Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan hermeneutika diambil dari kata kerja dalam

bahasa Yunani hermeneuein yang berarti,


Semiotik teks adalah ilmu yang mempelajari menafsirkan, memberi pemahaman, atau
tanda-tanda dalam teks dan bagaimana tanda- menerjemahkan.
tanda tersebut digunakan untuk menciptakan
makna. Semiotik teks dapat digunakan untuk Hermeneutika memiliki sejarah yang panjang
menganalisis berbagai jenis teks, termasuk teks dan kompleks. Pada awalnya, hermeneutika
sastra, teks ilmiah, teks berita, dan teks iklan. digunakan untuk menafsirkan teks-teks
Semiotik teks didasarkan pada teori semiotik keagamaan, seperti Alkitab dan kitab-kitab suci
umum, yang dikembangkan oleh Ferdinand de agama lain. Namun, seiring perkembangannya,
Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure hermeneutika juga digunakan untuk
mendefinisikan tanda sebagai sesuatu yang menafsirkan teks-teks non-keagamaan, seperti
mewakili sesuatu yang lain. Peirce, di sisi lain, karya sastra, teks hukum, dan teks-teks ilmiah.
mendefinisikan tanda sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan sesuatu yang lain untuk
seseorang dalam kapasitas tertentu. Dalam 1. Pengertian Hermeneutika
konteks semiotik teks, tanda dapat berupa kata, Ada beberapa pengertian hermeneutika, di
kalimat, paragraf, gambar, simbol, atau unsur- antaranya:
unsur teks lainnya. Tanda-tanda tersebut dapat  Hermeneutika adalah seni dan ilmu
digunakan untuk menciptakan makna secara menafsirkan teks.
literal atau kiasan.  Hermeneutika adalah proses
Tanda-tanda dalam teks dapat dikombinasikan memahami makna teks.
untuk menciptakan makna yang lebih kompleks.  Hermeneutika adalah usaha untuk
Misalnya, kalimat "Saya lapar sekali" memiliki menemukan makna yang terkandung
makna yang berbeda dari kalimat "Saya lapar". dalam teks.
Kalimat "Saya lapar sekali" menunjukkan bahwa
seseorang sangat ingin makan, sedangkan
kalimat "Saya lapar" hanya menunjukkan bahwa 2. Tujuan Hermeneutika
seseorang ingin makan.Semiotik teks Tujuan hermeneutika adalah untuk
merupakan ilmu yang penting untuk memahami memahami makna teks secara mendalam
bagaimana teks bekerja untuk menciptakan dan komprehensif. Makna teks yang
makna. Dengan memahami semiotik teks, kita dimaksud di sini adalah makna yang
dapat menjadi pembaca yang lebih kritis dan dimaksudkan oleh penulis teks, bukan
memahami pesan yang disampaikan oleh teks makna yang dipahami oleh pembaca teks.
secara lebih mendalam.

3. Metode Hermeneutika
Hermeneutika Ada berbagai metode hermeneutika yang
telah dikembangkan oleh para ahli.
Hermeneutika adalah cabang filsafat yang
Beberapa metode hermeneutika yang
mempelajari tentang interpretasi makna. Nama
umum digunakan adalah:
 Metode hermeneutika dialektik, yang  Martin Heidegger (1889-1976)
dikembangkan oleh F.D.E.  Hans-Georg Gadamer (1900-2002)
Schleiermacher.
 Metode hermeneutika historis, yang
dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey. 6. Perkembangan Hermeneutika
 Metode hermeneutika eksistensial, Hermeneutika telah mengalami
yang dikembangkan oleh Martin perkembangan yang pesat dari masa ke
Heidegger. masa. Pada awalnya, hermeneutika hanya
 Metode hermeneutika filosofis, yang digunakan untuk menafsirkan teks-teks
dikembangkan oleh Hans-Georg keagamaan. Namun, seiring
Gadamer. perkembangannya, hermeneutika juga
digunakan untuk menafsirkan teks-teks
non-keagamaan. Selain itu, metode
4. Sumber Hermeneutika hermeneutika juga mengalami
Sumber hermeneutika dapat perkembangan dari waktu ke waktu.
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber 7. Peran Hermeneutika. Hermeneutika
tekstual dan sumber kontekstual. Sumber memiliki peran yang penting dalam
tekstual adalah sumber-sumber yang berbagai bidang, seperti:
berasal dari teks itu sendiri.  Filsafat
 Konteks historis, yaitu konteks waktu  Teologi
dan tempat teks itu ditulis.  Sastra
 Konteks linguistik, yaitu konteks bahasa  Hukum
yang digunakan dalam teks.  Ilmu
 Konteks budaya, yaitu konteks budaya
yang melatarbelakangi teks.
Sumber kontekstual adalah sumber-sumber
yang berasal dari luar teks, seperti:
Tradisi interpretasi, yaitu interpretasi- Eksegesis
interpretasi yang telah dilakukan oleh para
Eksegesis adalah cabang hermeneutika yang
pendahulu, penemuan-penemuan baru,
khusus mempelajari tentang penafsiran teks
seperti penemuan-penemuan arkeologi
keagamaan. Eksegesis bertujuan untuk
atau historis yang dapat memberikan
memahami makna teks keagamaan secara
informasi baru tentang teks. Perkembangan
mendalam dan komprehensif. Eksegesis
pemikiran, seperti perkembangan
(bahasa Yunani: ἐξήγησις) adalah sebuah istilah
pemikiran filosofis atau teologis yang dapat
yang dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mempengaruhi interpretasi teks.
menafsirkan sesuatu. Istilah eksegese sendiri
5. Beberapa Tokoh Hermeneutika. Ada
berasal dari bahasa Yunani "ἐξηγεῖσθαι"
beberapa tokoh hermeneutika yang
(eksigisthe) yang dalam bentuk dasarnya berarti
terkenal, di antaranya:
"membawa ke luar atau mengeluarkan". Kata
 F.D.E. Schleiermacher (1768-1834)
bendanya sendiri berarti "tafsiran" atau
 Wilhelm Dilthey (1833-1911)
"penjelasan". Inti dari eksegese adalah dapat
menangkap inti pesan yang disampaikan oleh  Untuk memahami makna literal dan
teks-teks yang kita baca. Misalnya ketika kita makna spiritual teks keagamaan.
mendapatkan sepucuk surat dari orang lain, kita  Untuk memahami makna teologis teks
pasti berupaya untuk dapat memahami dan keagamaan.
mencoba untuk mengartikan apa maksud dari  Untuk memahami penerapan praktis
isi surat tersebut. Dewasa ini kata eksegese kita teks keagamaan dalam kehidupan
gunakan sebagai sebuah komentar atau sehari-hari.
penafsiran teks Alkitab untuk menguraikan hal-
hal yang tidak jelas dan mencari detail suatu
kata atau teks dengan tujuan mendapatkan dan
2. Metode Eksegesis
menentukan maknanya yang pasti. Di dalam
Ada berbagai metode eksegesis yang telah
eksegese modern dimanfaatkan Kritik teks dan
dikembangkan oleh para ahli. Beberapa
keahlian linguistik atau Kritik Sastra, keahlian di
metode eksegesis yang umum digunakan
bidang sejarah dan sastra (Kritik Sejarah
adalah:
(Alkitab). Penemuan-penemuan arkeologis juga
 Metode eksegesis historis, yang
dapat membantu proses eksegese Kesalahan
berfokus pada konteks historis teks
salah satu di antaranya akan mengakibatkan
keagamaan.
kesalahan eksegesis. Kesalahan eksegese yang
 Metode eksegesis linguistik, yang
dapat terjadi misalnya mengenai perumpamaan
berfokus pada bahasa yang digunakan
Yesus tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu
dalam teks keagamaan.
selama ini selalu diidentikkan dengan Gereja.
 Metode eksegesis teologis, yang
Menafsir atau melakukan eksegesis sebenarnya
berfokus pada makna teologis teks
sudah menjadi bidang pekerjaan atau profesi
keagamaan.
khusus. Hal ini dijadikan sebuah bidang
pekerjaan khusus karena adanya kebutuhan
untuk menemukan inti pesan dari teks-teks
yang ada. 3. Ada beberapa tokoh eksegesis yang
terkenal, di antaranya:
 Augustinus (354-430)
 Thomas Aquinas (1225-1274)
1. Tujuan Eksegesis
 Martin Luther (1483-1546)
Tujuan eksegesis adalah untuk memahami
 John Calvin (1509-1564)
makna teks keagamaan secara mendalam
 Barth (1886-1968)
dan komprehensif. Makna teks keagamaan
 Bultmann (1884-1976)
yang dimaksud di sini adalah makna yang
 Ricoeur (1913-2005)
dimaksudkan oleh penulis teks, bukan
makna yang dipahami oleh pembaca teks. Eksegesis telah mengalami perkembangan yang
Eksegesis memiliki beberapa tujuan khusus, pesat dari masa ke masa. Pada awalnya,
yaitu: eksegesis hanya berfokus pada pemahaman
 Untuk memahami konteks historis, teks secara historis. Namun, seiring
linguistik, dan budaya teks keagamaan. perkembangannya, eksegesis juga berfokus
pada pemahaman teks secara linguistik,
teologis, dan filosofis. Peran Eksegesis memiliki naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan
peran yang penting dalam berbagai agama, ini, ada perbedaan antara retorika klasik
seperti Kristen, Islam, Hindu, dan Buddha. (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas)
Dengan memahami eksegesis, kita dapat dan praktik kontemporer dari retorika yang
memahami makna teks keagamaan secara lebih termasuk analisis atas teks tertulis dan visual.
mendalam dan komprehensif. Misalnya, ketika seseorang menjadi pandai
menggunakan retorika terhadap orang lain,
orang itu akhirnya tanpa sadar
Retrorika menggunakannya pada diri sendiri.

Retorika (bahasa Belanda: retorica, bahasa Seni berbicara ini dimiliki seseorang secara
Inggris: rhetoric) atau keterampilan berbicara alami ataupun dengan menggunakan latihan
adalah cabang dari ilmu dialektika yang khusus. Keterampilan berbicara ini merupakan
membahas mengenai kemampuan dalam seni tentang berbicara yang merupakan sarana
membuat argumen dalam bahasa sebagai alat komunikasi dengan bahasa lisan meliputi proses
di bidang ilmu etika. Retorika (berasal dari penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan
bahasa Yunani: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) tujusan melaporkan, menghibur, atau
adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan meyakinkan orang lain.
menggunakan persuasi untuk menghasilkan Retorika adalah cabang dari dialetika yang
bujukan baik terhadap karakter pembicara, membahas mengenai kemampuan dalam
emosional, atau argumen. Seni ini berhubungan membuat argumen dalam bahasa. Menurut
dengan kemampuan berbicara ataupun Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata retorika
berbahasa yang dimiliki seseorang, dan bahkan (/re·to·ri·ka/ /rétorika/) merupakan
merupakan kunci utamanya. Dari sisi historis, keterampilan berbahasa secara efektif, atau
retorika dimaksudkan dengan apa yang ingin studi tentang pemakaian bahasa secara efektif
dicapai didasarkan bakat dan keterampilan dalam karang-mengarang, dan atau seni
sebagai kesenian berbicara dengan baik, hal berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.
inilah yang disebut retorika. Awalnya Aristoteles
mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Penggunaan retorika (dalam bahasa Inggris:
Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato "rhetoric") berarti seni berbicara atau menulis
menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni secara efektif. Retorika juga diartikan sebagai
manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat studi tentang menulis atau berbicara sebagai
transaksional dengan menggunakan lambang sarana komunikasi atau persuasi. Secara
untuk mengidentifikasi pembicara dengan penggunaan retorika dalam istilah public
pendengar melalui pidato, persuader (orang speaking oleh para ahli retorika, didefinisikan
yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling sebagai seni atau keahlian melalui berbicara
bekerja sama dalam merumuskan nilai, ataupun berpidato yang perkembangannya
kepercayaan dan pengharapan mereka. Ini yang telah ada sejak abad sebelum masehi.
dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai
konsubstansialitas dengan penggunaan media Retorika adalah seni berbicara atau menulis
oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari secara efektif untuk meyakinkan atau
retorika telah berkembang jauh sejak retorika membujuk orang lain. Retorika berasal dari
bahasa Yunani, yaitu **ῥητορική** (rhetoric)
yang berarti "seni berbicara".
Tokoh Retorika Yunani, Ada beberapa tokoh
1. Sejarah Retorika retorika Yunani yang terkenal, di antaranya:
Retorika telah ada sejak zaman kuno. Pada  Socrates (470-399 SM), filsuf Yunani
zaman Yunani Kuno, retorika adalah yang terkenal dengan metode
keterampilan yang penting untuk dimiliki dialektikanya.
oleh setiap orang, baik politisi, pengacara,  Plato (427-347 SM), filsuf Yunani yang
maupun cendekiawan. Sistematis retorika mengembangkan teori retorika dalam
yang pertama kali dibawa oleh orang-orang karyanya, Phaedrus.
Syracuse, sekelompok orang Yunani di  Aristotle (384-322 SM), filsuf Yunani
pulau Sicilia daerah kekuasaan Yunani yang mengembangkan teori retorika
sekitar abad ke-5 SM. Seorang retorikus dalam karyanya, Rhetoric.
bernama Corax dan muridnya yang Tokoh Retorika Romawi
bernama Tissias menjelaskan retorika Pada zaman Romawi Kuno, retorika terus
dalam buku yang ditulis dengan judul berkembang dan menjadi salah satu
"Techne Logon" (seni kata-kata) sebagai keterampilan yang paling dihargai. Ada
teknik kemungkinan. Corax dan Tissias yang beberapa tokoh retorika Romawi yang
dikenal khalayak umum di Masa Retorika terkenal, di antaranya:
Attic (Semenanjung Attic, Yunani). Corax  Cicero (106-43 SM), orator Romawi
menerapkan dasar retorika yang digunakan yang terkenal dengan pidato-pidatonya.
dalam pidato kedalam 5 bagian yakni  Quintilian (35-100 M), ahli retorika
pengantar, uraian, argumen, penjelas Romawi yang menulis sebuah buku
tambahan, dan kesimpulan. Sedangkan tentang retorika yang berjudul Institutio
muridnya Tissias memusatkan perhatian Oratoria.
kepada dua aspek retorika yakni argumen Retorika di Dunia Modern, Retorika terus
dan kemungkinannya. berkembang hingga saat ini. Retorika
Kepopulerannya di kota Atena adalah digunakan dalam berbagai bidang, seperti
sebagai dua orang yang mengajarkan politik, hukum, pendidikan, dan bisnis.
retorika kepada banyak orang yang memiliki Retorika telah mengalami perkembangan
keinginan yang dapat membuat menempati yang pesat dari masa ke masa. Pada
posisi atau jabatan tertentu di awalnya, retorika hanya digunakan untuk
pemerintahan. Corax dan Tissias sebagai tujuan persuasi. Namun, seiring
ahli retoris yang menyatakan bahwa perkembangannya, retorika juga digunakan
retorika merupakan kemampuan berbicara untuk tujuan-tujuan lain, seperti
di depan publik. Di beberapa orang pendidikan, hiburan, dan propaganda.
diberikan pelajaran mengenai retorika, tiga
murid diantaranya yang bernama Gorgias,
Lysias dan Isocrates mengembangkan corak
2. Ruang lingkup retrorika dibagi menjadi tiga
retorika yang kemudian dikenal sebagai
yaitu ada Retrorika Forensik, Retrorika
retorika sofis.
Epideiktif dan Retrorika deliberatif.
 Retorika forensik karya sastra. Stilistika berfungsi untuk
Retorika forensik difokuskan pada memahami seorang pujangga mengapa
keadaan seseorang, instansi maupun menggunakan bahasa atau kata tertentu pada
lembaga (seperti, yuridius) dengan karyanya. Contohnya adalah pada saat kita
mendorong terjadinya rasa bersalah mengkomparasi antara gaya bahasa seorang
atau tidak, pertanggungjawaban atau penyair satu dengan penyair lain.
ganjaran. Retorika forensik sering kali
Gaya bahasa seorang pujangga bisa dianalisis
dikenal dengan retorika yudisial atau
atau dijabarkan melalui cara pujangga memilih
pidato yudisial. Retorika forensik dapat
diksi dan kata. Bila disimpulkan ruang lingkup
digambarkan sebagai keterlibatan
dari stilistika adalah pemilihan kosakata, majas,
banyak pembelaan, masing-masing
rima, matra dan struktur kalimat. Dalam
berbeda di setiap tempat, audiens,
pengertian, stilistika merupakan cara untuk
strategi, dan proses peradilan.
menafsirkan atau mengulas karya sastra dari sisi
 Retorika epideiktik
pemakaian diksi dan gaya bahasa pada penyair.
Retorika epideiktik digunakan promosi
nilai-nilai kewarganegaraan melalui
bahasa pujian dan celaan. Retorika
epideiktik dalam demonstratif, 1. Stilistika menurut para ahli
dimaksudkan sebagai wacana baik Panuti Sudjiman, Pada pengertian kali ini
memuji atau penistaan dengan tujuan stilistika adalah ilmu yang membahas
menyalahkan seseorang atau lembaga. tentang cara mengulas bagaimana penyair
 Retorika deliberatif atau pujangga membangun karya sastra.
Retorika deliberatif merupakan retorika Dengan menggunakan elemen yang sesuai
yang memfokuskan diri pada apa yang dengan aturan dalam bahasa.
akan terjadi dikemudian bila diterapkan Ratna (2009: 167) Adalah ilmu yang
sebuah kebijakan saat sekarang. Fokus berhubungan dengan gaya bahasa. Ini
utama retorika deliberatif adalah pada merupakan cara melihat bagaimana
audiens politik seperti majelis pujangga atau penyair memanfaatkan
demokratis. Tujuannya untuk membuat bahasa sehingga dapat menyebabkan suatu
seseorang atau audiens terbuka hal yang berkaitan dengan faktor-faktor
terhadap penilaian tertentu (seperti keindahan.
motivasi orang melalui media sosial). Teeuw (dalam Fananie, 2000: 25) Adalah
instrumen yang digunakan pujangga agar
bisa memperoleh suatu misi yang berkaitan
Stilistika dengan bahasa untuk memperoleh
keindahan. Ini berarti berhubungan dengan
Stilistika adalah sebuah ilmu gaya bahasa yang
cara pujangga dalam mengekspresikan
berfokus pada penjabaran gaya bahasa dan
perasaan, pikiran dan pengetahuannya
merupakan kategori dari ilmu linguistik. Ulasan
pada sebuah karya dengan ciri khasnya.
tentang ilmu gaya bahasa merupakan salah satu
Verdonk (2002: 4) Pada sudut pandang
dalam gaya bahasa lisan. Namun stilistika lebih
Verdonk, stilistika adalah ilmu mengenai
berfokus pada ulasan gaya bahasa pada sebuah
gaya, untuk penjabaran manifestasi yang
khas dari suatu bahasa untuk
menggambarkan tujuan dan akibat
tertentu. Contoh kalimat stilistika perulangan dan
2. Tujuan pertentangan
 Aktivitas untuk menemukan fungsi  Perulangan:
estetik dari karya sastra. "Hari berganti hari, minggu berganti
 Cara mengukur karya sastra atau cara minggu, bulan berganti bulan, tahun
mengapresiasi sastra. berganti tahun."
 Metode untuk menemukan fakta "Aku mencintaimu, mencintaimu,
linguistik. mencintaimu."
 Pertentangan:
3. Manfaat "Cinta dan benci, dua hal yang
 Sisi artistik dari bahasa pada sebuah berlawanan, namun bisa hidup
karya sastra akan semakin ketara dan berdampingan."
terbuktikan karena keindahan itu ada "Hidup dan mati, dua hal yang tak
parameternya. terpisahkan, namun selalu bertolak
 Keartistikan karya sastra bisa diuraikan belakang."
dan dijelaskan karena terdapat
parameter keindahan yang baku.
 Sebagai panduan bagi para pembaca Contoh Kalimat stilistika Perbandingan dan
bagaimana cara menikmati karya sastra. Pertautan
 Sebagai panduan bagi pembuat karya
 Perbandingan:
sastra untuk bahan refleksi dan evaluasi
"Dia cantik bagai bidadari."
agar karya sastra berikutnya bisa lebih
"Dia cerdas seperti Einstein."
baik dan bisa diperbaiki.
 Pertautan:
 Penikmat atau pembaca bisa kritis
"Dia cantik dan cerdas."
dengan bahasa yang dipakai pada
"Dia baik, penyayang, dan selalu
sebuah karya satu dengan karya lain
membantu orang lain."

Referensi

Culler, Jonathan. (1982). On Deconstruction: Theory and Criticism after Structuralism. Ithaca, NY: Cornell
University Press.

Gadamer, Hans-Georg. (1975). Truth and Method. New York: Crossroad.


Ricoeur, Paul. (1971). Hermeneutics and the Human Sciences. Cambridge, MA: Cambridge University
Press.

John H. Hayes & Carl R. Holladay. 2006, Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 1-
4.

W.R.F. Browning. 2009, Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 91.

Barth, Karl. (1931). The Epistle to the Romans. London: Oxford University Press.

Bultmann, Rudolf. (1951). New Testament and Mythology. New York: Harper & Row.

Calvin, John. (1559). Institutes of the Christian Religion. Translated by Henry Beveridge. Grand Rapids,
MI: Eerdmans.

Aristoteles; Tomovska, Vesna (2018). Retorika (Seni Berbicara). Diterjemahkan oleh Handayani, Dedeh
Sri. Yogyakarta: Basabasi. hlm. 20. ISBN 9786026651983.

Sardila, Vera; Arini (2018). "Alternatif Peningkatan Kreativitas Retorika Mahasiswa Melalui Model
Simulasi Pada Media Penyiaran". Jurnal RISALAH. 29 (1): 48–54. doi:10.24014/jdr.v29i1.5890.

Saepullah, Asep (2021). Retorika Dalam Debat Keagamaan Zakir Naik: Studi Analisis Pemikiran Tokoh.
Jawa Barat: Guepedia. hlm. 61. ISBN 978-623-281-773-9.

MAK Halliday. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning
(London: Edward Arnold)

Richard Bradford. 1997. Stylistics (London and New York: Routledge)

Anda mungkin juga menyukai