Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK KIMIA FARMASI MEDISINAL II SESI 14

MATERI VITAMIN E

Dosen Pengampu : Dr. apt. Sumantri, M.Sc

Tanggal 12 Januari 2021

DISUSUN OLEH :

ABDIEL AZARYA 1643050061

EKA APRIANTI KARTINI 1943057003

GRACIA LAI GAVIA WAU 1643050064

OKTAVIA ANGGRAINY 1943057005

SALSABILA MUMTAZ 1743050003

SELLY BERMAWI 1943057009

VITA PRATIWI 1643050003

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2021
A. Pengertian Vitamin E

Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia,
tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai
kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik.

Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk
regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan
pembekuan darah.

Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin. Setiap orang
punya kebutuhan vitamin yang berbeda.

Anak-anak, orang tua, orang yang menderita penyakit atau wanita hamil
membutuhkan jumlah yang lebih tinggi akan beberapa vitamin dalam makanan
mereka sehari-hari.

Vitamin ditemukan di berbagai jenis makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, sereal


(biji-bijian), daging, ikan dan produk-produk susu. Kadar vitamin termasuk
penyimpanan dan pengolahannya tergantung dari jenis makanan itu sendiri.
Penyimpanan dan pengolahan yang lama akan mengurangi kadar vitamin di dalam
makanan.

Vitamin E adalah istilah umum bagi delapan macam substansi alami yang bersifat
lemak, yaitu : 4 tocopherol dan 4- tocotrienol. Diantara delapan macam substansi
tersebut substansi α-tocopherol adalah jenis yang mempunyai aktivitas biologi yang
tertinggi dan terdapat dalam jumlah besar dalam jaringan tubuh. Vitamin E
merupakan istilah yang menunjukkan kelompok senyawa trienol dimana senyawa
yang paling aktif dari kelompok ini adalah α-tokoferol.

Vitamin E merupakan suatu zat antioksidan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia karena memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan sel dari
radikal bebas. Dengan kemampuannya sebagai zat antioksidan, vitamin E dapat
mengurangi resiko penyebab berbagai macam penyakit, seperti jantung, kanker,
kemandulan dan diabetes. Sumber vitamin E dapat diperoleh secara alami maupun
sintetis. Sumber vitamin E alami selain banyak dihasilkan dari tanaman, juga dapat
diperoleh dari ikan (Fujisawa et al., 2010). Namun vitamin E yang berasal dari alam
masih tercampur dengan matriks-matriks yang lain. Oleh karena itu, vitamin E
disintesis agar dihasilkan vitamin E yang lebih murni sehingga mudah diserap oleh
tubuh.

Secara konvensional vitamin E dapat disintesis melalui reaksi antara isofitol dan
trimetilhidrokuinon dengan menggunakan katalis homogen yang bersifat asam Lewis
atau asam Brǿnsted seperti ZnCl2, SnCl2, BF3 , dan AlCl3 melaporkan bahwa asam
heteropoli H3PW12O40 dan H3SiW12O40 dapat digunakan sebagai katalis homogen
dalam sintesis vitamin E dengan rendemen 93.45% dan kemurnian 89.9%. Namun
penggunaan katalis ini mulai ditinggalkan karena menimbulkan banyak masalah
meskipun rendemen vitamin E yang dihasilkan tinggi. Katalis homogen berada dalam
satu fasa dengan produk sehingga proses pemisahannya banyak mengalami kendala,
Vitamin E merupakan senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil tetapi
sangat esensial sebagai antioksidan, pelarut lemak dan memelihara fertilitas. Vitamin
E secara alamiah banyak terdapat dalam minyak tumbuhan, sayuran hijau dan kacang-
kacangan. Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan hemolisis sel-sel darah
merah dan anemi, penuaan dini, kulit keriput dan kemandulan. Senyawa yang
merupakan turunan vitamin E sangat beraneka ragam, namun yang memiliki aktivitas
antioksidan tinggi adalah dalam bentuk senyawa α-tokoferol Vitamin E selain
diperoleh secara alamiah juga dapat diperoleh dari hasil sintesis. Pada penelitian
terdahulu, telah dilakukan sintesis vitamin E dari trimetil hidrokuinon dan isofitol.

Reaksi sintesis vitamin E atau yang sering dikenal dengan α-tokoferol merupakan
reaksi asilasi Friedel–Craft dari trimetil hidrokuinon dan isofitol menggunakan katalis
asam yang berfungsi mempercepat reaksi. Parameter baik atau tidaknya suatu katalis
dapat ditinjau dari aktivitas terhadap suatu reaksi. Faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas katalis adalah keasaman dan luas permukaan katalis yang digunakan.
Tingkat keasaman katalis yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda
pula. Katalis yang biasa digunakan dalam sintesis vitamin E adalah katalis homogen
dengan kriteria sifat asam Lewis yang cukup tinggi..
B. Sejarah dan Penggolongan Vitamin E

Terdapat sekelompok ikatan organik yang mempunyai aktivitas vitamin E. secara


garis besar terdapat 8 buah ikatan yang dapat dikelompokkan menjadi dua: kelompok
tacopherol, dan kelompok tacotrienol. Masing-masing dilambangkan dengan abjad α
(alpha), γ (gamma), δ (delta), dan ε (epilson).

Vitamin E ditemukan pada tahun 1922 oleh Herbert McLean Evan dan Katharine
Scott Uskup dengan kegagalan percobaan kehamilan pada binatang percobaan tikus
yang dalam makanannya defisien vitamin ini dan pertama kali diisolasi dalam bentuk
murni oleh Gladys Anderson Emerson pada tahun 1935 di Uneversity of California,
Barkeley. Struktur vitamin E pertama kali diungkap oleh Erhard pada tahun 1938.
Pada tahun yang sama Paul Karrer berhasil mensintesis vitamin E.

Vitamin E pertama kali digunakan sebagai agen terapi yang dilakukan pada
tahun1938 oleh Wiedenbauer. Pada than 1945, Drs. Evan V. Shute dan Wilfred E.
Shute mengungkap dampak dosis tinggi vitamin E dapat memperlambat dan bahkan
dapat membalikkan perkembangan aterosklorosis. Pada tahun 1946 diperoleh hasil
yang menyatakan bahwa α-tacopherol berlebih berdampak gangguan permeabilitas
kapiler dan jumlah trombosit eksperimental rendah dan tromobocytopenic purpura
klinis.

Vitamin E jenis tacotrienol sampai saat ini masih sangat sedikit diteliti sehingga
sumber-sumber publikasi belum banyak mempublikasikan hasil penelitian tentang
tacotrienol.

Vitamin E terdiri atas 2 kelas substansi aktif biologis yaitu tokoferol dan tokotrienol,
dimana yang terpenting adalah α-tokoferol.57 Struktur kimia vitamin E terdiri atas
rantai samping gugus merupakan nukleus methylated 6-chromanol (3,4-dihydro-2H-
1-benzopyran 6-ol), kemudian 3 unit isoprenoid, dan ikatan ester atau hidroksil bebas
pada C-6 dari nukleus chromanol. Seperti vitamin larut lemak yang lain, vitamin E
diabsorbsi di usus halus secara difusi, absorbsinya tergantung adanya lemak dalam
diet, fungsi kelenjar biliar dan pankreas yang baik. Vitamin E tidak mempunyai
protein pembawa yang spesifik dalam plasma, vitamin E yang terabsorbsi bergabung
ke dalam kilomikron, yang secara cepat berpindah ke lipoprotein plasma dimana dia
terikat tidak spesifik.

Gambar 1.3 struktur tokoferol

Vitamin E ditangkap oleh hepar dan bergabung dengan Very-Low-Density


Lipoprotein (VLDL), lebih banyak dalam bentuk α-tokoferol dibanding bentuk yang
lain, untuk kemudian disekresikan kembali. Sebagian besar sisa VLDL kaya
trigliserida akan kembali ke hepar, , sebagian lagi berubah oleh lipoprotein lipase
menjadi Low-Density Lipoprotein (LDL). Selama proses ini vitamin E juga secara
spontan berpindah ke lipoprotein densitas tinggi (High-Density Lipoprotein / HDL).
Tokoferol plasma lebih banyak didistribusikan oleh LDL dan HDL. Transpor vitamin
E oleh polyunsaturated lipids menjamin perlindungan lipid tersebut terhadap radikal
bebas, kadar tokoferol yang bersirkulasi cenderung sesuai dengan kadar total lipid dan
kolesterol.
dibantu oleh lipoprotein lipase dimana vitamin E dilepaskan dari kilomikron dan
VLDL. Di dalam sel, transpor intraseluler dari tokoferol membutuhkan protein
pengikat tokoferol intraseluler. Vitamin E pada sebagian besar sel-sel non adiposa
terdapat pada membran sel dimana dapat dimobilisasi.
C. Struktur Vitamin E

Struktur setiap jenis vitamin E dibedakan dari rantai cabang yang terikat pada
gugus bensen. Rantai cabang yang dimaksud adalah metal. Namun demikian, secara garis
besar struktur umum adalah sama yakni seperti pada gambar berikut

Gambar 2.1 Struktur Kimia Vitamin E

Sedangkan klasifikasi rantai cabang metal untuk masing-masing jenis, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi Rantai Cabang Metal

Bentuk dan Isomer dari Senyawa VitaminE

1. d-AlphaTocopherol

Gambar 2. 1 Struktur Kimia d-Alpha Tocopherol (Sweetman,2009)


Rumusmolekul :C29H50O2

Beratmolekul :430.7
Pemerian : Jernih, kuning, kuning kehijauan, tidak berbau, minyak
kental.
Stabilitas : Tidak stabil pada udara dan cahaya, khususnya mediabasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
aseton, dengan kloroform, dengan eter, dan dengan minyak
nabati.
Penyimpanan : Simpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara,
terlindung daricahaya.

2. dl-AlphaTocopherol

Gambar 2. 2 Stuktur Kimia dl-Alpha Tocopherol Rumusmolekul


:C29H50O2

Beratmolekul :430.7

Pemerian : Jernih, kuning, atau kuning kehijauan, praktis tidak berbau,


minyakkental.
Stabilitas : Tidak stabil pada udara dan cahaya, tidak tahan pada media
basa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
aseton, dengan kloroform, dengan eter, dan dengan minyak
nabati.
Penyimpanan : Simpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara
terlindung daricahaya.

3. d-Alpha Tocoferil Acetate atau Alpha TocopherolAcetate


Gambar 2. 3 Struktur Kimia Alpha Tocopherol Acetate.

Rumusmolekul :C31H52O3

Beratmolekul :472.7

Pemerian : Cairan jernih, kuning, atau kuning kehijauan, praktis tidak


berbau, minyakkental.
Stabilitas : Stabil pada udara dan cahaya, tidak stabil pada mediabasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
aseton, dengan kloroform, dengan eter, dan dengan minyak
nabati.
Penyimpanan : Simpan di bawah gas inert dalam wadah kedapudara.

Terlindung dari cahaya.

4. dl-Alpha Tocoferil Acetate


Rumusmolekul : C31H52O3
Beratmolekul :472.7
Pemerian : Jernih, kuning, atau kuning kehijauan, praktis tidak berbau,
minyakkental.
Stabilitas : Stabil pada udara dan cahaya, tidak tahan pada mediabasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
aseton, dengan kloroform, dengan eter, dan dengan minyak
nabati.
Penyimpanan : Simpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya.
Gambar 2. 4 Struktur kimia dl-Alpha Tocoferil Acetate

5. d-Alpha Tocoferil AcidSuccinate

Termasuk Vitamin E polietilen glikol suksinat, sebuah campuran yang


dibentuk oleh esterifikasi asam tocoferil d-alpha succinate dengan makrogol.
Rumusmolekul : C33H54O5
Beratmolekul :530.8
Pemerian : Bubuk putih atau kristal hampir putih. Praktis tidak berbau.
Titiklebur : Sekitar 75°C; tidak stabil saat dipegangcair.
Stabilitas : Stabil terhadap udara dan cahaya, tetapi tidak stabil terhadap
alkali.
Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol, dalam aseton,
dalam eter, dan minyak nabati; sangat larut dalam khloroform;
sedikit larut dalam larutanalkali.

Penyimpanan : Simpan di wadah kedap udara. Terlindung daricahaya.

6. dl-Alpha Tocoferil Acid Succinate


Rumusmolekul : C33H54O5
Beratmolekul :530.8
Pemerian : Bubuk putih atau kristal hampir putih. Praktis tidak berbau.
Titiklebur : Sekitar 75°C; tidak stabil saat dipegangcair.
Stabilitas : Stabil terhadap udara dan cahaya, tetapi tidak stabil terhadap
alkali.
Kelarutan :Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol, dalam aseton,
dalam eter, dan minyak nabati; sangat larut dalam kloroform;
sedikit larut dalam larutanalkali.
Penyimpanan : Simpan di wadah kedap udara, terlindung dari cahaya.

D. Sifat Fisika dan Kimia Vitamin E

Vitamin E (alfa-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-


sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai
radikal bebas. Vitamin E dan selenium (suatu mineral esensial yang merupakan
komponen dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama. Semua bentuk
vitamin E adalah minyak dan tidak dapat dikristalkan. Minyak ini mempunyai
viskositas tinggi, larut dalam minyak dan zat pelarut lemak.
Vitamin E stabil terhadap suhu, maksudnya vitamin E stabil terhadap panas
namun tetap akan rusak jika pemanasannya terlalu tinggi. Vitamin E stabil pada
pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi. Vitamin E bersifat
basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C.
Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan
bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap. Vitamin E
juga stabil terhadap asam, artinya vitamin E bersifat basa.

Vitamin E juga bersifat antioksidan, yakni melindungi asam lemak tak jenuh
terhadap oksidasi oleh radikal oksigen yang biasanya dibebaskan dalam proses
metabolisme dalam hati. Sifat antioksidan vitamin E merupakan pertahanan
melawan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa molekul yang
mempunyai elektron yang tidak utuh (tinggal sebelah) dan tidak berpasangan.
Radikal bebas merupakan senyawa yang tidak stabil dan cepat bereaksi dengan
senyawa lain sehingga membentuk lebih banyak radikal bebas secara berantai.

E. Fungsi Vitamin E

Vitamin E memiliki pera penting dalam tubuh, berikut beberapa fungsi vitamin E:

1. Mencegah kerusakan membran dan membantu dalam proses metabolisme sel


2. Membersihkan radikal bebas
3. Melindungi jaringan tubuh dan membantu pertumbuhan jaringan baru
4. Merangsang reaksi kekebalan
5. Membantu dalam sintetis DNA
6. Mencegah penyakit jantung koroner
7. Mencegah keguguran dan gangguan menstruasi
8. Menguakan dinding pembuluh darah kapiler
9. Antitrombin dalam pembuluh darah

10. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi
enzimatik.
11. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk
regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh
dan pembekuan darah.Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap
vitamin. Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbeda.

Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,


meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner,
vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit.

Vitamin E menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah


proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar
ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, fungsi vitamin
E ialah :
 Dapat mencegah keguguran pada wanita.

 Dapat mengurangi rasa panas di dalam tubuh dan mengurangi depresi


pada wanita menopause.
 Sangat penting untuk memaksimalkan fungsi otot.

 mencegah peroxidation pigmentasi akibat pembentukan asam lemak tak jenuh


tinggi.

 mencegah nekrosis hepatik yang disebabkan oleh kekurangan belerang


yang mengandung asam amino dan selenium.
Vitamin E membantu melawan radikal bebas, yang bermanfaat bagi kulit dan
membantu mencegah pembentukan kerutan dengan mencegah kerusakan oksidatif
yang disebabkan oleh sinar ultraviolet. merupakan pelindung penyakit jantung dan
diabetes. mencegah kerusakan jaringan dalam kasus iskemia dan cedera,
mengurangi gejala kaki kram dan rheumatoid arthritis, dan memiliki efek
antikoagulan.
vitamin e berguna dalam membatasi kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh
merokok, dan kerusakan jaringan dari radikal bebas yang dipercepat dengan
pecandu alkohol. Melindungi tubuh dari berbahaya tumor Vitamin E mengurangi
penggumpalan darah di dalam pembuluh darah.

b. Fungsi vitamin E sering dihubungkan dengan radikal bebas dan antioksidan


Beberapa bagian yang penting didalam tubuh dimana vitamin E berfungsi
sebagai antioksidan yaitu pada sel membran atau lebih tepatnya pada lipid sel
membran. Sirkulasi LDL (low Density Lipoprotein), paru-paru, hati dan jaringan
adrenalin.
Vitamin E sebagai antioksidan karena mudah teroksidasi. Dengan demikian
dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi karena fungsinya sebagai antioksidan
inilah, vitamin E merupakan pertahanan utama melawan oksigen perusak, lipid
perosida, dan radikal bebas serta menghentikan reaksi berantai dan radikal bebas.
Radikal bebas adalah hasil oksidasi molekul di dalam tubuh. Sebenarnya, jika
diproduksi dalam jumlah yang pas, radikal bebas dibutuhkan bagi kesehatan dan
fungsi tubuh, yaitu untuk memerangi peradangan, membunuh bakteri merugikan
serta mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ lain dalam tubuh.
Tapi bila diproduksi melebihi batas, radikal bebas dapat menyerang sel-sel tubuh.
Sehingga berubah fungsi. Perubahan fungsi sel ini memicu proses penuaan yang
belum waktunya, serta berbagai gangguan kesehatan.
Aktivitas zat radikal bebas dalam tubuh bisa dicegah oleh zat antioksidan, yang
berfungsi menghentikan aktivitas radikal bebas dan melindungi sel yang sehat dari
kerusakan. Salah satu zat antioksidan yang paling ampuh adalah vitamin E.
Antioksidan akan membantu melawan radikal bebas ini sehingga kita terbebas
dari penyakit. Selain itu, antioksidan bisa membantu memerangi kanker dan
penyakit kardiovaskular, 2 masalah kesehatan yang paling banyak diderita. Di
samping itu, vitamin E membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta
membantu proses perbaikan DNA.
Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,
meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner,
vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat
proses penyembuhan luka. Pada sel membran, vitamin E akan mencegah oksidasi
lemak, khususnya poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Serta senyawa lain seperti
vitamin A. Pada mitokondria sel akan melindungi bagian metabolik yang akan
menstransformasi bahan bakar energi kedalam ATP.

Dalam jaringan lemak tubuh antioksidan dari vitamin E menyerang lipid


peroksida yang merupakan hasil dari reaksi antara lipid dengan radikal bebas. Lipid
perksida dianggap berbahaya karena dicurigai sebagai penyebab penyakit
degeneratif. Sifat antioksidan vitamin E merupakan pertahanan melawan radikal
bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa molekul yang mempunyai elektron
yang tidak utuh (tinggal sebelah) dan tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan
senyawa yang tidak stabil dan cepat bereaksi dengan senyawa lain sehingga
membentuk lebih banyak radikal bebas secara berantai.
Radikal bebas terbentuk dari reaksi kimia yang berlangsung sangat panjang
didalam tubuh atau hasil pencemaran lingkungan seperti: nitrogen, dioksida, ozon,
logam berat, asap rokok, bila paru-paru tercemar ozon menyebabkan peroksidasi
dari sel membran lemak menghasilkan suatu produk pentan (C5H12).
Radikal bebas ini akan menyerang pertumbuhan sel, termasuk DNA dan asam
lemak tak jenuh(PUFA), ketika radikal bebas bereaksi dengan PUFA, reaksi
berantai mendorong terbentuknya radikal bebas dalam jumlah yang banyak.
Radikal bebas dapat merusak baik srtuktur dan fungsi sel membran nucleid acid
dan elekrodense region protein. Hal ini mengakibatkan :
 sel mati atau merusak respon ke sel. Hormon dan neurotransmitter.

 Mutasi sel yang memungkinkan menjadi karsinogenik

 Enzim dan protein menjadi tidak aktif. Sehingga terjadi kerusakan pada
protein dan apabila terjadi pada lensa mata dapat menimbulkan katarak.
Kerusakan akibat serangan radikal bebas dikaitkan dengan kerusakan jaringan
ditandai dengan munculnya penuaan dini (prematur aging), kanker, aterosklerosis dan
lain-lain.
Dengan adanya sifat antioksidan dari vitamin E. Sel dan komponen tubuh yang
lain akan melindungi dari serangan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai
atau oksidasi merusak. Selain itu vitamin E akan mencegah kerusakan DNA yang
menyebabkan mutasi, mempertahankan LDL, dan unsur tubuh yang kaya akan lemak
melawan oksidasi.
Selama radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh seimbang. Kondisis ini membahayakan
tubuh, sebaliknya bila radikal bebas lebih banyak(karena pengaruh gaya hidup lingkungan,
atau pengaruh lain), maka akan menyebabkan berbagai penyakit.
Gambar 1.2 Siklus vitamin E.

c. Vitamin E dan penyakit jantung

Beberapa peneliti meyakini kalau vitamin E berperan penting dalam mencegah


perkembangan penyakit jantung. Vitamin E ini akan membatasi jumlah oksidasi
kolesterol jahat LDL (low-density lipoprotein) dalam darah. Oksidasi menyebabkan
penyumbatan arteri, sehingga memicu serangan jantung. Dengan menghambat proses
ini, maka vitamin E juga berperan mencegah serangan jantung.
Berdasarkan hasil studi, seperti dikutip situs askmen, mereka yang mendapatkan
asupan vitamin E yang optimal mengalami insiden penyakit jantung 30-40% lebih
rendah dibandingkan mereka yang kekurangan vitamin E. Selain itu, asupan vitamin E
cukup membantu mencegah pengentalan darah, yang juga turut menjadi pemicu
serangan jantung.

F. Analisa Kualitatif dan Kuantitatif

Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin E

1. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif digunakan untuk mengetahui adanya vitamin E dalam bahan
pangan. Untuk mengidentifikasi vitamin E dilakukan dengan dua cara yaitu reaksi warna
dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

a) Indentifikasi menggunakan warna


Pereaksi yang Digunakan yaitu Alkohol absolute dan HNO 3 pekat. Alat yang
Digunakan yaitu Tabung Reaksi, Rak Tabung Reaksi, Gelas Kimia 500 ml, Pipet
Tetes, Spatula, Batang Pengaduk dan Water Bath (Penangas air). Berikut langkah-
langkah identifikasi menggunakan warna :

b) Identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Metode ini digunakan karena perlengkapan yang sederhana, memerlukan


cuplikan bahan yang sedikit, memperoleh hasil yang tepat, dan membutuhkan waktu
yang singkat untuk pengerjaannya. Fase gerak yang digunakan dalam KLT adalah
kloroform, dan fase diamnya adalah silika gel yang telah di oven selama 3 menit,
supaya plat KLT tidak lembab sehingga penyerapan bisa berlangsung cepat. Bejana
yang digunakan dijenuhkan terlebih dahulu agar seluruh permukaan bejana terisi uap
eluen sehingga rambatan yang dihasilkan baik dan beraturan. Kloroform akan
bergerak naik melewati butiran silika gel, dan pergerakan kloroform akan diikuti oleh
senyawa yang diidentifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan KLT
terlihat bercak pada plat KLT sehingga diperoleh nilai Rf dan bandingkan dengan
nilai standar dari Rf.
2. Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui kadar vitamin E dalam bahan
pangan. Analisa kuantitatif yang banyak digunakan untuk Vitamin E yaitu metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) / High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) dan metode Spektrofotometer.

a) Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa


Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) adalah metode yang
banyak digunakan untuk menetapkan tokoferol dan tokotrienol dalam sediaan
makanan maupun nutrisi lainnya. Semua bentuk tokoferol dan tokotrienol dapat
dipisahkan dan ditetapkan kadarnya dengan metode HPLC baik dengan menggunakan
detektor UV atau fluoresen.
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom
kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran
fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-
komponen campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap
fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar
dari kolom terlebih dahulu. Sebaliknya, solut – solut yang kuat berinteraksi dengan
fase diam maka solut – solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram, jumlah peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja
sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.

Instrumen HPLC pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu:
wadah fase gerak, sistem penghantar fase gerak (pompa), alat untuk memasukkan
sampel (injektor), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gaerak, tabung
penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
b) Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer digunakan untuk penetapan kadar karena mudah dikerjakan,


waktu pengerjaan singkat dan diperoleh hasil yang valid. Penetapan kadar dilakukan
dengan cara :

 Pembuatan Larutan Blanko


Mambuat larutan blanko dengan volume 9 ml kloroform.
Menambahkan 1 ml iodida 0,1 %, dikocok hingga homogen dan membentuk
warna ungu.
 Pembuatan Larutan Baku Vitamin E 1000 ppm
Membuat larutan baku dengan menimbang secara seksama 50 mg
vitamin E, kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 ml lalu
menambahkan kloroform sampai tanda, kocok sampai homogen. Kemudian
menambahkan 1 ml iodida 0,1 % kedalam larutan baku, dikocok hingga
membentuk warna ungu.

 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Memipet larutan baku, dimasukkan dalam kuvet kemudian mengamati
pada panjang gelombang 550, 552, 554, 556, 558, 560, 562, 564, 566 dan 568
nm, kemudian mecatat absorbansi yang dihasilkan oleh masing-masing
panjang gelombang dan membuat kurva hubungan antara panajng gelombang
dan absorbansi.

 Pembuatan Larutan Seri Baku Vitamin E


Membuat larutan seri baku dari 1000 ppm menjadi 500 ppm dengan
cara memasukkan 50 ml larutan baku kedalam labu takar 100 ml lalu
menambahkan kloroform sampai tanda. Membuat larutan seri baku vitamin E
masing - masing dengan konsentrasi 0,1%, 0,2 %, 0,3 %, 0,4%, 0,5%, 0,6%,
0,7%, 0,8%, 0,9% dan 1,0 %, menambahkan 1 ml iodida 0.1% kedalam
masing-masing konsentrasi larutan seri baku. Kemudian diukur absorbansi
yang dihasilkan oleh masing – masing konsentrasi pada panjang gelombang
maksimum yang didapat dan membuat kurva hubungan antara konsentrasi
baku dengan absorbansinya.

 Penetapan Kadar Vitamin E


Mengambil 1 mg ekstrak kental yang diperoleh kemudian diencerkan
menggunakan 10 ml kloroform, menambahkan 1 ml iodida 0,1 %, dikocok
sampai homogen, diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
yang didapat. Hasil absorbansi dibandingkan dengan kurva linier larutan seri
baku vitamin E untuk memperoleh kadar vitamin E pada ekstrak yang
diperoleh.

G. Mekanisme Kerja Vitamin E


Penyerapan vitamin E relatif rendah yakni sekitar 20%-40% oleh usus.
Penyerapan vitamin E ini dihambat oleh asam lemak jenuh. Penghambatan
penyerapan vitamin E karena interaksi antara tacopherol dan asam lemak tak jenuh
dalam lumen usus. Dalam sel makosa usus, semua vitamin E yang dimasukkan ke
dalam kilomikron. Jaringan mengambil sebagian vitamin E dari kilomikron. Sebagian
besar sisa-sisa vitamin E dari kilomikron masuk ke hati. Protein yang mengikat α-
tacopherol mentransfer α-tacopherol ke hati, kemudian diekspor dalam bentuk VLDL
(very low density lipoprotein) untuk diserap oleh jaringan. Hasil mtabolisme VLDL
diubah menjadi LDL (low density lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein).
Vitamin E lainnya yang tidak terikat oleh protein tidak dimasukkan ke dalam VLDL,
tetapi dimetabolisme di hati dan diekskresikan. Lipoprotein lipase melepaskan
vitamin dengan menghidrolisis trigliserol yang di kilomikron dan di VLDL,
sedangkan vitamin E yang terikat pada HDL secara terpisah dimediasi reseptor
penyerapan lainnya.

Tacopherol dapat mengalami oksidasi reversibell ke epoksida, diikuti oleh


pembelahan cincin menghasilkan kuinon, yang direduksi menjadi hydroquinone dan
terkonjugasi oleh asam glukuronat diekskresi dalam empedu. Proses tersebut,
merupakan rute utama ekskresi. Rantai sisi kuinon dan hydroquinone dapat
teroksidasi oleh β-oksidasi. Produk oksidasi ini serta konjugatnya diekskresikan
dalam empedu (feses) sekitar 1% dari metabolisme. Sedangkan, sebagian besar
vitamin E yang diekskresikan oleh urin merupakan bentuk oksidasi dari vitamin E
lainnya.

Berikut proses metabolisme vitamin E dalam bentuk bagan:


Bagan 2.1 Proses Metabolisme Vitamin E

H. Kandungan vitamin dalam bahan alam

Sumber vitamin E untuk manusia adalah minyak nabati seperti minyak bunga
matahari, minyak jagung, dan minyak zaitun serta sayur-mayur hijau. Vitamin E
paling berlimpah di dalam bibt minyak gandum. Sumber vitamin E hewani adalah di
dalam jaringan adipose/tisu, mentega, dan kuning telur. Beberapa sumber vitamin E
secara rinci yakni ditampilkan pada tabel berikut

Tabel 2.2 Sumber Vitamin E

Vitamin E banyak tersedia dalam minyak yang dihasilkan dari biji-bijian,


seperti; minyak kacang, minyak kulit gandum, minyak jagung dan minyak biji
bunga matahari. Selain itu, vitamin E juga terdapat pada sayuran hijau, sereal, hati,
kuning telur, lemak susu, kacang- kacangan, kiwi, mangga dan mentega.
Hal yang penting diingat tentang vitamin E, adalah mudah rusak oleh panas
yang tinggi (proses memasak) dan oksidasi (terpapar oksigen). Itu sebabnya,
sumber vitamin E terbaik adalah makanan segar, mentah, atau makanan yang
belum diproses.

I. Angka Kecukupan Gizi Vitamin E dan Asupan Normal PerHari


Berikut tabel yang menunjukkan Aangka Kecukupan Gizi rata-rata per hari:

Golongan Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Vitamin E (mg)
0-6 bulan 6 61 4
7-12 bulan 9 71 5
1-3 tahun 13 91 6
4-6 tahun 19 112 7
7-9 tahun 27 130 7
Pria
10-12 tahun 34 142 11
13-15 tahun 46 158 12
16-18 tahun 56 165 15
19-29 tahun 60 168 15
30-49 tahun 62 168 15
50-64 tahun 62 168 15
65-80 tahun 54 168 20
80+ 53 168 20
Wanita
10-12 tahun 36 145 11
13-15 tahun 46 155 15
16-18 tahun 50 158 15
19-29 tahun 54 159 15
30-49 tahun 55 159 15
50-64 tahun 55 159 15
65-80 tahun 54 159 15
80+ tahun 53 159 15
Hamil (+an)
Trisemster 1 +0
Trisemster 2 +0
Trisemester 3 +0
Menyusui (+an)
0-6 bulan +4
7-12 bulan +4
Sumber : SK Menkes RI 2013
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi Vitamin E

Jumlah vitamin E yang dikonsumsi berdasarkan RDA (Recommended Dietary


Allowances) Amerika tahun 1973 adalah 30 satuan Internasional (SI) untuk orang
dewasa(1 mg = 1,49 SI). Kemudian angka ini direvisi pada tahun 1989 menjadi lebih
rendah yaitu 1.5 SI untuk orang dewasa laki-laki dan 1,2 SI untuk orang dewasa
wanita.

J. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin E


Dalam mengkonsumsi suatu makanan yang mengandung nutrisi atai gizi
sebaiknya perlu diperhatikan agar tidak kelebihan maupun kekurangan. Begoti pula,
dalam mengkonsumsi vitamin E.

Berikut dampak akibat kekurangan dan kelebihan vitamin E:


1. Kekurangan Vitamin E
Umumnya kekurangan (defisiensi) vitamin E jarang terjadi. Namun, apabila
terjadi kekurangan vitamin E dapat menyebabkan : neuropati perifer, ataksia,
miopati skeletal, retinopati, penurunan respon imun, penghancuran sel darah
merah., rawan terhadap penyakit degeneratif.
2. Kelebihan Vitamin E
Konsumsi berlebihan vitamin E dapat menyebabkan kontrkatif terhadap vitamin K
yang akan mengakibatkan kekurangan vitamin K. Vitamin E yang dikonsumsi
berlebihan bersamaan atau dikombinasikan dengan obat-obatan lain seperti aspirin
dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Aning, Ika Prasetya. Kristianto, Yohanes. 146 Resep MPASI Untuk Superbaby. 2014.
Surabaya: Genta Group Production

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta: Jaya Ilmu

Komsan, Ali. 2009. Rahasia Sehat Dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Buku
Kompas
Sumbono, Aung. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Papua Barat: Deepublish

Supariasa, I Dewa Nyoman. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu. 2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Soekardjo, bambang.2008.kimia medicinal 1.airlangga university press.surabaya


Wahyu oktana fajarina,Ssi.KIMIA MEDICIAL.Struktur Aktivitas Obat.

Niki, E. (2015). Evidence for Beneficial Effects of vitamin E. Korean J Intern Med.
30(5), pp. 571–579. doi: 10.3904/kjim.2015.30.5.571

Rizvi, et al. (2014). The Role of Vitamin E in Human Health and Some Diseases.
Sultan Qaboos Univ Med J. 14(2), pp. e157–e165.

National Institute of Health (2019). Office of Dietary Supplements : Vitamin E.

National Institute of Health (2015). MedlinePlus. Vitamin E.

Mayo Clinic (2017). Drugs and Supplements. Vitamin E.

Entringer, S. Drugs (2019). Vitamin E.

MedicineNet (2011). Vitamin E.

MIMS Indonesia (2019). Vitamin E.

Mohan, C.P. WebMD (2017). Vitamin E.

Anda mungkin juga menyukai