir kesekolah. Evaluasi semester
menggunakan rapor narasi, dalam rapor narasi tersebut mendeskripsikan secara detail
kegiatan yang dilakukan anak serta sejauh mana kemampuan anak, apakah anak sudah
mandiri, berkembang, atau masih butuh bantuan. Rusman (2012:13)Nilai / evaluasi
adalah tindakan yang diambil oleh guru pada hasil belajar untuk mengukur tingkat
kompetensi anak dalam bentuk tertulis atau lisan, penilaian kerja, penilaian portofolio /
pekerjaan dan penilaian diri. Hamalik (2012: 180) menyatakan evaluasi adalah suatu

13
upaya untuk mengambil keputusan terhadap capaian tingkat hasil belajar siswa atau anak
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan.
Guru dapat melakukan penilaian saat aktivitas berlangsung melalui observasi dan
di dokumentasikan. Patmonodewo dalam Masitoh, Setiasih, dan Djoehani (2005:186)
Pengamatan atau observasi tentang cara mengumpulkan data, yang pengisiannya
berdasarkan pengalaman langsung dari sikap dan perilaku anak-anak. Setiap selesai
pembelajaran fasilitator mengadakan evaluasi bersama anak dengan tanya jawab
(bercakap-cakap) baik didalam kelas atau di luar kelas dimana aktivitas dilaksanakan.
Patmodewo dalam Masitoh, Setiasih, dan Djoehani (2005:187) percakapan adalah
metode penilaian yang dilakukan oleh guru melalui percakapan atau wawancara antara
anak-anak dan guru dilaksanakan baik di dalam kelas ataupun di luar kelas.

C. Persiapan Melaksanakan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran Motorik Kasar di


Kelas Awal

Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek


untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan
demikian, persiapan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama
berkaitan dengan pembentukan kompetensi di sekolah dasar. Dalam mengembangankan
persiapan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, terlebih dahulu harus menguasai
secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan pelaksanaan
pembelajaraan. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang
harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar,
metode pembelajaran dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi
pembelajaran di sekolah dasar.

Metode pembelajaran sebagai salah satu komponen penting pendidikan perlu


dipahami oleh guru agar proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik,
karena dengan memiliki pengetahuan yang luas tentang metode, guru dapat memilih

14
metode yang tepat untuk suatu materi (kompetensi) yang akan dipelajari atau dicapai oleh
siswa sekolah dasar sesuai dengan perkembangannya. Pemilihan metode yang tepat akan
sangat membantu siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran di kelas.Oleh karena
itu, agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka perlu
mengetahui dan mempelajari beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan siswa sekolah dasar, serta dipraktekkan pada saat proses pembelajaran di
kelas.

Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai
peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai
kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal
harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan
pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik di sekolah dasar.

1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Persiapan Pembelajaran di Kelas Awal


Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
persiapan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, diantaranya :
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin
konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan- kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut sesuai
perkembangan kognitif anak sekolah dasar.
2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas
pencapaiannya.

5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama


apabila pembelajaran dilaksakan secara tim (team teaching) atau moving class.

15
    2. Kegiatan Pra Pembelajaran
Kegiatan pra-pembelajaran atau disebut juga kegiatan pra-instruksional adalah
kegiatan pendahuluan pembelajaran yang ditujukan agar siswa siap untuk mengikuti
proses pelajaran.  bersifat umum dan tidak berhubungan langsung dengan kompetensi
atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan inti. Usaha yang dapat dilakukan guru
pada tahap pra-pembelajaran yaitu:
1.      Menunjukkan sikap yang menarik.
Sikap guru di depan kelas dapat mempengaruhi kondisi belajar siswa.
Guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan agar siswa tidak
merasa takut, tegang, ragu, dan akhirnya tidak siap untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2.      Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. 
Alat dan fasilitas belajar di kelas harus ditata dan dipersiapkan dengan rapi
untuk memudahkan aktifitas belajar siswa. Mulailah dengan memberi salam
kepada siswa dan berdoa sebelum memulai pembelajaran agar suasana betul-
betul menjadi menyenangkan.
3.      Memeriksa kehadiran siswa.
Dengan selalu mengecek kehadiran, siswa akan termotivasi untuk disiplin
dan membiasakan diri memberitahukan ketidakhadirannya kepada guru baik
secara langsung maupun melalui teman.
4.      Menciptakan kesiapan belajar siswa. 
Kesiapan belajar siswa adalah salah satu prinsip belajar yang sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa.
5.      Menciptakan suasana belajar yang demokratis. 
Untuk menciptakan suasana ini guru harus membimbing siswa agar berani
bertanya, berani menjawab, berani berpendapat, berani mengeluarkan ide, dan
berani unjuk kerja.
3.Evaluasi Pembelajaran di Kelas Awal
            Evaluasi proses pembelajaran merupakan tahap yang perlu dilakukan oleh
guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sering disebut juga

16
sebagai refleksi proses pembelajaran, karena kita akan menemukan kelebihan dan
kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam Permen No. 41
tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses
pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evalusi proses
pembelajaran dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan secara mandiri. Guru
dapat menuangkan evaluasi yang telah dilakukannya dalam jurnal refleksi
pembelajaran. Guru dapat mengisi jurnal ini pada setiap pelajaran yang telah
diberikan/ diajarkan atau selama guru tersebut melaksanakan pekerjaan sehari-
harinya sebagai guru Jurnal merekam renungan dan refleksi dari pikiran, seperti:
a.       Apa yang sudah saya ajarkan hari ini?
b.      Apakah tujuan pembelajaran tercapai?
c.       Apa yang masih membingungkan bagi siswa?
d.      Apakah saya menemukan masalah dan issu yang tidak diharapkan?
e.       Apa jenis pembelajaran tingkat tinggi yang saya sampaikan?
f.       Apa jenis pembelajaran tingkat rendah yang saya sampaikan?
g.      Apakah siswa saya dapat menerima materi yang saya ajarkan?
h.      Apakah saya sudah membelajarakan siswa?
i.        Bagaimana Tehnik pembelajaran saya?
j.        Apa yang perlu dan ingin ku ketahui lebih banyak lagi?
k.      Apa sumber belajar yang member kemudahan dalam saya mengajar?

Pada proses pembelajaran tahun 2009/2010 telah dilakukan kegiatan


supervisi sehingga dapat dievaluasi segala kegiatan guru baik yang menyangkut
pribadi guru maupun kegiatan proses belajarnya. Selain itu, untuk evaluasi
pembelajaran dapat juga dinilai melalui Alat Penilaian Kemampuan Guru seperti
contoh yang diberikan pada halaman berikutnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola,
mengendarai sepeda roda tiga. Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi

18
(Hurlock, 1978).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia 3-4 tahun
adalah gerakan tubuh anak usia 3-4 tahun yang membutuhkan keseimbangan dan
koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

B. Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,oleh karena itu
pemberian kritik dan saran dari pembaca sangat berguna bagi penulis demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sujiono, Bambang dkk. (2009). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Universitas Terbuka

Hidayanti, Maria. (2013). Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui permainan
bakiak. Jurnal PAUD (Volume 7 edisi 1 April 2013), 197.

Wirda, O., Yeni, I., & Rakimahwati, R. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Motorik Kasar di
PAUD sekolahalam Minangkabau Padang. SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 6(1), 27-35.

http://conditionaloflife.blogspot.com/2013/05/persiapan-pelaksanaan-pembelajaran-di.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai