Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS NARATIF : PENDEKATAN HERMENEUTIK ALKITAB

OLEH

NAMA : EVA SILALAHI

NIM : 190101069

GRUP/SEM : C/III

M.KULIAH : HERMENEUTIK PB I

D.M.KULIAH : HAPOSAN SILALAHI,M.Th


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hermeneutika dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga seni. Sifat
dari hermeneutika yang pertama; ilmiah, masuk akal, dapat diuji dan
dipertahankan. Selain itu dari sudut 'seni' juga indah, harmonis, bahkan sulit didekati dari
sisi ilmiah.. Dalam bahasa Inggris lazim dipakai istilah exegesis yang diadobsi dari kata
Yunani, εξήγηση. Arti harafiahnya adalah "membawa keluar", yaitu menarik sebuah
pelajaran atau makna dari naskah tertentu, dalam hal ini adalah Alkitab.
Pentingnya Hermeneutika sangat ditentukan oleh pandangan dasar kita terhadap
Alkitab. Kalau kita memahami atau mempercayai bahwa setiap kata di dalam Alkitab
merupakan Wahyu yang secara langsung datang dari Allah, maka kemungkinan besar
kita tidak membutuhkan adanya penafsiran

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam paper ini adalah :

1. Apa Pengertian dan Defenisi dari Hermeneutic ?


2. Apa saja Pendekatan Hermeneutic dalam Alkitab ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam paper ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dan defenisi dari Hermeneutic
2. Untuk mengetahui pendekatan Hermeneutik dalam Alkitab
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI HERMENEUTIK

A. Arti Kata Hermeneutik

1. DALAM BAHASA IBRANI. Kata Hermeneutik dalam bahasa Ibrani adalah pathar (),


yang artinya adalah menafsir" (to interprete). Sedangkan kata bendanya adalah pithron,
artinya "tafsiran" (interpretation). Kata ini paling umum digunakan dalam konotasi
menafsirkan mimpi, karena mimpi berwujud simbol yang artinya tidak jelas. {Ge
41:8,12,15}
2. DALAM BAHASA YUNANI. Kata Hermeneutik dalam bahasa Yunani
adalah hermeneutikos, berasal dari kata hermeneuo (), artinya "menafsir" (to interprete).
Kata benda yang dipakai adalah hermeneia, artinya "tafsiran" (interpretation). Kata ini
ambil dari kata Hermes, yaitu nama dewa Yunani yang tugasnya membawa berita-berita
dari dewa-dewa kepada manusia. {Ac 14:11-12}

B. Definisi Hermeneutik

1. NON-KRISTEN. Hermeneutik dimengerti sebagai ilmu umum tentang linguistik; atau


peraturan-peraturan yang dipergunakan untuk mencari arti sesungguhnya atau
menafsir/menjelaskan suatu pengertian yang tidak jelas artinya.
2. KRISTEN. Hermeneutik adalah bagian dari ilmu Teologia Biblika yang dalam
perkembangannya memiliki tiga pengertian:
o Ilmu yang mempelajari teori-teori, prinsip-prinsip (aturan-aturan) dan metode-
metode penafsiran Alkitab.
"Hermeneutics is the science that teaches us the principles, laws, and methods of
interpretations." (L. Berkhof)
"Hermeneutics is the science of correct interpretation of the Bible." (Bernard
Ramm)
o Seni yang menguji kemampuan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip penafsiran
Alkitab.
o Ilmu yang mempelajari keseluruhan proses penafsiran (konsep keseluruhan dari
tugas penafsiran), terutama dalam dimensi spiritual bagi kepentingan
pertumbuhan rohani penafsir.1

Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi


makna. Nama hermeneutika diambil dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneuein yang
1
https://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik, pukul 15.00 WIB
berarti, menafsirkan, memberi pemahaman, atau menerjemahkan 2. Jika dirunut lebih lanjut,
kata kerja tersebut diambil dari nama Hermes, dewa Pengetahuan dalam mitologi
yunani yang bertugas sebagai pemberi pemahaman kepada manusia terkait pesan yang
disampaikan oleh para dewa-dewa di Olympus.3 

Fungsi Hermes adalah penting sebab bila terjadi kesalahpahaman tentang pesan dewa-
dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat manusia. Hermes harus mampu
menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa yang dipergunakan oleh
pendengarnya. Sejak saat itu Hermes menjadi simbol seorang duta yang dibebani dengan
sebuah misi tertentu. Berhasil-tidaknya misi itu sepenuhnya tergantung pada cara bagaimana
pesan itu disampaikan. Oleh karena itu, hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai ‘proses
mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti’. 4

Sebagai ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam menafsir


Alkitab. Hermeneutik biasanya dibedakan menjadi dua:

a. Hermeneutik Umum: yaitu prinsip-prinsip menafsir yang digunakan secara umum untuk
menafsir segala macam bentuk karya sastra umum.
b. Hermeneutik Khusus: yaitu prinsip-prinsip menafsir yang dikembangkan secara khusus
sehubungan dengan jenis gaya sastra tertentu, misalnya: puisi, perumpamaan, cerita, dsb.
5

PENDEKATAN HERMENEUTIK

A. Kitab-kitab Taurat

Berikut ini adalah beberapa pedoman yang perlu diingat untuk menafsir Kitab-kitab Taurat
dengan lebih tepat:

1. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum adalah wasiat milik orang Israel, termasuk di
dalamnya adalah hukum Taurat PL. Hukum Taurat merupakan pernjanjian antara Tuhan
dengan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, agar Israel setia kepada Tuhan. Oleh
karena itu ketentuan/hukum yang ada dalam kitab-kitab Taurat, walaupun itu adalah
Firman Tuhan, namun tidak lagi merupakan perintah langsung bagi kita sekarang.
2. Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat akan mengikat kita secara langsung apabila
hukum tsb. dibaharui dalam kitab-kitab PB. Oleh karena itu untuk menafsirkan hukum
Taurat bagi kita sekarang harus diterangi dengan terang hukum PB, yaitu hukum Kristus
atau hukum kasih.
2
Edi, Mulyono. dkk (2012). Belajar Hermeneutika. IRCiSod. hal 20-22
3
Edith, Hamilthon (2009). Mitologi Yunani. Yogyakarta: Lagung Pustaka. 
4
Sumaryono. E. 1999. Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 23-24
5
https://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik, pukul 15.00 WIB
3. Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat PL, sangat keras dan tegas, hal itu untuk
menunjukkan akan tingginya standard norma moral dan keadilan Allah. Hukum-hukum
tsb. harus dipahami sebagai suatu model bukan sebagai hukum yang lengkap.

B. Kitab-kitab Sejarah

Hal-hal yang perlu diingat ketika menafsirkan Kitab-kitab Sejarah/Hikayat:

1. Ada tiga tingkatan sejarah dalam Alkitab, yaitu:


a. Sejarah tingkat atas, yaitu rencana Allah untuk semesta alam, yang dilaksanakan
melalui ciptaannya.
b. Sejarah yang berpusat kepada bangsa Israel saja.
c. Sejarah tingkat bawah, yaitu sejarah yang berdiri secara tersendiri.

Namun dari semua orang yang terlibat dalam sejarah tsb. Allah adalah Tokoh Utamanya.

2. Kitab-kitab Sejarah PL biasanya tidak mengajarkan doktrin secara langsung, karena


memang tujuannya tidak untuk menjawab masalah-masalah teologis yang muncul. Tetapi
dari peristiwa yang terjadi kita akan mampu menarik pelajaran khusus tentang pokok-
pokok tertentu. yang biasanya merupakan penjelasan dari doktrin yang diajarkan dibagian
kitab lain.
3. Sejarah mencatat apa yang telah terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi. Itu sebabnya
apa yang dilakukan tokoh-tokoh dalam kitab-kitab tsb., belum tentu menjadi contoh yang
baik. Tokoh-tokoh itu adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan.
4. Kesalahan yang sering dilakukan penafsir ketika menafsirkan kitab-kitab sejarah adalah
mengalegoriskan cerita sejarah tsb. Hal ini terjadi karena penafsir tidak melihat peristiwa-
peristiwa dalam konteks keseluruhan dan menggabung-gabungkan peristiwa yang terjadi
secara salah.

C. Kitab-kitab Puisi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menafsur karya jenis mazmur/puisi:

1. Ada beberapa jenis Puisi dalam kitab-kitab Puisi di Alkitab:


a. Mazmur Ratapan (60 buah)
b. Mazmur mengucap syukur.
c. Kidung Pujian.
d. Mazmur Sejarah Keselamatan.
e. Mazmur Perayaan dan Pengukuhan.
f. Mazmur Hikayat.
g. Nyanyian Kepercayaan.

2. Sebagian besar isi (khususnya Kitab Mazmur) adalah pengalaman dan pergumulan
pribadi para penulisnya. Pengalaman seseorang tidak dapat dipakai sebagai pedoman
pengajaran/ doktrin. Ada tiga tujuan penerapan Mazmur dalam kehidupan orang Krsiten
yaitu:
a. Sebagai penuntun dalam ibadah.
b. Untuk memiliki hubungan yang jujur dengan Allah.
c. Untuk merenungkan perkara-perkara yang Allah telah lakukan bagi kita sehingga
kita dapat bersyukur atasnya.

3. Ada tiga sifat khas dari gaya puisi dalam PL yaitu:


a. Paraleisme Sinonim (yang searti). Contoh Isa 44:22.
b. Paraleisme Antithesis (yang bertentangan). Contoh Ho 7:14.
c. Paraleisme Sintesis (yang terpadu). Contoh Obaja ayat 21.

D. Kitab Nabi-nabi (Nabi Besar dan Nabi Kecil)

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menafsirkan kitab-kitab para nabi yaitu:

1. Allah memakai para nabi sebagai pengantara, penyambung lidah Allah. Berita para nabi
bukan berasal dari diri mereka sendiri, tetapi dari Allah. Itulah sebabnya
nubuatannya/beritanya didahului dengan kata: "Demikianlah Firman Tuhan" atau "Inilah
Firman Tuhan".
2. Latar belakang para nabi diwarnai dengan:
a. Pergolakan bidang politik, militer, sosial, ekonomi;
b. Ketidaksetiaan secara rohani dari umat Allah;

Latar belakang ini sangat mempengaruhi berita yang dibawa oleh para nabi, karena hal
itu berhubungan langsung dengan keadaan, situasi dan kebutuhan jaman itu dan
panggilan masing-masing nabi-nabi tsb. untuk generasi yang hidup pada masa itu.

3. Dalam berita nubuatannya, Allah digambarkan sebagai Juru Dakwa atau Hakim. Itu
sebabnya bentuk sastra yang sering dipakai adalah "firman celaka". Melalui para nabi,
Allah mengumumkan kebinasaan yang mendekat. Ada tiga unsur didalamnya:
a. Nubuat mengenai malapetaka atau kebinasaan yang akan didatangkan.
b. Alasan mengapa malapetaka itu ditimpakan.

4. Di sisi lain, dipakai juga bentuk sastra yang berupa janji atau "firman keselamatan".
5. Dalam menyampaikan nubuatan, para nabi sering menggunakan puisi sebagai sarana
pemberitaannya, sebab di Israel kuno, puisi dihargai sebagai alat untuk belajar.

E. Kitab-kitab Injil

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Kitab-kitab Injil:

1. Perlu lebih dahulu diingat bahwa kitab-kitab Injil adalah kitab-kitab yang menceritakan
tentang kehidupan, pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus, tetapi tidak dtulis oleh Tuhan
Yesus.. Diceritakan oleh 4 orang penulis yang mempunyai latar belakang yang berbeda-
beda.
2. Perlu diperhatikan konteks kitab-kitab Injil. Ada 2 konteks historis; yang pertama
pengetahuan kebudayaan dan agama dari abad pertama yaitu Yudaisme Palestina. Namun
selain itu ada konteks kedua yaitu konteks historis dan sastra dari penulis kitab Injil itu
sendiri.
3. Untuk menafsirkan kitab-kitab Injil, disarankan agar kita memakai cara berpikir secara
vertikal dan horizontal, karena banyak perikop dari kitab-kitab Injil yang menceritakan
cerita pararel/sama.

F. Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kis. Para Rasul dimasukkan sebagai kitab sejarah, karena menceritakan tentang sejarah
perbuatan para rasul dan masa gereja mula-mula, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menolong kita menafsirkan dengan lebih tepat:

1. Disarankan untuk membaca keseluruhan buku ini secara sekaligus (sekali baca) untuk
dapat mengamati perkembangan peristiwa-peristiwanya dalam satu kesatuan.
2. Namun selain mengkisahkan tentang perbuatan para Rasul, jelas penulis Lukas
menunjukkan gerakan Roh Kudus dibalik peristiwa-peristiwa tsb. yang mengatur gerakan
kekristenan dari Yerusalem sampai ke Samaria, dan sampai ke ujung-ujung bumi.
3. Karena sifat sejarahnya, maka hal-hal yang diceritakan tsb. bukan sesuatu yang bersifat
normatif, kecuali jika Alkitab mengatakannya dengan tegas.

G. Surat-surat Kiriman

Seperti kebanyakan surat pada umumnya, surat-surat Kiriman dalam Alkitab memiliki ciri-ciri
yang sama yaitu: ada nama penulis, nama penerima, salam pembukaan/doa/harapan/ucapan
syukur, isi surat dan penutup surat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menafsir Surat-
surat Kiriman:

1. Masing-masing surat memiliki konteks historis yang berbeda. Sebagian besar surat-surat
Kiriman tsb. ditulis bukan untuk tujuan pengajaran doktrin, tetapi untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh jemaat atau pribadi sebagai penerima surat tsb.
Namun demikian surat-surat tsb. ditulis dengan kesadaran adanya otoritas
kerasulan/pemimpin umat dari para penulisnya.
2. Surat Kiriman tidak disusun sebagai suatu cerita berurutan, tetapi surat terdiri dari
paragraf-paragraf dan setiap paragraf memiliki pokok pembicaraan, jadi perlu berpikir
secara paragrafi dengan mengikuti perkembangan logika penulisnya. Untuk itu penting
membaca surat secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran selengkap mungkin
tentang pokok-pokok masalah yang dihadapi masing-masing jemaat.
3. Karena masalah latar belakang budaya sangat menonjol maka perlu dibedakan antara
pokok inti Alkitab dengan pokok-pokok yang bukan merupakan inti pengajaran. Juga
perlu dibedakan antara hal-hal yang bersifat moral normatif atau yang berupa budaya
setempat.

H. Kitab Eskatologi
Sebagian kitab eskatologi adalah penyingkapan nubuat dari Perjanjian Lama, disebut juga
sebagai kitab-kitab apokaliptis. Banyak orang berpendapat bahwa menafsirkan kitab-kitab
eskatologi adalah yang paling sulit, sehingga tidak heran kalau banyak pengajaran yang simpang
siur yang ditimbulkan olehnya.

1. Sumber utamanya adalah nubuatan PL, khususnya dari kitab nabi-nabi, mis. Yehezkiel,
Daniel, Zakharia, Yesaya. Seperti kebanyakan kitab apokaliptis, materinya berhubungan
dengan masalah penghakiman dan penyelamatan yang akan datang.
2. Materi apokaliptis lebih banyak diungkapkan dalam bentuk visi (penglihatan) dan mimpi
dengan bahasa yang memiliki arti tersembunyi dan simbolis/figuratif. Tugas utama dalam
eksegesis kitab apokalips adalah mencari maksud mula-mula dari pengarang (yaitu
dengan memahami konteks historis dan konteks sastra).
3. Gambaran dari materi apokaliptis sering berupa penglihatan/gambaran dan bukan seperti
dalam kenyataan. Kita perlu tahu bahwa gambaran adalah mengenai masa depan dan
hanya mengungkapkan kenyataan yang akan terjadi tetapi bukan berarti harus terjadi
sesuai dengan gambaran tersebut.
4. Karena sifat dari kitab apokaliptis biasanya adalah nubuatan, maka kita harus peka
terhadap latar belakang dari suatu perlambang yang ada. Juga hal penglihatan, kita harus
menafsirkannya sebagai suatu keseluruhan, bukan alegoris. Jangan mudah terjebak
dengan menganalogikan ayat-ayat dalam Alkitab secara berlebihan6

BAB III

PENUTUP

6
Gordon D. Fee., Hermeneutik; Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan, Ir. Mangapul
Sagala, M.Div., Petunjuk Praktis Menggali Alkitab (Hal. 36-48), Grant R. Osborne, The
Hermeneutical Spiral
Seseorang dapat belajar dan mengerti banyak tentang teori bagaimana menafsir dengan
baik dan benar secara sistematis. Tapi seseorang baru bisa dikatakan mengerti dengan sungguh-
sungguh kalau ia akhirnya memberikan respon terhadap apa yang ia pelajari. Alkitab mempunyai
dimensi rohani yang hanya akan memberi dampak pada hidup kita bukan hanya kalau kita
menanggapinya secara intelektual, tetapi juga apabila kita akhirnya mempunyai kegairahan dan
sukacita untuk melaksanakan apa yang kita pelajari.

Dilain pihak tuntutan Alkitab bukan "optional" tapi berotoritas. Allah bukan memberikan
saran dan usulan, tapi perintah yang harus dilakukan. Pilihan yang diberikan kepada kita adalah
kita mau taat atau tidak. Oleh karena itu mengerti Firman Tuhan secara teori belum
membuktikan seseorang taat kepada Allah. Sampai kita melakukan/melaksanakan Firman Tuhan
baru kita akan disebut sebagai "hamba yang setia."

Alkitab membawa berita kebenaran bukan hanya untuk kepentingan pribadi saja, tetapi
untuk kepentingan orang-orang pada jaman dimana Alkitab ditulis dan juga untuk
pembaca/penafsir Alkitab pada generasi jaman ini. Dari hasil penafsiran yang kita lakukan, kita
harus bisa membawa kebenaran itu berbicara kepada diri kita, kepada masyarakat di sekitar kita,
dan akhirnya kepada dunia modern ini.

DAFTAR PUSTAKA

Fee, Gordon D., New Testament Exegesis, Philadelphia, The Westminster Press, 1983
Sagala, Mangapul, Petunjuk Praktis Menggali Alkitab, Jakarta, Perkantas Jakarta,1997

Osborne, Crant R., The Hermeneutical Spiral, Illinois, Inter-Varsity, 1991

Mulyono, Edi. Dkk. (2012). Belajar Hermeneutika.


Hamilthon, Edith (2009). Mitologi Yunani. Yogyakarta: Lagung Pustaka. 

E. Sumaryono. 1999. Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius


https://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik, pukul 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai