dari tra d isi Kristen, Barat, dan juga tradisi Filsafat, sehingga
Barat dan juga Filsafat, yang tidak pasti sesuai dengan Islam.
Keberatan pertama ini melihat perkembangan hermeneutika ber awal dari tradisi Bibel, dan kemunculan
hermeneutika ini berawal dari trauma umat Kristen saat itu ter hadap
sepu tar penulisan Bible, maka dari itu metode her me neutika
penulis teks.2
Barat yang sekuler dan anti- agama dianggap ikut memberi kan makna baru ter hadap herme neutika.
Oleh karena
diterapkan untuk kajian kitab suci ia dicurigai akan merusak sendi-sendi agama, karena agama disub-
ordinasi kan
diasumsi kan penuh dengan pre-supposisi epistemologis yang ber sumber pada konsep reali tas dan
kebenaran
dan ontologis.3
herme neutika tidak lah sesuai untuk diterapkan ke dalam studi tafsir yang sudah berjalan mapan dalam
Islam.
Al-Qur’an tidak memerlukan herme neutika sebagaimana Bibel, karena Al-Qur’an adalah final tetap dan
tidak
ber ubah. Otentisitas Al-Qur’an terjaga. Berbeda dengan AlQur’an, teks Bibel tidak fin a l, tidak tetap dan
berubah-ubah.4
Tegasnya, Ulumul Qur’an sangat ber beda de ngan hermeneutika. Dasar yang sangat fundamental dari
per beda an itu
berikut:6
1. Berdasarkan akar katanya, hermeneutika sering di asosiasi kan dengan Hermes, yaitu seorang Dewa
Yunani
yang bertugas menyampaikan pesan dari dunia dewadewa kepada manusia. Untuk melaksanakan
tugasnya ini
dengan Hermes.
2. Dalam proses penafsiran, hermeneutika tidak mementingkan urutan prosedural, karena satu-satunya
jalan untuk
otentisitas dan prosedur periwayatan sebelum menafsirkan; misalnya ada hirarki langkah-langkah
penafsiran: yang
sunnah (hadis Rasul); kemudian penafsiran sahabat, selanjut nya penafsiran tabiin.
dijelaskan di muka berkisar pada tiga elemen pokok, yakni teks, interpreter dan audien atau apa yang
diistilahkan dengan triadic structure. Itu berarti teori hermeneutika
4. Dalam teori hereneutika terkesan bahwa seorang hermeneut dapat menafsirkan semua teks tanpa
kecuali selama
baik. Padahal dalam tradisi ulumul Qur’an dinyatakan bahwa banyak ayat yang sifatnya tidak terjangkau
oleh nalar