Abstrak
Pengobatan yang efektif terus dicari untuk menemukan senyawa antijamur. Salah satu tanaman yang
berpotensi sebagai antijamur adalah tanaman kayu secang(Caesalpinia sappan L.). Penelitian untuk
mengetahui potensi ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans. Penelitian ini in vitro dengan metode dilusi tabung.Tujuan penelitian adalah untuk
menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) dari ekstrak
etanol dan ekstrak air kayu secang terhadap pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi ekstrak etanol
dan ekstrak air yang digunakan adalah 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.Hasil penelitian memperlihatkan
KHM ekstrak etanol kayu secang tidak dapat ditentukan, sedangkan KBM adalah konsentrasi 80%.
Hasil statistik One Way ANOVA didapatkan p=0,001 (p<0,05), menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan pada perubahan konsentrasi ekstrak etanol kayu secang terhadap jumlah koloni jamur Candida
albicans. Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi ekstrak kayu secang dengan
jumlah koloni (koefisien korelasi Pearson r=-0,334 : p < 0,05). Hasil Uji Regresi didapatkan persamaan
regresi linearnya Y=1,762-2,674x, dengan nilai koefisien R Square (r2) sebesar 0,334. Penelitian dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol kayu secang mempunyai efek antifungal terhadap Candida albicans
dengan konsentrasi bunuh minimumnya 80%.
Abstract
Effective treatment being sought for the discovery of antifungal compounds. One of the plants as a
potential antifungal is a wooden cup plant (Caesalpinia sappan L.).Study to determine the potential of the
wooden cup extract (Caesalpinia sappan L.) in inhibiting the growth of the fungus Candida
albicans.Eexperimental study in vitro by the method of dilution tube (tube dilution test). The general
objective of this study was to determine the inhibition of the ethanol extract and water extract of the
wooden cup on the growth of Candida albicans. The specific objective is to determine the Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Kill Concentration (MBC) of ethanol extract and water
extract of the wooden cup on the growth of Candida albicans. The concentration of ethanol extract and
water extract of the wooden cup used is 20%, 40%, 60%, 80% and 100%.The results showed that the
ethanol extract of the wooden cup MIC could not be determined, while KBM is a concentration of 80%.
The statistical results of One Way ANOVA p = 0.001 (p <0.05), showed significant differences in changes
in the concentration of the ethanol extract of the wooden cup to the number of colonies of the fungus
Candida albicans. Correlation test showed an association between concentrations of extracts of the
wooden cup with the number of colonies (large Pearson correlation coefficient r = -0.334: p <0.05).
Regression Test results obtained linear regression equation Y = 1,762-2,674x, with R Square coefficient
(r2) of 0.334. This study concluded that the ethanol extract of the wooden cup have antifungal effect
against Candida albicans with concentration commit a minimum of 80%.
48
49
tetapi jika tubuh sedang memiliki sistem disebabkan oleh jamur khususnya jamur
kekebalan tubuh yang lemah, gejala oral thrush Candida albicans.
akan dapat lebih parah (Ratnadita,2011).
Penggunaan tanaman sebagai obat telah II. KAJIAN LITERATUR
sejak lama dilakukan oleh masyarakat. Infeksi jamur di daerah tropis termasuk
Pemakaian tanaman sebagai obat dilihat dari segi Indonesia relatif tinggi. Sekitar seratus jamur
ekonomi lebih murah dan penggunaanya lebih dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
aman dibandingkan obat sintetis. Upaya diantaranya adalah Candida albicans. Candida
pengkajian potensi senyawa favonoid dari albicans merupakan spesies Candida yang
tanaman secang perlu terus dilakukan agar paling sering menyebabkan infeksi
diperoleh manfaat yang lebih besar oleh opportunistik. Candida albicans sebenarnya
masyarakat. Diantara potensi yang perlu diteliti merupakan flora normal pada manusia, biasanya
adalah aktifitas antimikroba (antibakteri dan dijumpai pada kulit, selaput lendir saluran
antijamur) yang terdapat dalam tanaman kayu pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia
secang. wanita. Namun demikian, pada kondisi tertentu,
Penggunaan bahan alam sebagai obat jamur ini dapat berubah menjadi patogen dan
alternatif dalam penyembuhan penyakit semakin menyebabkan infeksi oral, genital, bahkan
meningkat. Hal ini disebabkan efek terapeutik infeksi sistemik yang dapat mengancam jiwa
dari bahan alam bersifat konstruktif, efek (Jawetz, Melnick, Adelberg. 2001)
samping yang ditimbulkan sangat kecil sehingga Candida albicans merupakan spesies
bahan alam relative lebih aman dari bahan Candida yang paling sering menyebabkan
kimiawi. Pengobatan secara tradisional infeksi oportunistik dan bertanggung jawab
menggunakan ekstrak alami tumbuhan umumnya terhadap setengah dari kasus Candidiasis. Pada
masih menggunakan dosis yang bervariasi, perlu sediaan apus eksudat, Candida albicans tampak
dilakukan penelitian untuk mengetahui dosis sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis,
atau konsentrasi minimal yang mampu untuk bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm,
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa).
penyakit (Salni dkk, 2013). Candida albicans membentuk pseudohifa ketika
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal
penelitian ini untuk mendapatkan gambaran melepaskan diri, menghasilkan rantai-rantai sel
potensi ekstrak tanaman kayu secang dalam yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada
menghambat pertumbuhan jamur Candida septasi-septasi diantara sel. Candida albicans
albicans dan sebagai tanaman yang mempunyai bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan
kandungan bahan yang bersifat antimikroba, pseudohifa, jamur ini juga bisa menghasilkan
kayu secang diharapkan mampu menghambat hifa sejati (Brooks G. F, 2007).
pertumbuhan jamur Candida albican. Infeksi Candida pertama kali didapatkan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan
untuk mengetahui potensi ekstrak etanol kayu oleh Francois Valleix Pada tahun 1836.
secang (Caesalpinnia sappan L.) dalam Langerbach Pada tahun 1839 menemukan
menghambat pertumbuhan jamur Candida penyebab trush, kemudian Berhout Pada tahun
albicans. Sedangkan tujuan khusus untuk 1923 memberi nama organisme tersebut
mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum Candida (Kuswadji, 1999). Lebih dari 150
(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum dari spesies Candida telah diidentifikasi. Sebanyak
ekstrak etanol dan ekstrak air kayu secang paling sedikit 70% infeksi Candida pada
(Caesalpinnia sappan L).. Manfaat penelitian manusia disebabkan oleh Candida albicans,
ini adalah sebagai sumber informasi bagi sisanya disebabkan oleh C. tropicalis, C.
masyarakat mengenai manfaat kayu secang parapsilosis, C.guillermondii, C. kruzei dan
dalam bidang kesehatan khususnya pemanfaatan beberapa apesies Candida yang lebih jarang
kayu secang sebagai obat tradisional dalam (Kayser, 2005).
mengobati penyakit-penyakit infeksi yang Sumber utama infeksi Candida albicans
adalah flora normal dalam tubuh pada pasien
50
dengan sistem imun yang menurun. Dapat juga Padang. Konsentrasi ekstrak kayu secang yang
berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi digunakan dalam penelitian ini adalah 20%,
baru lahir mendapat Candida dari vagina ibunya 40%, 60%, 80% dan 100% dengan 4 kali
(pada waktu lahir atau masa hamil) atau dari staf pengulangan.
rumah sakit, dimana angka terbawanya Candida Alat dan bahan
sampai dengan 58%, meskipun masa hidup Alat yang digunakan: kompor listrik,
spesies Candida di kulit sangat pendek. waterbath, alat rotaryevaporator,
Transmisi Candida dapat terjadi antara staf spektrofotometer, autoclave, erlenmeyer, gelas
rumah sakit dengan pasien, pasien dengan pasien piala, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
biasanya muncul pada unit khusus, contohnya inkubator, oven, ose, lampu spritus, cawan petri,
unit luka bakar, unit geriatri, unit hematologi, timbangan analitik, mikropipet.
unit bedah, Intensive Care Unit dewasa dan Bahan yang digunakan adalah : simplisia
neonatus dan unit transplantasi (Annaissie, kayu secang, etanol 70%, aquades, media
2007). Sabauraoud Dekstrosa Agar (SDA), media
Pemakaian tanaman sebagai obat dilihat Sabauroud Broth, koloni Candida albicans,
dari segi ekonomi lebih murah dan kertas saring, aquades steril,
penggunaanya lebih aman dibandingkan obat Defenisi Operasional
sintetis. Upaya pengkajian potensi senyawa Ekstrak etanol kayu secang merupakan
favonoid dari tanaman gambir perlu terus hasil maserasi bahan kayu secang kering yang
dilakukan agar diperoleh manfaat yang lebih dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol
besar oleh masyarakat. Diantara potensi yang 70% sedangkan ekstrak air panas merupakan
perlu diteliti adalah aktifitas antimikroba hasil dari kayu secang kering yang dilarutkan
(antibakteri dan antijamur) yang terdapat dalam dalam air panas. Konsentrasi Hambat Minimum
kayu secang. (KHM) adalah kadar atau konsentrasi minimal
larutan ekstrak kayu secang yang mampu
III. METODE PENELITIAN menghambat pertumbuhan jamur uji.
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) adalah
Rancangan Penelitian kadar atau konsentrasi minimal ekstrak kayu
Penelitian ini merupakan penelitian secang yang mampu membunuh jamur uji
eksperimental invitro dengan metoda dilusi ditandai dengan tidak terdapatnya pertumbuhan
tabung (tube dilution test). Metoda dilusi tabung koloni jamur setelah dilakukan streaking ke
meliputi dua tahap, yaitu tahap pertama mencari dalam media SDA (Sabauroud Dextrosa Agar).
nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Original Inoculum (OI) adalah inokulum jamur
dengan mengamati tingkat kekeruhan pada Candida albicans dengan konsentrasi
tabung dan tahap kedua mencari nilai 104CFU/ml yang diinokulasikan ke dalam media
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dengan padat sebelum diinkubasi dan digunakan untuk
melakukan streaking (penggoresan) pada SDA menentukan katagori KBM
(Sabauroud Dektrosa Agar) plate.
Waktu dan Lokasi Penelitian Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan pada Mei Penyiapan Simplisia Kayu secang
sampai Oktober 2015. Proses rotary maserat Bahan uji yang digunakan adalah kayu
gambir dilaksanakan di Laboratorium kimia secang yang diperoleh dari kota Payakumbuh
Kopertis Wilayah X dan pengujian sampel Sumatera Barat. Kayu secang dibersihkan dari
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi STIKes bahan pengotor dan dihaluskan menjadi serbuk.
Perintis Padang.
Bahan dan Sampel Pembuatan Ekstrak Metanol Kayu Secang
Bahan uji dalam penelitian ini adalah
ekstrak etanol dan ekstrak air panas dari Kayu secang diekstrak dengan cara
simplisia kayu secang kering sedangkan sampel maserasi menggunakan etanol 70%. Sebanyak
penelitian adalah jamur Candida albicans yang 500 gram serbuk kayu secang dimasukkan ke
diperoleh dari UPTD Laboratorium Kesehatan dalam Erlenmeyer lalu ditambahkan methanol
51
70% sampai serbuk kayu secang terendam dan pada suhu 37°C selama 18-24 jam dan diamati
terdapat lapisan pelarut setebal 3 cm diatas kekeruhannya dan dilihat nilai KHM
serbuk kayu secang. Tabung Erlenmeyer ditutup
sambil sesekali di aduk. Campuran tersebut Penentuan Konsentrasi Bunuh Minimum
dibiarkan selama 3 x 24 jam. Campuran tersebut (KBM)
disaring dengan kertas saring sehingga Disiapkan 6 buah cawan petri yang
didapatkan filtrat. Kemudian ampasnya berisi medium SDA. Suspensi Candida albicans
dimaserasi kembali sampai ampasnya terlihat diinokulasikan ke dalam masing-masing medium
berwarna pucat. Filtrat hasil saringan kemudian dengan menggoreskan satu ose pada masing-
diuapkan menggunakan rotaryevaporator masing cawan petri. Cawan a merupakan
sehingga diperoleh ekstrak kental. Original Inokulum (OI) yang diberi 0 ml ekstrak,
cawan b ditambahkan ekstrak dengan
Pembuatan Ekstrak Air Panas kayu secang konsentrasi 20%, cawan c ditambahkan ekstrak
Kayu secang dihaluskan sampai menjadi dengan konsentrasi 40%, cawan d ditambahkan
serbuk, kemudian ditimbang sebanyak 200 gram. ekstrak dengan konsentrasi 60%, cawan e
Serbuk kayu secang diekstraksi dengan pelarut ditambahkan ekstrak dengan konsentrasi 80%
air sebanyak 300 ml pada temperatur mendidih dan cawan f ditambahkan ekstrak dengan
90°C selama 15-20 menit sambil diaduk. konsentrasi 100%. Keenam streaking plate
Kemudian ekstrak di saring dalam keadaan beserta OI diinkubasi pada suhu 37°C selama
panas dengan menggunakan corong yang dilapisi 18-24 jam kemudian koloni Candida dihitung
kertas saring. dengan menggunakan coloni counter untuk
menentukan nilai KBM.
52
Pengamatan untuk Penentuan KBM Ekstrak KBM (Kadar Bunuh Minimum) adalah
Etanol Kayu Secang kadar terendah dari antimikroba yang dapat
membunuh jamur yang ditandai dengan tidak
Dari masing-masing tabung hasil uji adanya pertumbuhan jamur pada media SDA
dilusi selanjutnya diambil satu ose dan atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1%
diinokulasikan pada medium padat SDA, dari jumlah koloni inokulum awal (Original
kemudian diinkubasi pada suhu 37ᴼC selama 18- inoculums/OI) pada medium SDA.
24 jam. Keesokan harinya dilakukan Hasil penghitungan koloni jamur yang
penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada tumbuh pada media SDA dari masing-masing
masing-masing konsentrasi dengan tabung hasil uji dilusi dapat dilihat pada Tabel
menggunakan coloni counter. dibawah ini :
Tabel 1 : Hasil Hitung Koloni Jamur Candida albican Pada Media SDA dari Tabung Hasil Uji Dilusi
Ekstrak Etanol Kayu secang
Konsentrasi Jumlah koloni setiap isolate (ulangan) Jumlah Rata-rata
I II III IV
20 % 564 576 600 600 2340 585
40 % 70 80 66 81 297 74,25
60 % 86 86 35 87 294 73,50
80 % 0 0 0 0 0 0
100 % 0 0 0 0 0 0
Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil hitung koloni atau jumlah koloninya < 0,1 % dari Original
jamur Candida albicans pada media SDA dari Inoculums. Pada penelitian ini dapat disimpulkan
hasil uji dilusi ekstrak etanol kayu secang. Pada bahwa Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
konsentrasi ekstrak etanol 100% dan 80% tidak etanol kayu secang adalah pada perlakuan
terdapat pertumbuhan jamur. Pada konsentrasi dengan konsentrasi 100% dan 80% karena pada
ekstrak 60% didapatkan rata-rata pertumbuhan konsentrasi 100% dan 80% ini rata-rata jumlah
jamur Candida albicans 73,50, pada konsentrasi koloni jamur yang tumbuh adalah 0. Jumlah
ekstrak 40% rata-rata pertumbuhan jamur koloni yang tumbuh ini < 0,1 % dari Original
Candida albicans 74,25 dan pada konsentrasi Inokulum.
ekstrak 20% rata-rata pertumbuhan jamur
Candida albicans adalah 585.
Pertumbuhan koloni jamur Candida Pengamatan Kekeruhan dan Analisis
albicans pada Original Inoculum juga dihitung terhadap (KHM) Ektrak Air Kayu Secang
untuk tiap-tiap isolat. Koloni jamur yang tumbuh Pada penelitian ini konsentrasi ekstrak
pada isolat 1 adalah 1936, koloni jamur yang air kayu secang yang digunakan adalah lima
tumbuh pada isolat 2 adalah 1968, koloni jamur macam yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
yang tumbuh pada isolat 3 adalah 1969 dan Kadar Hambat Minimum adalah kadar terendah
koloni jamur yang tumbuh pada isolat 4 adalah dari antimikroba yang dapat menghambat
1600, dengan rata-rata jumlah koloni sebesar pertumbuhan jamur yang ditandai dengan tidak
1868,25. Apabila dilakukan penghitungan untuk adanya kekeruhan pada tabung.
menentukan KBM, maka 0,1% dari rata-rata Berdasarkan hasil uji tabung setelah
Original Inoculums adalah 1,868 diinkubasi selama 18-24 jam, kelihatan bahwa
Berdasarkan hasil penghitungan jumlah tidak bisa diamati perbedaan tingkat kekeruhan
koloni jamur Candida albicans yang tumbuh dari larutan yang ada didalam tabung. Hal ini
pada media SDA hasil dari uji dilusi ekstrak disebabkan karena warna larutan ekstrak air
etanol kayu secang, dapat ditentukan Kadar kayu secang yang pekat.
Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak etanol
kayu secang tersebut yaitu pada media yang
tidak ditumbuhi koloni jamur Candida albicans
53
Hasil Pengamatan untuk Penentuan KBM KBM (Kadar Bunuh Minimum) adalah
Ekstrak Air Kayu Secang kadar terendah dari antimikroba yang dapat
membunuh jamur yang ditandai dengan tidak
Dari masing-masing tabung hasil uji adanya pertumbuhan jamur pada media SDA
dilusi selanjutnya diambil satu ose dan atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1%
diinokulasikan pada medium padat SDA, dari jumlah koloni inokulum awal (Original
kemudian diinkubasi pada suhu 37ᴼC selama 18- Inoculums/OI) pada medium SDA.
24 jam. Keesokan harinya dilakukan Hasil penghitungan koloni jamur yang
penghitungan jumlah koloni jamur Candida tumbuh pada media SDA dari masing-masing
albicans yang tumbuh pada masing-masing tabung hasil uji dilusi dapat dilihat pada Tabel
konsentrasi dengan menggunakan coloni dibawah ini :
counter.
Tabel 2 : Hasil Hitung Koloni Jamur Candida albicans Pada Media SDA dari Tabung Hasil Uji Dilusi
Ekstrak Air Kayu Secang
Pada Tabel 2 diatas dapat diketahui hasil dilusi tabung dalam dua tahap perbenihan, yaitu
penghitungan jumlah koloni jamur Candida tahap pertama Candida albicans ditumbuhkan
albicans yang tumbuh pada tiap-tiap isolat yang dalam media Sabauraus Dextrosa Broth (SDB)
menunjukkan bahwa semua konsentrasi pada yang dicampur dengan ekstrak kayu secang dan
media SDA ternyata terdapat pertumbuhan diinkubasi selama 18-24 jam untuk diamati
jamur. Pada konsentrasi ekstrak air 20% rata-rata kekeruhannya untuk menentukan Kadar Hambat
jumlah koloni jamur 1095, konsentrasi ekstrak Minimum (KHM). Tahap kedua adalah
40% rata-rata jumlah koloni jamur 711, penggoresan (streaking) pada media Sabauraud
konsentrasi 60% rata-rata koloni jamur 611,50, Dextrosa Agar (SDA) dan kemudian diinkubasi
konsentrasi 80% rata-rata jumlah koloni jamur selama 24-48 jam untuk dihitung jumlah koloni
990,50 dan konsentrasi 100% rata-rata koloni yang tumbuh dengan menggunakan koloni
jamur sebanyak 93. counter untuk menentukan Kadar Bunuh
Berdasarkan hasil jumlah penghitungan Minimum (KBM). Kemudian hasil ini dianalisa
koloni jamur Candida albicans yang tumbuh ini memakai uji statistik.
tidak dapat ditentukan Kadar Bunuh Minimum Pada penelitian ini pembuatan ekstrak
(KBM) dari ekstrak air kayu secang karena etanol kayu secang menggunakan etanol 70%
jumlah koloni jamur Candida albicans pada sebagai pelarutnya, karena etanol relative tidak
semua konsentrasi perlakuan lebih besar dari merusak senyawa kimia aktif yang terdapat
0,1% dari jumlah koloni Original Inoculums didalam bahan uji. Konsentrasi ekstrak etanol
. kayu secang yang digunakan pada penelitian ini
V. PEMBAHASAN adalah 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%.
Pada penelitian ini Kadar Hambat
Penelitian ini dilakukan untuk Minimum dari ekstrak etanol kayu secang tidak
mengetahui potensi antijamur dari ekstrak etanol dapat ditentukan karena dari pengamatan pada
dan ekstrak air dari kayu secang (Caesalpinia tabung, kelihatan bahwa tidak bisa diamati
sappan L) terhadap pertumbuhan jamur Candida perbedaan tingkat kekeruhan dari masing-masing
albicans. Metode yang digunakan adalah metode konsentrasi larutan yang ada didalam tabung.
54
Hal ini disebabkan karena warna larutan ekstrak konsentrasi ekstrak etanol kayu secang dengan
etanol kayu secang yang pekat, sehingga secara jumlah koloni Candida albicans adalah 33,4%.
kasat mata tidak kelihatan apakah terjadi Hal ini berarti kontribusi pemberian ektrak
kekeruhan atau tidak. etanol kayu secang dalam menurunkan jumlah
Setelah dilakukan penggoresan pada koloni jamur Candida albicans sebesar 33,4%,
media SDA untuk mengamati pertumbuhan sedangkan sisanya 66,6% disebabkan oleh
koloni Candida albicans didapatkan bahwa faktor-faktor lain yang tidak teliti.
Kadar Bunuh Maksimum (KBM) adalah pada Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
konsentrasi 80% dan 100% karena jumlah koloni diketahui bahwa kayu secang memiliki efek
yang tumbuh < 0,1% dari jumlah koloni Original antijamur terhadap jamur Candida albicans
Inokulum. Hasil ini memperlihatkan bahwa pada diduga karena adanya zat-zat aktif didalam kayu
konsentrasi ekstrak etanol kayu secang 80% secang yang larut dalam etanol. Zat aktif utama
merupakan konsentrasi terendah yang mampu yang terdapat didalam kayu secang adalah
menahan pertumbuhan jamur Candida albicans antara lain berupa senyawa polifenol yaitu
dan semakin besar konsentrasi ekstrak etanol tannin dan brasilin.
yang digunakan semakin besar pula kandungan Batubara et al., 2010 mengatakan bahwa
bahan aktif yang berpengaruh terhadap beberapa triterpenoid, flavonoid, dan oksigen
penurunan pertumbuhan jumlah koloni jamur heterosiklik yang ditemukan dalam isolasi
Candida albicans yang tumbuh pada media. komponen senyawa pada kayu secang dan
Hasil dari penghitungan jumlah koloni brazilin ditemukan sebagai komponen utama
kemudian dianalisa dengan menggunakan SPSS dalam kayu secang yang diduga berperan
versi 22.0. Analisis statistik yang digunakan penting pada efek farmakologis dari kayu
yaitu uji statistik One-Way ANOVA, Uji secang. Brazilin mempunyai aktivitas
korelasi dan uji Regresi. Dari hasil uji One-Way farmakologis seperti anti-inflamasi, antimikroba,
ANOVA didapatkan hasil p=0,001 (p<0,05). Hal antioksidan, antivirus, dan anticomplementary,
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan senyawa ini merupakan komponen utama dan
jumlah koloni Candida albicans yang signifikan senyawa penciri dari kayu secang.
pada dua kelompok konsentrasi ekstrak etanol Tanin merupakan suatu senyawa fenol
kayu secang. yang memiliki berat molekul besar yang terdiri
Dari uji korelasi didapatkan angka dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
signifikansi 0,150 (p value<0,05) yang berarti bersangkutan seperti karboksil untuk
terdapat hubungan yang bermakna antara membentuk kompleks kuat yang efektif dengan
pemberian ekstrak etanol gambir dengan jumlah protein dan beberapa makromolekul. Tanin
koloni jamur Candida albicans. Besar koefisien mempunyai sifat sebagai pengelat berefek
korelasi Pearson yaitu r=-0,334. Tanda negative spasmolitik yang mengkerutkan usus sehingga
menunjukkan hubungan yang terbalik yaitu gerakan peristaltik usus menjadi berkurang. Efek
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol spasmolitik ini diduga dapat mengkerutkan
gambir maka semakin sedikit jumlah koloni dinding sel jamur Candida albicans, sehingga
Candida albicans yang tumbuh dan sebaliknya. mengganggu permiabilitas sel, sehingga sel tidak
Nilai 0,334 menunjukkan bahwa koefisien dapat melakukan aktifitas hidupnya yang
korelasinya tidak begitu kuat. akhirnya menyebabkan pertumbuhan sel
Kemudian dari hasil Uji Regresi dapat terhambat atau bahkan sel akan mati.
dikatahui seberapa besar pengaruh pemberian Berdasarkan fakta hasil penelitian
ekstrak etanol kayu secang terhadap jumlah dimana adanya penurunan jumlah koloni jamur
koloni jamur Candida albicans. Hasil persamaan Candida albicans seiring dengan peningkatan
regresi linearnya adalah Y=1,762-2,674x, konsentrasi ekstrak etanol kayu secang dan
dimana Y adalah jumlah koloni jamur Candida diperkuat dengan hasil analisa statistik, maka
albicans, sedangkan X adalah konsentrasi dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol kayu
ekstrak etanol kayu secang. Nilai koefisien R secang memiliki efek antifungal terhadap jamur
Square (r2) sebesar 0,334 yang menyatakan Candida albicans secara in vitro.
besarnya derajat keeratan hubungan antara
55
Terdapat beberapa keterbatasan dalam vivo (memakai hewan coba) dan uji
penelitian ini, dimana tidak diketahui secara klinis sebelum digunakan sebagai
pasti jumlah masing-masing bahan aktif ekstrak alternative pengobatan candidiasis
kayu secang yang dihasilkan dari proses ditengah masyarakat.
ekstraksi. Kemudian tidak diketahui pula apakah DAFTAR PUSTAKA
bahan aktif tersebut bekerja sendiri-sendiri atau
Anaissie, B. J. 2007. The Changing
bersama-sama untuk menghambat pertumbuhan
Epidemiology of Candida Infection.
jamur Candida albicans.
Available from URL
Aplikasi klinis ekstrak etanol kayu
http://www.medscape.com/viewprogram
secang sebagai antifungal (antijamur) masih
/7208_pnt. 31 Mei 2007 : 2-6; 10-
memerlukan penelitian lebih lanjut berupa
15.
penelitian in vivo dan clinical trial pada
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia Jilid
manusia. Hal ini dikarenakan belum adanya
I, 29-33, Direktorat Jederal Pengawasan
penelitian medis mengenai dosis efektif, dosis
Obat dan Makanan Departemen
toksik dan efek samping yang ditimbulkan
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
ekstrak etanol kayu secang pada manusia,
Batubara, I., Mitsunaga, T. & Ohashi, H., 2010,
sehingga nantinya kayu secang dapat
Brazilin from Caesalpinia sappan
diaplikasikan sebagai pengobatan candidiasis
Wood as an Antiacne Agent, J. Wood.
secara luas oleh masyarakat.
Sci., 56, 77-81.
Brooks G. F., Carrol K. C., Butel J. S., & Morse
KESIMPULAN DAN SARAN
S. A. Medical Microbiology 24th
ed, Mc Graw Hill, 2007 : 642-5.
KESIMPULAN
Cronquist, A., 1981, An Integrated System of
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
Classification of Flowering Plants.
disimpulkan bahwa ekstrak etanol kayu secang
Columbia University Press, New York.
(Caesalpinia sappan L) memiliki potensi
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’ s. 2004.
sebagai antifungal terhadap jamur Candida
Mikrobiologi Kedokteran, Ed 23,
albicans secara in vitro. Hasil penelitian ini
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
memperlihatkan bahwa semakin tinggi
Kartasapoetra, G., 2004, Budidaya Tanaman
konsentrasi ekstrak etanol kayu secang yang
Berkhasiat Obat, Rineka Cipta, Jakarta.
digunakan , maka semakin rendah pertumbuhan
Kuswadji. 1999. Kandidosis. Dalam : Djuanda
koloni jamur Candida albicans.
Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah siti. Ilmu
1. Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak
Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
etanol kayu secang terhadap jamur
ketiga, Jakarta, FK UI : 103-6.
Candida albicans adalah pada
Miksusanti, Fitrya & Marfinda, N., 2011,
konsentrasi 80%.
Aktivitas Campuran Ekstrak Kulit
2. Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak
Manggis (Garcinia mangostana L.) dan
air kayu secang tidak dapat ditentukan
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
karena jumlah koloni jamur Candida
terhadap Bacillus cereus, J. Sains, 14
albicans pada semua konsentrasi
(3), 41-47.
perlakuan lebih besar dari 0,1% dari
Salni, N, Aminasih, R. Sriviona, 2013. Isolasi
jumlah koloni Original Inoculums.
Senyawa Antijamur dari rimpang
lengkuas Putih (Alpinia galanga (L)
SARAN
Wilid) dan Penentuan Konsentrasi
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Hambat Minimum terhadap Candida
untuk mengetahui prosentase dari bahan
albicans. Proosiding Semirata FMIPA
aktif yang terkandung di dalam ekstrak
Universitas Lampung.
etanol kayu secang.
Zerudo, J.V., 1991, Caesalpinia sappan L. cit
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Lemmens, R.H.M.J., Wulijarni &
untuk melihat efektifitas ekstrak etanol
Soetjipto, N., (eds), Plant Resource of
kayu secang sebagai antifungal secara in
56