Anda di halaman 1dari 98

BUKU AJAR

HERMENEUTIKA
Ilmu, Seni dan Gaya Hidup

BAKHOH JATMIKO

Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia


Yogyakarta
2021
HERMENEUTIKA
(Ilmu, Seni dan Gaya Hidup)

DAFTAR ISI

BAB I PENGANTAR HERMENEUTIKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 01

Definisi Istilah
Tempat Hermeneutika dalam Teologia
Kepentingan Hermeneutika
Tujuan Hermeneutika
Ruang Lingkup Hermeneutika
Syarat Seorang Penafsir

BAB II ALAT BANTU DALAM HERMENEUTIKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

Alkitab
Kamus
Konkordansi
Buku Simtematik/Topikal
Buku Pengantar
Atlas Alkitab
Buku Tafsiran

BAB III SEJARAH HERMENEUTIKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

Hermeneutika Yahudi
Hermeneutika Apostolik
Hermeneutika Bapak-bapak Gereja
Hermeneutika Abad Pertengahan
Hermeneutika Reformasi
Hermeneutika Paska Reformasi
Hermeneutika Modern

BAB IV ALIRAN-ALIRAN HERMENEUTIKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30


Metode Alegoris
Metode Mistis
Metode Devotional
Metode Rasional
Metode Literal

ii
BAB V PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAMATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Kepentingan Metode
5W + H
Struktur
Hukum Struktur
Garis Besar Teks

BAB VI PRINSIP-PRINSIP PENAFSIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50

Kepentingan Penafsiran
Penafsiran Umum
Penafsiran Khusus

BAB VII PENDEKATAN HERMENEUTIKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85


Kitab Taurat
Kitab Sejarah
Kitab Puisi
Kitab Nabi-nabi
Kitab Injil-injil
Kitab Kisah Para Rasul
Surat-surat
Kitab Eskatologi

iii
I.

PENGANTAR HERMENEUTIKA

Sebelum terlebih jauh mempelajari prinsip-prinsip


Hermeneutika, hal dasar yang harus dimiliki adalah meyakini bahwa
Alkitab adalah Firman Allah yang berkuasa, dan kepercayaan bahwa
Alkitab adalah sumber kebenaran yang hakiki. Mengapa Alkitab
perlu dipelajari? Manfaat apa yang didapat ketika Alkitab dipelajari?

2 Timotius 3: 14-17

Ayat 14-15

Orang Belum Percaya


Penulis asli diilhami Allah 1. Memberi Hikmat
2. Menuntun kepada keselamatan

Ayat 16-17

Orang Percaya
Perbuatan Baik

1. Mengajar
2. Menyatakan Kesalahan
ALKITAB 3. Memperbaiki kelakuan
4. Mendidik orang dalam kebenaran

Gb. 01. Alkitab, Firman Allah yang Bermanfaat


2 PENGANTAR HERMENEUTIKA

Definisi Istilah

Ada beberapa istilah yang akan dijumpai ketika belajar


Hermeneutika. Berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa
istilah yang sering digunakan di dalam ilmu Hermeneutika. Istilah
yang akan dibahas adalah Hermeneutika, Eksegese dan Eksposisi.

Kata “Hermeneutika” atau Hermeneutic berasal dari bahasa


Yunani e|rmhneuw (|ermhneuw) yang artinya menafsirkan atau
menerangkan. Jadi, Hermeneutika dapat dimengerti sebagai ilmu
yang mempelajari prinsip-prinsip menafsir Alkitab.

Sedangkan “Eksegesa” berasal dari bahasa Yunani ejxhghsis


(ejxhghsis) atau ejxhgeomai (ejxhgeomai) yang artinya mengeluarkan
atau membawa keluar. Eksegesa dapat dimengerti sebagai proses
menarik keluar atau membawa keluar kebenaran-kebenaran dari teks
Alkitab. Eksegese adalah penerapan prinsip-prinsip hermenutika
(bersifat praktis dan detil).

Kata “eksposisi” berasal dari bahasa Latin ex; “keluar” dan


posit; ponere yang artinya “meletakkan.” Eksposisi adalah
penyusunan hasil eksegesa secara berurutan, per kata atau per ayat,
dengan disertai aplikasi untuk kehidupan modern.

Tempat Hermeneutika dalam Teologia

Hermeneutika bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi


berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain yang tergabung dalam Teologia
Biblika (Teologia yang berurusan dengan penelaahan isi naskah
Alkitab dan alat-alat bantunya). Misalnya: Ilmu
Pembimbing/Pengantar Alkitab (PL & PB), Ilmu Tafsir Alkitab (PL
HERMENEUTIKA : ILMU, SENI DAN GAYA HIDUP 3

& PB), Ilmu Teologia Alkitab (PL & PB) dan Ilmu Bahasa Asli
Alkitab (Ibrani & Yunani).

Hal yang tidak dapat dihindari setelah mengaplikasikan


prinsip-prinsip Hermeneutika adalah bagaimana menyampaikan
kebenaran yang kita dapatkan dari hasil penafsiran itu kepada orang
lain dengan cara yang benar dan menarik. Oleh karena itu Homelitik
(Ilmu berkotbah) adalah ilmu yang juga tidak dapat dilepaskan dari
Hermeneutika. Demikian halnya, Hermeneutika merupakan dasar
dari berbagai teologi praktis yang lain (Apologetika, Etika, Pastoral,
Misiologi, PAK, Musik Gereja).

Selain dengan Teologi Biblika, Hermeneutika juga berkaitan


dengan Teologi Sistematika, yaitu pengajaran Alkitab yang sudah
diformulasikan secara sistematis dalam doktrin-doktrin.
Hermeneutika akan menjadi dasar yang kuat bagi doktrin-doktrin
yang dipelajari.
4 PENGANTAR HERMENEUTIKA

ALKITAB

Eksegesa
pembimbing Bhs. Ibrani Bhs. Yunani Hermeneutika
(Eksposisi)

Teol. Biblika
PL & PB

Sistematika

Apologetika Etika Pastoral Misiologi PAK Musik Gereja

Gb. 02. Diagram Cabang Ilmu Teologi

Kepentingan Hermeneutika

Alkitab adalah kumpulan tulisan yang ditulis ribuan tahun


yang lalu. Memang Alkitab diinspirasi Allah (qeo,pneustoj;
qeopneustojs; dihembuskan Allah), tetapi sama sekali tidak
mengabaikan keberadaan penulis asli Alkitab. Alkitab adalah karya
ilahi-insani. Roh Kudus mengilhami para penulis untuk menulis
(2Tim 3:16; 2Pet 1:20-21) – dalam pengertian menjaga para penulis
supaya tidak melakukan kesalahan di dalam penulisan; tetapi mereka
tetap bebas mengekspresikan sesuai dengan latar belakang masing-
masing.

Kebebasan ini dijaga begitu rupa oleh Roh Kudus agar


tulisan mereka bersifat tidak bersalah (inerrant). Implikasi dari
HERMENEUTIKA : ILMU, SENI DAN GAYA HIDUP 5

doktrin ini adalah para penafsir harus memahami Alkitab sesuai


dengan apa yang dipikirkan para penulis Alkitab. Untuk
mengetahui maksud para penulis, penafsir perlu memahami
Hermeneutika, yaitu prinsip-prinsip penafsiran Alkitab.

Alkitab “lahir” dalam konteks penulis, oleh karena itu terjadi


perbedaan konteks antara keberadaan penulis dan keberadaan
pembaca sekarang. Perbedaan ini menjadi semacam “jurang” yang
membentang di antara penulis dan penafsir. Hermeneutika menjadi
jembatan bagi jurang antara penulis Alkitab dan penafsir modern.
Jurang tersebut adalah :

1. Jurang bahasa. PL ditulis dalam bahasa Ibrani (dan Aramik di


beberapa bagian) dan PB dalam bahasa Yunani. Contoh: Mat
26:41 dan Yak 1:2.

2. Jurang budaya. PL ditulis dalam budaya Israel kuno,


Mesopotamia, Mesir, dll., sedangkan PB dalam budaya
Yunani-Romawi. Contoh: Yoh 10:4; Mar 14:13.

3. Jurang historis. Beberapa teks sulit dipahami seandainya


penafsir tidak mengetahui latar belakang historis suatu
peristiwa. Contoh: Luk 2:1-4; Kis 1:6.

4. Jurang geografis. Pengenalan tentang situasi khusus


Palestina sangat membantu dalam penafsiran. Contoh: Kis
10:9 ‘on the roof’; Luk 10:30.

Keadaan inilah yang membuat Hermeneutika menjadi


penting untuk dipelajari. Alkitab yang merupakan “dokumen kuno”
tidak dapat dimengerti secara langsung dengan pola pikir modern.
Akan terjadi berbagai kesulitan dan ketidaksesuaian sudut pandang
6 PENGANTAR HERMENEUTIKA

jika pendekatan ini dilakukan. Pemahaman akan diperoleh ketika


penafsir mau “menyeberang” jurang pemisah ini.

Gb. 03. Jembatan Hermeneutika


HERMENEUTIKA : ILMU, SENI DAN GAYA HIDUP 7

Gb. 04. Proses “Lahirnya Alkitab” dan peran Hermeneutika

Tujuan Hermeneutika

Mengapa orang para penafsir perlu mempelajari


Hermeneutika? Berikut adalah tujuan-tujuan mempelajari
Hermeneutika.

1. Sebagai Ilmu. Tujuannya adalah mempelajari seperangkat


prinsip-prinsip (aturan-aturan) untuk memungkinkan kita
mengerti apa yang dikatakan Alkitab sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh para penulisnya.

2. Untuk tujuan Aplikasi. Namun tujuan mempelajari


Hermeneutika tidak berhenti sebagai ilmu. Setelah
8 PENGANTAR HERMENEUTIKA

memahami Alkitab dengan benar sesuai dengan maksud


penulisnya, maka perlu kita menempatkannya pada konteks
dimana kita sekarang berada sehingga kita tahu apa artinya
bagi kita sekarang dan bagaimana mengaplikasikannya dalam
konteks kita sekarang.

3. Untuk pertumbuhan rohani. Setelah mengerti Alkitab dengan


benar dan mengaplikasikan kebenarannya dalam hidup kita
sehari-hari maka kehidupan iman kita akan bertumbuh
menjadi dewasa. Dan inilah yang menjadi tujuan utama kita
mempelajari Hermeneutika.

4. Sebagai tindakan preventif. Apabila tujuan di atas tercapai


maka kita akan sekaligus terhindar dari pengajaran-
pengajaran sesat yang mencoba menafsirkan Alkitab secara
salah dan tidak bertanggung jawab.

5. Untuk tujuan Eksposisi. Bagian utama dari tugas hamba


Tuhan adalah memberi makan makanan rohani kepada orang-
orang yang dilayani, oleh karena itu menguasai
Hermeneutika adalah kebutuhan utama yang harus
diusahakan.

Ruang Lingkup Hermeneutika

Berdasarkan ruang lingkupnya, Hermeneutika merupakan


bidang ilmu yang memiliki berbagai sisi dan tergantung dari sudut
pandang untuk melihatnya. Hermeneutika bisa dilihat sebagi ilmu,
tetapi juga sebagai seni dan juga merupakan sebuah aktivitas rohani.
HERMENEUTIKA : ILMU, SENI DAN GAYA HIDUP 9

1. Hermeneutika adalah ilmu (It is a science) karena


menyangkut prinsip-prinsip dasar yang logis, teratur dan
mengikat (harus ditaati).

2. Hermeneutika adalah seni (It is an art) karena menyangkut


ketrampilan, kreativitas bertanya dan pengalaman dalam
mengaplikasikan prinsip-prinsip penafsiran.

3. Hermeneutika adalah aktivitas rohani (It is a spiritual act)


karena ini adalah kegiatan yang berpusat pada kabutuhan
kerohanian. Dimulai dari kerohanian yang sehat dan
berujung pada kerohanian yang dalam (1Kor 2:11-16; Luk
24:27, 31, 44-45).

Syarat Seorang Penafsir

Karena obyek dari ilmu ini adalah Alkitab yang diinspirasi


oleh Sang Mahakudus, seorang penafsir tidak dapat menafsirkan
Alkitab dengan kehendak dan kemampuannya sendiri. Supaya
tafsiran dapat dipertanggung jawabkan, seorang penafsir harus
memenuhi beberapa kriteria.

1. Hati yang baru (1 Kor. 2:14). Seorang penafsir haruslah


seorang yang sudah lahir baru. Sebagai
mediator/komunikator antara Allah dan manusia, seorang
penafsir harus hidup sebagai manusia rohani yang sanggup
melihat hal-hal rohani yang Allah sampaikan kepada
manusia. Dengan demikian ia akan menggantungkan
sepenuhnya pada pekerjaan Roh yang memberikan
pencerahan dalam hatinya.
10 PENGANTAR HERMENEUTIKA

2. Hati yang “lapar” (1 Pet. 2:2). Menafsir Firman Allah tidak


dilakukan sebagai suatu kebiasaan atau karena kebetulan, tapi
karena kerinduan. Tanpa kerinduan, seorang penafsir tidak
akan sampai pada kepuasan menikmati berkat rohani dari
Firman Tuhan. Kerinduan akan didapatkan apabila ia percaya
bahwa Firman Tuhanlah yang memberikan makanan bagi
kehidupan rohaninya.

3. Hati yang taat (Mzm. 119:98-100). Alkitab adalah otoritas


tunggal, tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan
pengikut Kristus. Oleh karena itu Firman Allah menuntut
ketaatan. Apabila tidak ada tekad untuk melaksanakan apa
yang kita pelajari dari Firman Tuhan maka tidak akan Tuhan
akan membukakannya lagi pada kita.

4. Hati yang disiplin (Yes. 50:4). Hati yang tidak mudah putus
asa oleh kesulitan dan kelelahan. Mempelajari Alkitab
membutuhkan tekad dan ketekunan dan disiplin. Hanya
dengan kerja keras dan kesungguhan akan dihasilkan buah
yang baik.

5. Hati yang mau diajar dan rendah hati (Mat. 7:7). Seorang
penafsir tidak pernah merasa cukup belajar. Kekayaan
Firman Tuhan mendorongnya untuk mau rendah hati dan
selalu belajar. Keinginannya belajar membuktikan bahwa ia
setiap saat mau untuk dikoreksi dan ditegur oleh Firman
Tuhan.

6. Hati yang beriman (Ibr. 11:6). Seorang penafsir adalah


seorang yang tunduk pada kedaulatan Tuhan, karena ia
percaya bahwa Tuhan adalah Tuan di atas semua tuan.
II.
ALAT BANTU
PENYELIDIKAN ALKITAB
11

Fungsi Alat Bantu Penyelidikan

Di dalam mempelajari Hermeneutika, Alkitab adalah obyek utama


yang dipelajari. Namun demikian, untuk dapat menyelidiki dan menafsir
dengan tepat dibutuhkan alat bantu penyelidikan untuk menolong penafsir
mendapatkan penafsiran. Sekali lagi yang harus diingat, penafsir adalah
pihak yang nantinya akan menentukan penafsiran, sedangkan seperangkat
alat bantu adalah sarana yang bisa digunakan untuk “mendekatkan diri”
kepada ide penulis asli Alkitab. Jika alat ini digunakan dengan benar, maka
hasil penafsiran juga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Alkitab

Alat bantu penafsiran yang digunakan adalah Alkitab dalam


berbagai versi terjemahan dan bahasa. Tujuannya adalah untuk menjadi
bahan perbandingan guna menemukan ketepatan arti kata atau kekayaan
pengertiannya. Selain itu dengan menggunakan terjemahan lain, kata,
ungkapan atau ide yang disampaikan lebih mudah dimengerti.

1. Alkitab dalam Berbagai Bahasa


a. Alkitab Versi Bahasa Indonesia (Terjemahan Lama,
Terjemahan Baru, Bahasa Indonesia Sehari-hari, Firman
Allah yang Hidup)
b. Alkitab Versi Bahasa Inggris (New International Version,
Revised Standard Version, New American Standard Bible,
dll.)
c. Alkitab Bahasa Daerah (Bahasa Jawa, Sunda, Batak,
Timor, Poso, dll.)

2. Alkitab dalam Bahasa Aslinya


Alkitab Bahasa Yunani & Ibrani akan sangat membantu penafsir
yang sudah mempelajari bahasa-bahasa Alkitab tsb.
12

3. Alkitab dengan Nomor Strong atau Alkitab Interlinier


Sangat membantu untuk mencari padanan kata bahasa aslinya
dengan bahasa Inggris (karena bahasa Indonesia belum ada).

Mat 16:9 Do ye not yetG3768 understand,G3539 neitherG3761


rememberG3421 theG3588 fiveG4002 loavesG740 of theG3588 five
thousand,G4000 andG2532 how manyG4214 basketsG2894 ye took
up?G2983 10 NeitherG3761 theG3588 sevenG2033 loavesG740 of
theG3588 four thousand,G5070 andG2532 how manyG4214
basketsG4711 ye took up?G2983 11 HowG4459 is it that ye do
notG3756 understandG3539 thatG3754 I spakeG2036 it notG3756 to
youG5213 concerningG4012 bread,G740 that ye should bewareG4337
ofG575 theG3588 leavenG2219 of theG3588 PhariseesG5330 andG2532 of
the Sadducees?G4523

4. Alkitab dengan Anotasi


Alkitab ini dilengkapi anotasi catatan-catatan tepi atau catatan-
catatan kaki untuk mencari penjelasan lebih lanjut.

Luk 11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang j


Luk 18:12
Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan j
dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, k
Ul 6:5;
tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Mi 6:8
Allah.k Yang satu harus dilakukan dan yang
lain jangan diabaikan.

11:42 CELAKALAH KAMU. Lih. Cat. Mat 23:13 mengenai


perihal Kristus mengutuk dosa orang Farisi.

5. Alkitab dengan Referensi Silang


Alkitab dengan Referensi Silang sangat membantu untuk
mendapatkan ayat-ayat paralel sebagai referensi.

Tanda Yunus
(Mat. 12:38-42)
13

Luk 11:29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah


Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka
menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.

11: 29: Mat. 16:4; Mrk. 8:12

Kamus

Di dalam menafsir Alkitab, kamus-kamus digunakan untuk


menolong di dalam mencari arti atau definisi kata-kata yang sukar. Dengan
pertolongan kamus, diharapkan penafsir bisa mendapatkan arti yang lebih
lengkap dari teks yang dipelajari. Kamus yang bisa digunakan adalah :

1. Kamus Bahasa Indonesia dan Inggris


Baik kamus bahasa Indonesia-Indonesia maupun Inggris-Indonesia
diperlukan untuk mencari definisi kata yang benar.

2. Kamus Bahasa Ibrani/Yunani


Juga sangat diperlukan kamus Kamus Bahasa Alkitab (Leksikon)
Ibrani/Yunani untuk mencari arti dan penjelasan dalam bahasa
aslinya. Untuk itu perlu dilengkapi juga dengan Buku Tata Bahasa
Yunani untuk mereka yang mempelajari Alphabet Yunani.

3. Kamus Idiom Ibrani/Yunani


Ada idiom-idiom yang sulit kita ketahui artinya sehingga perlu
bantuan dari alat-alat ini.

4. Kamus Alkitab/Ensiklopedi Alkitab


Sangat berguna untuk mendapatkan penjelasan sehubungan dengan
istilah-istilah teologia, nama-nama tempat, orang dan
binatang/tumbuh-tumbuhan, dll.
14

Konkordansi

Konkordani berisi daftar kata-kata yang ada dalam Alkitab yang


dilengkapi dengan alamat ayat-ayat dimana kata-kata tsb. Atau fungsi dari
konkordansi adalah untuk mencari alamat kata-kata di dalam Alkitab. Jadi
Konkordansi akan menolong penafsir menemukan ayat atau padanan ayat
yang tidak diketahui alamatnya.

haram
Im. 11: 8 Janganlah kamu sentuh; ___ semuanya itu
Ul. 14:7 ___ semuanya itu bagimu
14:11 burung yang tidak ___ boleh kamu makan
23:2 anak ___ jangan masuk jemaah
Hak. 13:4 jangan makan sesuatu yang ___

Buku Sistematika/Topikal

Buku yang menyusun topik-topik dalam Alkitab sedemikian rupa


(sesuai dengan abjad) sehingga mempermudah pencarian ayat-ayat yang
membicarakan topik yang sama. Dengan buku ini, akan didapat berbagai
sumbangan ide dan penjelasan dari topik, kata, istilah atau ide yang
dipelajari.

Buku Pengantar/Survey

Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang Kitab-kitab dalam


Alkitab, khusus sehubungan dengan latar belakang penulisan kitab-kitab
tsb.; mis. siapa penulisnya, siapa penerima kitab-kitab itu dan apa tujuan
penulisan dan kapan/dimana kitab-kitab itu ditulis, dll. Dengan bantuan alat
15

ini, penafsir akan ditolong untuk memahami ilmu bumi Alkitab, konteks
lahirnya Alkitab dan keberadaan penulis asli.

Atlas Alkitab

Menunjukkan gambaran (peta) tempat-tempat dalam Alkitab pada


jaman Alkitab. Didalamnya ditunjukkan juga perkiraan ukuran jarak
tempat-tempat dan hubungan tempat-tempat itu sesuai dengan sejarah
peristiwanya dalam Alkitab.

Buku-buku Tafsiran

Buku-buku Tafsiran Alkitab berisi hasil tafsiran oleh para ahli


teologia. Penting diingat bahwa tidak semua buku-buku Tafsiran baik.
Pilihlah buku-buku tafsiran yang baik dan sudah diterima oleh gereja-gereja
secara umum. Buku-buku tafsiran adalah alat yang penting tapi
pemakaiannya adalah yang terakhir, khususnya ketika kita mengalami
kesulitan menemukan pengertian isi ayat tertentu atau untuk
memeriksa/mencocokkan/ membandingkan hasil tafsiran yang kita
kerjakan.

Penting Untuk Diingat!!

Alat-alat menafsir di atas sangat berguna untuk membantu


pekerjaan penafsir, tetapi alat-alat tsb. tidak akan dapat menggantikan
pekerjaan dan tanggung jawab penafsir. Penafsir adalah subjek (pribadi)
yang harus mengerjakannya. Alat-alat yang lengkap dan baik belum cukup
menjamin hasil penafsiran yang baik. Kesungguhan penafsir untuk
bergantung kepada Roh Kudus, sebagai Iluminator, dan kemampuan yang
cukup dari penafsir sangat menentukan keberhasilan pekerjaan menafsir.
Tetapi alat-alat yang lengkap akan memungkinkan hasil tsb. maksimal dan
akurat.
III.
SEJARAH HERMENEUTIKA
16

Perkembangan Hermeneutika

Ilmu Hermeneutika mulai dikenal sekitar tahun 1567 AD. Namun


demikian prinsip-prinsip Hermenutik sebenarnya sudah dikenal sejak jaman
Diaspora yaitu masa pembuangan bangsa Israel.

Hermeneutika Yahudi

Bangsa Yahudi menaruh penghormatan yang istimewa terhadap


tulisan-tulisan suci. Oleh karenanya, di kalangan Yahudi, ada sekolah
khusus dan ahli-ahli khusus yang dipersiapkan untuk mempelajari dan
menafsirkan kitab-kitab tersebut. Pola ini sudah sejak lama dilakukan oleh
bangsa Yahudi sesuai dengan perkembangan sejarah Yahudi sendiri.

Pusat Ibadah Yahudi.

Sejarah Hermeneutika Yahudi sudah dimulai sejak jaman Ezra


(457SM), pada waktu orang-orang Yahudi sedang berada di tanah
pembuangan. Pusat ibadah orang Yahudi dahulu adalah Yerusalem dimana
mereka beribadah dengan mempersembahkan korban di Bait Suci. Tetapi
karena di tanah pembuangan mereka tidak mungkin beribadah ke
Yerusalem, maka mereka menciptakan pusat ibadah baru, yaitu dengan
menggiatkan kembali pengajaran dari Kitab-kitab Taurat. Pengajaran
Taurat itu menjadi sumber penghiburan dan kekuatan yang sangat berharga
untuk mempertahankan diri dari pengaruh kafir di tanah pembuangan.

Usaha pertama yang dilakukan oleh Ezra dan kelompok para imam
adalah menghilangkan gap bahasa yaitu dengan menterjemahkan Kitab-
kitab Taurat itu ke dalam bahasa Aram, karena orang-orang Yahudi di
pembuangan tidak lagi bisa berbahasa Ibrani. Usaha terjemahan ini
dibarengi dengan suatu exposisi karena mereka juga harus menjelaskan isi
kitab-kitab yang sudah mereka terjemahkan itu, khususnya tentang
pelaksanaan hukum-hukum Taurat. Karena sumbangannya yang besar
itulah Ezra disebut sebagai Bapak Hermeneutika Pertama. (Ne 8:1-8 Ezr
8:15-20)
17

Ibadah Sinagoge

Untuk menunjang pemulihan kembali pengajaran kitab-kitab


Taurat, didirikanlah sinagoge di tanah pembuangan untuk menggantikan
tempat ibadah Bait Suci (Yerusalem). Fungsi utama sinagoge adalah
sebagai tempat orang-orang Yahudi berkumpul menaikkan doa-doa,
membaca Taurat dan mempelajarinya dengan teliti, juga sekaligus menjadi
tempat mereka memelihara tradisi Yahudi dan melakukan kegiatan sosial
lainnya.

Sinagoge Agung adalah kelompok para ahli-ahli Kitab jaman itu yang
terdiri dari 120 anggota, dibentuk oleh Ezra sepulangnya mereka kembali
ke Palestina. Tugas utama kelompok ini adalah menafsirkan kitab-kitab
Taurat. (Ne 8:9-13) Oleh karena itu bisa dikatakan inilah sekolah menafsir
yang pertama didirikan.

Setelah semakin banyak orang-orang Yahudi akhirnya diijinkan pulang


kembali ke tanah Palestina, tradisi mempelajari Taurat dan memelihara
tradisi Yahudi ini tetap dibawa ke tanah air mereka dan sinagoge lokal pun
mulai didirikan di tempat-tempat dimana mereka tinggal (meskipun Bait
Suci sudah dibangun kembali). Itu sebabnya pada jaman Tuhan Yesus dan
rasul-rasul kita menjumpai banyak sinagoge di kota-kota di Israel, yang
dipimpin oleh seorang yang disebut "kepala rumah ibadah". (Mr 5:22 Lu
13:14 Ac 13:5 14:1).

Sekolah-sekolah Menafsir Yahudi

Melihat pentingnya mempelajari kitab-kitab, maka dalam


perkembangan selanjutnya, (setelah Ezra dan Nehemia mati),
bermunculanlah sekolah-sekolah menafsir formal, diantaranya:

1. Sekolah Yahudi Palestina

Sekolah ini mengikuti tradisi yang dipakai oleh Ezra dalam


menafsir kitab-kitab Taurat, yaitu menekankan metode penafsiran
literal. Mereka menerima otoritas mutlak Firman Allah, dan tujuan
18

utama mereka adalah menginterpretasikan Hukum-Hukum Taurat.


Hasil penafsiran mereka ini kemudian bercampur dengan tradisi-
tradisi yang berlaku pada jaman itu, sehingga tulisan ini
dikemudian hari dikenal dengan nama "Tradisi Lisan" (the Oral
Law). Tetapi sayang sekali bahwa tradisi lisan ini akhirnya
diberikan otoritas yang sejajar yang dengan tulisan Kitab-kitab
Taurat.

Pada abad 2 Masehi dikumpulkanlah seluruh Tradisi Lisan


yang pernah ditulis yang disebut "Mishna" yang artinya "doktrin
lisan dan pengajarannya." Dalam Mishna ini terdapat dua macam
tafsiran:

a. Halakah
Penafsiran (eksegesis) resmi terhadap hukum-hukum dalam
kitab-kitab Taurat yang bersifat sangat legalistik, dengan
memperhatikan sampai ke titik dan komanya.

b. Hagadah
Penafsiran seluruh Alkitab PL, tetapi yang tidak
berhubungan langsung dengan hukum, yang tujuannya
adalah untuk kesalehan kehidupan beragama.

Perkembangan selanjutnya adalah para ahli kitab membuat buku


tafsiran dari buku Mishna, yang disebut Gemara. Kedua buku
Mishna dan Gemara, inilah yang akhirnya membentuk buku (kitab)
Talmud.

2. Sekolah Yahudi Aleksandria.

Didirikan oleh kelompok masyarakat Yahudi yang sudah


tercampur dengan budaya dan pikiran Yunani (kaum Hellenis).
Kerinduan mereka yang paling utama adalah menterjemahkan
kitab-kitab PL ke dalam bahasa Yunani Modern, sebagai hasilnya
adalah buku (kitab) Septuaginta. Penambahan kitab-kitab Apokrifa
dalam Septuaginta menunjukkan bahwa mereka menerima
penafsiran Hagadah dari sekolah Yahudi Palestina.
19

Namun sayang sekali, karena pengaruh yang besar dari


filsafat Yunani, orang Yahudi mengalami kesulitan dalam
menerapkan cara hidup sesuai dengan pengajaran Taurat. Sebagai
jalan keluar muncullah cara interpretasi alegoris yang dipakai untuk
menjembatani kedua cara hidup yang bertentangan itu.

a. Aristobulus (160 SM) dikenal sebagai penulis Yahudi


yang pertama menggunakan metode alegoris. Ia
menyimpulkan bahwa filsafat Yunani dapat ditemukan
dalam kitab-kitab Taurat melalui penafsiran alegoris.

b. Philo (20-54 M) adalah penafsir Yahudi di Aleksandria


yang paling terkenal. Menurut prinsip menafsir yang
dipakai oleh Philo, penafsiran literal adalah untuk
orang-orang yang belum dewasa karena hanya melihat
sebatas huruf-huruf yang kelihatan (tubuh); sedangkan
penafsiran alegoris adalah untuk mereka yang sudah
dewasa, karena sanggup melihat arti yang tersembunyi
dari jiwa yang paling dalam (jiwa).

Sekolah Kaum Karait.

Kelompok dari sebuah sekte Yahudi ini menolak otoritas buku-


buku tradisi lisan dan juga metode penafsiran Hagadah. Mereka lebih
cenderung mengikuti metode penafsiran literal, kecuali bila sifat dari
kalimatnya tidak memungkinkan. Sebagai akibatnya mereka menolak
dengan tegas metode penafsiran alegoris.

Selain sekolah-sekolah di atas, ada juga sekolah-sekolah lain yang


kurang dikenal, yaitu Kabalis, Yahudi Spanyol, Yahudi Perancis, Yahudi
Modern.

Hermeneutika Apostolik

Masa ini meliputi masa periode ketika Yesus masih hidup sampai
jaman rasul-rasul. Metode yang dipakai adalah metode penafsiran literal.
Dengan inspirasi dari Roh Kudus, para penulis Perjanjian Baru telah
20

menafsirkan Perjanjian Lama dengan tanpa salah dalam tulisan-tulisan


mereka.

Yesus Kristus

Dalam pengajaran kepada murid-muridNya Yesus banyak


memberikan penafsiran kitab-kitab PL. (Joh 5:39 Lu 24:27,44) Dengan cara
demikian Yesus telah membuka pikiran murid-muridNya untuk mengerti
Firman Tuhan dengan benar. Ia sendiri adalah Firman yang menjadi
Manusia (incarnasi), yang menjadi jembatan yang menghubungkan antara
pikiran Allah dan pikiran manusia. Banyak catatan tentang teguran Yesus
terhadap penafsiran para ahli Taurat (Mat 15:1-9; Mar 7:1-7 Mat 23:1-33
Mat 22:29). Contoh penafsiran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus: (Mt
10:5,6 12:1-4,15-21 13:1-9 18:23 19:3-9 21:42-44 22:41-46 24:36-39 Lu
11:29,30 21:20-24 24:27-44.

Para Rasul

Mereka adalah contoh penulis-penulis Alkitab PB yang


menafsirkan kitab-kitab PL dengan inspirasi yang Allah berikan kepada
mereka tanpa salah. Mereka menolak prinsip-prinsip alegoris, atau
tambahan-tambahan dari tradisi-tradisi dan dongeng-dongeng Yahudi dan
mereka juga menolak filsafat Yunani yang mengambil alih kebenaran.
Yesus dan para penulis kitab-kitab PB telah menggunakan cara interpretasi
yang benar. Ini menjadi contoh yang sangat berguna bagi para penafsir
untuk belajar menafsir dengan benar. Contoh prinsip penafsiran yang
dilakukan oleh penulis-penulis PB: (Ro 3:1-23 9:6-13 Ga 3:1-29; 4:21-31
1Co 9:9-12 10:1-11 Heb 6:20-7:21 8-8-12 10:1-14,37-11:40; 1Pe 2:4-10;
2Pe 3:1-13).

Hermeneutika Bapak-bapak Gereja

Masa periode ini adalah sesudah para rasul mati sampai masa Abad
Pertengahan (95-600 M). Pembagian masa-masanya adalah :

Clement dari Roma sampai Ireneaus (95 - 202 M).


21

Tidak ada banyak catatan penting mengenai perkembangan metode


penafsiran Alkitab pada masa itu. Kemungkinan besar para Bapak-bapak
gereja terlalu sibuk mempertahanan doktrin Kristologi dari ajaran-ajaran
sesat yang banyak bermunculan saat itu sehingga tidak banyak menekankan
tentang prinsip penafsiran yang sehat. Sebagai akibatnya beberapa dari
mereka jatuh pada penggunaan metode alegoris dalam penafsiran mereka,
seperti Barnabas dan Justin Martyr.

Sekolah Aleksandria (202 - 325 M)

Pada permulaan abad 3, penafsiran Alkitab banyak dipengaruhi


oleh Sekolah Aleksandria. Aleksandria adalah sebuah kota besar tempat
pertemuan antara agama Yudaisme dan filsafat Yunani. Usaha
mempertemukan keduanya memaksa orang-orang Yahudi menggunakan
metode interpretasi alegoris, suatu sistem penafsiran yang sudah sangat
dikenal sebelumnya. Ketika kekristenan tersebar di Aleksandria, hal inipun
menjadi pengaruh yang tidak mungkin dihindari. Gereja Kristen di
Aleksandria lebih tertarik menggunakan penafsiran alegoris karena seakan-
akan memberikan arti yang lebih dalam dari pada arti harafiah.

Bapak Gereja yang paling berpengaruh saat itu adalah Clement dari
Aleksandria dan Origen. Tetapi meskipun mengakui penafsiran literal,
mereka memberikan bobot yang kuat dalam penafsiran alegoris.

Origen adalah pengganti Clement dari Aleksandria. Ia bukan hanya


menjadi teolog besar tapi juga ahli kritik Alkitab besar pada jamannya.
Dalam memakai metode penafsirannya ia percaya bahwa Alkitab
memberikan 3 arti, sama halnya manusia dibagi menjadi 3 aspek, yaitu
tubuh, jiwa dan roh. Maka Alkitab juga mempunyai arti literal, moral dan
mistik (alegoris). Namun demikian dalam kenyataannya Origen paling
sering memakai metode alegoris dari pada literal.

Sekolah Antiokia (325 - 600 M)

Pengaruh besar dari Sekolah Antiokia ini adalah perlawanannya


terhadap Sekolah Aleksandria khususnya dalam eksegesis alegorisnya.
22

Prinsip penafsiran mereka dapat diringkaskan sbb.: ilmiah, menggunakan


prinsip literal dan tinjauan sejarah, sebagai ganti alegoris mereka memakai
metode tipologi.

Tokoh-tokoh Sekolah Antiokia adalah: Diodorus dari Tarsus,


Theodore dari Mopsuestia dan Chrysostom. Mereka semua menolak prinsip
alegoris dalam penafsiran Alkitab, tapi menerima prinsip literal dengan
tinjauan tata bahasa dan sejarah.

Selama abad 4 Dan 5, perdebatan teologia berlanjut menjadi


perpecahan gereja, menjadi Gereja Bagian Timur dan Gereja Bagian Barat.

Gereja Bagian Timur

Tokoh mereka adalah Athanasius dari Aleksandria (literal, tapi juga


alegoris), Basil dari Caeserea (literal), Theodoret dan Andreas dari
Capadocia (literal dan historis).

Gereja Bagian Barat

Tokoh mereka adalah Tertulian (literal, tetapi nubuatan ditafsirkan


secara alegoris), Ambrose (alegoris ektrim), Jerome (sumbangannya
terbesar adalah menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Latin yang disebut
Vulgate. Secara teori ia mengikuti penafsiran literal, tapi dalam praktek
adalah alegoris, karena menurutnya tidak ada kontradiksi antara literal dan
alegoris), Augustinus (Teolog terbesar pada jamannya. Ia tidak menolak
penafsiran alegoris tetapi ia memberikan sedikit modifikasi, dan
dikhususkan bagi nubuatan. Menurutnya Alkitab harus ditafsirkan secara
historis, mengikuti tata bahasa, diperbandingkan dan kalau perlu memakai
alegoris. Tetapi penekanan yang utama adalah bahwa untuk memahami
Alkitab seseorang harus mempunyai iman Kristen yang murni dan penuh
kasih. Dan dalam menafsirkan ayat/perikop harus melihat keseluruhan
kebenaran yang diajarkan Alkitab. Tugas penafsir adalah menemukan
kebenaran Alkitab bukan memberi arti kepada Alkitab), Vincentius (tafsiran
harus disesuaikan dengan tradisi gereja).
23

Hermeneutika Abad Pertengahan

Masa periode tahun 600 - 1517 disebut sebagai Hermeneutika Abad


Pertengahan, yang diakhiri sebelum masa Reformasi. Masa ini dikenal
sebagai abad gelap karena tidak banyak pembaharuan yang terjadi, hanya
melanjutkan tradisi yang sudah dipegang erat oleh gereja. Semua penafsiran
disinkronkan dengan tradisi gereja. Pengajaran dan hasil eksposisi Bapak-
bapak Gereja menjadi otoritas gereja. Alkitab hanya dipergunakan sebagai
pengesahan akan apa yang dikatakan oleh para Bapak gereja, bahkan
penafsiran para Bapak gereja kadang mempunyai otoritas yang lebih tinggi
daripada Alkitab.

Alkitab lama kelamaan dianggap sebagai benda misterius yang


banyak berisi pengajaran-pengajaran yang tahayul. Itu sebabnya cara
penafsiran alegoris menjadi paling dominan. Dua tokoh penafsir literal yang
dikenal pada masa ini adalah:

Thomas Aquinas

Meskipun ia menyetujui penafsiran literal, dalam praktek ia banyak


menggunakan penafsiran alegoris. Dalam masalah teologia ia percaya
bahwa Alkitab memegang otoritas tertinggi.

John Wycliffe

Ia sering disebut sebagai "Bintang Fajar Reformasi" karena


kegigihannya menyerang pendapat bahwa otoritas gereja tidak lebih tinggi
daripada otoritas Alkitab. Karena keyakinannya itulah ia terdorong untuk
menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa yang dikenal umum,
sehingga setiap orang bisa membaca dan menyelidiki sendiri pengajaran
Alkitab.

Menjelang berakhirnya Abad pertengahan terjadi kebangunan


dalam minat belajar, khususnya belajar bahasa kuno. Didukung dengan
ditemukannya mesin cetak kertas, dan dicetaknya Alkitab, maka
kepercayaan tahayul terhadap Alkitab perlahan-lahan lenyap dan mereka
24

mulai mempercayai bahwa otoritas Alkitab lebih tinggi dari pada otoritas
gereja. Inilah yang membuka jalan untuk lahirnya Reformasi.

Hermeneutika Reformasi

Periode ini terjadi pada tahun 1517 - 1600 M, dimulai pada saat
Martin Luther memakukan 95 tesisnya dan berakhir sampai abad 16.

Perjuangan Reformasi

Dengan bangkitnya periode intelektual dan pencerahan rohani,


perang memperjuangkan "sola scriptura" (hanya Alkitab) merupakan fokus
Reformasi. Secara umum isi perjuangan Reformasi adalah :

1. Alkitab adalah Firman Allah yang diinspirasikan oleh Allah sendiri.


2. Alkitab harus dipelajari dalam bahasa aslinya.
3. Alkitab adalah satu-satunya otoritas yang tanpa salah; sedangkan
gereja dapat salah.
4. Alkitab adalah otoritas tertinggi dalam semua masalah iman
Kristen.
5. Gereja harus tunduk pada otoritas kebenaran Alkitab.
6. Alkitab harus diinterpretasikan/ditafsirkan oleh Alkitab.
7. Semua pemahaman dan ekposisi Alkitab harus tidak bertentangan
dengan seluruh kebenaran Alkitab.

Tokoh Reformasi

Salah satu isu yang selalu diperhatikan oleh para pembaharu gereja
adalah posisi Alkitab dalam iman orang percaya, terutama Marthin Luther
dan John Calvin.

Martin Luther
25

95 tesisnya merupakan serangan yang dilancarkan terhadap otoritas


gereja. Martin percaya penuh bahwa Alkitab harus menjadi otoritas
tertinggi bagi iman dan kehidupan orang percaya. Untuk itulah ia
menterjemahkan Alkitab PB ke dalam bahasa German supaya rakyat biasa
dapat membaca dan menyelidikinya. Prinsip penafsiran Martin Luther:

1. Untuk menafsir dengan benar harus ada penerangan dari Roh


Kudus.
2. Alkitab adalah otoritas tertinggi bukan gereja.
3. Penafsir harus memberi perhatian pada tata bahasa dan latar
belakang sejarah. Penafsiran alegoris tidak berlaku.
4. Alkitab adalah jelas sehingga orang percaya pasti dapat
menafsirkannya.
5. Fungsi menafsir Alkitab adalah sentralitas dalam Kristus.
6. Hukum Taurat menghukum (mengikat), tetapi Injil membebaskan.

John Calvin

Diakui sebagai tokoh penafsir ilmiah pertama dalam sejarah Gereja.


Ia menentang penafsiran alegoris, tetapi menerima tipologi dalam PL.
Tetapi tidak seperti Luther, Calvin tidak memaksakan pada penafsiran yang
berpusatkan pada Kristus. Prinsip penafsiran John Calvin:

1. Roh Kudus adalah vital dalam pekerjaan penafsiran.


2. Alkitab akan menafsirkan Alkitab.
3. Penafsiran harus literal; penafsir harus menemukan apa yang ingin
disampaikan oleh penulis Alkitab, melihat pada konteks, meneliti
latar belakang sejarah, melakukan studi kata dan memeriksa tata
bahasa.
4. Menolak penafsiran alegoris.
5. Menolak otoritas gereja dalam menginterpretasikan Alkitab.
6. Teologia yang benar harus dihasilkan dari eksegesis yang sehat.

Setelah kematian Calvin, para teolog Protestant bergumul keras


untuk merumuskan kredo doktrin iman Kristen dan mensistematiskan
teologianya. Tapi perdebatan dalam masalah penafsiran terus berlangsung
sampai pada masa berikutnya.
26

Hermeneutika Paska-Reformasi

Periode ini adalah antara tahun 1600 - 1800 M. Periode ini dipenuhi
dengan semangat penafsiran literal Reformasi, tetapi akhir periode ini
ditutup dengan penekanan pada metode penafsiran devotional.

Sesudah Reformasi

Terjadi banyak kontroversi dan perdebatan teologia yang akhirnya


menjadi kepahitan di antara para teolog dan mulai terjadi perpecahan.
Dogmatisme mulai meracuni gereja. Studi Alkitab akhirnya hanya dipakai
untuk membenarkan dogma dan teologia mereka sendiri.

Gerakan Pietisme

Gerakan ini muncul sebagai reaksi Dogmatisme paska Reformasi,


karena Alkitab telah disalah gunakan sebagai pedang yang melukai dan
merusak kemurnian hidup rohani. Oleh karena itu mereka melakukan
pendekatan yang berbeda, yaitu mempelajari Alkitab dan menafsirkannya
secara pribadi untuk tujuan memperkaya aplikasi kehidupan rohani.
Meskipun motivasi ini baik, tetapi berakibat negatif karena membuat tujuan
penafsiran bukan lagi untuk mengetahui apa yang Allah ingin kita ketahui,
tapi hanya untuk mempererat hubungan pribadi dengan Allah. Sebagai
hasilnya muncullah kelompok-kelompok seperti Moravian, Puritan dan
Quaker. Tokoh-tokoh gerakan Pietisme ini adalah:

Philipp Jakob Spener - Bapak Pietisme

Ia percaya bahwa kemurnian hati lebih berharga daripada


kemurnian doktrin. Ia mendorong setiap orang percaya untuk mempelajari
sendiri Firman Allah dan mengaplikasikan kebenarannya dalam kehidupan
praktis.

August Hermann Francke


27

Sebagai murid Spener, ia juga mengikuti prinsip-prinsip Pietisme.


Menurutnya hanya orang Kristen lahir baru yang dapat mengerti arti berita
Alkitab. Ia juga mengkombinasikan antara eksegesis dengan pengalaman.
Tetapi segi negatif dari gerakan ini, yaitu muncul menjadi tindakan
legalistik terhadap mereka yang bukan anggota Pietisme dan mengabaikan
teologia.

1. Kritisisme

Melihat kelemahan Pietisme dengan metode devotional,


banyak teolog mulai melakukan pendekatan skolastis studi Alkitab.
Banyak usaha dilakukan dalam bidang kritik teks. Naskah-naskah
Alkitab mulai dievaluasi dan diteliti untuk pertama kalinya untuk
mengetahui keabsahannya sebagai kitab Kanon. Tokoh yang
terkenal adalah Johann August Ernesti.

2. Rasionalisme

Dari Kritisisme para teolog melanjutkan lebih jauh sampai


melampaui batas yang seharusnya, yaitu mereka menempatkan
rasio manusia sebagai otoritas yang lebih tinggi dari Alkitab. Rasio
manusia, tanpa campur tangan Allah, dianggap cukup untuk
mengetahui Penyataan Allah. Apabila ada hal yang tidak dapat
dimengerti oleh intelek manusia, maka harus dibuang. Sebagai
akibatnya mereka berpendapat bahwa Alkitab bisa salah karena
ditulis oleh manusia. Mereka memperlakukan Alkitab tidak jauh
berbeda seperti buku-buku yang lain. Dua tokoh terkenal
Rasionalisme adalah Hobbes, Spinoza dan Semler.

Hermeneutika Modern

Masa periode ini adalah tahun 1800 - sekarang. Semua metode


penafsiran yang pernah dilakukan masih terus dilakukan hingga sekarang.
Walaupun dari waktu ke waktu penekanan terus bergeser dari satu ekstrim
kepada ekstrim yang lain. Dalam era modern ini serangan yang paling tajam
akhirnya ditujukan pada otoritas Alkitab, sebagai fondasi dalam menafsir.
Sebagai contohnya:
28

Liberalisme

Rasionalisme telah membuka era modern untuk lahirnya Liberalisme.


Secara umum diringkaskan pendekatan mereka adalah:

1. Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh rasio harus ditolak.


2. Inspirasi didefinisikan ulang, yaitu merupakan tulisan hasil
pengalaman religius manusia (penulis Alkitab).
3. Supranatural diartikan sebagai alam pikiran abstrak manusia.
4. Sesuai dengan pikiran evolusi, maka Alkitab adalah tulisan primitif
kalau dibandingkan dengan pikiran teologis modern.
5. Menjunjung tinggi nilai etika, tapi menolak tafsiran teologianya.
6. Alkitab harus ditafsirkan secara historis, sebagai konsep teologis
dari penulis Alkitab sendiri.

Neo Ortodoks

Karl Barth tidak mau disebut sebagai penganut Liberalisme, ia tetap


ingin mencari kembali inti-inti Teologia Reformasi. Dalam pendekatannya
Karl Barth menolak baik inspirasi maupun ketidakbersalahan Alkitab
karena menurut Barth, Penyataan/Firman Allah baru akan terjadi apabila
ada pertemuan antara Allah dan manusia dalam Alkitab (personal
encounter). Alkitab sendiri bukanlah Firman Tuhan tetapi hanya saksi akan
Firman Tuhan. Oleh karena itu penafsiran Alkitab merupakan pekerjaan
sia-sia kalau bukan Allah sendiri yang bertemu dengan manusia.

Konservatisme/Injili

Gerakan Konservatisme merupakan reaksi untuk melawan pikiran-


pikiran modern. Beberapa pendekatan mereka pada Alkitab adalah antara
lain:

1. Rasio harus ditaklukkan di bawah otoritas Alkitab, karena rasio


tidak cukup untuk menginterpretasi Alkitab. Oleh karena itu Roh
Kudus adalah vital untuk memberikan penerangan supaya kita
mengerti.
29

2. Pendekatan penafsiran literal, karena percaya pada


ketidakbersalahan Alkitab.
3. Percaya pada Penyataan yang progresif, tetapi kebenaran tidaklah
dibatasi oleh waktu sehingga berlaku di sepanjang jaman.

Hermeneutika Baru

Tokohnya adalah Rudolf Bultman. Prinsip yang dipakai untuk


menafsir adalah kita harus membaca sesuai dengan prinsip ilmu
pengetahuan, karena manusia tidak boleh mengabaikan inteleknya. Otoritas
Alkitab tidak diterima sepenuhnya. Mereka bahkan meragukan apakah apa
yang Alkitab katakan itu sama dengan apa yang dituliskan. Tujuan utama
Hermeneutika Baru adalah mencoba menghindarkan diri dari kelemahan
yang dimiliki Liberalisme.
Gb. 06 . Sejarah Hermeneutika

Hermeneutika
Modern
Hermeneutika
Pasca Reformasi Liberalisme
Hermeneutika
Neo Ortodoks
Reformasi Sesudah Reformasi
Konservatisme/Injili
Hermeneutika Abad Perjuangan Reformasi Gerakan Pietisme
Pertengahan Hermeneutika Baru
Tokoh Reformasi P. Jacob Spener
Thomas Aquinas Martin Luther August H. Francke
Hermeneutika John Wycliffe John Calvin Kritisisme
Bapak Gereja Rasionalisme
Clement s/d Irenius
Hermeneutika
Sekolah Aleksandria
Apostolik
Sekolah Antiokia
Yesus Kristus
Gereja Barat
Para Rasul
Gereja Timur
Hermeneutika
Yahudi
Sekolah Menafsir Yahudi
Sek. Palestina
Halakah
Hagadah
Sek. Aleksandria
Aristobulus
Philo
Sekolah Kaum Karait

457 SM 95 M 600 1517 1600 1800 - Sekarang


IV.

ALIRAN-ALIRAN HERMENEUTIK

Sejarah Melahirkan Metode

Sesuai dengan sejarah perkembangan Hermeneutika, terdapat pula


berbagai macam “aliran” penafsiran Alkitab yang lahir di dalam
perkembangan ilmu ini. Metode-metode penafsiran ini terus berkembang
dan bermunculan dan diikuti oleh kelompok-kelompok tertentu. Dari sekian
banyak aliran penafsiran tersebut, dapat dikelompokkan berdasarkan
pendekatannya kepada Alkitab.

Metode Alegoris

Metode Alegoris berangkat dari suatu asumsi bahwa dibalik arti


harafiah yang sudah biasa dan jelas itu terdapat arti sesungguhnya (kedua)
yang lebih dalam yang perlu ditemukan oleh orang Kristen yang lebih
dewasa. Dalam menafsirkan perikop Alkitab mereka membandingkan
masing-masing fakta/informasi yang sudah jelas untuk membuka kebenaran
rohani tersembunyi dibalik pengertian literalnya.
Metode Alegoris tidak hanya populer di gereja-gereja purba, karena
dalam gereja modern sekarangpun masih banyak ditemukan cara penafsiran
Alkitab seperti ini. Mereka sering berpendapat bahwa apa yang Allah
katakan melalui penulis-penulis Alkitab bukanlah arti yang sesungguhnya.
Bahaya dari metode ini adalah tidak adanya batasan dan aturan secara
Alkitabiah untuk memeriksa kebenaran beritanya. Bahkan tujuan dan
maksud penulisanpun akhirnya diabaikan sama sekali.
31

Metode Mistis

Banyak ahli tafsir Alkitab menggolongkan metode penafsiran


Mistis sama dengan metode penafsiran Alegoris, karena memang sangat
mirip. Penganut metode ini biasanya bercaya bahwa ada arti rohani dibalik
semua arti harafiah yang kelihatan. Dan mereka memberikan bobot yang
lebih berat kepada hasil penafsiran mistis daripada arti yang sudah biasa.
Bahaya dari cara penafsiran ini terletak pada keragaman dan
ketidak-konsistenan hasil penafsiran mereka, sehingga tidak terkontrol
banyaknya ragam hasil penafsiran mereka yang sering kali justru memecah
belah jemaat. Hal ni juga memberikan kesulitan dalam mempertanggung
jawabkan doktrin kejelasan (clarity) Alkitab, dan justru sebaliknya mereka
membuat Alkitab tidak jelas dan Allah seakan-akan bermain tebak-tabakan
dengan penafsir untuk menemukan arti rohani dari setiap ayat. Dan bahaya
yang paling besar adalah penafsir menjadi otoritas tertinggi dalam
menentukan kebenaran penafsirannya.

Metode Perenungan (Devotional)

Tujuan metode penafsiran ini adalah hanya pada pengaplikasiannya


saja sehingga penganut metode ini menafsirkan Alkitab dalam konteks
pengalaman hidup mereka sehari-hari. Mereka percaya bahwa Alkitab
ditulis memang untuk tujuan pengkudusan pribadi semata-mata oleh karena
itu arti rohani ayat-ayat tsb. hanya akan dapat ditemukan dari terang
pergumulan rohani pribadi. Oleh karena itu yang paling penting dalam
mengerti Alkitab adalah apa yang Tuhan katakan kepada saya pribadi.
Bahaya dari metode penafsiran ini adalah menjadikan Firman
Tuhan menjadi pusat aplikasi pribadi saja dan mengabaikan memahami
karya Tuhan dan campur tangan Tuhan dalam sejarah. Kelemahan yang lain
dari metode ini adalah akhirnya jatuh pada kesalahan yang sama dengan
metode Alegoris dan Mistis, karena mereka akhirnya mengalegoriskan dan
merohanikan Firman Tuhan untuk bisa sesuai dengan kebutuhan pribadi.
32

Metode Rasional

Metode Rasional sangat digemari pada masa sesudah Reformasi,


namun demikian dampaknya masih terasa sampai jaman modern ini dalam
berbagai macam bentuk penafsiran yang pada dasarnya bersumber pada
metode Rasional. Penganut metode Rasional berasumsi bahwa Alkitab
bukanlah otoritas tertinggi yang harus menjadi panutan. Alkitab ditulis oleh
manusia maka berarti merupakan hasil karya rasio manusia. Oleh karena itu
kalau ada bagian-bagian Alkitab yang tidak dapat diterima oleh rasio
manusia maka bisa dikatakan bahwa bagian Alkitab tsb. hanyalah mitos
saja.
Meskipun metode ini disebut sebagai "rasional" dalam kenyataan
metode penafsiran ini adalah metode yang paling tidak rasional. Jelas
bahwa penganut metode ini sebenarnya tidak tertarik untuk mengetahui apa
yang dikatakan oleh para penulis Alkitab, sebaliknya mereka hanya
memperhatikan pada apa yang mereka pikir penulis Alkitab katakan. Rasio
mereka pakai menjadi standard kebenaran yang lebih tinggi dari Firman
Tuhan (Alkitab). Mereka menafsirkan Alkitab hanya untuk mencari aplikasi
bagi standard moral mereka saja.

Metode Literal (Harafiah)

Metode Literal adalah metode penafsiran Alkitab yang paling tua,


karena metode inilah yang dipakai pertama kali oleh Bapak Hermeneutika
Ezra. Metode ini juga yang dipakai oleh Tuhan Yesus dan pada rasul.
Metode penafsiran Literal berasumsi bahwa kata-kata yang dipakai dalam
Alkitab adalah kata-kata yang memiliki arti seperti yang diterima oleh
manusia normal pada umumnya, yang memiliki arti yang yang jelas dan
dapat dipertanggung jawabkan oleh akal sehat manusia. Tujuan Allah
memberikan FirmanNya adalah supaya dimengerti oleh manusia oleh
karena itu Allah memakai bahasa dan hukum-hukum komunikasi manusia
untuk menafsirkan arti dan maksudnya.
Yang dimaksud dengan "literal" (harafiah) adalah arti yang biasa
yang diterima secara sosial dan adat istiadat setempat dalam konteks
dimana penulis Alkitab itu hidup. Oleh karena itu apabila arti ayat-ayat
Alkitab tidak jelas maka penafsir harus kembali melihat konteks bahasa dan
33

budaya (sejarah) dimana penulis itu hidup dan penafsir harus menafsirkan
ayat-ayat itu sesuai dengan terang dan pertimbangan konteks bahasa dan
budaya (sejarah) itu.

Hal-hal yang perlu dipahami dalam menggunakan metode Literal


adalah:

1. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti figuratif


dari ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
2. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti rohani dari
ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
3. Metode Literal tidak berarti mengabaikan tujuan aplikasi pribadi
dalam penafsiran.
4. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti yang dalam
yang harus ditemukan dalam penafsiran.
34

1. Kevin J. Conner, Interpreting the Scripture - (Hal. 43-48) 2.


Don L. Fisher, Pra Hermeneutik - (Hal. 9-16) 3. John H.
Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab -
(Hal. 6-13) 4. R. C. Sproul, Mengenali Alkitab - (Hal. 1-3) 5.
Ir. Mangapul Sagala, M. Div., Petunjuk Praktis Menggali
Alkitab - (Hal. 9-16) 6. Jim Wilhoit, Effective Bible Teaching
- (Hal. 95-108)
V.

PRINSIP-PRINSIP PENGAMATAN

Kepentingan Metode

Untuk mendapatkan pengertian yang benar dan dapat


dipertanggungjawabkan, perlu mengikuti langkah-langkah atau
metode yang tepat. Metode adalah langkah-langkah tertentu yang
harus dikerjakan dalam urutan yang tertentu untuk menjamin hasil
yang tertentu.
Sebagai contoh, ketika seseorang hendak membuat kue, harus
ada urutan tertentu dan langkah-langkah tertentu yang harus diikuti.
1. Ada urutan-urutan tertentu
a. Siapakan resep kue yang akan dibuat
b. Beli bahan (terigu,gula, telor, dll)
c. Siapakan alat-alat (mixer, oven, dll)
2. Ada langkah-langkah tertentu
a. Mentega di mixer/dikocok
b. Gula dan telor di mixer/dikocok
c. Masukan terigu ke dalam bahan yang telah dikocok
d. Masukan bahan dalam cetakan dan siap dibakar, dll
3. Ada hasil yang terjamin
Kue yang siap dinikmati/makan

Demikian halnya ketika hendak mempelajari Alkitab. Ada


urutan tertentu dan langkah tertentu untuk mendapatkan hasil
36

penafsiran yang bisa dipertanggung jawabkan. Metode yang baik


akan menolong kita untuk:
1. Menghemat waktu (efisien)
2. Teliti (efektif)
3. Mendapat pengertian yang tajam dan dalam (akurat)

Ada dua macam pendekatan penafsiran yang sering dilakukan


oleh penafsir, yaitu penafsiran deduktif dan penafsiran induktif. Di
dalam penafsiran deduktif, penafsir sudah mempunyai kesimpulan
atau ide tertentu, sebelum ia mempelajari Alkitab. Karena itu ia
menyelidiki Alkitab dengan tujuan untuk mencari ayat-ayat yang
mendukung kesimpulan tersebut.

Ide

KESIMPULAN Ide ALKITAB

Ide

Gb. 05. Diagram Metode Deduktif

Sedangkan dalam pendekatan induktif, Penafsir lebih dahulu


mencari data dan fakta Alkitab. Kemudian ia manarik kesimpulan
berdasarkan data dan fakta Alkitab yang ia temukan.
37

Ide

ALKITAB Ide KESIMPULAN

Ide

Gb. 05. Diagram Metode Induktif

Langkah pertama di dalam proses mempelajari Alkitab adalah


pengamatan. Pengamatan adalah proses melihat, menemukan dan
mengumpulkan fakta-fakta yang terdapat di dalam teks Alkitab.
Langkah ini adalah tahap yang penting dan menentukan hasil dari
penyelidikan. Sekali lagi, penafsir harus mengingat bahwa obyek
yang dipelajari di dalam Hermeneutika adalah Alkitab, dukumen ilahi
itu, maka seorang penafsir tidak bisa bekerja dengan kemampuannya
sendiri. Urutan di dalam tahap pengamatan adalah:

1. Berdoa
Doa merupakan pengakuan akan keterbatasan diri sendiri dan
permintaan kepada Allah untuk menolong kita dari keterbatasan itu.
Teladan Pemazmur : Mzm. 119:18, 30-34; Yoh. 16:12-15 : Roh
kebenaran membawa kepada sebuah kebenaran (Iluminasi).
2. Baca Teks yang dipelajari berulang-ulang
3. Mengamati fakta-fakta dalam teks
a. Dengan mengajukan pertanyaan 5W + H
b. Dengan menggunakan Struktur
c. Hukum Struktur
d. Garis Besar Teks
38

5W+H

Langkah pertama di dalam proses pengamatan adalah dengan


mengumpulkan fakta-fakta di dalam teks Alkitab. Proses ini akan
ditolong dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata tanya seperti Apa; Mengapa; Kapan;
Dimana; Siapa dan Bagaimana atau untuk memudahkan mengingat,
kata-kata tanya ini dirumuskan dengan 5W dan H (What, Why, When,
Where, Who dan How).

1. What?
Kata tanya yang digunakan untuk mengetahui fakta yang
berupa pertanyaan, pernyataan, perintah, dsb.
2. Why?
Kata tanya yang digunakan untuk menemukan fakta yang
berupa alasan.

3. When?
Kata tanya yang digunakan untuk mengetahui fakta yang
berupa keterangan waktu dan situasi
4. Where?
Kata tanya yang digunakan untuk mengetahui fakta tentang
tempat, keberadaan & posisi
5. Who?
Kata tanya yang digunakan untuk menemukan oknum dan
pribadi-pribadi yang terlibat di dalam teks
6. How?
39

Kata tanya yang digunakan untuk mengetahui fakta tentang


cara dan proses tindakan

Contoh : Yohanes 8: 30-31

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya


kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-
benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

1. What/ Apa?
a. Apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepada orang-orang
Yahudi yang percaya kepada-Nya?
b. Apa yang harus dilakukan supaya menjadi murid-
Nya?
c. Apa yang akan terjadi jika seseorang tetap di dalam
Firman-Nya?
d. Apakah yang akan dialamai ketika seseorang menjadi
murid-Nya?
e. Apa yang harus dilakukan supaya mengetahui
kebenaran?
f. Apa yang akan terjadi ketika seseorang mengetahui
kebenaran?
g. Apa yang harus dilakukan supaya seseorang
mengalami kemerdekaan?
2. Why/ Mengapa?
a. Mengapa Tuhan Yesus mengatakan pernyataan
tersebut?
b. Mengapa seorang yang sudah percaya kepada Yesus
harus tetap di dalam Firman-Nya?
c. Mengapa seorang yang percaya kepada-Nya harus
menjadi murid-Nya?
d. Mengapa harus mengetahui kebenaran?
40

3. When/ Kapan?
a. Kapan pernyataan Tuhan Yesus tersebut disampaikan?
b. Kapan seseorang menjadi murid?
c. Kapan seseorang mengetahui kebenaran?
d. Kapan seseorang dapat dimerdekakan?
4. Where/ Dimana?
a. Dimanakah Tuhan Yesus menyampaikan pernyataan
tersebut?
b. Dimanakah seseorang harus tinggal supaya menjadi
murid Yesus?

5. Who/ Siapa
a. Siapakah yang mengatakan pernyataan tersebut?
b. Kepada siapakah pernyataan tersebut disampaikan?
c. Sipakah yang akan disebut murid Yesus?
d. Di dalam Firman siapakah seorang percaya harus
tinggal?
e. Siapakah yang akan mengetahui kebenaran?
f. Siapakah yang akan dimerdekakan?
6. How/ Bagaimana?
a. Bagaimanakah caranya supaya seseorang dapat
disebut murid Yesus?
b. Bagaimanakah supaya seseorang mengetahui
kebenaran?
c. Bagaimanakah caranya supaya seseorang dapat
dimerdekakan?

Struktur

Struktur dapat dimengerti sebagai hubungan timbal balik


antara bagian-bagian dalam teks yang diamati. Sering juga
pengamatan ini disebut sebagai pengamatan tata bahasa. Tujuan dari
41

mengamati struktur teks adalah untuk mengetahui ide pokok dalam


kalimat; mengetahui fungsi setiap bagian dalam kalimat; mengetahui
hubungan antar bagian dalam kalimat. Hal-hal yang perlu diamati
dalam struktur adalah :

1. Obyek yang diamati


a. Kalimat utama
b. Anak kalimat
c. Jenis kata
d. Kata penghubung
2. Langkah membuat Struktur
a. Kalimat utama ditulis di kiri atas kertas (pernyataan,
pertanyaan, perintah)
b. Anak kalimat atau frasa atau keterangan ditulis di
bawah bagian kalimat yang diterangkannya
c. Pisahkan kata-kata penghubung

Contoh : Yakobus 1: 12

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab


apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan
yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Untuk membuat struktur dari ayat tersebut, langkah-langkah yang


harus dilakukan adalah :

1. Menentukan kalimat utama


Untuk menentukan kalimat utama, hal yang terlebih
dahulu perlu diingat adalah setiap kalimat harus memiliki
42

minimal dua unsur, yaitu Subyek dan Predikat. Kalimat utama


juga merupakan ide pokok, atau inti yang dibicarakan di
dalam teks. Dalam teks ini kalimat utamanya adalah :
“Berbahagialah orang” (Berbahagialah  Predikat; Orang 
Subyek). Tulis kalimat utama secara terpisah di kiri atas
kertas.

Berbahagialah orang

2. Menentukan anak kalimat dan meletakkannya dibawah kata


atau bagian yang dijelaskan
Anak kalimat adalah kalimat yang merupakan
penjelasan dari kata, frasa, atau ide pokok. Di dalam teks
“Berbahagialah Orang” dijelaskan oleh beberapa anak
kalimat, yaitu : “yang bertahan dalam pencobaan”; “sebab
apabila ia sudah tahan uji.”

Anak kalimat 1 : yang bertahan dalam pencobaan

Kalimat ini merupakan satu kesatuan, dan ditulis dalam satu


rangkaian. Karena “yang bertahan” menjelaskan “orang”
(Subyek Kalimat utama), dan “dalam pencobaan”
menerangkan kata “bertahan”

Anak kalimat 2 : apabila ia sudah tahan uji

Kalimat ini juga masih merupakan penjelasan atau keterangan


dari kalimat utama. Jadi kalimat ini disebut anak kalimat juga.
43

3. Pisahkan kata-kata penghubung dan beri tanda khusus


Kata penghubung adalah penanda hubungan dalam
kalimat. Jadi perannya sangat penting. Supaya ide yang
disampaikan jelas, kata penghubung perlu dipisahkan, dan
diletakkan di antara bagian yang “dihubungkan.” Dalam teks
ini kata penghubungnya adalah kata “sebab.”

Jadi diagram lengkap dari ayat ini adalah :

Berbahagialah orang

yang bertahan dalam pencobaan

sebab

apabila ia sudah tahan uji

ia akan menerima mahkota kehidupan

yang dijanjikan Allah

kepada

barangsiapa yang mengasihi Dia

Hukum Struktur

Hukum struktur adalah ide, nuansa yang terdapat dalam


hubungan setiap bagian di dalam sebuah kalimat. Hukum struktur
44

menentukan ide yang terkandung di dalam kalimat. Contoh-contoh


berikut akan memberikan gambaran tentang hukum struktur :

1. Saya rajin berolah raga dan saya sehat


Ide yang dijelaskan dalam kalimat tersebut adalah saya
(subyek) diterangkan dengan dua hal. Pertama, rajin berolah raga
dan yang kedua, sehat. Ide yang diterangkan dalam kalimat ini adalah
rajin berolah raga dan sehat merupakan dua hal yang kualitasnya
sama, sejajar, tidak saling mempengaruhi dan menyebabkan.

2. Saya rajin berolah raga ketika saya sehat


Sedangkan di dalam contoh yang kedua ini, saya (subyek)
diterangkan dua hal (rajin berolah raga dan sehat) tetapi idenya
berbeda dengan kalimat pertama. Di dalam kalimat kedua ini
keterangan pertama (rajin berolah raga) hanya dilakukan ketika
keterangan kedua (sehat) terpenuhi. Dengan kata lain ada hubungan
syarat, atau jika-maka. Jika syarat, sehat terpenuhi; maka rajin
berolah raga akan dilakukan.

3. Saya rajin berolah raga supaya saya sehat


Di dalam kalimat tersebut, meskipun dengan unsur kalimat
yang sama dengan kalimat-kalimat sebelumnya, tetapi ide yang
diungkapkan juga berbeda. Dua keterangan yang menerangkan
subyek (saya) mempunyai hubungan tujuan. Rajin berolah raga
mempunyai tujuan sehat.

4. Saya rajin berolah raga walaupun saya sehat


Sedangkan di dalam kalimat keempat, keterangan yang
menjelaskan saya, mempunyai ide yang tidak ada hubungan langsung
45

antara keterangan pertama dan yang kedua.” Dalam kalimat tersebut,


ide yang ditangkap adalah rajin berolah raga sama sekali tidak
membawa pengaruh kepada keterangan kedua, sehat.

5. Saya rajin berolah raga tetapi saya sehat


Kalimat tersebut mengandung ide bertentangan. Keterangan
pertama bertentangan dengan keterangan kedua (rajin berolah raga
bertentangan dengan sehat). Atau dengan formulasi seperti itu,
kesimpulan yang diambil adalah rajin berolah raga adalah penyebab
dari tidak sehat atau sakit.
Dari beberapa contoh di atas, nampak hukum struktur yang
berbeda-beda tergantung hubungan-hubungan (ditandai dengan kata
penghubung) yang ada di dalam kalimat tersebut.
Hukum struktur yang sering muncul di dalam teks Alkitab
dan harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Perbandingan
Di dalam kalimat atau ayat, ada hal yang ”dibandingkan” satu
dengan yang lain. Kata Kuncinya adalah: sama seperti,
demikian, sama dengan, dll. Contoh:Matius 7:24-27; Yohanes
3:8, 14.
2. Kontras
Ayat Alkitab memiliki hukum struktur Kontras, apabila di
dalamnya terdapat ide yang berlawanan satu dengan yang
lainnya. Kata Kuncinya adalah: melainkan, tetapi, dll.
Contoh: Matius 7:24-27; Roma 6:23; Galatia 5:16-26
3. Sebab - Akibat
46

Mengamati ayat, frase, yang berhubungan dengan adanya satu


hal menyebabkan hal yang lain. Kata Kuncinya adalah:
karena, sebab, jika, maka, dll. Contoh: Matius 7:24-27
4. Pengulangan
Ada kata-kata, frasa-frasa atau ide-ide yang diulangi (persis
atau mirip). Contoh : Ibrani 11 (Iman); 1 Kor. 13 (Kasih); Mat
5:21-48 (Kamu telah mendengar)
5. Peningkatan Pikiran
Ide dan Fakta dari ayat, frase yang menunjukkan adanya
perkembangan pikiran di dalam satu paragraf, pasal atau
kitab. Contoh: Yakobus 1:14-15
6. Puncak atau Klimaks
Ayat-ayat yang tersusun sedemikian rupa sehingga ada ide
yang menunjukkan puncak dari semua ide yang dipaparkan.
Contoh: II Pet. 1:3-9
7. Titik Perubahan Arah
Ada ide, fakta, peristiwa atau pernyataan yang berubah.
Contoh : 2 Sam. 11-12; Yoh. 6:66
8. Pertukaran
Ada unsur-unsur yang diganti. Sering dipakai untuk
menguatkan kontras atau perbandingan. Contoh : Rm. 5:12-21
(satu orang membawa dosa dengan satu orang membawa
pembenaran) Gal. 5:16-26 (Keinginan daging(ay.19) dengan
Keinginan Roh(ay.22)
9. Kelanjutan
Satu pokok dimulai, ada pemisah, kemudian pokok yang
sebelumnya dilanjutkan lagi. Contoh :
Kej 13-14 15-17 18-19
(Abram dan Lot) (Peristiwa pemisah) (Abram dan Lot)
47

Mrk. 4 : 3-9 10-12 13-20


(Topik) (Pemisah) (Topik
dilanjutkan)
10. Umum ke Tertentu
Ada pernyataan umum disusul dengan contoh tertentu.
Contoh: Gal. 5:16-26; Mat. 6:1-18; Ef. 4:17-31
11. Tertentu ke Umum
Dimulai dengan contoh-contoh tertentu dan kemudian diikuti
oleh pernyataan umum. Contoh : Yak. 2:1-26
12. Persiapan/Pendahuluan
Pemasukan latar belakang untuk peristiwa /gagasan yang akan
dibahas. Contoh : Kej. 2: 4-25, 3; Kej. 3; Luk. 3:1-7; Dan 1:1;
Why. 1
13. Penyingkatan/Ringkasan
Ringkasan sebelum/ sesudah topik yang dibahas. Contoh :
Yos. 12; Hak. 1-2
14. Tanya/Jawab
Penjelasan ide berupa pertanyaan dan diikuti jawaban
(kadang-kadang dalam bentuk retoris). Contoh : Mrk. 12: 13-
37; Rm. 6-7; Rm. 8:31-39
15. Tujuan
Satu ayat/ paragraf menjelaskan tujuan penulis untuk bagian
sebelum atau sesudahnya. Contoh : Efs. 1: 4, 5, 6 & 17, 18
16. Bukti
Satu bagian membuktikan pernyataan dari bagian sebelum
atau sesudahnya. Contoh : Yoh. 8:13-59 . . . 9:1-14; Mat. 9:2 .
. . 9:5,6
17. Kesejajaran
48

Satu frasa/ kalimat sejajar dengan frasa atau kalimat yang


berikutnya (kt. Kunci : Dan, atau, serta, juga, tanda koma).
Contoh : Luk. 6: 43, 44, 45; Mzm. 1:1-6

Contoh : Hukum Struktur dalam Yakobus 1:12


Berbahagialah orang
Akibat
yang bertahan dalam pencobaan

sebab  menandai hukum struktur “Sebab – Akibat”

ia akan menerima mahkota kehidupan


Sebab

apabila ia sudah tahan uji

yang dijanjikan Allah


Alamat
hukum struktur “Tujuan” kepada diberikannya
mahkota

barangsiapa yang mengasihi Dia


49

Garis Besar Teks

Teks Alkitab adalah penjabaran ide yang dijelaskan secara


tertulis. Ide-ide tersebut dikembangkan dalam bentuk kata, frasa,
kalimat, dan paragraf-paragraf yang berupa tulisan. Garis besar teks
merupakan upaya penafsir untuk menemukan sistematika ide-ide
yang disampaikan penulis di dalam teks Alkitab. Kepentingan dari
menemukan garis besar teks adalah untuk memudahkan penafsir
mengikuti jalan pikiran penulis dan menemukan ide-ide pokok
penulis dalam tulisannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
membuat garis besar adalah:
1. Menentukan ide pokok dari teks yang dipelajari
2. Mengamati ide yang disampaikan anak kalimat
3. Membangun ide dari hukum struktur yang muncul dalam teks
4. Menentukan tema dari teks
a. Melihat kalimat utama
b. Melihat kata-kata atau kalimat yang sering muncul
c. Memahami isi dari keseluruhan teks
Contoh yang akan digunakan adalah teks yang sudah dibuat struktur
dan Hukum Struktur pada pembahasan sebelumnya; yaitu Yakobus 1:
12. Mari buat Garis Besar teks langkah demi langkah.

Tema : Kebahagiaan Orang yang Bertahan dalam Pencobaan

I. Berbahagialah orang

A. Macam (orang yang berbahagia) : yang bertahan dlm


pencobaan
B. Alasan berbahagia : akan menerima mahkota kehidupan
50

1. Syarat menerima mahkota : apabila sudah tahan uji


2. Jenis mahkota : yang dijanjikan Allah
i. Penerima janji : yang mengasihi Dia
VI.

PRINSIP-PRINSIP PENAFSIRAN

Kepentingan Penafsiran

Tahap berikutnya di dalam proses mempelajari Alkitab


setelah tahap pegamatan adalah tahap penafsiran. Menafsir berarti
menerangkan atau menjelaskan. Berhubungan dengan Alkitab, berarti
penafsiran adalah sebuah langkah yang dilakukan untuk
menerangkan, menjelaskan atau mengerti pikiran penulis asli,
sehingga penafsir memahami maksud dari sang penulis Alkitab.
Memang tidak mudah untuk menafsirkan teks Alkitab, tetapi bukan
berarti juga tidak mungkin dilakukan. Prinsip-prinsip penafsiran akan
menolong di dalam menemukan tafsiran yang tepat.

Ada beberapa kekeliruan di dalam menafsirkan Alkitab.


Diantaranya adalah:

1. Mengambil ayat dan melepaskan dari konteksnya.


Menafsirkan teks dengan tidak memperhatikan konteks, akan
membawa seorang penafsir kepada penafsiran yang tidak
sesuai dengan maksud penulis asli Alkitab. Ide penulis
disampaikan dalam satu kesatuan konteks.
2. Menafsirkan teks Alkitab secara harafiah di tempat yang tidak
tepat. Maksud menafsirkan teks secara harafiah di sini adalah
mengartikan ayat secara “mentah” dan tidak melihat latar
belakang dan maksud penulis yang ada di belakangnya.
Pendekatan Alkitab yang lebih teliti dan lebih dalam
diperlukan dalam rangka menghindari kesalahan dalam
penafsiran.
51

3. Menafsirkan teks Alkitab secara alegori dalam tempat yang


tidak tepat. Penafsiran seperti ini sering disebut dengan
alegori. Setiap bagian ayat diusahakan supaya memiliki arti
rohani. Akibat dari model penafsiran ini adalah akan
mendapatkan hasil tafsiran yang tidak sesuai dengan maksud
penulis asli Alkitab..
4. Keterbatasan bahasa terjemahan. Setiap bahasa memiliki
keterbatasan masing-masing. Apalagi, jika berhubungan
dengan memindahkan ide sebuah ungkapan dari bahasa satu
ke bahasa yang lain. Nuansa ide dari ungkapan yang
disampaikan bisa saja tidak lagi sama persis dengan maksud
ide itu dalam bahasa awal. Hal ini juga terjadi dalam Alkitab.
Seringkali ada pertejemahan kata yang menyakibatkan nuansa
ide dalam bahasa asli bergeser. Alkitab dalam berbagai
terjemahan dapat menolong untuk memberikan ide-ide yang
nantinya akan saling melengkapi.
5. Keterbatasan Penafsir. Bagaimanapun juga, penafsir adalah
pribadi yang tidak sempurna dan penuh dengan keterbatasan.
Dalam hal inilah seorang penafsir perlu mengandalkan Roh
Kudus dalam menggumuli Firman yang kudus ini.
6. Pemikiran bahwa Alkitab sulit dimengerti. Di sisi lain, harus
diakui bahwa tidak semua teks Alkitab mudah untuk
dipelajari. Perlu ada usaha keras dan waktu ekstra untuk
meneliti bagian Alkitab tertentu. Namun, bukan berarti
Alkitab tidak bisa dipahami dan tidak harus dipahami; apalagi
menganggap Alkitab itu salah. Kesulitan itu hanya merupakan
keterbatasan dari pihak penafsir dan memerlukan waktu dan
usaha dalam mendekatinya.
52

7. Pandangan bahwa penggalian Alkitab hanya merupakan tugas


dari para teolog dan rohaniawan saja. Keistimewaan yang
dimiliki setiap orang percaya adalah menikmati Firman
Tuhan. Oleh karena itu seharusnya orang percaya perlu
menggunakan hak istimewa ini. Selain itu, berbicara tentang
kebutuhan; setiap orang percaya memerlukan kebutuhan
untuk rohaninya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pada
masa yang lalu orang awam tidak diperbolehkan untuk
melakukan penafsiran Alkitab sendiri, sebab dikuatirkan
bahwa mereka akan menafsir Alkitab secara salah. Namun
dengan berkembangnya Hermeneutik dan tersedianya alat-alat
bantu Hermeneutik, maka kekuatiran itu tidak lagi menjadi
ancaman yang mengerikan. Justru sebaliknya dengan
menolong jemaat Kristen awam mempelajari Alkitab sendiri
maka kualitas kehidupan rohani jemaat akan meningkat.

Prinsip Penafsiran Umum

Alkitab adalah kumpulan dari berbagai macam jenis satra.


Masing-masing sastra memiliki pendekatan yang berbeda-beda
dengan prinsip-prinsip Hermeneutika khusus (akan di jelaskan pada
pembahasan berikutnya). Tetapi, sebelum membahas tentang
Hermeneutika khusus, akan dibahas terlebih dahulu prinsip-prinsip
Hermeneutika Umum. Prinsip penafsiran umum adalah aturan-aturan
yang dapat dipakai untuk menafsirkan segala macam bentuk sastra.
53

Penafsiran Literal

Penafsiran Literal adalah prinsip menafsirkan sesuai dengan


arti kata, frase, kalimat yang tepat sebagaimana dimaksudkan oleh
penulis aslinya. Masalah utama yang harus diperhatikan adalah
bagaimana menemukan definisi kata itu dan apa artinya yang tepat
sesuai dengan konteks jaman/budaya waktu penulisan.
Satu hal yang perlu diingat dalam melakukan studi kata
adalah bahwa kata-kata dalam Alkitab kita sekarang adalah hasil
terjemahan dari bahasa asli Alkitab (Ibrani/Yunani), oleh karena itu
penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan dengan membandingkan
kata-kata yang ada dalam Alkitab bahasa Ibrani/Yunani. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk dalam penafsiran literal adalah :
1. Satu kata bisa mempunyai beberapa arti yang berbeda.
2. Kata-kata yang berbeda bisa mempunyai arti yang sama.
3. Selidiki hanya kata-kata yang penting yang memiliki arti
teologis, khususnya yang sering diulang-ulang. Atau tidak
perlu semua kata ditafsirkan.
4. Pelajari kata-kata penting tersebut dalam konteksnya.
5. Gunakan konkordansi atau referensi silang untuk mencari
padanan arti.
6. Arti kata bisa berubah setelah melewati jangka waktu tertentu.
7. Alkitab kadang menggunakan kata-kata/terminologi yang
mempunyai arti yang berbeda dengan penggunaan umum.
8. Telusuri kata yang dipelajari dalam bahasa asli
(Ibrani/Yunani).

Alat bantu yang bisa digunakan untuk membantu di dalam


proses mempelajari Alkitab secara literal adalah :
54

a. Alkitab dalam berbagai terjemahan


b. Kamus Bahasa (Kamus Bahasa Indonesia, Kamus
Inggris –Indonesia, Kamus Yunani/Ibrani – Indonesia)
c. Kamus Alkitab
d. Ensiklopedi
e. Konkordansi

Contoh :
Arti ungkapan Tuhan Yesus “Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah” (Mat. 5:3).

Dalam bagian ini, ada “masalah” yang ditemukan. Yaitu ungkapan


“miskin” yang digunakan Tuhan Yesus. Masalah dalam pnafsiran
yang muncul adalah :

Apakah hanya orang miskin yang berbahagia?


Bagaimana dengan orang kaya?
Apa yang dimaksud dengan ungkapan “miskin” di sini?
Miskin dalam hal apakah yang dimaksud?

Masalah-masalah ini akan dipecahkan dengan menggunakan


penafsiran Literal dan alat-alat bantu yang diperlukan.

1. Alkitab berbagai versi


a. BIS Matthew 5:3 "Berbahagialah orang yang merasa
tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan
saja; mereka adalah anggota umat Allah!
55
NIV; KJV; NJB
b. Matthew 5:3 Blessed are the poor in
spirit: for theirs is the kingdom of heaven.
(Diberkatilah mereka yang miskin dalam roh,
merekalah yang memiliki Kerajaan Surga)
NLT
c. Matthew 5:3 "God blesses those who realize
their need for him, for the Kingdom of Heaven is
given to them. (Tuhan memberkati mereka yang
menyadari kebutuhannya, sebab Kerajaan Surga
diberikan kepada mereka)
GNT
d. Matthew 5:3 Maka,rioi oi` ptwcoi. tw/| pneu,mati(
o[ti auvtw/n evstin h` basilei,a tw/n ouvranw/nÅ
(Bersukacitalah orang-orang yang miskin rohani,
sebab mereka memiliki Kerajaan Surga)

Dari beberapa terjemahan ini didapatkan pengertian bahwa yang


dimaksudkan dengan ungkapan “miskin” disini adalah : orang yang
sadar/merasa tidak berdaya dan hanya bisa bergantung kepada Allah;
orang yang miskin dalam roh/miskin secara rohani, sehingga sangat
membutuhkan hal-hal rohani.

2. Kamus Bahasa Indonesia


a. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Miskin : orang yang tidak berharta benda; keadaan
yang serba kekurangan.
b. Lexicon
πτωχός, ή, όν literally, of one dependent on others for
support poor, destitute (MK 12.42); predominately
substantivally οἱ πτωχοί the poor (MT 19.21);
figuratively, of those in special need of God's help
poor, lowly (MT 5.3); figuratively, in a negative sense
56

of little value, worthless, powerless (GA 4.9) (πτωχός,


ή, όν secara literal, seseorang yang tergantung kepada
orang lain untuk menolong, miskin; melarat (Mrk.
12:42); dalam bentuk berfungsi sebagai kata ganti
orang miskin (Mat. 19:21) dan secara figuratif
menjelaskan tentang keadaan seseorang yang
membutuhkan perolongan Tuhan; ada dalam keadaan
rendah (Mat. 5:3), dan juga menggambarkan nuansa
negatif dari sesuatu yang bernilai rendah, tidak
memiliki kebenaran, dan tanpa daya (Gal. 4: 9)).

tw/| pneu,mati from πνευματικός, ή, όν spiritual,


pertaining to the spirit, opposite σαρκικός (fleshly,
carnal) and σάρκινος (worldly, earthly); (2)
predominately as distinguishing what belongs to the
supernatural world from what belongs to the natural
world (1C 15.44, 46); substantivally (3) as an
adjective expressing the qualifying characteristic of
impersonal things under the divine order spiritual (RO
7.14). (tw/| pneu,mati berasal dari kata πνευματικός,
ή, όν yang berarti rohani, berupa hal-hal rohani dan
berlawanan dengan σαρκικός (daging, kedagingan)
dan σάρκινος (dunawi;keduaniawian); secara khusus
membedakan mana yang merupakan milik dunia roh
dan dunia nyata (1 Kor. 15:44, 46) (3) sebagai kata
sifat menjelaskan kualitas karakter sesuatu yang ada
dibawah kuasa ilahi)

Dari penjelasan kamus, ide tentang kata “miskin” adalah orang yang
dalam keadaan lemah, tak berdaya dan hanya bergantung kepada
pertolongan pihak lain. Berhubungan dengan kata oi` ptwcoi. tw/|
pneu,mati disingkapkan sebuah pengertian bahwa kata ini menjelaskan
57

keadaan seseorang yang terus bergantung kepada Allah dan hanya


berharap kepada Allah saja. Bukan keadaan kurang dalam hal
materi/fisik tetapi dalam keadaan kurang atau tidak punya dalam hal-
hal rohani dan selalu membutuhkan kepenuhan-kepenuhan hal-hal
rohani.

3. Ensiklopedi
Dalam Perjanjian Lama, orang yang dikelompokkan sebagai
orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki harta benda
dan hidup dalam penderitaan. Sebutan gerim ditujukan untuk
anak-anak yatim, janda-janda dan orang asing yang tidak
memiliki tanah. Kelompok ini yang seringkali menjadi korban
penindasan (Yer. 7:6; Am. 2:6,7a). Di dalam beberapa bagian
Alkitab dijelaskan bahwa Tuhan adalah pembela bagi orang
miskin karena ketidakadilan yang mereka alami (Ul. 10:17-
19; Mzm. 68:6-7). Orang miskin adalah orang lemah yang
harus dilindungi dan ditolong, karena orang kaya seringkali
menindas dan memperlakukan dengan kejam. Beberapa
tulisan pemazmur seolah-olah menggambarkan si kaya
sebagai figuratif dari si jahat; sedangkan si miskin hampir
menjadi sinonim dari orang saleh (Mzm. 14:5,6).

Dalam Perjanjian Baru, orang Yahudi dibebani dengan


berbagai macam jenis pajak dari pemerintah Roma &
mengakibatkan banyak orang jatuh dalam berbagai kesukaran
ekonomi. Dalam pengajarannya Yesus memperingatkan
bahwa harta memang tidak jahat, tetapi berbahaya. Dengan
kekayaan orang akan mengandalkan kekayaannya dan hatinya
akan dicondongkan kepadanya dan tidak lagi bergantung
58

kepada Tuhan. “Dimana hartamu berada, disitulah hatimu.”


Sebaliknya si miskin lebih mudah bersikap bergantung
kepada Allah. Pelayanan Yesus juga banyak berfokus kepada
orang miskin dan banyak memberitakan Injil kepada mereka
(Luk. 4:18; 7:22; 14: 12-17; 14: 12-14).

Dari penelaahan ini, didapatkan sebuah pengertian dari PL dan PB


tentang keberadaan orang miskin. Mereka adalah kelompok orang
yang lemah dan sering mengalami ketidakadilan dan kekejaman.
Orang miskin adalah orang yang tidak mengandalkan apa-apa karena
memang mereka tidak mempunyainya. Tetapi Allah adalah pribadi
yang berpihak dan membela mereka. Demikian juga dengan
perlakuan yang Tuhan Yesus nyatakan kepada orang miskin, Ia justru
memperhatikan mereka, mengasihi mereka dan memberikan
penghiburan. Sesungguhnya jika orang terus bergantung kepada
Allah, mereka akan memiliki kerajaan Surga.

4. Konkordansi

Berikut adalah penelusurandari beberapa penggunaan kata


“miskin” di dalam Alkitab :
Imamat 25:25 apabila saudaramu jatuh miskin
2 Samuel 12:1 yang seorang kaya, yang lain miskin
Imamat 23: 22 harus kamu tinggalkan bagi orang miskin
Mazmur 40:18, 70 aku sengsara dan miskin . . .
Yakobus 2:5 Allah memilih orang-orang yang dianggap
miskin
59

Di dalam Alkitab kata “miskin” muncul di beberapa ayat. Ada


beberapa ide yang dijelaskan berhubungan dengan
ketidakmampuan secara materi; tidak punya harta benda
seperti yang disebut dalam Im. 25: 25; 2 Sam. 12:1; Ima.
23:22. Tetapi juga kata “miskin” menjelaskan tentang
keadaan lemah, tidak berdaya dan seseorang yang tidak
memiliki kesanggupan selain daripada berharap saja (Mzm.
40: 18, 70; Yak. 2:5). Jadi ide kedua ini yang selaras dengan
apa yang dimaksud di dalam teks yang dipelajari. Miskin
dalam Matius 5:3, tidak berbicara tentang ketidak mampuan
secara materi tetapi menunjuk kepada keadaan yang membuat
seseorang merasa tidak mampu, tidak berdaya dan memang
hanya bisa berharap dan bergantung.

Kesimpulan :
Jadi dari berbagai penelusuran yang sudah dilakukan dengan
berbagai macam alat bantu. Dapat diambil kesimpulan bahwa apa
yang dimaksud dengan ungkapan “miskin di hadapan Allah” di
dalam Matius 5:3 adalah keadaan seseorang yang sadar akan
ketidakberdayaanya dan kelemahannya sehingga hanya bisa
bergantung kepada Allah saja. Dan miskin yang dimaksud disini
adalah keadaan orang yang miskin dalam roh/miskin secara rohani,
sehingga sangat membutuhkan hal-hal rohani dan sama sekali tidak
berbicara tentang materi.
60

Penafsiran Gramatikal

Setiap kata dalam kalimat tidak berdiri sendiri. Kata yang


disusun bersama-sama memberi kombinasi arti yang membangun
alur pikiran. Arti dari kata itu sering ditentukan dari hubungannya
dengan kata-kata yang lain dalam kalimat. Tata Bahasa sendiri tidak
memperlihatkan arti sesungguhnya dari kata itu, tapi memperlihatkan
kemungkinan arti lain yang terdapat dalam kata (kalimat) itu.

Tata Bahasa terdiri dari beberapa unsur penting yang perlu


diamati, yaitu:

1. Fungsi kata dalam kalimat


Fungsi kata yang dimaksud adalah, apakah kata yang
dipelajari berposisi sebagai subjek, objek, atau predikat dalam
kalimat. Fungsi kata sangat pentingg untuk diperhatikan
supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengertian.

Contoh :
Kucing makan tikus
S P O
Fungsi-fungsi kata dalam kalimat di atas adalah seperti itu
dan jika dirubah akan berbeda arti dan pengertiannya. Contoh
di dalam kalimat adalah “. . . Allah adalah kasih” (1 Yoh.
4:8). “Allah” adalah subyek kalimat dan “kasih” adalah
keterangan, yang menjelaskan “Allah.” Fungsi-fungsi dalam
kalimat itu akan tetap memiliki pengertian yang benar jika
61

masing-masing katanya menempati fungsinya secara tepat,


sehingga kalimat tersebut tidak dapat diubah menjadi “Kasih
adalah Allah.”

2. Tense, kala atau keterangan waktu


Tenses adalah unsur gramatikal yang menjeaskan tentang
waktu atau kapan sebuah tindakan dilakukan. Memang, dalam
bahasa Indonesia, tenses kalimat tidak bisa langsung dilihat
dari kata kerjanya. Keterangan waktulah yang menentukan
sebuah tenses. Misalnya kata “makan” akan dijumpai dalam
bentuk yang sama di dalam setiap kala, baik lampau, kini,
maupun yang akan datang. Berbeda dengan tatabahasa dalam
bahasa Inggris. Biasanya, kala akan langsung terlihat ketika
melihat kata kerjanya, misalnya “eat, ate, eaten.” Unsur
gramatika ini penting supaya penafsir tahu kapan tindakan
yang dijelaskan dalam kalimat tersebut dilakukan.

3. Kata ganti
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan
sesuatu, bisa berupa personal maupun non personal. Misalnya
kalimat, “Andi adalah anak yang pandai karena ia rajin
belajar.” Dalam kalimat ini “Ia” adalah kata ganti yang
menggantikan “Andi.” Memang dalam konteks tertentu kata
ganti bisa dimengerti dengan mudah, tapi dalam kasus
tertentu kata ganti kadang-kadang membingungkan. Misalnya
Jika membaca Efesus 1:3-11 terdapat kata ganti yang
meskipun sama tetapi sebenarnya diterapkan pada pribadi
yang berbeda. Ada “Ia” dan “Dia” yang dipakai 6 kali dan
“Nya” yang dipakai 13 kali. Dalam hal inilah penelusuran
62

secara gramatikal diperlukan. Hubungan dan bagian-bagian


lain dalam kalimat sangat menentukan arti kata tersebut.
Ayat 4 Dia menggantikan Kristus
Nya menggantikan Allah Bapa
Ayat 5 Ia menggantikan Allah Bapa
Nya (2 kali) menggantikan Allah Bapa
Ayat 6 Nya (3 kali) menggantikan Allah Bapa
Dia menggantikan Kristus
Ayat 7 Dia menggantikan Kristus
Nya menggantikan Kristus
Nya menggantikan Allah Bapa
Ayat 8 Nya menggantikan Allah Bapa
Ayat 9 Ia menggantikan Allah Bapa
Nya (3 Kali) menggantikan Allah Bapa
Ayat 11 Dia menggantikan Kristus
Nya menggantikan Allah Bapa

4. Kata penghubung.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya (Bab V, Hukum
Struktur) kata penghubung menjelaskan ide hubungan dalam
kalimat-kalimat yang dirangkaikannya. Jadi kata penghubung
adalah unsur gramatika yang sangat penting untuk
diperhatikan supaya didapatkan penafsiran yang tepat.

Untuk mempelajari tatabahasa, yang perlu diperhatikan adalah:

1. Kalau ada bagian (kalimat) yang tidak jelas artinya, cari tahu
dahulu kunci katanya dan analisa tata bahasanya.
2. Pelajari hubungannya dengan kata-kata yang lain dalam
kalimat tsb.
63

3. Pelajari juga bentukan-bentukan katanya, khususnya dalam


susunan kata kerja bahasa aslinya (Ibr/Yun).
4. Kalau kemungkinan artinya lebih dari satu, maka cari
petunjuk lain, khususnya konteks.

Alkitab dalam berbagai terjemahan sangat menolong di dalam


penafsiran Gramatikal.

Penafsiran Kontekstual

Konteks berasal dari 2 kata, yaitu: kon (bersama-sama) dan


teks (tersusun), atau jadi konteks diartikan sebagai bagian yanng
tersusun bersama-sama atau bagian yang menyertai teks. Dalam
Hermeneutika, konteks diartikan sebagai ayat-ayat sesudah atau
sebelum ayat (bagian) yang dipelajari. Tapi secara umum konteks
diartikan sebagai hubungan pikiran yang menyatukan sebagian
(konteks dekat) atau keseluruhan tulisan (konteks jauh). Sehubungan
dengan Alkitab, konteks diartikan sebagai hubungan pikiran yang
menyatukan satu bagian perikop tertentu, atau satu pasal tertentu atau
satu kitab tertentu dalam Alkitab, atau bahkan keseluruhan Alkitab.

Secara terperinci konteks dapat dibagi dalam empat tingkat:

1. Konteks Seluruh Alkitab


Konteks dari setiap ayat adalah seluruh Alkitab. Tidak boleh
ayat ditafsirkan lepas di luar Alkitab. "Alkitab menafsir
Alkitab".
2. Konteks Perjanjian
64

Dalam seluruh Alkitab, konteks dari setiap ayat adalah Kitab


Perjanjian dimana ayat itu berada. "PB ada didalam PL, PL
diterangkan oleh PB"

3. Konteks Kitab
Dalam seluruh Alkitab dan Kitab Perjanjian, konteks dari
setiap ayat adalah kitab dalam Alkitab dimana ayat itu berada.

4. Konteks Perikop
Dalam seluruh Alkitab, Kitab Perjanjian dan Kitab dalam
Alkitab, konteks dari setiap ayat adalah perikop dimana ayat
itu berada.

Petunjuk mempelajari konteks:

a. Bacalah keseluruhan perikop (atau pasal) yang


menjadi konteks ayat yang anda pelajari.
b. Selidiki keseluruhan data dan pelajari kaitan-
kaitannya.
c. Carilah informasi latar belakang dari
nama/tempat/peristiwa yang sedang dipelajari
dengan menggunakan Kamus Alkitab.
d. Gunakan Referensi Silang untuk membandingkan
jika peristiwa/kisah yang sedang dipelajari juga
dicatat dalam kitab yang lain (memiliki kisah
paralel).

Contoh 1:
Apa yang dimaksud dengan “semuanya itu” dalam Matius 6:33?
65

Untuk menjawab permasalahan ini, bisa dilihat dari konteksnya.

Konteks
Ay. 25 Ajaran tentang tidak boleh kuatir akan hidup
26 Alasan untuk tidak kuatir akan hidup
27 Kekuatiran tidak berguna
28a Ajaran tentang tidak boleh kuatir akan hidup
28b-30 Alasan untuk tidak kuatir akan pakaian
31 Penegasan
32 Bapa tahu kebutuhan umatnya
33 carilah . . .semuanya . . . ditambahkan . . .
34 Kesimpulan

Kesimpulan :
Berdasarkan penelusuran dari konteksnya, jelas bahwa teks tersebut
(hal kekuatiran, ay 25-34) berbicara tentang kekuatiran akan
makanan dan pakaian. Jadi berdasarkan konteksnya “semuanya itu”
di ayat 23 merujuk pada makanan dan minuman yang disebutkan
konteks sebelumnya.

Contoh 2 :
Dalam Kisah Para Rasul 16:31 terdapat kalimat: “Percayalah kepada
Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu.” Apakah maksud dari klausa ini hendak menjelaskan
bahwa keselamatan bersisat kolektif (keselamatan satu orang
membawa keselamatan bagi seluruh keluarga) atau personal
(keselamatan adalah hasil iman pribadi).
66

Konteks Sebelum
Ay. 13-15 Paulus dan Silas memberitakan Injil di Filipi
16-18 Paulus mengusir roh tenung dari perempuan
17 Paulus dan Silas ditangkap
20-21 Tuduhan terhadap Paulus dan Silas
22-24 Paulus dan Silas didera dan dipenjara
25 Paulus dan Silas berdoa
26 Terjadi gempa bumi, belenggu dan pintu
terbuka
27 Kepala penjara ketakutan dan mau bunuh diri
28 Paulus mencegah
29-30 Kepala Penjara bertanya bagaimana supaya
selamat
31 Percayalah kepada Tuhan Yesus . . .

Konteks Sesudah
32-33 Paulus memberitakan Injil, semua keluarga
Kepala Penjara ikut mendengar Injil dan
dibaptis
34 Masing-masing anggota keluarga pecaya

Kesimpulan :
Dari penelusuran tersebut, konteks menjelaskan bahwa kalimat
“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu,” sama sekali tidak menyatakan bahwa
keselamatan bersifat kolektif, konteks ayat ini menjelaskan bahwa
setiap orang di dalam keluarga Kepala Penjara itu percaya secara
pribadi setelah Paulus & Silas dibawa ke rumahnya dan
memberitakan Injil kepada mereka (32, 34). Bukti kepercayaan
67

mereka dijelaskan dengan kisah pembaptisan seluruh anggota


keluarga itu (33)

Penafsiran Historikal

Penafsiran harus diterangi dengan latar belakang sejarah,


geografi dan budaya yang ada dalam berita yang disampaikan
penulis. Penulisan kitab dalam Alkitab ditulis dalam kerangka waktu,
tempat dan budaya yang tidak lagi sama dengan yang dipunyai
penafsir. Untuk itu penafsir harus betul-betul memahami dunia
Alkitab untuk dapat mengerti keadaan dan maksud asli
ayat/perikop/buku itu ditulis.

Seperti yang telah disebutkan, unsur-unsur penting yang perlu


mendapatkan perhatian khusus di dalam penafsiran Historikal adalah
:

1. Sejarah
Hal yang harus kembali diingat adalah bahwa Alkitab ditulis
dalam sejarah manusia – Alkitab sendiri bisa disebut
dokumen sejarah. Tidak dapat disangkal fakta-fakta sejarah
akan menentukan maksud dan pengertian dari penulis asli
Alkitab. Jadi sangat penting untuk kembali melihat faktor-
faktor sejarah dari “dunia” penulis.

Contoh : Di dalam Lukas 2:1-3 disana dijelaskan bahwa


ketika Kaisar Agustus menjabat, ia mengeluarkan perintah
untuk mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Kemudian
dijelaskan di ayat 4, Yusuf warga Nazaret di Galilea juga
mengikuti maklumat ini. Mengapa teks menjelaskan seluruh
68

dunia harus tunduk pada perintak Agustus? Apa yang


dimaksud dunia? Dan mengapa Yusuf yang adalah orang
Nazaret harus tunduk dan menjalankan maklumat kaisar
Romawi?

Dengan melihat fakta sejarah zaman itu, memang Romawi


adalah kekaisaran yang memiliki daerah taklukkan yang
sangat luas; hampir menyatukan seluruh dunia di bawah
kekuasaannya. kaisar Agustus sendiri adalah Kaisar Romawi
yang memerintah dari tahun 27 SM sampai tahun 14. Jadi
maksud seluruh dunia adalah wilayah kekuasaan Romawi,
termasuk tanah Palestina dan orang-orang Yahudi pada waktu
itu. Sehingga semua warga taklukkan Romawi harus
menjalankan dekrit ini.

2. Geografis
Aliran penafsiran Literal juga menekankan pemahaman
Alkitab dengan melihat keberadaan para penulis asli dan
dunianya, termasuk keadaan geografis pada waktu sebuah
bagian Alkitab ditulis. Penafsir tidak dapat mamahami teks
Alkitab dengan pendekatan geografis yang dia punya, tetapi
harus dengan pendekatan geografis dari sisi penulis.

Misalnya, dalam Yohanes 4:4, mengapa Tuhan Yesus harus


melewati daerah Samaria ketika meninggalkan Yudea dan
kembali ke Galilea? Jika melihat keadaan geografis teks (atau
melihat peta Alkitab), maka diketahui bahwa Samaria terletak
di antara Yudea dan Gelilea; sehingga untuk menuju Galilea
(ay. 3) Yesus harus melintasi daerah Samaria.
69

3. Kebudayaan
Sama seperti faktor sejarah dan geografis, pentingnya
mendekati teks dari faktor kebudayaannya adalah karena
tulisan-tulisan dalam Alkitab diwahyukan Allah kepada
penulis asli dengan memakai budayanya. Budaya penafsir
jelas sangat berbeda dengan budaya penulis (ditambah lagi
“jurang” waktu di antara keduanya). Budaya ketika Musa
hidup tentu sangat berbeda dengan budaya penafsir yang ada
di Indonesia, demikian juga dengan budaya Yesaya, Nehemia,
Paulus, Petrus, Yohanes dan para penulis lain. Penafsir perlu
mengerti budaya penulis untuk mempelajari tulisannya. Oleh
karena itu, pendekatan budaya sangat penting untuk mengerti
teks dalam Alkitab.

Petunjuk mempelajari latar belakang:


a. Pelajari dunia Alkitab dengan teliti, jalan terbaik
adalah dengan membaca seluruh Alkitab secara
berurutan.
b. Mencatat peristiwa/kejadian penting yang perlu
pengetahuan tambahan.
c. Gunakan Kamus Alkitab/Ensiklopedia dan alat (buku)
yang bisa dipakai untuk menambah pengetahuan
sejarah dalam Alkitab.
d. Cari Alkitab yang mempunyai referensi silang atau
catatan kaki karena akan mempermudah mendapatkan
paralel informasi yang dicari.
70

Contoh :
Lukas 9:59 mencatat sebuah jawaban dari seorang yang
mendapat panggilan dari Tuhan Yesus : “Izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan bapaku.” Pernyataan ini menimbulkan
banyak pertanyaan pada benak para penafsir; apakah pada
waktu itu ayahnya meninggal sehingga harus dikuburkan?
Jika ayahnya meninggal kenapa ia justru meninggalkan
rumahnya dan tidak ikut acara pemakaman? Atau ada maksud
lain selain beberapa asumsi di atas?

Ensiklopedi tentang “Pemakaman”


Dalam tradisi Yahudi, seorang anak sulung bertanggung
jawab dan wajib untuk menguburkan ayahnya ketika ia
tersebut meninggal. Sebagai bentuk kewajibannya tersebut
seorang anak harus tinggal bertahun-tahun dan mengabdikan
hidup sepenuhnya sampai ayahnya meninggal. Jadi jawaban
orang tersebut tidak menjelaskan bahwa ayahnya pada waktu
itu sudah meninggal, tetapi sedang menjelaskan tentang
kewajibannya sebagai anak sulung yang harus mengabdi
kepada ayahnya hingga mengurus semua hal yang
berhubungan dengan pemakaman sang ayah.

Penafsiran Teologis

Kita perlu mencari terang pengajaran Alkitab secara utuh


(keseluruhan kebenaran). Tidak mungkin kebenaran dari satu ayat
bertentangan dengan ayat yang lain, karena Alkitab tidak mungkin
71

bertentangan dengan diriNya sendiri. Inilah juga yang menjadi alasan


kita mempelajari ayat dalam konteksnya.

Salah satu cara untuk mengerti keseluruhan kebenaran


Alkitab adalah dengan membandingkan perikop yang paralel; yaitu
bagian (ayat-ayat) yang membicarakan hal-hal yang sama tetapi ada
di tempat-tempat yang berbeda di Alkitab. Dari perbedaan (atau
persamaan) kita dapat melihat pengertian ayat-ayat itu lebih jelas.
Tapi karena tidak banyak ayat-ayat (perikop) paralel ada di seluruh
Alkitab maka cara ini tidak selalu dapat dijadikan acuan. Prinsip
konteks lebih memberikan kepastian yang jelas.

Petunjuk penafsiran Teologis:

a. Penafsir harus tahu garis besar pengajaran kebenaran


seluruh Alkitab.
b. Mempelajari topik-topik penting dalam Alkitab.
c. Mempunyai pengetahuan isi Alkitab secara luas.
d. Menggunakan konkordansi untuk mencari persamaan
ide, kata, topik yang dibicarakan dalam teks yang
lain di Alkitab
e. Gunakan Referensi Silang untuk mencari ayat-ayat
yang membahas tema-tema yang sama dalam seluruh
Alkitab.
f. Prinsip konteks seringkali memegang peranan
penting.
72

Contoh :
Apa yang dimaksud dengan Nazir dan hal yang yang berhubungan
dengannya? Untuk mengerti bagian ini perlu melihat keteranga-
keterangan dari di dalam Alkitab secara utuh. Konkordansi sangat
menolong untuk mencari referensi silang dan infornasi dari teks lain
di Alkitab.

Bil. 6:2 Orang yang mengkhususkan dirinya untuk


Tuhan
Bil. 6:4 Orang nazir tidak boleh makan sesuatupun dari pohon
anggur
Bil. 6:5 Tidak boleh memotong rambut
Bil. 6:7 Tidak boleh menajiskan diri dengan menyentuh mayat
Bil. 6:8 Menguduskan diri bagi Tuhan
Bil. 6:9, 12 Pembatalan kenaziran
Bil. 6:18- 21 Korban tanda berakhirnya masa kenaziran
Hak. 13:5,7 Simson dipilih menjadi orang Nazir & aturan tentang
kenaziran berlaku atas dia dan ibunya selama
mengandung
Ams. 2:11-12 Penghiburan dan teguran Amos terhadap Israel tentang
orang nazir

Kesimpulan :
Jadi dari penulusuran tersebut Nazir adalah orang yang melaksanakan
nazar atau hukum kenaziran. Peraturan yang berlaku atas orang nazir
adalah tidak boleh memakan sesuatupun dari pohon anggur, tidak
boleh mencukur rambut, tidak boleh menyentuh mayat dan harus
menguduskan diri bagi Tuhan. Jika seorang nazir melanggar hukum
kenaziran atau sudah selesai masa kenazirannya; maka ia harus
73

melakukan berbagai ritual untuk membatalkan atau melepaskan diri


dari kenazirannya.

Penafsiran Sesuai Tujuan Penulis Asli

Setiap penulis Alkitab mempunyai maksud dan rencana


tertentu dalam tulisannya. Kata, kalimat, paragraf dan setiap bagian
membentuk satu kesatuan yang mengarah dan menjelaskan tujuan
tersebut. Karena itu, untuk mendapatkan pengertian yang benar dan
tepat dari sebuah ayat Alkitab, penafsir harus menyelidiki dan
menemukan maksud penulis dalam tulisannya.

Adakalanya penulis-penulis Alkitab memberikan petunjuk


dengan jelas maksud/tujuan mereka menuliskan kitab/surat (tersurat).
Tetapi kebanyakan penulis Alkitab tidak jelas menunjukkan tujuan
penulisan kitab itu (tersirat). Untuk itu pembaca harus membaca
dengan teliti seluruh isi kitab, khususnya dengan mempelajari garis
besarnya. Setelah menemukan tujuan/maksud penulisan kitab, maka
penafsir harus menjadikan itu sebagai pedoman untuk menafsir
dengan yang tepat. Semua topik, ide, pembahasan yag disampaikan
penulis dalam kitabnya akan selalu terarah pada tujuan tersebut.

1. Tujuan Penulis Secara Tersurat

Misalnya ketika membaca surat 1 Yohanes, di pasal 5:13


terdapat kata pnghubung “Supaya” yang berarti tujuan dari
penyusunan surat ini terangkum dalam ayat tersebut.
74

Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang


percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu
memiliki hidup yang kekal.

Maksud Rasul Yohanes menulis surat ini adalah supaya para


pembaca (kamu yang percaya kepada nama Anak Allah) tahu bahwa
mereka mempunyai hidup yang kekal. Oleh karena itu, bisa
dipastikan semua ide, penjelasan dan setiap bagian yang terdapat
dalam surat ini dibingkai oleh tujuan tersebut.

2. Tujuan Penulis Dalam Struktur Tulisan

Untuk menemukan tujuan penulis, penafsir dapat melakukan


penyelidikan terhadap struktur tulisannya. Misalnya dalam
pengamatan terhadap surat Efesus, penafsir dapat melihat ide
besar yang disampaikan dalam masing-masing pasal, dan jika
idenya sama; ide-ide tersebut bisa digabungkan menjadi satu.

Pasal

1-3 Kekayaan Rohani Orang Percaya


1:3-14 Berkat-berkat yang diberikan kepada orang
percaya
1:15-23 Doa pertama untuk jemaat
2:1-10 Karya Yesus bagi orang percaya
2:11-22 Pendamaian antara orang Yahudi & bukan
Yahudi
3 Doa kedua untuk jemaat

Sebab itu (4:1)


75

4-6 Cara Hidup Orang Percaya


4:1 Orang percaya harus hidup secara terhormat
4:2-16 Orang percaya harus hidup dalam kesatuan
4:17-32 Orang percaya harus hidup baru
5:1-2 Orang percaya harus hidup dalam kasih
5:3-14 Orang percaya harus hidup dalam terang
5:15-21 Orang percaya harus hidup bijaksana
5:22-6:9 Oranng percaya dalam keluarga harus hidup
menurut perintah ilahi

Secara singkat, tujuan Paulus menulis surat Efesus adalah


untuk menyampaikan dua hal:

Pertama, menjelaskan keistimewaan, keunggulan orang-


orang yang percaya kepada Kristus bahwa mereka memiliki
kekayaan rohani yang tidak dimiliki oleh orang lain di luar
Kristus (pasal 1-3).
Kedua, menjelaskan bagaimana keistimewaan dan kekayaan
itu harus diamalkan atau berbuah dalam kehidupan nyata
sehari-hari (pasal 4-6).

Misalnya ada pertanyaan yang berhubungan dengan surat


Efesus, mengapa di dalam surat ini Paulus secara khusus
memberikan nasehat-nasehat yang berhuhbungan dengan
keluarga? Dengan melihat tujuan penulisan ktab ini sendiri,
jelas diketahui kenapa Paulus harus menuliskan nasehat ini
adalah supaya orang Efesus sadar bahwa mereka memiliki
keistimewaan dan kekayaan rohani yang tidak dimiliki oleh
76

orang di luar Kristus. Kekayaan rohani itu harus diterapkan di


dalam setiap bidang kehidupan termasuk di dalam keluarga.
Di setiap aspek kehidupan orang percaya di Efesus harus
mencerminkan kalau mereka adalah orang-orang yang telah
mengalami kekayaan rohani dari Allah itu, termasuk di dalam
kehidupan berkeluarga.

Petunjuk mempelajari tujuan penulis:

a. Perhatikan kalimat-kalimat yang mengandung kata


sambung, “supaya,” “karena itu” atau “sebab itu.”
b. Jika tidak disebutkan dengan jelas maksud penulis,
pelajarilah garis besar struktur penulisan kitab tsb.
c. Pelajari juga latar belakang peristiwa/berita yang
disampaikan dalam kitab tsb. untuk menemukan
maksud penulis menuliskan kitab/surat tsb.

Prinsip Penafsiran Khusus

Selain prinsip-prinsip umum, ada prinsip-prinsip khusus yang


dapat menolong penafsir memberikan perhatian khusus pada jenis-
jenis karya sastra yang dipakai dalam Alkitab. Prinsip-prinsip khusus
tsb.

Kata-kata Kiasan dan Gaya Bahasa

Kata Kiasan/Gaya Bahasa adalah kata atau ungkapan yang


digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang tidak untuk arti
77

harafiahnya (sesungguhnya). Walaupun kata-kata kiasan itu tidak


membawa arti kata harafiahnya, tetapi mengungkapkan suatu berita
kebenaran tertentu dengan cara yang lebih menarik.

Dalam Alkitab kita menemui banyak kata-kata kiasan yang


dipakai. Untuk itu kita perlu mengerti bentuk kata-kata kiasan
bagaimana yang dipakai supaya tidak salah menafsirkan beritanya.

1. Metafora. Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang


mempunyai arti yang berlainan dengan perbandingan
langsung. Contoh: "Akulah roti hidup;" (Yoh. 6:35)

2. Simili. Perbandingan dua hal yang berlainan, yang ditandai


dengan kata penghubung “seperti; bagai; bagaikan;
seumpama, dsb.” Contoh: "Aku akan seperti embun bagi
Israel..." (Hos. 14:6).

3. Sinekdot. Gaya bahasa dengan menyebut sebagian yang


mewakili keseluruhan, atau sebaliknya. Contoh: "semua
penduduk Yerusalem“ (Mrk. 1:5) .

4. Antromorf. Berbicara kepada benda mati yang diperlakukan


sebagai manusia. Contoh: "Hai mezbah, hai mezbah“ (1 Raj.
13:2).

5. Personifikasi. Penggambaran terhadap benda yang tidak


hidup dan dijelaskan dengan ekspresi-ekspresi seolah-olah
hidup. Contoh: "Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan."
(Mzm. 98:8).
78

6. Hiperbole. Pernyataan yang dilebih-lebihkan.


Contoh: "Air mataku berlinang seperti aliran air.“ (Mzm.
119:136).

7. Interogasi. Hukum struktur yang bentuknya berupa


pertanyaan, dan diikuti dengan jawaban dari pihak yang
ditanya.
Contoh: "Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya?" (Mzm. 8:4).
8. Ironi. Ekspresi gaya bahasa yang berlawanan dengan arti yang
sebenarnya. Contoh: "bersama-sama kamu hikmat akan mati"
(Ayb. 12:2).
9. Zoomorphism. Allah digambarkan dengan kegiatan yang
umumnya dilakukan oleh binatang. Contoh : Ia
menggertakkan gigi (Ayb. 16:9); Dengan KepakNya (Mzm.
91:4).
10. Paradoks. Ungkapan atau kata yang bernada
bertentangan. Contoh : Belaskasihan orang fasik itu kejam
(Ams. 12:10)

Lambang atau Simbol

Lambang/simbol diartikan sebagai penambahan arti pada arti


biasa yang sudah ada (diketahui umum). Alkitab menggunakan
banyak lambang/simbol untuk mengungkapkan kebenaran atau justru
menyembunyikannya. Kata-kata lambang itu bisa berupa orang,
nama, benda, warna, nomor dll. Dan sering kali Alkitab tidak
memberikan arti terhadap simbol-simbol itu dan pembacalah yang
harus menemukannya. Itu sebabnya penafsir harus hati-hati untuk
79

bijaksana menentukan apakah simbol itu betul-betul dimaksudkan


oleh Alkitab atau tidak. Contoh: baptisan, perjamuan kudus dll.

Petunjuk untuk menafsirkan simbol:

1. Pelajari cara Alkitab sendiri menafsirkan simbol. Mencari


referensi silang dari ayat lain.
2. Kalau itu benda, maka kualitas/sifat benda tsb. bisa menjadi
petunjuk arti yang dimaksud.
3. Pelajari konteksnya karena penting untuk membantu
menentukan arti yang dimaksud. Benda atau objek yang sama
bisa memberikan simbol arti yang berbeda, maka perlu
melihat konteksnya.
4. Hindari berspekulasi. Kalau Alkitab tidak memberikan
petunjuk maka tidak perlu mereka-reka.

1. Gambaran-gambaran atau Tipe

Gambaran adalah deskrepsi dari aspek-aspek kebenaran/fakta


yang disampaikan di dalam Alkitab. Gambaran-gambaran itu
biasanya memiliki sifat sbb:

a. Mempunyai maksud ilahi. Gambaran bisa ditentukan


kepastiannya kalau diparalelkan dengan PB. Tapi
kalau tidak disebutkan dalam PB, maka berarti harus
hati-hati.
b. Gambaran adalah bayang-bayang dari kebenaran
yang akan diungkapkan, oleh karena itu
penggambaran dalam PL akan digenapkan dalam PB.
80

Bagaimana bila gambaran tertentu itu tidak disebutkan dalam


PB. Dalam hal ini para teolog berbeda pendapat:
Pertama: Semua gambaran harus mempunyai paralel dalam
PB, kalau tidak berarti tidak perlu dicari artinya.
Kedua: Semua hal dalam PL merupakan gambaran dari apa
yang akan datang (PB). Jadi pasti harus dicari artinya.
Contoh: Imam Besar PL adalah gambaran dari Kristus dalam
PB (Im. 9:7 menunjuk kepada Ibr. 5:3).

4. Perumpamaan
Perumpamaan biasanya diartikan sebagai sebuah cerita yang
mengandung kebenaran hidup tetapi tidak sungguh-sungguh
terjadi (tidak ada nilai sejarah) dan diceritakan dengan
maksud untuk memberikan kebenaran moral atau rohani.
(Bisa disebut sebagai perpanjangan dari simili karena
mengandung suatu perbandingan).

Petunjuk untuk memahami perumpamaan:


a. Perumpamaan biasanya mempunyai satu
pesan/berita/tujuan. Jadi kita tidak perlu mengartikan
semua detailnya dengan arti rohani. Yang penting
temukan tujuan utamanya (inti berita yang akan
disampaikan).
b. Pikirkan arti harafiahnya ketika pertama membaca
perumpamaan. Karena perumpamaan biasanya terdiri
dari 3 unsur: Situasi, Cerita, dan Aplikasi, maka
kalau sulit mengerti artinya, pikirkan situasinya (latar
81

belakang budaya atau sejarahnya), lalu tujuan


aplikasinya.
c. Periksa arti perumpamaan itu dengan pengajaran
langsung dari Alkitab secara keseluruhan.

5. Alegori
Alegori hampir sama dengan perumpamaan. Alegori bisa
disebut sebagai perpanjangan dari metafora. Yesus kadang
menggunakan metode alegori dalam menyampaikan
pengajaranNya (Yoh. 10 dan Yoh. 15), tetapi artinya cukup
jelas karena Yesus sendiri biasanya menjelaskan artinya.
6. Puisi
Puisi adalah alat pengekspresi perasaan dan pikiran manusia
yang paling dalam. Bentuk sastra Ibrani biasanya ditandai
dengan struktur baris tertentu yang disebut paralelisme,
namun tidak bersajak. Dalam Alkitab cukup banyak dijumpai
bentuk-bentuk tulisan puisi; misalnya: Nyanyian perang, (Kel.
17:16) Nyanyian Cinta (Kidung Agung), Ratapan (beberapa
bagian kitab Mazmur dan Kitab Ratapan), Nyanyian Pujian
(Beberapa bagian kitab Mazmur, Nyanyian Maria), Ucapan
Hikmat/Pengajaran (beberapa bagian Kitab Mazmur).

a. Sinonim/ Ulangan
Dua baris mengatakan hal yang sama dengan kata
yang berbeda.
Contoh : Mzm. 33:2
Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
bermazmurlah baginya dengan gambus sepuluh tali.
b. Kontras
82

Dua baris mengatakan hal yang berlawanan, bahkan


bertentangan
Contoh : Ams. 15:1
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”
c. Tambahan
Baris kedua menambah kepada pikiran dari baris
pertama.
Contoh : Mzm. 9:10
“Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan
bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada
waktu kesesakan”
d. Tamsil
Menggunakan kata-kata kiasan
e. Luar Biasa
Emosi yang kuat atau bahasa yang ekstrem
Contoh : Ayb. 16:12-13

7. Nubuat
Nubuat adalah salah satu bentuk sastra yang mungkin paling
sulit untuk ditafsirkan sehingga paling banyak disalah-
tafsirkan. Dari banyaknya jumlah nubuatan yang ada di
Alkitab, maka sangat perlu kita memberi perhatian dalam
menafsir.

Ciri/karakteristik nubuatan: biasanya menggunakan gaya


bahasa/kata kiasan, sehingga artinya tidak jelas. Kata kerja
yang digunakan adalah bentuk-bentuk keakanan dan
penggenapannya adalah untuk waktu yang akan datang (bisa
83

waktu dekat atau jauh), dan jelas memiliki perspektif


nubuatan dengan bersyarat atau tidak bersyarat.

Nubuatan dibedakan dalam beberapa macam:

a. Nubuatan yang akan terjadi langsung saat dikatakan


Contoh: "Aku akan mengeraskan hati Firaun“ (Kel.
14:4)

b. Nubuatan PL yang digenapi kemudian pada masa PL


Contoh: Yos 6:26; 1 Raj. 16:34

c. Nubuatan PL yang digenapi kemudian pada masa


PB
Contoh: Nubuatan-nubuatan tentang Mesias.

d. Nubuatan PB yang digenapi kemudian pada masa


PB
Contoh: Mrk. 13:2

e. Nubuatan PL dan PB yang belum digenapi


Contoh: Kedatangan Kristus yang kedua kali.

Ada langkah-langkah yang bisa diikuti untuk memahami


sebuah nubuatan yang ada di dalam Alkitab. Berikkut adalah
beberapa langkah yang bisa diikuti :

a. Baca
b. Menentukan model nubuatan
c. Memakai konkordansi atau referensi
d. Mencari nubuatan lain yag pokoknya sama
84

e. Menafsirkan nubuatan apakah literal atau kiasan


f. Membuat penafsiran sementara disertai bukti
g. Membandingkan dengan buku-buku tafsiran

Contoh : 2 Sam. 7:12-16

• Membangkitkan keturunan untuk mengokohkan


kerajaan
• Mendirikan rumah Allah
• Mengokohkan tahkta kerajaan selamanya
• Hubungan Bapa – anak penghukuman dengan rotan
• Kasih setia tidak terhilang
• Keluarga dan kerajaan kokoh selamanya
VII.

PENDEKATAN HERMENEUTIK

Seorang penafsir Alkitab juga harus memperhatikan klasifikasi


kitab berdasarkan isi berita dan bentuknya. Alkitab adalah sebuah
“perpustakaan” yang memiliki kitab-kitab yang memiliki pesan dan bentuk
yang berbeda-beda. Secara umum, kitab-kitab tersebut bisa dikelompokkan
sebagai berikut : Kitab Taurat, Sejarah, Puisi, Nabi-nabi, Injil-injil, Kisah
Para Rasul, Surat-surat Kiriman dan Kitab Eskatologi. Masing-masing
kelompok kitab memiliki pendekatan yang berbeda-beda di dalam
penafsirannya. Berikut akan dibahas secara singkat pendekatan-pendekatan
yang bisa dilakukan untuk mempelajari kelompok-kelompok kitab tersebut.

A. Kitab Taurat

Berikut ini adalah beberapa pedoman yang perlu diingat untuk


menafsir Kitab-kitab Taurat dengan lebih tepat:

a. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum adalah wasiat


milik orang Israel, termasuk di dalamnya adalah hukum
Taurat PL. Hukum Taurat merupakan pernjanjian antara
Tuhan dengan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, agar
Israel setia kepada Tuhan.

b. Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat akan mengikat


kita secara langsung apabila hukum tsb dibaharui dalam
kitab-kitab PB. Oleh karena itu untuk menafsirkan hukum
Taurat bagi kita sekarang harus diterangi dengan terang
hukum PB, yaitu hukum Kristus atau hukum kasih.
86

B. Kitab Sejarah

Kitab Yosua-Ester dimasukkan ke dalam kelompok kitab-kitab


sejarah. Kitab yang menceritakan sejarah bangsa Israel dan tokoh-tokoh
kunci dalam perjuangan Israel merebut tanah perjanjian. Meskipun banyak
tokoh yang terlibat dalam sejarah tersebut, Allah adalah Tokoh Utamanya.

a. Kitab-kitab Sejarah PL biasanya tidak mengajarkan doktrin


secara langsung, karena memang tujuannya tidak untuk
menjawab masalah-masalah teologis yang muncul. Tetapi
dari peristiwa yang terjadi kita akan mampu menarik
pelajaran khusus tentang pokok-pokok tertentu. yang
biasanya merupakan penjelasan dari doktrin yang diajarkan
dibagian kitab lain.
b. Sejarah mencatat apa yang telah terjadi, bukan apa yang
seharusnya terjadi. Itu sebabnya apa yang dilakukan tokoh-
tokoh dalam kitab-kitab tsb., belum tentu menjadi contoh
yang baik. Tokoh-tokoh itu adalah manusia biasa yang juga
memiliki kelemahan.
c. Kesalahan yang sering dilakukan penafsir ketika
menafsirkan kitab-kitab sejarah adalah mengalegoriskan
cerita sejarah tsb. Hal ini terjadi karena penafsir tidak
melihat peristiwa-peristiwa dalam konteks keseluruhan dan
menggabung-gabungkan peristiwa yang terjadi secara
salah.

C. Kitab Puisi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menafsir karya


jenis mazmur/puisi:
a. Ada beberapa jenis Puisi dalam kitab-kitab Puisi di
Alkitab:
87

i. Mazmur Ratapan (60 buah)


ii. Mazmur mengucap syukur.
iii. Kidung Pujian.
iv. Mazmur Sejarah Keselamatan.
v. Mazmur Perayaan dan Pengukuhan.
vi. Mazmur Hikayat.
vii. Nyanyian Kepercayaan.
b. Sebagian besar isi (khususnya Kitab Mazmur) adalah
pengalaman dan pergumulan pribadi para penulisnya.
Pengalaman seseorang tidak dapat dipakai sebagai
pedoman pengajaran/ doktrin. Ada tiga tujuan penerapan
Mazmur dalam kehidupan orang Krsiten yaitu:
i. Sebagai penuntun dalam ibadah.
ii. Untuk memiliki hubungan yang jujur dengan
Allah.
iii. Untuk merenungkan perkara-perkara yang Allah
telah lakukan bagi kita sehingga kita dapat
bersyukur atasnya.

D. Kitab Nabi-nabi

Allah memakai para nabi sebagai pengantara, penyambung lidah


Allah. Berita para nabi bukan berasal dari diri mereka sendiri, tetapi dari
Allah. Itulah sebabnya nubuatannya/beritanya didahului dengan kata:
"Demikianlah Firman Tuhan" atau "Inilah Firman Tuhan". Latar belakang
para nabi diwarnai dengan: Pergolakan bidang politik, militer, sosial,
ekonomi; Ketidaksetiaan secara rohani dari umat Allah;

Latar belakang ini sangat mempengaruhi berita yang dibawa oleh


para nabi, karena hal itu berhubungan langsung dengan keadaan, situasi dan
kebutuhan jaman itu dan panggilan masing-masing nabi-nabi tsb. untuk
generasi yang hidup pada masa itu. Dalam berita nubuatannya, Allah
digambarkan sebagai Juru Dakwa atau Hakim. Itu sebabnya bentuk sastra
88

yang sering dipakai adalah "firman celaka". Melalui para nabi, Allah
mengumumkan kebinasaan yang mendekat. Ada tiga unsur didalamnya:
Nubuat mengenai malapetaka atau kebinasaan yang akan didatangkan;
Alasan mengapa malapetaka itu ditimpakan; Di sisi lain, dipakai juga
bentuk sastra yang berupa janji atau "firman keselamatan". Dalam
menyampaikan nubuatan, para nabi sering menggunakan puisi sebagai
sarana pemberitaannya, sebab di Israel kuno, puisi dihargai sebagai alat
untuk belajar.

E. Kitab Injil-injil

Perlu lebih dahulu diingat bahwa kitab-kitab Injil adalah kitab-kitab


yang menceritakan tentang kehidupan, pelayanan dan pengajaran Tuhan
Yesus, tetapi tidak dtulis oleh Tuhan Yesus. Diceritakan oleh 4 orang
penulis yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Perlu diperhatikan konteks kitab-kitab Injil. Ada 2 konteks historis;


yang pertama pengetahuan kebudayaan dan agama dari abad pertama yaitu
Yudaisme Palestina. Namun selain itu ada konteks kedua yaitu konteks
historis dan sastra dari penulis kitab Injil itu sendiri.

Untuk menafsirkan kitab-kitab Injil, disarankan agar kita memakai


cara berpikir secara vertikal dan horizontal, karena banyak perikop dari
kitab-kitab Injil yang menceritakan cerita pararel/sama.

F. Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kis. Para Rasul dimasukkan sebagai kitab sejarah, karena


menceritakan tentang sejarah perbuatan para rasul dan masa gereja mula-
mula, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menolong kita menafsirkan dengan lebih tepat:
89

1. Disarankan untuk membaca keseluruhan buku ini secara


sekaligus (sekali baca) untuk dapat mengamati
perkembangan peristiwa-peristiwanya dalam satu kesatuan.
2. Namun selain mengkisahkan tentang perbuatan para Rasul,
jelas penulis Lukas menunjukkan gerakan Roh Kudus
dibalik peristiwa-peristiwa tsb. yang mengatur gerakan
kekristenan dari Yerusalem sampai ke Samaria, dan sampai
ke ujung-ujung bumi.
3. Karena sifat sejarahnya, maka hal-hal yang diceritakan tsb.
bukan sesuatu yang bersifat normatif, kecuali jika Alkitab
mengatakannya dengan tegas.

G. Surat-surat Kiriman

Seperti kebanyakan surat pada umumnya, surat-surat Kiriman


dalam Alkitab memiliki ciri-ciri yang sama yaitu: ada nama penulis, nama
penerima, salam pembukaan/doa/harapan/ucapan syukur, isi surat dan
penutup surat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menafsir Surat-
surat Kiriman:

a. Masing-masing surat memiliki konteks historis yang


berbeda. Sebagian besar surat-surat Kiriman tsb. ditulis
bukan untuk tujuan pengajaran doktrin, tetapi untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh jemaat
atau pribadi sebagai penerima surat tsb. Namun demikian
surat-surat tsb. ditulis dengan kesadaran adanya otoritas
kerasulan/pemimpin umat dari para penulisnya.
b. Surat Kiriman tidak disusun sebagai suatu cerita berurutan,
tetapi surat terdiri dari paragraf-paragraf dan setiap
paragraf memiliki pokok pembicaraan, jadi perlu berpikir
secara paragrafi dengan mengikuti perkembangan logika
penulisnya. Untuk itu penting membaca surat secara
keseluruhan untuk mendapatkan gambaran selengkap
90

mungkin tentang pokok-pokok masalah yang dihadapi


masing-masing jemaat.
c. Karena masalah latar belakang budaya sangat menonjol
maka perlu dibedakan antara pokok inti Alkitab dengan
pokok-pokok yang bukan merupakan inti pengajaran. Juga
perlu dibedakan antara hal-hal yang bersifat moral normatif
atau yang berupa budaya setempat.

H. Kitab Eskatologi

Sebagian kitab eskatologi adalah penyingkapan nubuat dari


Perjanjian Lama, disebut juga sebagai kitab-kitab apokaliptis. Banyak orang
berpendapat bahwa menafsirkan kitab-kitab eskatologi adalah yang paling
sulit, sehingga tidak heran kalau banyak pengajaran yang simpang siur yang
ditimbulkan olehnya.

a. Sumber utamanya adalah nubuatan PL, khususnya dari


kitab nabi-nabi, mis. Yehezkiel, Daniel, Zakharia, Yesaya.
Seperti kebanyakan kitab apokaliptis, materinya
berhubungan dengan masalah penghakiman dan
penyelamatan yang akan datang.
b. Materi apokaliptis lebih banyak diungkapkan dalam bentuk
visi (penglihatan) dan mimpi dengan bahasa yang memiliki
arti tersembunyi dan simbolis/figuratif. Tugas utama dalam
eksegesis kitab apokalips adalah mencari maksud mula-
mula dari pengarang (yaitu dengan memahami konteks
historis dan konteks sastra).
c. Gambaran dari materi apokaliptis sering berupa
penglihatan/gambaran dan bukan seperti dalam kenyataan.
Kita perlu tahu bahwa gambaran adalah mengenai masa
depan dan hanya mengungkapkan kenyataan yang akan
terjadi tetapi bukan berarti harus terjadi sesuai dengan
gambaran tersebut.
91

d. Karena sifat dari kitab apokaliptis biasanya adalah


nubuatan, maka kita harus peka terhadap latar belakang
dari suatu perlambang yang ada. Juga hal penglihatan, kita
harus menafsirkannya sebagai suatu keseluruhan, bukan
alegoris. Jangan mudah terjebak dengan menganalogikan
ayat-ayat dalam Alkitab secara berlebihan

Anda mungkin juga menyukai