Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TAFSIR TARBAWI

“METODOLOGIS TAFSIR HERMENEUTIKA: SEBUAH TELAAH KRITIS DAN


METODOLOGIS”

Arsy Abdur Rahman (22250019), Laily Ratna Sari (22250031).

Universitas Muhammadiyah Metro

ABSTRAK:

Jurnal ini membahas metodologi tafsir hermeneutika dengan fokus pada


pemahaman dan analisis metode tafsir yang menggunakan pendekatan
hermeneutika dalam penafsiran teks, terutama teks agama atau sastra.
Hermeneutika adalah disiplin ilmu yang berkembang dalam filosofi dan ilmu
humaniora, yang bertujuan untuk interpretasi dan pemahaman teks-teks yang
kompleks. Dalam konteks tafsir, hermeneutika digunakan untuk memahami teks
suci atau teks-teks sastra secara lebih mendalam. Jurnal ini membahas
dasar-dasar hermeneutika, konteks sejarah dan sosial, hubungan antara teks dan
pembaca, bahasa dan makna, prinsip-prinsip tafsir hermeneutika, aplikasi dalam
konteks agama dan sastra, tantangan dan kritik, serta metode tafsir alternatif.
Dengan demikian, jurnal ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana
metode hermeneutika digunakan dalam penafsiran teks-teks yang kompleks.
PENDAHULUAN

Alquran mengandung segudang makna, yang atas dasar itulah peluang untuk
mengaktualisasikan makna ayat-ayatnya selalu terbuka lebar. Tuntutan agar
Alquran dapat berperan dan berfungsi dengan baik menjadi pedoman dan petunjuk
hidup bagi manusia, terutama dalam zaman kontemporer sekarang ini. Bagi umat
Islam, sebagai kitab suci dan pedoman hidup maka Alquran telah, sedang dan akan
selalu ditafsirkan. Sebagai kitab suci yang memiliki posisi yang sangat urgen bagi
kehidapan manusia, sāliḥli kulli zamān wa makān, maka sepanjang waktu
Alquransenantiasa ditafsirkan.
Hermeneutika adalah suatu metode atau teori filsafat untuk mentafsirkan
simbol yang berkaitan dengan teks supaya diketahui arti dan maknanya. mula
digunakan terhadap kajian al-Quran pada abad 19 M oleh para sarjana islam, akan
tetapi banyak kalangan ulama mempersoalkannya. Ini karena hal tersebut dapat
meragukan keaslian dan kesucian al-Quran. Disamping itu juga, hermeneutik telah
digunan dalam menafsirkan bible bagi mencari nilai kebenarannya.
Hermeneutika adalah sebuah pendekatan atau metodologi interpretatif yang
digunakan untuk memahami dan menguraikan makna dalam teks atau fenomena.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "hermeneuein," yang berarti menerjemahkan
atau menjelaskan. Hermeneutika memiliki banyak aplikasi dalam berbagai disiplin
ilmu, termasuk filsafat, sastra, teologi, ilmu sosial, dan sejarah.
Inti dari hermeneutika adalah upaya untuk menggali makna yang terkandung
dalam teks atau fenomena dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti
konteks historis, budaya, linguistik, dan sosial di mana teks tersebut dihasilkan atau
fenomena tersebut terjadi. Metode ini memandang bahwa makna dalam sebuah
teks tidak selalu tersirat secara jelas atau harfiah, tetapi seringkali memiliki
kedalaman dan kompleksitas yang memerlukan pemahaman yang mendalam.
Penggunaan hermeneutika dalam penafsiran Alquranmendapat tanggapan
yang beragam dari para ulama dan cendekiawan Muslim. Ada yang menyetujuinya
dan ada pula yang menolaknya. Hal itu karena hermeneutika memang tergolong
baru dalam khazanah tafsir Alquran. Namun di tengah pro dan kontra, metode yang
sejatinya merupakan bagian dari kajian filsafat ini tetap mengalami perkembangan
signifikan di tangan para hermeneut (pengaplikasi hermeneutika) Muslim
kontemporer.
PEMBAHASAN

PENGERTIAN HERMENEUTIKA DAN SEJARAHNYA

Hermeneutika Secara bahasa diambil dari istilah yunani hermeneuein berasal


dari bahasa Hermeneutikos, yang mengandung tiga dasar makna, pertama
mengungkapkan, kedua menjelaskan dan ketiga menterjemahkan (Mamat S.
Burhanuddin, 2006:57). Dari ketiga-tiga makna tersebut dapat diistilahkan dengan
interpretasi (Wan Mohd Nor Wan Daod,1998:384), yaitu; Pengucapan lisan,
penjelasan yang dapat diterima oleh akal dan penyalinan dari satu bahasa ke
bahasa lain.
Hermeneutika dikenal dalam bahasa Inggris dengan kata hermeneutic atau to
interpret, yaitu menginterpretasikan, menafsirkan dan menterjemahkan. Sedangkan
dalam bahasa Arab arti yang mendekati dengan kata hermeneutika adalah Tafsir,
Takwil, Syarh dan Bayan (Muzairi, 2003:54). walaupun pada dasarnya terjemahan
ini tidak ada kesamaan sekali. Secara susunan bahasa antara kata hermeneutika
(hermeneutic) dengan hermenetika (hermeneutics) terdapat perbedaan makna,
dimana hermeneutic adalah bentuk adjektif, yang menunjukkan kepada sifat yang
terdapat dalam pentafsiran, sedangkan hermeneutics adalah kata noun (benda)
yang mengandung arti ilmu pentafsiran, ilmu untuk mengetahui maksud yang
terkandung dalam kata-kata dan ungkapan penulis atau pentafsiran khusus
terhadap kitab suci.1 (Fakhruddin Faiz, 2003:20).
Menurut Istilah Hermeneutika adalah suatu istilah baru yang bersifat akademik,
untuk mentafsirkan maksud, pengartian dan tujuan suatu teks-teks kuno. Secara
epistimologi sebenarnya hermeneutik memiliki makna yang luas dan berkembang
bermula dari ilmu untuk memahami bahasa dan teks, ilmu memahami kitab suci,
kemudian menjadi cabang dari ilmu filsafat. Kemudian hermeneutika ini
dikembangkan menjadi suatu metodologi yang khusus untuk menafsirkan bible
yaitu kitab suci orang-orang kristen. 1 Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka
membangun metodologi demikian? Karena didalam bible mereka menghadapi
masalah dengan teks-teks bible itu sendiri. Mereka tahu bahwa bible ini bukan
ditulis oleh Nabi Isa, AS. yang dipercayai orang-orang nasrani sebagai Yesus dan
bukan pula ditulis oleh murid orang yang tidak pernah bertemu dengan Nabi Isa, AS..
Jadi kalau kita lihat bible new testament atau perjanjian baru, disana ada Injil
Johanes, Injil Markus, Injil Mathius, Injil Lukas dan sebagainya. Mereka ini adalah
orangorang yang tidak pernah bertemu dengan Nabi Isa, AS.
Namun al-Quran memiliki riwayat yang mutawatir, seluruh al-Quran memiliki
jalur periwayatan yang amat banyak. Sedangkan bible, selain riwayatnya (ahad)
tunggal, dibawa oleh seorang saja, iaitu: Johanes, Markus, Lukas dan Mathius
hanya meriwayatkan seorang diri juga riwayatnya mursal, sanad atau mata rantai
periwayatannya terputus, karena mereka tidak pernah bertemu dengan Nabi Isa, AS.

1 Fakhruddin Faiz, 2003:20


Secara langsung. (Lihat Majalah Respon, 2008) Maka dari itu hermeneutika
berfokus kepada tiga segi, iaitu; teks, konteks dan kontekstual.2

TELAAH KRITIS DAN METODOLOGIS TENTANG METODE TAFSIR HERMENEUTIKA

Telaah kritis dan metodologis tentang metode tafsir hermeneutika


adalah upaya untuk memahami dan menganalisis metode tafsir yang
menggunakan pendekatan hermeneutika dalam penafsiran teks, terutama teks
agama atau sastra. Hermeneutika adalah sebuah disiplin ilmu yang berkembang
dalam filosofi dan ilmu humaniora, yang fokus pada interpretasi dan pemahaman
teks-teks yang kompleks. Dalam konteks tafsir, hermeneutika digunakan untuk
memahami teks suci atau teks-teks sastra dengan lebih mendalam. Berikut adalah
beberapa aspek penting dalam telaah kritis dan metodologis tentang metode tafsir
hermeneutika:
1. Dasar-Dasar Hermeneutika:
Telaah hermeneutika harus dimulai dengan pemahaman yang kuat tentang
dasar-dasar hermeneutika. Ini mencakup pemahaman tentang sejarah
perkembangan hermeneutika dari pemikiran para filsuf seperti Friedrich
Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, dan Hans-Georg Gadamer.
2. Konteks Sejarah dan Sosial:
Metode tafsir hermeneutika selalu beroperasi dalam konteks sejarah dan sosial
tertentu. Telaah harus mempertimbangkan bagaimana faktor-faktor
kontekstual ini mempengaruhi penafsiran, termasuk norma, nilai, dan asumsi
budaya pada waktu dan tempat tertentu1.
3. Hubungan antara Teks dan Pembaca:
Hermeneutika menekankan pentingnya hubungan antara teks dan pembaca.
Telaah kritis harus mempertimbangkan bagaimana pemahaman pembaca,
pengalaman pribadi, dan perspektif mereka memengaruhi proses tafsir.
4. Bahasa dan Makna:
Hermeneutika juga berfokus pada masalah bahasa dan makna. Telaah harus
menjelaskan bagaimana bahasa digunakan dalam penafsiran hermeneutika,
termasuk peran penting konteks dalam menentukan makna kata dan frasa.
5. Prinsip-Prinsip Tafsir Hermeneutika:
Telaah harus menyelidiki prinsip-prinsip tafsir yang mendasari metode
hermeneutika, seperti prinsip penafsiran sejarah (historisches Verstehen)
dalam pemikiran Dilthey dan prinsip dialog hermeneutis dalam pemikiran
Gadamer.

2 Lardalis
F. Budi Handimas. Melampasi Putin Opc bl. 37, kemudian bandingkandengan E. Summaryono,
Hermesnik Oprit, him 23
6. Aplikasi dalam Konteks Agama dan Sastra:
Hermeneutika digunakan dalam berbagai konteks, termasuk penafsiran teks
agama dan sastra. Telaah harus mempertimbangkan bagaimana metode
hermeneutika diterapkan dalam penafsiran Alkitab, Quran, atau karya sastra
klasik dan kontemporer.
7. Tantangan dan Kritik:
Telaah kritis harus mempertimbangkan tantangan dan kritik terhadap metode
tafsir hermeneutika. Ini termasuk pertanyaan tentang objektivitas dalam
penafsiran, pluralisme makna, dan masalah bias interpretatif.
8. Metode Tafsir Alternatif:
Dalam telaah kritis, penting untuk membandingkan metode tafsir hermeneutika
dengan metode tafsir alternatif, seperti tafsir historis-kritis atau tafsir teks
sastra yang lebih tradisional.Telaah kritis dan metodologis tentang metode
tafsir hermeneutika dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
cara metode ini digunakan dalam penafsiran teks-teks yang kompleks. Hal ini
juga dapat membantu mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari
pendekatan hermeneutika dalam berbagai konteks interpretatif.3

HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE TAFSIR

Hermeneutika bukan sekedar tafsir, melainkan satu “metode tafsir” tersendiri


atau satu filsafat tentang penafsiran, yang bisa sangat berbeda dengan metode
tafsir Alquran. Di kalangan Kristen, saat ini, penggunaan hermeneutika dalam
interpretasi Bible sudah sangat lazim, meskipun juga menimbulkan perdebatan.
Dari definisi di atas jelas, bahwa penggunaan hermeneutika dalam penafsiran
Alquran memang tidak terlepas dari tradisi Kristen. Celakanya, tradisi ini digunakan
oleh para hermeneut untuk melakukan dekonstruksi terhadap Alquran dan metode
penafsirannya.1
Hermeneutika, sebagai sebuah metode penafsiran, tidak hanya memandang
teks, tetapi hal yang tidak dapat ditinggalkannya adalah juga berusaha menyelami
kandungan makna literalnya. Lebih dari itu, ia berusaha menggali makna dengan
mempertimbangkan horizon-horizon yang melingkupi teks tersebut, baik horizon
pengarang, horizon pembaca, maupun horizon teks itu sendiri. Dengan kata lain,
sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika memerhatikan tiga hal sebagai
komponen pokok dalam kegiatan penafsiran, yakni teks, konteks, dan
kontektualisasi.
Menurut Nashr Hamid Abu Zayd dalam bukunya, “Hermeneutika Inklusif”,
problema dasar yang diteliti hermeneutika adalah masalah penafsiran teks secara
umum, baik berupa teks historis maupun teks keagamaan. Oleh karenanya, yang
ingin dipecahkan merupakan persoalan yang sedemikian banyak lagi kompleks

3 Muzairi. (2003). Hermeneutika, Tafsir, dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


yang terjalin di sekitar watak dasar teks dan hubungannya dengan al-turāts di satu
sisi, serta hubungan teks di sisi lain. Yang terpenting di antara sekian banyak
persoalan di atas adalah bahwa hermeneutika mengkonsentrasikan diri pada
hubungan mufassir dengan teks.24 Ia berpendapat bahwa Alquranadalah teks yang
berupa bahasa. Peradaban Arab Islam tidak mungkin melupakan sentralisasi teks.
Menurutnya, prinsipprinsip, ilmu-ilmu dan juga kebudayaan Arab Islam itu tumbuh
dan berdiri di atas teks.
Namun demikian, teks tidak akan bisa apa-apa kalau tidak ada campur
tangan manusia. Artinya, teks tidak akan mampu mengembangkan peradaban dan
keilmuan Arab Islam apabilatidak mendapatkan sentuhan dari pemikiran manusia.
Dengan kata lain agama sebagai teks tidak akan berfungsi apabila keberadaanya
tidak dipikirkan manusia. Karenanya, ia berpendapat bahwa perkembangan Islam
itu sangat tergantung kepada relasi dialektis antara manusia dengan dimensi
realitasnya pada satu sisi, dan teks pada sisi yang lainnya.25 Di sini jelas terlihat
Nashr Hamid Abu Zayd mengganggap Islam dan Alquran masih harus terus
didialektikkan dan harus mengikuti perubahan zaman, bukan hanya dalam tataran
praktis, namun juga dalam tataran konsep, termasuk konsep mengenai metode
tafsir.
KESIMPULAN

Semua orang Islam pasti mengakui akan kemurnian dan kesucian ayat-ayat
Allah yang ada dalam al-Qur‟an, Namun ketika orang-orang Islam tidak mengenal al-
Quran sebagai jantung Islam dan tidak bisa memahaminya dengan baik maka
musuh Islam pun akan sangat mudah masuk ke dalam otak dan pikiran umat Islam
melalui jantung kita sendiri, dan selanjutnya akan mengendalikan dan menguasai
umat Islam itu sendiri.
Hermeneutika hanya akan menghancurkan Islam dari akarnya, karena ketika
al-Quran telah diobrak-abrik maka segala sesuatu dalam Islam pun akan habis
terkikis. Kajian al-Quran, terutamanya mengenai penafsirannya, tidak memerlukan
hermeneutika. Kita patut khawatir, karena kaum muslimin akhir-akhir ini begitu
bergairah mengimpor istilah hermeneutika untuk kajian al-Quran tanpa menyelidiki
terlebih dahulu latar belakang istilah itu sendiri, yang memiliki cara pandang hidup
yang berbeda dengan pandangan hidup Islam. Sebenarnya jika akan digunakan
bahasa asing juga, maka istilah exegesis atau pun commentary atau penafsiran
yang selama ini digunakan, itu sudah cukup memadai untuk memahami ayat-ayat
alQuran. Akan tetapi sekarang exegesis atau commentary harus ditukar dengan
hermeneutics.
DAFTAR PUSTAKA

Mukmin, T. (2019). Metode Hermeneutika dan Permasalahannya Dalam Penafsiran

Al-Quran. , (01), Article 01. https://doi.

org/10.37092/el-ghiroh.v16i01.75

Fakhruddin Faiz, 2003:20

Lihar Fakhruddin Fais, Hermeneutika Qur'ani hid, hlm 20-21 Lihat tulisan Muraini

Lardalis F. Budi Handimas. Melampasi Putin Opc bl. 37, kemudian bandingkandengan
E. Summaryono, Hermesnik Oprit, him 23

Muzairi. (2003). Hermeneutika, Tafsir, dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad Shahrur, Prinsip-Prinsip Hermeneutika Alqur'an Kontemporer (Yogyakarta:


el.SAQ Press, 2004), h. 31

Muzairi. (2003). Hermeneutika, Tafsir, dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad Shahrur, Prinsip-Prinsip Hermeneutika Alqur'an Kontemporer (Yogyakarta:


el.SAQ Press, 2004), h. 31

Anda mungkin juga menyukai