Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR

PENGEMBANGAN GERAK

Dosen Pengampu : Drs. Ardisal, M.Pd

Penulis :

1. Adhitya Jarot : 23003222


2. Eka Trimurti : 23003237
3. Septia Nela Sari : 23003222
4. Nur Saidah : 23003263
5. Jihan Ramadhani : 23003248

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN LUAR BIASA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
dan hidayahnya rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikanmakalah ilmiah tentang “Konsep Konsep Dasar Pengembangan gerak” shalawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Rasullulah Muhammad SAW.
.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Teori dan Konsep Dasar
Pengembangan dan manfaatnya untuk dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gerak merupakan suatu yang sangat esensial bagi manusia. Perkembangan gerak
menggambarkan suatu fungsi persepsi senso-motorik, fungsi intelektual dan fungsi emosi
psikologis. Perkembangan gerak berjalan seiring dengan pertumbuhan gerak.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang tidak bisa dipisahkan
karena saling bergantung satu sama lainnya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
dan jumlah sel yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang berkaitan dengan peningkatan
fungsi gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan berbagai sistem dalam tubuh
dengan lingkungan.
Perkembangan motorik dimulai dari perkembangan motorik kasar, motorik halus,
termasuk keseimbangan. Individu yang mengalami gangguan dalam perkembangan
motorik kasar, akan ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan motorik.
Misalnya terlambat dalam perkembangan: tengkurap, merangkak, duduk, berdiri,
merembet, berjalan, berlari, jongkok, melompat, meloncat.
Keterlambatan individu dalam perkembangan motorik tersebut, memerlukan latihan atau
pembinaan. Pembinaan dimaksud kita kenal dengan layanan Bina Gerak. Dalam bidang
medis layanan tersebut merupakan bagian dari rehabilitasi medis yaitu Fisioterapi.
Materi, metoda dan model evaluasi mengacu kepada bidang kajian fisioterapi.
Layanan bina gerak dilingkungan sekolah khusus atau SLB diberikan oleh guru-guru
pendidikan kebutuhan khusus yang memiliki profesi melayani bina gerak dengan alasan
bahwa anak-anak yang mengalami gangguan gerak berada di sekolah luar biasa. Guru-
guru pendidikan kebutuhan khusus pada dasarnya telah dibekali oleh pengetahuan dan
keterampilan tentang tatalaksana bina gerak.
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru
yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap
individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu
tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami
gangguan pada otot, sendi, tulang, meliputi anak Folio Myelities, Crebral Palsy,
Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan jenis-jenis gangguan gerak lain, baik
yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis, congenital, atau gabungan dua atau
lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan tersebut pendidikannya
di sekolah khusus (SLB).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan
Inklusif, maka siswa yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di
sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina gerak yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai
dengan kesimpulan hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina gerak
sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah regular, fihak
sekolah dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga
dalam bidang bina-gerak bagi anak-anak yang mengalami gangguan gerak-motorik.
Kerjasama kemitraan dapat dilakukan dengan tenaga fisioterapist di klinik fisioterapi,
atau Rumah Sakit di bag. Instalasi Rehabilitasi Medis.

A. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian gerak ?
2. Bagaimana poses terjadinya gerak ?
3. Apa prinsip perkembangan gerak ?
4. Apa jenis-jenis gerak ?
5. Apa intervensi pada anak yang mengalami kelainan alat gerak ?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian gerak
2. Mengetahui poses terjadinya gerak
3. Mengetahui prinsip perkembangan gerak
4. Mengetahui jenis-jenis gerak
5. Mengetahui intervensi pada anak yang mengalami kelainan alat gerak
BAB II
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN GERAK

A. Konsep Dasar Gerak Manusia


1. Pengertian Gerak
Gerak adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain untuk
mencapai tujuan. Menurut Bergson (1981), gerak memerlukan waktu yang
dinamis. Karena itu, gerak tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Bergson
adalah seorang ahli filsafat Perancis, yang pada jamannya telah mengemukakan
sifat dinamis dari pada waktu. Menurutnya bahwa hidup merupakan suatu
rangkaian yang mengalir dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya, yakni dari
masa lampau ke masa sekarang dan dari masa sekarang bergulir menuju masa
yang akan datang. Perubahan-perubahan itu akan berjalan secara terus-menerus,
begitu pula terhadap jalan pikiran manusia yang mengikuti perubahan dari suatu
masa menuju ke masa yang lainnya sehingga secara berkesinambungan dapat
menciptakan sesuatu yang baru.

Boleh dikatakan bahwa pengertian tentang waktu ini mengandung


pengertian terhadap arti koordinasi dan integrasi. Hal tersebut akan terlihat
pada saat kita melakukan gerak, karena gerakan kita tidak akan terlepas dari
gerak yang sudah pernah kita alami sebelumnya dan apa yang kita hadapi
sekarang dan selanjutnya merupakan gerakan yang akan kita capai pada masa
mendatang. Gerak tidak bersifat materiil tetapi merupakan suatu bagan atau
skema yang dapat dimengerti oleh akal budi kita. Gerak manusia adalah suatu
proses yang melibatkan sebagian atau seluruh bagian tubuh dalam satu kesatuan
yang menghasilkan suatu gerak statis di tempat dan dinamis berpindah tempat.
(Ahmad Toha Muslim & Sugiarmin:1997)

2. Proses Terjadinya Gerak Manusia


Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus
diterima oleh reseptor yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh syaraf-
syaraf sensorik menuju ke otak. Stimulus tersebut diolah di otak, lalu memberikan
balikan melalui syaraf motorik ke alat-alat gerak atau efektor seperti otot, tulang,
dan sendi. Sehingga manusia dapat bergerak. Prosesnya dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Skema Gerak Sadar


Sumber : https://brainly.co.id/tugas/11812822

3. Prinsip-prinsip Perkembangan Gerak


Prinsip-prinsip perkembangan gerak dimulai dari bagian proksimalmenuju ke
bagian distal, misalnya kemampuan mengontrol gerakan kepala datang lebih
dahulu dibandingkan dengan kemampuan mengontrol gerakan badan, kemampuan
menggerakkan bahu lebih dahulu dibandingkan gerakan siku dan tangan.

Gambar 2.2 Proksimal Distal


Sumber : https://id.pinterest.com/pin/23503229280346175/
Dimulai dari sikap fleksi menuju sikap ekstensi. Misalnya bayi baru lahir pada
posisi telungkup sendi-sendi dalam keadaan fleksi, punggung melengkung. Umur tiga
bulan, kepala mulai terangkat ke arah ekstensi, pada umur 6 bulan ekstensi telah
sampai pada daerah tubuh.

4. Jenis-jenis Gerak Manusia


Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan yang
tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak,
sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui
sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya stimulus (rangsang): panas, dingin,
lapar, silau, dsb, diterima oleh reseptor, diteruskan ke sumsum tulang belakang,
menuju ke efektor, terjadilah gerakan yang tidak disadari (gerak refleks).

Gambar 2.3 contoh gerak sadar


Sumber : https://www.pelajaran.co.id/pengertian-mekanisme-dan-urutan-serta-contoh-
gerak-biasa-dan-gerak-refleks/

Gambar 2.4 contoh gerak sadar


Sumber : https://www.psychologymania.com/2012/04/gerak-refleks.html
Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan telentang, miring, tengkurep,
berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari. Selain gerakan
dasar, kita kenal gerak manipulatif dan gerak non-manipulatif. Gerakanmanipulatif
adalah gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya.
Misalnya: gerakan melempar atau throwing, menangkap atau catching and
collecting, menendang atau kicking, memukul atau punting, memantul-mantulkan
atau dribbling, melambungkan atau volleying, memukul dengan raket, memukul
dengan alat atau pemukul kayu.

Gambar 2.5 Contoh gerak manipulatif melempar bola


Sumber : https://www.kibrispdr.org/detail-13/contoh-gerak-
manipulatif.html

Sedangkan yang termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang


dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat. Contohnya:
gerakan membelok atau turning, berputar atau twisting, mengguling atau rolling,
mengatur keseimbangan tubuh atau balancing, perpindahan tempat atau
transferring weight, melompat dan mendarat atau jumping and landing,
meregangkan atau strectching, mengerut atau curting.
Gambar 2.6 contoh gerak non-manipulatif melompat
Sumber : https://materiipa.com/gerak-lokomotor

Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi:


a. Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.

b. Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam


bidang sagital.

Gambar 2.7 Contoh fleksi dan ekstensi


Sumber : https://brainly.co.id/tugas/23401481

c. Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan.


d. Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.
Gambar 2.8 Contoh fleksi dan ekstensi
Sumber : https://roboguru.ruangguru.com/forum/gerak-antagonis-pada-saat-
berolahraga-merentang-lengan-dan-mengembalikan-lengan-ke-
sisi_FRM-JMZTW42K

e. Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka(berputar


pada porosnya).

Gambar 2.9 Contoh gerak sirkduksi


Sumber : https://mipi.ai/result/solution/9-Perhatikan-gambar-berikut-llustrator-Rahmat-
Isnaini-a-Persend!a09810a6-62f0-434d-997d-3fca71ccfc9e

f. Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut diatas.

Gambar 2.10 Contoh gerak sirkumduksi


Sumber : https://suwekaprabhayoga.wordpress.com/2012/10/27/gerak-
anatomis/
Selanjutnya jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis
besarnya terdiri dari dua, yaitu:

a. Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyakotot.
Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.

b. Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot.Misalnya
gerakan menulis, menggambar, makan, minum.

B. INTERVENSI PADA ANAK YANG MENGALAMI KELAINAN ALATGERAK

1. Pengertian Kelainan Alat Gerak


Kelainan alat gerak adalah kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari
otot, tulang, syaraf, serta pembuluh darah dan kelainan pola gerak akibat kelainan
dari komponen tersebut yang dapat terjadi secara bawaan dan akibat sakit atau
trauma ruda paksa. Contohnya:

a. Kelainan alat gerak akibat penyakit Polio, otot menjadi layuh dan kecil.
Akibatnya, jalan menjadi timpang, atau jalannya diseret karena tidak dapat melangkah
untuk mengangkat kakinya. Mengalami kesulitan untuk duduk, berdiri, berjalan, dan
menggunakan tangannya.

Gambar 2.11 Polio


Sumber : https://ciqal.or.id/polio-poliomielitis/

b. Kelainan alat gerak akibat penyakit otot (Muscle Dystrophy), ototnya tidak dapat
berkembang, kelumpuhan pada sekelompok otot yang sifatnya progresif.
Akibatnya gerakannya menjadi lambat, aktivitasnya semakin mundur, dan
akhirnya tidak dapat berjalan. Tulang punggungnya dapat membengkok ke
samping kiri atau ke kanan, dan atau membungkuk.
Gambar 2.12 Polio
Sumber : https://casereports.bmj.com/content/2014/bcr-2014-205296

c. Kelainan alat gerak akibat Spina Bifida (kelainan pada satu atau tiga ruas tulang
belakang yang terbuka), fungsi jaringan syaraf terganggu dan menjadi lumpuh.
Akibatnya mengalami kesulitan dalam berjalan.

Gambar 2.13 Spina bifina


Sumber : https://www.ayobantu.com/campaign/BantuAzzam

d. Kelainan alat gerak akibat Cerebral Palsy, otot mula-mula lembek selanjutnya
berkembang menjadi tegang (spastik). Akibatnya jalan menggunting (Scissor gait),
dan telapak kakinya jinjit. Tangan mengepal, akibatnya sulit melakukan aktivitas yang
menggunakan tangan seperti makan-minum, menulis, menggambar dan sebagainya.
Gambar 2.14 Celebral Palsy
Sumber : https://herminahospitals.com/id/articles/cerebral-palsy.html
e. Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsí kaki menjadi terhambat
untuk melakukan mobilisási jalan.

Gambar 2.15 Amputasi


Sumber : https://www.carevo.id/apa-itu-amputasi/

f. Kelainan alat gerak bawaan sejak lahir. Misalnya tidak punya tangan, akibatnya
fungsí tangan menjadi terhambat untuk melakukan kegiatan hidupseharí-hari.

Gambar 2.16 Plaatfoot/kaki datar


Sumber : https://www.husadautamahospital.com/artikel_199.php
2. Intervensi pada Anak yang Mengalami Kelainan Alat Gerak
Secara umum, intervensi merupakan setiap tindakan yang bertujuan untuk
menginterupsi, menghentikan dan memodifikasi suatu proses, berupa treatment
yang dilakukan untuk menghentikan, mengelola, atau mengubah jalannya proses
patologis suatu penyakit atau gangguan (APA, 2020).
Intervensi pada ABK adalah penanganan/layanan terhadap anak yang
mengalami resiko hambatan dalam aspek motorik, komunikasi dan Bahasa, sosial
emosi, kognisi, dan persepsi sensori (Kemdikbudristek, 2021).
Intervensi pada anak yang mengalamai kelainan alat gerak adalah bentuk
layanan/penanganan yang diberikan untuk anak yang memiliki hambatan dalam fisik
dan motoriknya. Intervensi pada anak dengan kelainan alat gerak dapat bervariasi
tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kelainan tersebut. Tujuan utama dari
intervensi adalah untuk membantu anak mencapai potensi maksimalnya dalam hal
fungsi fisik, kemandirian, dan partisipasi dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat dua model intervensi :
a. Intervensi medikal, berupa intervensi hambatan perkembangan yang dialami
anak meggunakan pendekatan medis.
b. Intervensi sosial, berupa intervensi dengan menciptakan dan merekayasa
lingkungan untuk membantu hambatan perkembangan yang dialami anak.
Kedua model ini harus dikolaborasikan dalam memberikan intervensi.
Pelaksanaan intervensi dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok, hal
ini disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak.
Adapun rancangan intervensi yang dapat dilakukan terbagi dari:
a. Intervensi Berorientasi Individu
1. Evaluasi Medis dan Diagnostik:
Anak dengan kelainan alat gerak harus menjalani evaluasi medis dan
diagnostik oleh tim perawatan kesehatan yang berpengalaman. Ini dapat
mencakup pemeriksaan fisik, pencitraan seperti X-ray atau MRI, dan tes
lainnya untuk mengidentifikasi sumber masalah.
2. Terapi Fisik (Fisioterapi)
Fisioterapi anak adalah penanganan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada anak mulai dari lahir dengan memaksimalkan potensi
fisik anak yang bekerjasama dengan orangtua, guru dan layanan keterapian
lainnya. Berupa upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai
dengan usia dan kebutuhannya. Anak yang mengalami keterbatasan fisik,
mengalami hambatan ketika melakukan aktivitas dan relasi sosial dalam
berpartisipasi dengan anak lainnya. Misalnya mengalami gangguan
perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi akan banyak
menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.
Terapi fisik merupakan bagian penting dari perawatan anak dengan
kelainan alat gerak. Terapis fisik akan merancang program latihan yang sesuai
untuk meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan mobilitas anak. Terapi
fisik juga dapat membantu dalam mengurangi nyeri.
Bentuk adaptasi intervensi fisioterapi di sekolah antara lain aktivitas
motorik yang di dalamnya terdapat unsur aktifitas seperti berguling,
merangkak, berjongkok, berjalan, berdiri, berlari, memanjat dan berbagai
aktifitas fisik yang menyenangkan sebagai bagian dari kegiatan aktivitas
motorik di sekolah.

Gambar 2.17: Ruang fisioterapi SLB G-AB Helen Keller Indonesia


https://slbhelenkellerindonesia.sch.id/fasilitas/ruang-fisioterapi/
3. Terapi Wicara
Salah satu kondisi kebutuhan khusus pada anak adalah adanya
hambatan dalam bicara dan bahasa, termasuk juga hambatan fungsi oral
motornya, seperti : anak masih sering mengeluarkan air liur (ngeces), belum
dapat mengunyah dan menelan makanan dengan baik. Kadang-kadang
bicaranya cukup berkembang namun tidak mampu menggunakannya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Terapi diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan oral fungsi yang berguna pada proses makan,
minum, dan lainnya.
Bentuk adaptasi intervensi terapi wicara di sekolah yang dpat
dikembangkan antara lain seperti merangsang anak memproduksi suara,
misalnya menyampaikan pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat
atau sederhana, merasakan berbagai pengalaman makanan dengan beragam
tekstur (lembut-keras, padat-lunak, cair-kenyal) dan merasakan suhu (hangat,
dingin, segar) sehingga dapat melatih kepekaan oral motorik anak pada saat
makan dan mengunyah, senam wajah, bernyanyi bersama. Aktifitas
menggosok gigi, tersenyum, mencucu, menggembungkan pipi, meniup balon,
minum dengan sedotan, mengisap, menyembur, berkumur, dan lain-lain.

Gambar 2.18 Meniup gelembung


https://generos.id/5-ide-mainan-untuk-anak-speech-delay/

4. Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dalam mengarahkan partisipasi
seseorang melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan dan
mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam tahap
penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan derajat
kesehatan (Budiman & Siahan, 2003).
Anak dengan keterlambatan dalam perkembangan motorik halus
gerak geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil
dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan ke mulutnya, dan menggosok gigi saat mandi. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya
dengan benar.
Bentuk adaptasi intervensi okupasi di sekolah antara lain seperti
mengikat tali sepatu, kegiatan sikat gigi, meronce, menjelujur, mencoret-
coret, menjimpit, makan sendiri, dan lain-lain.

Gambar 2.19 Menjimpit


https://slbcendana-duri.ypcriau.or.id/23/06/2020/16674/

5. Snoezelen
Snoezelen merupakan metode terapi multisensoris. Terapi ini
diberikan kepada anak yang mengalami gangguan motorik, misalnya anak
yang mengalami keterlambatan berjalan. Ruangan snoezelen biasanya
dilengkapi dengan buble tube yang berisikan air untuk menstimulasikan anak
melalui gelembung air, permainan cahaya, lampu fiber optik yang aman
dipegang, bean bag beraneka ukuran dan bentuk untuk menstimulasi system
taktil pada anak, sistem audio dengan suara yang jernih serta aroma terapi.
Gambar 2.20 Ruang Snoezolen
Sumber : https://www.pelangiinsani.com/gallery/

Bentuk adaptasi intervensi snoezelen yang dapat dilakukan di sekolah


antara lain pemahaman dan pengalaman terhadap tekstur (kasar-halus,
tebal-tipis, lembut-keras) yang berbeda-beda, aromatherapy, pencahayaan.

6. Konseling Psikologis
Anak dengan kelainan alat gerak mungkin mengalami stres,
kecemasan, atau masalah emosional lainnya. Konseling psikologis dapat
membantu anak dalam mengatasi masalah ini.

7. Perangkat Bantu
Terkadang, anak mungkin memerlukan perangkat bantu seperti kursi
roda, kaki palsu, atau alat bantu lainnya untuk membantu mobilitas mereka.

8. Edukasi Keluarga:
Penting untuk melibatkan keluarga dalam proses intervensi. Keluarga
harus diberikan edukasi tentang kondisi anak dan bagaimana mereka dapat
mendukung perkembangan dan perawatan anak.

9. Perawatan Medis:
Beberapa kelainan alat gerak mungkin memerlukan perawatan medis
yang lebih intensif, seperti operasi atau terapi obat.

b. Intervensi berorientasi Lingkungan


Menekankan pada program habituasi dan pendampingan guru kepada anak
dengan berupa Terapi Bermain (Playing therapeutic). Bermain dengan teman sebaya
berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi sosial.

Gambar 2.21 Ruang Snoezolen


Sumber : https://www.deparenting.com/gerakan-indonesia-bermain-terapi-
bermain-anak-berkebutuhan-khusus/

Setiap anak adalah individu yang unik, sehingga intervensi harus dipersonalisasi sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Pekerjaan tim multidisiplin yang melibatkan
dokter, terapis, dan spesialis lainnya seringkali diperlukan untuk memberikan
perawatan terbaik bagi anak dengan kelainan alat gerak.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa gerak adalah proses perpindahan
dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai tujuan.
1. memperbaiki dan mengembangkan fungsi anak
2. untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak
mampu bergerak untuk berpatisipasi dengan lingkunganya.
Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus diterima
oleh reseptor yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh syaraf-syaraf sensorik
menuju ke otak. Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan
yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak,
sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui
sumsum tulang belakang
Fisioterapi anak adalah penanganan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada anak mulai dari lahir dengan memaksimalkan potensi fisik anak yang bekerjasama
dengan orangtua, guru dan layanan keterapian lainnya. Berupa upaya promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, I. F. R. (2018). Konsep dasar gerakan literasi sekolah pada permendikbud nomor 23 tahun
2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Al-Bidayah: jurnal pendidikan dasar Islam, 10(1),
89-100.
Vanagosi, K. D. (2016). Konsep gerak dasar untuk anak usia dini. Jurnal Pendidikan Kesehatan
Rekreasi, 2(1), 72-79.
Afnida, A. (2017). Meningkatkan Pemahaman Konsep Arah Melalui Gerak dan Irama pada
Anak Tunagrahita Ringan Kelas D. III di SLB Al-Ishlaah Padang (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas II. C SLB Bina Bangsa Padang) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Padang).
Widati, S. (2013). Pengajaran bina diri dan bina gerak (BDBG).
Assjari, M., & Biasa, J. P. L. (2010). Program Khusus Untuk Tunadaksa (Bina Diri dan Bina
Gerak). In Makalah dalam Workshop Pengelolaan Program Kekhususan baagi Guru
SD/SMP/SMA/SMK penyelenggara Pendidikan Inklusif (pp. 1-4).
Widati, S., & Manusia, A. K. D. G. BINA GERAK BAGI ANAK YANG MENGALAMI KELAINAN
ALAT GERAK.L

Anda mungkin juga menyukai