Anda di halaman 1dari 25

Tugas Pribadi

Rabu/ 3 Maret 2021

MAKALAH
PENGEMBANGAN ASSESMENT PEMBELAJARAN FISIKA
“Validitas dan Reliabilitas”

OLEH :

Silvia Agustin (20175015)

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M. S
Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Validitas dan
Reliabilitas”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW
karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam yang penuh dengan kejahilan
menuju alam yang penuh dengan keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya
dosen pembimbing mata kuliah pengembangan assesment pembelajaran fisika, Ibu Prof. Dr.
Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Fatni Mufit S.Pd, M.Si.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.

Padang, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................2
E. Landasan Agama ..............................................................................2
F. Landasan Yuridis ..............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ..........................................................................6
A. Validitas ...........................................................................................6
1. Pengertian Validitas ......................................................................6
2. Bentuk Validitas ...........................................................................6
3. Jenis-Jenis Validitas .....................................................................9
3. Faktor-Faktor Validitas ..............................................................10
B. Reliabilitas......................................................................................11
1. Pengertian Reliabilitas ................................................................11
2. Jenis-Jenis Reliabilitas................................................................11
3. Faktor-Faktor Relibilitas.............................................................15
BAB III PEMBAHASAN .........................................................................................16
A. Matriks Perbedaan Validitas dan Reliabilitas.................................16
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................18
A. Kesimpulan ....................................................................................18
B. Saran ...............................................................................................18
C. Pertanyaan-Pertanyaan ...................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Matriks Perbedaan Validitas dan Reliabilitas ......................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan proses penilaian pendidikan secara keseluruhan yang mencakup
segala ketercapaian Satuan Pendidikan, yang menghasilkan keberhasilan usaha yang
ditempuh sesuai dengan tujuan Pendidikan. Dimana dapat menghasilkan output selaras
dengan bidang yang dipelajari. Salah satu bentuk evaluasi Pendidikan yang bersifat konkrit
dan numerikal dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh melalui
penilaian. Penilaian diperoleh berdasarkan pada kemampuan proses, nilai dan pengetahuan,
serta kemampuan menilai sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa, penilaian merupakan bagian
dari bentuk evaluasi.
Validitas dan reliabilitas adalah dua istilah yang banyak digunakan dalam evaluasi
Pendidikan, terutama dalam masalah tes. Validitas tes secara umum diartikan sebagai sah
atau benarnya suatu tes, sedangkan Reliabilitas tes diartikan sebagai tetapnya suatu tes.
Validitas dan reliabilitas tes mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Dalam buku dasar-dasar
evaluasi Pendidikan karya Suharsimi Arikuto, tes yang baik adalah memiliki validitas dan
reliabilitas. Jadi jika tes tidak mengandung kedua sifat tersebut maka hasil dari tes dapat
dikatakan kurang sesuai atau tidak sah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan validitas ?
2. Apa saja jenis-jenis validitas ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi validitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas ?
5. Apa saja jenis-jenis reliabilitas ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan validitas.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis validitas.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi validitas.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan reliabilitas.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis reliabilitas.

1
6. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas.

D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Bagi penulis, dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan dan memenuhi
persyaratan mengikuti mata kuliah pengembangan assessment pembelajaran fisika.
2. Bagi pembaca untuk menambah tentang validitas dan reliabilitas.

E. Landasan Agama
Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW.
Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat
tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah yang
gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuan, menjadi
terang benderang.

Artinya : “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al Alaq :1-5)
Ayat pertama dari surat Al-Alaq yaitu Iqra’ yang artinya bacalah, yang menjadi tiang
awal bagi peradaban ilmu pengetahuan. Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan
sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca ‘buku’ dunia. Seperti
membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain.
Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk belajar dengan mencari ilmu pengetahuan
serta menjauhkan diri kita dari kebodohan. Dalam meningkatkan ilmu pengetahuan,
diperlukan suatu bahan bacaan yang sesuai dengan apa yang ingin dipelajarinya salah satunya
yaitu bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar, suatu proses belajar mengajar dalam memahami
pembelajaran akan tercapai dengan baik. Seperti halnya firman Allah dalam Q.S Al-Maidah
ayat 46 yang berbunyi:

2
Artinya : “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi),
dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”.
Berdasarkan Q.S Al-Maidah ayat 46 dapat diketahui bahwa Al-Qur’an diturunkan
sebagai penyempurna kitab-kitab yang sebelumnya. Al-Qur’an berisi petunjuk dan pedoman
bagi umat islam. Sama halnya dengan bahan ajar, bahan ajar diharapkan mampu menjadi
pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik dan benar.
Dalam pembelajaran, bahan ajar juga dijadikan sebagai sumber atau sarana pendukung
dalam pembelajaran. Dengan adanya sumber pendukung yang baik dan dipelajari dengan
baik, maka diharapkan terjadinya peningkatan ilmu pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai
dengan Firman Allah dalam Q.S Thoha ayat 114 yang berbunyi:

Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan jangnlah kamu
tergesa-gesa mambaca Al qur’an sebelum di sempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
katakanlah:” Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadu ilmu pengetahuan”.
Berdasarkan Q.S Thoha ayat 114 dapat dijelaskan bahwa Al-Qur’an yang dipelajari
dengan baik dan benar akan disempurnakan oleh Allah ilmunya baik dari segi bacaan
maupun tajwidnya. Begitu pula dengan bahan ajar yang baik jika dipelajari dengan sungguh-
sungguh dan benar akan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan yang tidak diketahui
sebelumnya.
Dalam pembelajaran diperlukan bahan ajar untuk membantu siswa dalam belajar yang
digunakan sebagai pedoman belajar. Bahan ajar dalam pembelajaran sama halnya dengan
kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada nabi sebagai pedoman umat manusia dalam
menjalankan kehidupan yang baik yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Hal ini terdapat
di dalam surat Shod ayat 29.

3
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran”. (QS.Shod : 29)
Kitab-kitab sebagai pedoman hidup manusia juga terdapat dalam surat Luqman ayat 1-5.

Artinya : “1. Alif laam Miim. 2. Inilah ayat-ayat Al-Quran yang mengandung hikmat, 3.
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, 4. (yaitu) orang-
orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri
akhirat. 5. mereka Itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (WS.Luqman : 1-5)
Surat Luqman ayat 1-5 bermakna Allah SWT telah menurunkan Al-quran sebagai
petunjuk dan rahmat kepada manusia sebagai pedoman melaksanakan kehidupan didunia.
Orang-orang yang memperbaiki amalnya dengan mengikuti syariat, lalu mereka mendirikan
shalat yang wajib dengan batas-batasnya, waktu-waktunya serta shalat-shalat yang
mengiringinya. Merekapun menunaikan zakat yang wajib bagi orang-orang yang berhak
menerimanya.
Hal ini juga serupa dengan bahan ajar cetak yang sudah ada ataupun dirancang sendiri
oleh guru untuk memberikan petunjuk belajar bagi siswa-siswanya. Bahan ajar juga dapat
digunakan oleh siswa untuk memperdalam materi sehingga mereka dapat mengamalkan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap siswa diharapkan memperdalam ilmunya
sehingga dapat di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bermanfaat bagi banyak
orang. Hal ini juga terdapat dalam surat At-taubah ayat 122.

4
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”(QS.At-taubah :
122)
Berdasarkan surat At-taubah ayat 122 diketahui bahwa menuntut ilmu itu penting. Ilmu
yang didapatkan sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain serta bagi negara
kita. Hal ini menadakan bahwa sangat diperlukan generasi yang berilmu dan berakhlak untuk
membangun suatu bangsa. Salah satu caranya adalah menggunakan bahan ajar sebagai sarana
dalam pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan siswa.

F. Landasan Yuridis
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 3, sistem pendidikan nasional
adalah keseuruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Hal ini bertujuan supaya tiap- tiap warga negara memperoleh
sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar. Kemampuan dasar tersebut
meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional guru sebagai fasilitator harus inovatif dalam
proses pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat bahan ajar.
Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan non cetak.

Untuk memudahkan guru dalam menyajikan materi ajar dalam proses pembelajaran dan
memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, guru perlu mengorganisasikan materi ajar
yang telah dikembangkan ke dalam bahan ajar. Kemampuan guru dalam mengembangkan
bahan ajar terkait dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional seperti yang
tercantum dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru bagian B. Guru sebagai pendidik profesional diharapkan
memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan mekanisme yang ada
dengan memperhatikan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Validitas
1. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya.
1) Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur (Supranata: 2004)
2) Validitas didefinisikan sebagai seberapa cermat suatu alat ukur melakukan
fungsi ukurnya (American Psychological Association, 1999)
3) Validitas merupakan derajad sejauh mana tes mengukur apa yang ingin
diukur (Borg dan Gall, 1983).
4) Validitas berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan
hasil pengukuran peserta didik (Nitko, 1996).
Pengertian sahih (valid) mencakup dua konsep yakni: (1) jitu, dan (2) teliti ( Hadi,
1979). Jitu disebut juga tepat, mengandung arti alat ukur yang mengukur sesuatu
sesuai dengan sasarannya. Timbangan jitu atau tepat untuk mengukur berat bukan
untuk mengukur panjang. Meteran tepat untuk mengukur panjang bukan untuk
mengkur suhu. Teliti disebut juga seksama atau cermat. Dalam pengukuran
mengandung makna jika alat ukur itu mempunyai kemampuan secara teliti
menunjukkan besar kecilnya gejala atau bagian gejala sesuatu yang diukur. Benda
yang panjangnya 5 meter ditunjukkan oleh alat ukur itu sepanjang 5 meter, bukan
4 meter bulan pula 6 meter Jadi validitas ialah tingkat di mana dengan
sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang hendak diukur.

2. Bentuk Validitas
Terdapat tiga jenis validitas, yaitu :
a. Validitas Isi
Validitas ini sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuan dari
validitas isi adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi
pelajaran yang telah disampaikan dan perubahan psikologis yang terjadi pada

6
siswa tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Validitas isi
sering disebut juga sebagai validitas kurikuler dan validitas perumusan.
Validitas kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes
relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Pertanyaan ini muncul
akibat sering terjadi materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek yang akan
diukur ( aspek kognitif, afektif dan psikomotorik). Dengan validitas kurikuler
ini, diharapkan timbul ketelitian yang jelas dan totalitas dengan menejelajahi
semua aspek yang tercakup dalam kisi-kisi dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang bersangkutan. Adapun cara yang dapat dilakukan
untuk validitas kurikuler antara lain dengan mencocokkan materi tes dengan
silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesame guru atau mencermati
kembali substansi dari konsep yang akan diukur.
Validitas perumusan berkenaan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek
dalam soal betul-betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak
diukur.

b. Validitas Empiris
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistic yaitu analisis
korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor
tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur diluar tes
yang bersangkutan tetapi kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan
diukur.
Anastasi dalam Conny Semiawan Stamboel (1986) menyatakan ada 8
kriteria sebagai bahan bandingan untuk merumuskan apa yang hendak
diselidiki oleh suatu tes, yaitu:
1) Diferensiasi umur
Kriteria yang paling utama dalam validitas tes inteligensi adalah umur.
Kebanyakan tes inteligensi baik yang dipakai disekolah maupun tes
prasekolah senantiasa dibandingkan dengan umur kronologis untuk
memnetukan apakah angka akan bertambah dengan bertambahnya umur.
2) Kemajuan akademis
Pada umumnya tes inteligensi divalidkan dengan kemajuan akademis.
Dapat dikatakan bahwa makin normal makin lama seseorang belajar

7
disekolah, makin tinggi pendidikannya maka makin tinggi pula kemajuan
akademisnya.
3) Kriteria dalam pelaksaan latihan khusus
Corak kriteria dalam pengembangan tes bakat khusus didasarkan atas
prestasi dalam latihan tertentu secara khusus. Beberapa tes bakat profesi
telah divalidkan dengan tes hasil belajar dalam bidang-bidang tertentu.
4) Kriteria dalam pelaksanaan kerja
Dalam validitas tes kepribadian dan validitas tes bakat khusus banyak
digunakan kriteria yang didasarkan atas kinerja dalam pelaksanaan kerja.
Mengingat setiap pekerjaan memiliki kekhasan sendiri dan berbeda-beda
tingkat, bentuk, maupun coraknya. Untuk itu setiap pekerjaan diciptakan
tes yang terkenal dengan istilah tailor-made test.
5) Penilaian
Penilaian disini adalah teknik untuk memperoleh informasi tentang
kemajuan belajar peserta didik disekolah. Selain itu, mencekup pekerjaan
yang memerlukan latihan khusus ataupun sukses dalam penilaian pribadi
oleh seorang pengamat terhadap berbagai fungsi psikologis.
6) Kelompok yang dipertentangkan
Konsep validitas ini menyelidiki pengaruh kehidupan sehari-hari yang tak
disengaja . kriteria ini didasarkan atas kelebihan satu kelompok tertentu
yang dihadapkan dengan kelompok lain dalam menjalankan tes tertentu.
7) Korelasi dengan tes lain
Korelasi dengan tes lain yaitu melihat perbandingan antara tes baru dengan
tes lama untuk menyelidiki perilaku yang sama.
8) Konsistensi internal
Konsistensi internal yaitu skor total yang diperoleh siswa dalam suatu tes,
kriteria ini terutama digunakan dalam tes kepribadian, kadang-kadang juga
digunakan untuk percobaan tes dalam dua kelompok.
c. Validitas Konstruk
Konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan dapat diukur.
Validitas konstruk sering disebut validitas logis. Validitas ini berkenaan
dengan pertanyaan hingga mana suatu tes benar-benar dapat mengobservasi
dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku siswa
yang akan diukur oleh tes tersebut. Validitas konstruk biasa digunakan dalam
8
tes-tes psikologis untuk mengukur gejala perilaku yang abstrak, seperti
kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap, minat, motivasi, dan lain-lain.

3. Jenis-Jenis Validitas
a. Validitas Tes
Validitas tes adalah kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Allen & Yen, 1979). Messick (1989) menjelaskan bahwa
validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan
empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan
kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Menurut Messick (1993) bahwa validitas
secara tradisional terdiri atas: (1) validitas isi, (2) validitas criterion‐related, (3)
valitidas prediktif, (4) validitas serentak (concurrent), dan (5) validitas konstruk.
Sedangkan menurut Oosterhof (1990:23) tipe validitas adalah validitas: (1)
content, (2) criterion, dan (3) construction. Namun secara umum semua jenis
validitas itu bagian dari validitas logis dan validitas empiris.
b. Validitas Butir
Validitas butir dari suatu tes adalah, ketepatan mengukur yang dimiliki oleh
sebutir soal (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sabagai suatu
totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut.
Validitas butir tes dapat ditentukan dengan rumus korelasi. Jika datanya
berbentuk polytomi, sebaiknya menggunakan korelasi Product Moment dengan
rumus berikut:
N  XY − ( X )( Y )
r xy =
N  X − ( X ) N Y − ( Y ) 
2 2 2 2

dengan

r xy
: koefisien korelasi product moment

X : skor tiap pertanyaan/ item


Y : skor total
N : jumlah responden
Jika data yang berbentuk dikotomi, sebaiknya menggunakan teknik Korelasi
Point Biserial, dengan rumus sebagai berikut:

M −Mt p
r bis =
p

SD q

9
dengan:

r = koefisien korelasi point biserial


bis

M p = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi butir yang dicari

validitasnya

M t
= rerata skor total

SD = standar deviasi dari skor total


p = proporsi siswa yang menjawab betul (banyaknya siswa yang menjawab betul
dibagi dengan jumlah seluruh siswa)
q = proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 – p)

4. Faktor-faktor Validitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi yang tidak valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya,
yaitu faktor internal dari tes dan faktor eksternal.
a) Faktor internal
1) Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat
mengurangi validitas tes.
2) Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi tidak terlalu
sulit.
3) Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang
diterima siswa.
4) Waktu yang dialokasikan tidak tepat.
5) Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili soal.
6) Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi oleh siswa.
b) Faktor eksternal
1) Waktu pengerjaan tidak cukup, sehingga siswa dalam memberikan
jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
2) Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa
yang belajar dengan melakukan kecurangan.
3) Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua
siswa.
4) Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.

10
5) Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item
tes yang diberikan.

B. Reliabilitas
1. Pengertian Reliabilitas
Reliability berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya
dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Tes
dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang
relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas.
1) Reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang
diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan
pengukuran ulang (Thorndike dan Hagen, 1977)
2) Reliabilitas adalah konsisten atau keajegan atau ketetapan dari nilai yang
diperoleh dari tiap individu yang sama manakala diadakan tes ulang dengan tes
yang sama pada waktu yang berbeda atau dengan butir soal yang sejenis
(Anastasia dan Urbina, 1997).
3) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya (Suryabrata, 2004)
4) Reliabilitas suatu tes adalah kesesuaian antara dua upaya yang dilakukan untuk
mengukur trait yang sama melalui metode yang sangat serupa (Bachman,
1990),
5) Reliabilitas merupakan derajat keajegan (consistency) di antara dua buah hasil
pengukuran pada objek yang sama (Mehrens & Lehmann, 1984).
Jadi, Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan atau keajegan. Artinya
suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur berulang-
ulang hasilnya sama. Kegunaan reliabilitas adalah untuk mengetahui atau
menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan
kesempatan yang berbeda.

2. Jenis-jenis Reliabilitas
Menurut perhitungan product-moment dari Pearson, ada tiga macam yaitu :
a. Koefisien Stabilitas
Koefisien stabilitas adalah jenis reliabilitas yang menggunakan teknik
test and retest, yakni memberikan tes kepada sekelompok individu, lalu

11
diadakan pengulangan tes kepada kelompok yang sama dengan waktu yang
berbeda. Cara memperoleh koefisien stabilitas adalah dengan mengorelasikan
hasil tes pertama dengan hasil tes kedua dari kelompok yang sama, tes yang
sama, namun pada waktu yang berbeda.
Jika antara waktu tes pertama dan tes kedua cukup lama, lalu diadakan
latihan-latihan tambahan, maka bisa jadi nilai tes yang kedua akan lebih besar
daripada tes yang pertama. Sebaliknya, jika antara waktu tes pertama dengan
tes kedua relative pendek, maka nilai tes kedua bisa jadi sama atau lebih besar
daripada tes pertama, sebab soal dan jawaban masih dapat diingat.
b. Koefisien Ekuivalen
Koefisien ekuivalen adalah jika mengorelasikan dua buah tes yang
paralel pada kelompok dan waktu yang sama. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi kedua tes adalah kriteria yang sudah dipakai pada kedua tes sama.
Masing-masing tes dikonsrtuksikan tersendiri, jumlah item, isi, dan corak yang
sama, tingkat kesukarannya sama, petunjuk waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tes, dan contoh-contoh yang sama.
c. Koefisien Konsistensi Internal
Koefisien konsistensi internal adalah reliabilitas yang didapat dengan
cara mengorelasikan dua buah tes dari kelompok yang sama, tetapi diambil
dari butir-butir yang bernomor genap untuk tes yang pertama butir-butir yang
bernomor ganjil untuk tes yang kedua. Teknik ini juga disebut dengan split-
half method. Split-half adalah tes yang dibagi menjadi dua bagian yang sama,
kemudian mengorelasikan butir soal yang bernomor ganjil dalam belahan
pertama (X) dan yang bernomor genap dalam belahan kedua (Y). Untuk
menghitung koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi
internal dapat digunakan analisi korelasi seperti pada pengujian validitas.

Dalam menentukan reliabilitas suatu tes dengan menggunakan teknik belah dua,
dilakukan dengan cara membelah tes tersebut menjadi dua bagian yang sama (relative
sama), sehingga masing–masing peserta tes memiliki dua macam skor. Kedua macam
skor itu adalah skor untuk bagian (belahan) pertama dan kelompok skor untuk belahan
kedua dari tes tadi. Dengan demikian ada dua kelompok skor untuk sekelompok peserta
tes. Karena kedua belahan harus sama, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi

12
untuk teknik belah dua ini adalah banyaknya butir soal dalam tes tersebut harus genap,
supaya kedua bagian itu banyaknya butir soal sama.
Pengolahan data dari angket yang telah diisi validator dilakukan secara statistik.
Dalam Basrowi (2012) dijelaskan bahwa terdapat tiga metode yang dapat digunakan
menghitung besarnya reliabilitas. Yaitu : metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan
metode belah dua atau split – half method.
1. Metode bentuk paralel (equivalent)
Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan
tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir soalnya berbeda. Metode ini dikenal juga
dengan double test double trial method. Dengan metode ini, peneliti harus menyiapkan
dua buah tes yang masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Hasil
dari kedua tes ini dikorelasikan. Sehingga hasil tes yang memiliki koefisien tinggi
adalah instrumen yang reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen yang teruji.
2. Metode tes ulang (test-retest method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu seri tes, tetapi
dicobakan dua kali.oleh karena itu tes ini disebut juga single-test-double trial method.
Hasil dari kedua tes ini kemudian dihitung korelasinya. Metode ini kurang efektif
dilaksanakan. Apabila pelaksanaannya dalam rentang waktu singkat, rata-rata siswa
akan dapat mengingat soal yang telah diujikan sebelumnya. Namun jika tenggang
waktunya terlalu lama, maka kondisi pengetahuan siswa juga akan berbeda. Hal ini
pastinya akan mempengaruhi reliabilitas instrumen.
3. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu kali melakukan tes.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini nilai korelasi antara dua
belahan data belum berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data disini maksudnya
adalah membagi item atau butir soal, bukan peserta tes atau siswa. Untuk mengetahui
nilai keseluruhan, digunakan rumus Spearman-Brown, yaitu :

Keterangan :
= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

13
Ada dua cara pembelahan butir soal, yaitu : pembelahan ganjil genap dan
pembelahan awal akhir (Basrowi, 2012).
(1) Pembelahan genap-ganjil, Pada metode ini, peneliti membagi item soal menjadi dua
yaitu kelompok soal bernomor genap dan ganjil. Misalkan kelompok ganjil dengan
X dan kelompok genap dengan Y. Pengolahan data dilanjutkan dengan menghitung
korelasi product moment dengan angka kasar untuk mengetahui nilai reliabilitas
separo tes. Nilai reliabilitas seluruh tes kemudian dihitung dengan rumus
Spearman–Brown.
(2) Pembelahan awal-akhir, Sama halnya dengan metode pembelahan ganjil -genap,
pengolahan data dalam metode ini diawali dengan menghitung reliabilitas untuk
separo tes dengan korelasi product moment. Kemudian diteruskan dengan Rumus
Spearman-Brown untuk reliabilitas seluruh tes. Setelah menggunakan rumus
korelasi product moment, dua orang ahli mengajukan rumus lain. Flanagan
menemukan rumus yang perhitungannya menggunakan pembelahan ganjil–genap,
sedangkan Rulon menggunakan pembelahan awal–akhir.
Rumus Flanagan

Keterangan :
= reliabilitas tes
= varians belahan pertama (1), dalam hal ini varian item ganjil
= varians belahan kedua (2), dalam hal ini varian item genap
= varians skor total
Rumus Rulon

Keterangan :
= varians beda (varians difference)

Syarat kedua metode pembelahan di atas adalah banyaknya item harus genap
sehingga dapat dibelah dan kedua belahan data seimbang. Untuk mengatasi kesulitan ini,
maka reliabilitas dapat dicari dengan rumus Kuder dan Richardson. (Basrowi, 2012)
Rumus yang digunakan adalah KR-20 dan KR-21.
Selain rumus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, masih ada satu ahli
yang merumuskan cara untuk menghitung reliabilitas, yaitu Hoyt. Rumus Hoyt yaitu :

14
atau

Keterangan :
r11 = reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden
Vs = varians sisa

3. Faktor-faktor Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008: 51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh
waktu penyelenggaran tes-retest. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu
jauh akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi reliabilitas instrumen evaluasi, diantaranya sebagai berikut :
a) Panjang Tes
Jika semakin Panjang suatu tes evaluasi, maka semakin banyak item materi
pembelajaran yang diukur.
b) Penyebaran Skor
Koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam
kelompok siswa yang diukur. Jika semakin tinggi sebaran, maka semakin tinggi
estimasi koefisien reliabel.
c) Kesulitan Tes
Tes nurmatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, akan cenderung
menghasilkan skor reliabilitas yang rendah.
d) Objektivitas
Objektivitas dimaksudkan yaitu mengenai derajat dimana siswa dengan
kompetensi sama akan mencapai hasil yang sama.

15
16

BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Perbedaan Validitas dan Reliabilitas
Tabel 1. Matriks Perbedaan Validitas dan Reliabilitas
Aspek Validitas Reliabilitas

Pengertian 1. Validitas adalah suatu 1. Reliabilitas berhubungan


konsep yang berkaitan dengan akurasi instrumen
dengan sejauh mana tes dalam mengukur apa yang
telah mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur
seharusnya diukur dan seberapa akurat
(Supranata: 2004) seandainya dilakukan
2. Validitas didefinisikan pengukuran ulang (Thorndike
sebagai seberapa cermat dan Hagen, 1977)
suatu alat ukur melakukan 2. Reliabilitas adalah konsisten
fungsi ukurnya (American atau keajegan atau ketetapan
Psychological Association, dari nilai yang diperoleh dari
1999) tiap individu yang sama
3. Validitas merupakan manakala diadakan tes ulang
derajad sejauh mana tes dengan tes yang sama pada
mengukur apa yang ingin waktu yang berbeda atau
diukur (Borg dan Gall, dengan butir soal yang
1983) sejenis (Anastasia dan
4. Validitas berhubungan Urbina, 1997).
dengan interpretasi atau 3. Reliabilitas adalah sejauh
makna dan penggunaan mana hasil pengukuran
hasil pengukuran peserta dengan alat tersebut dapat
didik (Nitko, 1996). dipercaya (Suryabrata, 2004)
4. Reliabilitas suatu tes adalah
kesesuaian antara dua upaya
yang dilakukan untuk
mengukur trait yang sama
melalui metode yang sangat
17

serupa (Bachman, 1990),


5. Reliabilitas merupakan
derajat keajegan
(consistency) di antara dua
buah hasil pengukuran pada
objek yang sama (Mehrens &
Lehmann, 1984).

Instrumen tes Angket Angket

Pengukuran Mengukur kevalidan suatu Mengukur apakah tes


produk yang dibuat
memberikan hasil yang
konsisten pada hasilnya
Jenis • Validitas internal (validits isi, Realibilitas internal dan
konstruk, bahasa dan grafis) eksternal
• Validitas eksternal (validitas
kesejajaran dan prediksi)
Responden Validator Peserta didik

Analisis Skala likert Analisis statistik


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Validitas adalah derajat kemampuan suatu tes atau instrumen yang mengukur apa
yang hendak diukur dan dapat memberikan hasil ukur yang sesuai secara fakta atau
keadaan sesungguhnya.
2. Jenis-jenis Validitas terdiri atas 3 yaitu : validitas isi, empiris dan konstruk
3. Faktor-faktor Validitas terdiri atas 2 yaitu : faktor internal dan eksternal.
4. Reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama jika diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda.
5. Jenis-jenis Reliabilitas terdiri atas 3 yaitu : Koefisien Stabilitas, koefisien ekuivalen
dan koefisien konsisten internal.
6. Faktor-faktor Reliabilitas terdiri atas 4 yaitu : Panjang tes, penyebaran skor, kesulitan
tes dan objektifitas.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini sangat diperlukan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.

C. Pertanyaan-Pertanyaan
1. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi reliabilitas skor tes?
Jawabab: Faktor-faktor yang dapat memengaruhi reliabilitas skor tes, di antaranya: (a)
Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes. (b) Semakin lama waktu tes,
semakin ajek. (c) Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan. (d)
Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan. (e) Semakin objektif
pemberian skor, semakin besar keajegan. (f) Ketidaktepatan pemberian skor. (g) Menjawab
besar soal dengan cara menebak. (h) Semakin homogen materi semakin besar keajegan.

18
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi validitas ?
Jawaban: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa
faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal
dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas
tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau
terlalu longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.
2) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas
tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d.Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau
terlalu longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel.
g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.

3) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes


a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam
situasi tergesa-gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang belajar
dengan melakukan kecurangan.
c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang
diberikan.

19
4) Faktor yang berasal dari jawaban siswa seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap
itemitem tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada
interpretasi item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008)
3. Bagaimana cara menentukan batas reliabilitas sebuah tes ?
Jawaban: Koefisien reliabilitas harus diusahakan setinggi mungkin, namun koefisien yang
tidak tinggi dapat dianggap cukup dalam pengukuran tertentu yang tidak digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan yang bersifat individual Azwar,(1994). Jika skor digunakan
untuk menentukan apakah dua kelompok berbeda signifikan maka koefisien reliabilitas 0,65
sudah memberikan kontribusi dalam keputusan. Akan tetapi, jika skor digunakan untuk
membandingkan penampilan individu yang berbeda maka koefisien reliabilitas paling tidak
0,85 (Aiken, 1994) Indeks reliabilitas merupakan korelasi hitung maka batas kriteria
reliabilitas adalah tabel korelasi. Bila r hitung > r tabel maka kedua skor hasil pengukuran tes
berkorelasi signifikan. Signifikansi korelasi menunjukkan adanya konsistensi sehingga tes
telah dapat dikatakan reliable (Gronlund dan Linn, 1995).
4. Bagaimana cara mengetahui validitas isi suatu tes hasil belajar?
Jawaban: Untuk mengetahui valid isi suatu tes hasil belajar adalah dengan cara melakukan
pencocokan antara materi dengan butir tes yaitu mencocokkan isi butir tes hasil belajar
dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan pada setiap topik pembelajaran.
5. Apa makna penting validitas suatu instrumen ?
Jawaban: Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting di
antaranya seperti berikut.
a. Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi
untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
b. Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup
kategori rendah,menengah, dan tinggi.
c. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan
oleh para pendidik adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes
valid untuk bidang studi fisika belum tentu valid untuk bidang yang lain misalnya
bidang matematika.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi
Aksara.

Ploomp, Tjeerd and Nieveen, Nienke. 2013. Educational Design Research Part A : An
Introduction Enchede. The Netherlands : SLO.

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta : Rineka
Cipta.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung : Alfabeta.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal


Kreano. Hlm. 59-71

Siregar, Syofian. 2014. Statistic Parametric untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Bumi
Aksara.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta : Prenadamedia Group.

21

Anda mungkin juga menyukai