Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATERI

Sebagai kesimpulan, secara epistemologis, hermeneutika dalam pengertian sempit adalah


disiplin yang membahas metode-metode yang tepat untuk memahami dan menafsirkan hal-hal
yang perlu ditafsirkan. Sedangkan dalam pengertian luas yang mencakup empat macam
tingkatan, hermeneutika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas hakekat, metode, dan
landasan filosofi dalam kegiatan penafsiran.

Bahwa hermeneutika diperdebatkan penggunaannya dalam penafsiran Al-Qur’an


bukanlah suatu yang menghalangi mufassir abad ini untuk terus menggali relevansinya.
Hermeneutika sebagai tradisi kritik Bibel dalam sejarah awalnya, menjadi embrio penting
perkembangnnya hingga ia menjadi metode penafsiran yang menyuarakan kebenaran. Dan tidak
ada yang salah ketika intelektual Islam mengembangkannya, dengan mengadopsi teori dan
metode analisis teks yang relevan untuk diterapkan dalam proses penafsiran Al-Qur’an.

Metode hermeneutika dianggap memiliki ciri khas, yaitu pengembangan nilai


kontekstualisasi suatu teks yang akan diteliti. Lebih dari itu, hermeneutika berusaha menggali
makna dengan mempertimbangkan batas yang jelas dan melingkupi teks. Batas yang dimaksud
adalah teks, pengarang, dan pembaca atau mufassir. Hermeneutika dalam studi Islam melalui
tafsir Al-Qur’an menemukan kesesuaian antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan,
yang juga menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an dan kemuliaannya.

Kelebihan hermeneutika dibanding penafsiran yang berangkat dari makna literal teks
adalah kemampuannya untuk mendamaikan pertentangan yang tajam antar teks. Karena ia
beralih menuju artian yang lebih dalam. Kondisi ini sangat berbeda kita dapati dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an tidak mengalami permasalahan dari segi sejarah. Akibat masalah otentisitas Bibel,
agama Yahudi dan Kristen tidak mengenal arti Bibel langsung dari sumbernya atau yang
berotoritas. Karena itu mereka mengadopsi hermeneutika dari tradisi Yunani untuk
mempertahankan status Bibel sebagai kitab suci.
PERTANYAAN+JAWABAN+NAMA YANG BERTANYA

1. Apakah pernah terjadi penyelewengan dalam metode hermeneutika, seperti yang


dijelaskan bahwa hermeneutika dipandang sebelah mata? (Hurriyyah Komara)
Jawaban: Jika ditinjau dari makalah dan jurnal yang kami baca, belum ada yang
menjelaskan tentang penyelewengan metode hermeneutika. Akan tetapi penegasan bahwa
hermeneutika yang dipandang sebelah mata oleh beberapa ilmuwan muslim, yakni karena
metode hermeneutika adalah sistem yang digunakan untuk menafsirkan Bibel, yang
berhaluan berbeda dengan penafsiran Al-Qur’an.

2. Mengapa hermeneutika pada zaman modern disebut dengan disiplin ilmu? (Luthfia
Darmawan)
Jawaban: Karena pada awal munculnya, yakni pada abad ke 17. Kata “hermeneutika”
pertama kali diperkenalkan oleh Johann Conrad yang menjadi syarat penting bagi setiap
ilmu pengetahuan yang menuju pada interpretasi (pemaknaan) teks. Oleh karena itu
hermeneutika pada zaman modern disebut sebagai disiplin ilmu, karena “hermeneutika”
menjadi syarat penting bagi setiap ilmu pengetahuan yang menuju pada pemaknaan teks.

3. Apa perbedaan antara perkembangan hermeneutika klasik dan hermeneutika modern?


(Andi Nurizzah)
Jawaban: Perkembangan hermeneutika klasik mulai muncul pada abad ke-1 yang
diperkenalkan oleh para filsuf dan teolog Yunani yang menjadi periode awal penafsiran
Bibel. Tokoh-tokohnya pun orang-orang Eropa dan Barat atau orang Yunani Kuno.
Sedangkan perkembangan hermeneutika modern mulai muncul kembali pada abad ke-17,
dan puncaknya pada abad ke-19 dengan penerbitan tulisan Schleiermacher yang
mengalami perubahan signifikan dalam pemaknaan teks nya. Terlebih Schleiermacher
dikenal sebagai “Bapak Hermeneutika Modern”.
NAMA-NAMA YANG HADIR PERKULIAHAN:

Desal Putri

Annisa Arizki

Andi Nurizzah

Luthfia Darmawan

Elvina Chiquita

Armiya

Risma Kamilia

Siti Aisyah

Hurriyyah Komara

Amelia Rezeka

Alda Rizmardini

Atika Cahyaning

Aliefia Salsabila

YANG SAKIT:

Hidayat Kuemor

Vidya Faricha

Anda mungkin juga menyukai