PENGEMBANGAN GERAK
Penulis :
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
dan hidayahnya rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikanmakalah ilmiah tentang “Konsep Konsep Dasar Pengembangan gerak” shalawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Rasullulah Muhammad SAW.
.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Teori dan Konsep Dasar
Pengembangan dan manfaatnya untuk dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gerak merupakan suatu yang sangat esensial bagi manusia. Perkembangan gerak
menggambarkan suatu fungsi persepsi senso-motorik, fungsi intelektual dan fungsi emosi
psikologis. Perkembangan gerak berjalan seiring dengan pertumbuhan gerak.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang tidak bisa dipisahkan
karena saling bergantung satu sama lainnya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
dan jumlah sel yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang berkaitan dengan peningkatan
fungsi gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan berbagai sistem dalam tubuh
dengan lingkungan.
Perkembangan motorik dimulai dari perkembangan motorik kasar, motorik halus,
termasuk keseimbangan. Individu yang mengalami gangguan dalam perkembangan
motorik kasar, akan ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan motorik.
Misalnya terlambat dalam perkembangan: tengkurap, merangkak, duduk, berdiri,
merembet, berjalan, berlari, jongkok, melompat, meloncat.
Keterlambatan individu dalam perkembangan motorik tersebut, memerlukan latihan atau
pembinaan. Pembinaan dimaksud kita kenal dengan layanan Bina Gerak. Dalam bidang
medis layanan tersebut merupakan bagian dari rehabilitasi medis yaitu Fisioterapi.
Materi, metoda dan model evaluasi mengacu kepada bidang kajian fisioterapi.
Layanan bina gerak dilingkungan sekolah khusus atau SLB diberikan oleh guru-guru
pendidikan kebutuhan khusus yang memiliki profesi melayani bina gerak dengan alasan
bahwa anak-anak yang mengalami gangguan gerak berada di sekolah luar biasa. Guru-
guru pendidikan kebutuhan khusus pada dasarnya telah dibekali oleh pengetahuan dan
keterampilan tentang tatalaksana bina gerak.
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru
yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap
individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu
tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami
gangguan pada otot, sendi, tulang, meliputi anak Folio Myelities, Crebral Palsy,
Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan jenis-jenis gangguan gerak lain, baik
yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis, congenital, atau gabungan dua atau
lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan tersebut pendidikannya
di sekolah khusus (SLB).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan
Inklusif, maka siswa yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di
sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina gerak yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai
dengan kesimpulan hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina gerak
sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah regular, fihak
sekolah dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga
dalam bidang bina-gerak bagi anak-anak yang mengalami gangguan gerak-motorik.
Kerjasama kemitraan dapat dilakukan dengan tenaga fisioterapist di klinik fisioterapi,
atau Rumah Sakit di bag. Instalasi Rehabilitasi Medis.
A. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian gerak ?
2. Bagaimana poses terjadinya gerak ?
3. Apa prinsip perkembangan gerak ?
4. Apa jenis-jenis gerak ?
5. Apa intervensi pada anak yang mengalami kelainan alat gerak ?
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian gerak
2. Mengetahui poses terjadinya gerak
3. Mengetahui prinsip perkembangan gerak
4. Mengetahui jenis-jenis gerak
5. Mengetahui intervensi pada anak yang mengalami kelainan alat gerak
BAB II
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN GERAK
f. Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut diatas.
a. Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyakotot.
Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.
b. Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot.Misalnya
gerakan menulis, menggambar, makan, minum.
a. Kelainan alat gerak akibat penyakit Polio, otot menjadi layuh dan kecil.
Akibatnya, jalan menjadi timpang, atau jalannya diseret karena tidak dapat melangkah
untuk mengangkat kakinya. Mengalami kesulitan untuk duduk, berdiri, berjalan, dan
menggunakan tangannya.
b. Kelainan alat gerak akibat penyakit otot (Muscle Dystrophy), ototnya tidak dapat
berkembang, kelumpuhan pada sekelompok otot yang sifatnya progresif.
Akibatnya gerakannya menjadi lambat, aktivitasnya semakin mundur, dan
akhirnya tidak dapat berjalan. Tulang punggungnya dapat membengkok ke
samping kiri atau ke kanan, dan atau membungkuk.
Gambar 2.12 Polio
Sumber : https://casereports.bmj.com/content/2014/bcr-2014-205296
c. Kelainan alat gerak akibat Spina Bifida (kelainan pada satu atau tiga ruas tulang
belakang yang terbuka), fungsi jaringan syaraf terganggu dan menjadi lumpuh.
Akibatnya mengalami kesulitan dalam berjalan.
d. Kelainan alat gerak akibat Cerebral Palsy, otot mula-mula lembek selanjutnya
berkembang menjadi tegang (spastik). Akibatnya jalan menggunting (Scissor gait),
dan telapak kakinya jinjit. Tangan mengepal, akibatnya sulit melakukan aktivitas yang
menggunakan tangan seperti makan-minum, menulis, menggambar dan sebagainya.
Gambar 2.14 Celebral Palsy
Sumber : https://herminahospitals.com/id/articles/cerebral-palsy.html
e. Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsí kaki menjadi terhambat
untuk melakukan mobilisási jalan.
f. Kelainan alat gerak bawaan sejak lahir. Misalnya tidak punya tangan, akibatnya
fungsí tangan menjadi terhambat untuk melakukan kegiatan hidupseharí-hari.
4. Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dalam mengarahkan partisipasi
seseorang melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan dan
mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam tahap
penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan derajat
kesehatan (Budiman & Siahan, 2003).
Anak dengan keterlambatan dalam perkembangan motorik halus
gerak geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil
dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan ke mulutnya, dan menggosok gigi saat mandi. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya
dengan benar.
Bentuk adaptasi intervensi okupasi di sekolah antara lain seperti
mengikat tali sepatu, kegiatan sikat gigi, meronce, menjelujur, mencoret-
coret, menjimpit, makan sendiri, dan lain-lain.
5. Snoezelen
Snoezelen merupakan metode terapi multisensoris. Terapi ini
diberikan kepada anak yang mengalami gangguan motorik, misalnya anak
yang mengalami keterlambatan berjalan. Ruangan snoezelen biasanya
dilengkapi dengan buble tube yang berisikan air untuk menstimulasikan anak
melalui gelembung air, permainan cahaya, lampu fiber optik yang aman
dipegang, bean bag beraneka ukuran dan bentuk untuk menstimulasi system
taktil pada anak, sistem audio dengan suara yang jernih serta aroma terapi.
Gambar 2.20 Ruang Snoezolen
Sumber : https://www.pelangiinsani.com/gallery/
6. Konseling Psikologis
Anak dengan kelainan alat gerak mungkin mengalami stres,
kecemasan, atau masalah emosional lainnya. Konseling psikologis dapat
membantu anak dalam mengatasi masalah ini.
7. Perangkat Bantu
Terkadang, anak mungkin memerlukan perangkat bantu seperti kursi
roda, kaki palsu, atau alat bantu lainnya untuk membantu mobilitas mereka.
8. Edukasi Keluarga:
Penting untuk melibatkan keluarga dalam proses intervensi. Keluarga
harus diberikan edukasi tentang kondisi anak dan bagaimana mereka dapat
mendukung perkembangan dan perawatan anak.
9. Perawatan Medis:
Beberapa kelainan alat gerak mungkin memerlukan perawatan medis
yang lebih intensif, seperti operasi atau terapi obat.
Setiap anak adalah individu yang unik, sehingga intervensi harus dipersonalisasi sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Pekerjaan tim multidisiplin yang melibatkan
dokter, terapis, dan spesialis lainnya seringkali diperlukan untuk memberikan
perawatan terbaik bagi anak dengan kelainan alat gerak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa gerak adalah proses perpindahan
dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai tujuan.
1. memperbaiki dan mengembangkan fungsi anak
2. untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak
mampu bergerak untuk berpatisipasi dengan lingkunganya.
Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus diterima
oleh reseptor yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh syaraf-syaraf sensorik
menuju ke otak. Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan
yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak,
sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui
sumsum tulang belakang
Fisioterapi anak adalah penanganan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada anak mulai dari lahir dengan memaksimalkan potensi fisik anak yang bekerjasama
dengan orangtua, guru dan layanan keterapian lainnya. Berupa upaya promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, I. F. R. (2018). Konsep dasar gerakan literasi sekolah pada permendikbud nomor 23 tahun
2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Al-Bidayah: jurnal pendidikan dasar Islam, 10(1),
89-100.
Vanagosi, K. D. (2016). Konsep gerak dasar untuk anak usia dini. Jurnal Pendidikan Kesehatan
Rekreasi, 2(1), 72-79.
Afnida, A. (2017). Meningkatkan Pemahaman Konsep Arah Melalui Gerak dan Irama pada
Anak Tunagrahita Ringan Kelas D. III di SLB Al-Ishlaah Padang (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas II. C SLB Bina Bangsa Padang) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Padang).
Widati, S. (2013). Pengajaran bina diri dan bina gerak (BDBG).
Assjari, M., & Biasa, J. P. L. (2010). Program Khusus Untuk Tunadaksa (Bina Diri dan Bina
Gerak). In Makalah dalam Workshop Pengelolaan Program Kekhususan baagi Guru
SD/SMP/SMA/SMK penyelenggara Pendidikan Inklusif (pp. 1-4).
Widati, S., & Manusia, A. K. D. G. BINA GERAK BAGI ANAK YANG MENGALAMI KELAINAN
ALAT GERAK.L