Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN BUDAYA DAN

LINGKUNGAN BERBASIS SEKOLAH


DI SEKOLAH DASAR

BAHAN BIMBINGAN TEKNIS


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

KERJA SAMA
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
UNICEF DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2013
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAGIAN I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Ruang Lingkup 2
D. Skenario 2
BAGIAN II MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH 4
A. Budaya Sekolah 4
1. Konsep Budaya Sekolah 4
2. Proses Lahirnya Budaya Sekolah 5
3. Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah 7
4. Prinsip dan Azas Pengembangan dan Pembinaan 15
Budaya Sekolah
5. Strategi Pengembangan dan Pembinaan Budaya 25
Sekolah

B. Lingkungan Sekolah 34
1. Lingkup Pengembangan Lingkungan Sekolah 34
2. Lingkungan Sekolah yang Kondusif 35
3. Syarat Terciptanya Lingkungan Sekolah yang Kondusif 36
4. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar 40
C. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah 42
1. Perencanaan Program 42
2. Sosialisasi Program
3. Pelaksanaan Program 42
4. Evaluasi Program 43
44
D. Daftar Pustaka 44
BAGIAN III INSTRUMEN PENGUKURAN KEBERHASILAN 46
BAGIAN IV TUGAS-TUGAS / LATIHAN 54
BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya


pemerintah untuk mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen budaya dan
lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang
kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter positif siswa. Selain itu,
manajemen budaya dan lingkungan sekolah bertujuan untuk menciptakan
lingkungan fisik sekolah dan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah yang
kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter positif siswa.

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif bagi penyemaian


dan pengembangan karakter positif siswa dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip berkelanjutan, terpadu, konsisten, implementatif, dan menyenangkan. Untuk
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah diperlukan empat tahapan yaitu
perencanaan program, sosialisasi program, pelaksanaan program, dan evaluasi
program.

Untuk mengetahui keberhasilan program pengembangan budaya dan


lingkungan sekolah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian program dengan perencanaan. Tingkat pencapaian program
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif perlu dibuat
instrumen pengukuran keberhasilan.

Akhirnya, upaya-upaya yang dilakukan untuk program pengembangan


budaya dan sekolah yang kondusif perlu mendapatkan dukungan dari seluruh sivitas
sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah secara bersama-sama dan dengan
komitmen tinggi

B.Tujuan

Setelah mengikuti bimtek manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah,


peserta bimtek diharapkan dapat:
1. Memahami konsep dasar tentang budaya dan lingkungan sekolah
2. Memahami pentingnya manajemen budaya dan lingkungan sekolah
3. Menyusun program pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
4. Mengimplementasikan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
5. Mengukur keberhasilan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah


meliputi:
1. Budaya sekolah
1) Konsep budaya sekolah
2) Proses lahirnya budaya sekolah
3) Nilai-nilai karakter budaya sekolah
4) Prinsip dan azas pengembangan dan pembinaan budaya sekolah
5) Strategi pengembangan dan pembinaan budaya sekolah
2. Lingkungan sekolah
1) Lingkup pengembangan lingkungan sekolah
2) Lingkungan sekolah yang kondusif
3) Syarat terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif
4) Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
3. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah
1) Perencanaan program
2) Sosialisasi program
3) Pelaksanaan program
4) Evaluasi program

D.Skenario/ Langkah-Langkah Bimtek

Skenario/langkah-langkah Bimtek Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah


disajikan seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Skenario/Langkah-Langkah Bimtek Manajemen Budaya dan Lingkungan


Sekolah

Waktu yang disediakan : 2 x 45 menit

N LANGKAH AKTIFITAS DURASI


o WAKTU
(MENIT)
1 Pendahuluan 1) Tayangan video lagu Bendera (peserta diajak 10
berdiri dan menyanyi bersama)
2) Perkenalan
3) Mengemukakan tujuan Bimtek manajemen
budaya dan lingkungan sekolah
4) Mengemukakan langkah-langkah Bimtek
2 Inti 1) Eksplorasi: Pengantar materi dengan cara 5
menampilkan foto-foto tentang budaya dan
lingkungan berbasisi sekolah dilanjutkan
mendengarkan komentar para peserta
2) Brainstorming materi : Budaya sekolah 15
a) Konsep Budaya Sekolah
b) Proses Lahirnya Budaya Sekolah
c) Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah
d) Prinsip dan Azas Pengembangan dan
Pembinaan Budaya Sekolah
e) Strategi Pengembangan dan Pembinaan
Budaya Sekolah
3) Brainstorming materi Bimtek: Lingkungan 10
Sekolah
a) Lingkup Pengembangan Lingkungan
Sekolah
b) Lingkungan Sekolah yang kondusif
c) Syarat terciptanya lingkungan sekolah
yang kondusif
d) Lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar
4) Brainstorming materi Bimtek:Manajemen 10
Budaya dan Lingkungan Sekolah
a) Perencanaan Program
b) Sosialisasi Program
c) Pelaksanaan Program
d) Evaluasi Program

5) Brainstorming :Kiat-kiat sekolah 10


mengembangkan budaya dan lingkungan
sekolah
6) Elaborasi : Diskusi kelompok mengerjakan 10
tugas/ latihan ( 1 – 5 )
7) Konfirmasi : Presentase kelompok 10

3 Penutup 1) Menyimpulkan 10
2) Umpan balik
3) Tindak lanjut (rencana tindak lanjut)
BAGIAN II

MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN


BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

A. BUDAYA SEKOLAH
1. Konsep Budaya Sekolah

Pemahaman terhadap Budaya Sekolah dapat dilakukan berdasarkan kata-kata yang


ada di dalamnya. Budaya sekolah diartikan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma
yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami
dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh
sivita sekolah (Ditjen PMPTK, 2007). Budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua (2)
macam, yakni budaya positif dan negatif. Budaya yang positif dapat mengembangkan
perilaku positif dan kondusif, sebaliknya budaya negatif dapat
mengembangkan/mempengaruhi perilaku peserta didik yang negatif pula, maka budaya
positiflah yang harus dikembangkan di sekolah.
Tinjauan lain menyatakan bahwa budaya atau culture memiliki arti penanaman jiwa
atau pikiran (Wikipedia, 2012). Secara definitif, budaya merupakan (1) sekumpulan norma
(ukuran) yang diterima oleh anggota organisasi, dipahami, dan menjadi pedoman bagi
dirinya dalam bertindak; dan (2) dalam konteks lingkungan budaya dimaknai sebagai
suatu nilai-nilai (hal-hal yang mendasar/penting), moral (baik buruk suatu perbuatan),
kebiasaan, dan hukum dalam suatu organisasi (Robbins & Decenzo, 2004).

Jika digabungkan antara budaya dan organisasi (sekolah) menjadi budaya sekolah
memiliki makna (1) sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Deal dan
Peterson, 1999); (2) “Sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan
keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi” (Stoner, Freeman, dan Gilbert
Jr., 1996:182); (3) kepribadian organsasi (personality of an organization) atau bagaimana
sesuatu bekerja di sekitar organisasi, pedoman pegawai untuk berpikir, bertindak, dan
merasakan, terkandung nilai-nilai utama, kepercayaan, etika, dan aturan perilaku dalam
organisasi (Hansen, 2005); (4) “nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau
falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah
termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah” (Depdiknas,2007:1).
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi
(sekolah) merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh hati dan pikiran sehingga
dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok) dalam satuan
pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Namun demikian,
budaya sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan
pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama
dengan sekolah” sebagaimana ditegaskan oleh Depdiknas (2007:1).

2. Proses Lahirnya Budaya Sekolah

Budaya merupakan cerminan kebiasaan yang menjadi nilai dan dipahami serta
dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi. Budaya menjadikan atmosfer antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya berbeda, Henry L Tosi at all (2000) menyatakan
untuk merasakan perbedaan organisasi “pergilah ke luar negeri maka anda akan
merasakan perbedaan budaya organisasi”. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa setiap
negara atau organisasi memiliki budaya yang berbeda dan menjadi jati diri atau identitas
dari organisasi tersebut.
Budaya pada dasarnya sesuatu yang dapat diciptakan dan diubah, budaya bukan
sesuatu yang given datang dari langit yang harus dijunjung tinggi. Penulis memahami
budaya sebagai hasil karya manusia sebagai dampak dari proses interaksi manusia satu
dengan yang lainnya. Format, bentuk,dan sistematika budaya sebuah organisasi akan
sangat ditentukan oleh orang-orang yang mendirikan dan memimpin organisasi itu sendiri.
Robbins (2006) menyatakan bahwa para pendiri organisasi biasanya memiliki dampak
besar pada budaya awal organisasi, mereka mempunyai visi tentang bagaimana
seharusnya organisasi tersebut. Nilai-nilai yang tertuang dalam konsep dasar organisasi
biasanya akan menjadi falsafah dasar pengelolaan dan pengembangan organisasi.
Perubahan budaya yang ada dalam sebuah organisasi merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dari budaya yang sudah ada. Robbins (2006) menggambarkan proses
terciptanya budaya organisasi diilustrasikan pada Gambar 1.
Manajemen
Puncak
Filosofi
organisasi

Kriteria Budaya
seleksi Organisasi

Sosialisasi

Gambar 1. Proses Terciptanya Budaya Organisasi

Budaya organisasi tercipta sebagai hasil proses manajemen dan sosialisasi di


antara komponen organisasi, proses tersebut merupakan implementasi dari filosofi sebagai
nilai dasar organisasi yang telah diseleksi. Proses ini dapat menjadi siklus sehingga akan
tercipta budaya organisasi baru yang dapat menjadikan organisasi dan kinerja organisasi
lebih baik.
Sekolah sebagai sebuah organisasi memiliki nilai dan adab yang selanjutnya
menjadi budaya sekolah, budaya sekolah tercipta sebagai hasil akulturasi nilai dari proses
sosialisasi personil sekolah dengan sesama perangkat lainnya, personil sekolah dengan
masyarakat, serta proses asimilasi dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Budaya
sekolah tersebut selanjutnya akan menciptakan suasana sekolah yang berlainan
dibandingkan dengan sekolah lainnya. Suasana yang tercipta bisa lebih nyaman, memacu
prestasi, menumbuhkan jiwa kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap
proses pendidikan di sekolah.
Mengingat budaya itu dapat diciptakan dan dikembangkan maka sudah selayaknya
apabila budaya yang selama ini dirasakan memiliki kekurangan dilakukan perubahan atau
mungkin diciptakan budaya baru agar kondisi sekolah menjadi lebih baik. Penciptaan
budaya baru harus dilakukan secara cermat dan melalui kajian yang mendalam, perubahan
yang terjadi tidak bersifat instan melainkan berproses dari tahapan yang sederhana hingga
fundamental. Perubahan budaya baru harus memiliki implikasi positif dan mampu
mengantisipasi kondisi yang akan terjadi di masa depan, sehingga organisasi sekolah akan
lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang di masa depan.

3. Nilai-nilai Karakter Budaya Sekolah


Hasil identifikasi terhadap budaya sekolah di satuan pendidikan yang ada dan hasil
kristalisasi yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar sebenarnya nilai-nilai
karakter dalam Budaya Sekolah banyak jumlahnya. Namun demikian, dalam konteks ini,
pengembangan Budaya Sekolah minimal mengandung lima (5) nilai karakter yang harus
dimiliki oleh para lulusan SD, yaitu: (1) beriman dan bertaqwa, (2) cinta tanah air, (3)
memiliki wawasan luas dan terampil, (4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan (5) tanggung
jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan peduli.
Kelima nilai karakter yang harus diprioritaskan dalam pengembangan budaya
sekolah sebagai perekat dalam Manajemen Sekolah, PAKEM, dan PSM dapat merujuk
pada indikator dan deskripsi lulusan SD sebagimana dirinci pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Nilai Karakter, Indikator, dan Deskripsi Lulusan SD dalam Budaya Sekolah

No Karakter Indikator Deskripsi


1 Beriman 1.1. Menjalank 1.1.1. Mulai belajar sholat, ke masjid/mushola, ke
dan an ibadah gereja, ke pura
bertaqwa sesuai ajaran 1.1.2. Mulai belajar puasa sesuai kemampuan (contoh:
agamanya Islam )
dengan 1.1.3. Menghafal do’a dalam sholat dan memahami
bimbingan maknanya (contoh : Islam )
orang tua dan 1.1.4. Memahami makna do’a, menghafal dan
guru memahami makna surat-surat pendek ( contoh :
Islam )
1.1.5. Menjaga kebersihan dan ketertiban dalam
beribadah
1.1.6. Menjalankan ibadah agamanya dengan sungguh-
sungguh
1.2. Berdo’a 1.2.1. Berdo’a sebelum melakukan pekerjaan
menurut 1.2.2. Berdo’a/ bersyukur saat mendapat kenikmatan
tuntunan 1.2.3. Berdo’a/ bersabar saat mendapat musibah
agamanya 1.2.4. Berdo’a untuk orang tua dan orang lain
1.2.5. Mengucapkan salam jika bertemu orang lain
(karena salam itu do’a)
1.3. Malu 1.3.1. Bersikap jujur
bersikap tidak 1.3.2. Tidak curang saat bermain
baik 1.3.3. Tidak suka berbohong
1.3.4. Tidak iri dan dengki
1.3.5. Tidak malas
1.3.6. Suka menolong dan membantu teman
1.3.7. Mengucapkan salam jika bertemu orang lain
1.4. Mengharg 1.4.1. Menjaga dan merawat kesehatan dirinya
ai dan 1.4.2. Patuh pada kedua orang tua
memelihara 1.4.3. Patuh pada guru
1.4.4. Menyayangi keluarganya
1.4.5. Menyayangitemannya
1.4.6. Mengagumi keindahan alam, berkreasi
1.4.7. Merawat tanaman, dan kebun sekolah
1.4.8. Menyayangi binatang
1.5. Merayaka 1.5.1. Turut merayakan hari besar keagamaan
n dan 1.5.2. Memahami makna tiap peringatan hari besar
memahami keagamaan
makna hari 1.5.3. Dapat meneladani dan menerapkan dalam
besar kehidupan sehari-hari, tentang tokoh dan
keagamaan peristiwa yang dirayakan
2 Cinta 2.1. Bangga 2.1.1. Bangga menjadi warga sekolahnya dan
tanah air Menjadi lingkungannya
warga negara 2.1.2. Bangga menjadi warga kotanya
Indonesia 2.1.3. Menjaga nama baik sekolahnya
2.1.4. Berprestasi demi nama baik sekolahnya
2.1.5. Menghargai dan memahami makna, Bendera,
lambang negara, dapat menyanyikan dan tahu
makna lagu kebangsaan Indonesia
2.1.6. Mau mengikuti upacara bendera dengan khidmat
2.1.7. Mematuhi peraturan yang berlaku di
lingkungannya (sekolah, kelurahan dan kotanya)
2.1.8. Menggunakan produksi dalam negeri
2.2. Bangga 2.2.1. Menggunakan dan tahu bahasa daerahnya
berbahasa 2.2.2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
Indonesia dan benar
bahasa 2.2.3. Suka membaca dan menulis, menggunakan
daerahnya bahasa Indonesia yang baik dan benar
2.2.4. Menghargai bahasa daerah lain di Indonesia
2.3. Bangga 2.3.1. Mengetahui budaya daerahnya dan daerah lain di
terhadap Indonesia
budaya 2.3.2. Dapat menyanyikan lagu daerahnya dan daerah
daerahnya dan lain di Indonesia
daerah lain 2.3.3. Dapat menari dan mengenal tarian daerah
2.3.4. Memahami adat budaya daerahnya dan daerah
lain
2.3.5. Gemar mengunjungi tempat bersejarah
3 Memiliki 3.1. Mempelaj 3.1.1. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi
wawasan ari pelajaran yang tidak dikuasainya
luas dan pengetahuan 3.1.2. Mendiskusikan materi pelajaran yang disukai,
terampil berbagai mata dan ingin mendalaminya
pelajaran 3.1.3. Suka membaca dan mengunjungi perpustakaan
3.1.4. Suka membuat kliping pengetahuan
3.2. Suka dan 3.2.1. Selalu mencoba/mempraktekkan teori yang ada
bersemangat dalam mata pelajaran
melakukan 3.2.2. Berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan
percobaan, santun kepada teman, guru, kepsek, penjaga
praktik- sekolah terhadap hal-hal yang baru yang belum
praktik dia ketahui
terhadap 3.2.3. Menerima pendapat orang lain dengan berlapang
pengetahuan dada terhadap hal-hal yang dia lakukan
yang dia 3.2.4. Mencoba mengenal lingkungan sekolahnya
inginkan dengan segala isinya sebagai sumber belajar
3.3. Rasa ingin 3.3.1. Berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan
tahu terhadap santun kepada orang-orang yang bisa menjadi
lingkungan sumber informasi memenuhi rasa ingin tahu
dan hal baru 3.3.2. Tertarik belajar dari lingkungan yang dia sukai,
dan mencoba melakukan sesuatu hal yang dia
ingin tahu (beternak ikan, bercocok tanam,
kantor kelurahan, kantor polisi/tertib berlalu
lintas, kantor pos
3.4. Rasa ingin 3.4.1. Mampu mengoperasionalkan media elektronik
tahu terhadap untuk membantu komunikasi dengan cara yang
media sopan (telepon, internet, komputer) dalam
komunikasi pengembangan wawasan pengetahuannya
dan informasi 3.4.2. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
positif dalam berkomunikasi aktif positif,
berprilaku terbuka terhadap IPTEK, dan kreatif
4 Hidup 4.1. Hidup 4.1.1. Selalu menjaga kesehatannya, mandi, gosok gigi,
sehat, sehat cuci gigi, cuci kaki dan tangan pakai sabun
bersih, 4.1.2. Tidak jajan sembarangan
dan rapi. 4.1.3. Menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungannya
4.1.4. Memotong kuku secara teratur
4.1.5. Mengganti pakaian yang kotor
4.2. 4.2.1. Berpakaian bersih
Berperilaku 4.2.2. Mencukur dan menyisir rambut dengan rapi
bersih 4.2.3. Membersihkan kelasnya (piket kebersihan kelas)
4.2.4. Membuang sampah pada tempatnya
4.2.5. Membersihkan lingkungan rumah, kelas dan
sekolahnya
4.3. Berperilak 4.3.1. Menggunakan seragam sekolah dengan benar
u dan 4.3.2. Berpakaian rapi
berpenampilan 4.3.3. Merapikan tempat belajar
rapi 4.3.4. Merapikan tempat tidur
4.3.5. Bukunya disampul rapi
4.3.6. Tidak mencoret bangku dan tembok
5 Tanggung 5.1. Melakuka 5.1.1. Melaksanakan tugas kelompok dengan senang
jawab, n tugas tanpa hati (piket kelas, menyiram tanaman di sekolah
tangguh, diperintah dan di rumah)
jujur, 5.1.2. Melaksanakan tugas individu (PR, tugas sekolah,
disiplin, tugas di rumah) dengan senang hati tanpa
dan disuruh
Peduli 5.1.3. Melaksanakan tugas yang diberikan khusus oleh
guru (petugas upacara, petugas UKS.
5.1.4. Mengambil resiko jika tidak melaksanakan tugas
sesuai dengan peraturan
5.2. Berdaya 5.2.1. Mengerjakan tugas-tugas individu dengan
upaya tanggung jawab hingga selesai tanpa putus asa
melakukan dan menyerah
suatu 5.2.2. Mengerjakan tugas-tugas kelompok penuh
pekerjaan semangat dan berjuang menyelesaikannya
hingga tuntas bersama teman
5.3. Berupaya 5.3.1. Mengerjakan tugas-tugas sekolah (lembar kerja,
melakukan pekerjaan rumah) dan percaya pada kemampuan
sesuatu diri sendiri (tidak mencontek dan tidak dibuatkan
dengan oleh orang lain)
amanah dan 5.3.2. Mau bertanya jika tidak mengerti dan mencoba
konsisten menjawab dengan kemampuan sendiri
5.3.3. Berbicara dengan apa adanya sesuai dengan apa
yang diketahuinya
5.3.4. Bertindak hati-hati dan berbicara dengan santun
sehingga dipercaya teman
5.4. Mengharg 5.4.1. Bangun, tidur, istirahat, belajar, bermain tepat
ai Waktu waktu
5.4.2. Datang tepat waktu ke sekolah dan pulang tepat
waktu tiba di rumah
5.4.3. Menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dan
tepat waktu
5.4.4. Kreatif dalam memanfaatkan waktu luang
5.5. Mentaati 5.5.1. Menghormati dan melaksanakan tata tertib yang
peraturan di ada di sekolah
sekolah, di 5.5.2. Mentaati peraturan di jalan raya (menyebrang di
rumah, dan zebra cross, berjalan di atas trotoar, naik/turun
tempat-tempat bis tertib di halte/terminal, tidak mengeluarkan
umum anggota tubuh saat berada di dalam
bis/mobil/kereta)
5.5.3. Mentaati peraturan di tempat umum (tidak
meludah/pipis sembarangan, membuang sampah
pada tempatnya, tidak mencoret sembarangan,
dsbnya)
5.6. Peduli 5.6.1. Mempedulikan kebersihan, kesehatan, kerapihan
kepada diri diri sendiri (liat keterangan terkait dengan
sendiri, orang kemandirian)
lain, dan 5.6.2. Menghargai pendapat orang lain dengan cara
lingkungan ramah, santun, dan mengeluarkan kata-kata
positif yang membuat orang lain nyaman
5.6.3. Menjaga dan memelihara lingkungan sekitar
terkait dengan kebersihan, kerapihan, dan
keindahan

Beberapa nilai-nilai karakter yang tercermin dalam budaya sekolah dalam aktivitas
sehari-hari dapat dilihat para beberapa aktivitas peserta didik di sekolah. Beberapa contoh
nilai-nilai karakter tersebut dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.
1. Beriman dan Bertaqwa

Beriman dan bertaqwa diwujudkan oleh peserta didik dalam: (a) menjalankan
ibadah sesuai ajaran agamanya dengan bimbingan orang tua dan guru; (b) berdo’a
menurut tuntunan agamanya; (c) malu bersikap tidak baik ; (d) menghargai dan
memelihara; (e) merayakan dan memahami makna hari besar keagamaan.

Gambar 2 Peserta Didik Melakukan Kegiatan Keagamaan


Gambar 2 menunjukkan aktivitas penanaman perilaku/tatakrama yang sistimatis dalam
pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang
baik (akhlakul karimah) serta disiplin dalam berbagai hal.

2. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air dapat dilihat dari peserta didik yang menunjukkan rasa (1) bangga
menjadi warga negara Indonesia, (2) bangga berbahasa Indonesia dan bahasa daerahnya
dalam aktivitas sehari-hati, dan (3) bangga terhadap budaya daerahnya dan daerah lain
yang ada di wilayah Indonesia. Gambar 3. menunjukkan peserta didik yang cinta tanah air
dengan menghormati bendera Indonesia.

Gambar 3. Peserta didik Menghargai dan Menghormati Bendera Indonesia

3. Memiliki Wawasan Luas dan Terampil


Nilai karakter bangsa ketiga yaitu memiliki wawasan luas dan terampil dapat dilihat
dari para peserta didik dalam (1) mempelajari pengetahuan berbagai mata pelajaran, (2)
suka dan bersemangat melakukan percobaan, praktik-praktik terhadap pengetahuan yang
dia inginkan, (3) rasa ingin tahu terhadap lingkungan dan hal baru, (4) rasa ingin tahu
terhadap media komunikasi dan informasi. Salah satu contoh pengembangan dan
pembinaan nilai karakter ini dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Gemar Membaca

Budaya Gemar membaca peserta didik dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan dalam
mengisi waktu luang dengan membaca, rajin mengunjungi perspustakaan, dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Hidup Sehat, Bersih, dan Rapi

Nilai karakter keempat dalam budaya sekolah mencakup hidup sehat, berperilaku
bersih, dan berperilaku berpenampilan rapi. Hidup sehat dapat tercermin dalam menjaga
kesehatannya, mandi, gosok gigi, cuci kaki,dan tangan pakai sabun, tidak jajan
sembarangan, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya, dan memotong kuku
secara teratur, dan mengganti pakaian yang kotor. Berperilaku bersih berpakaian bersih
tampak pada diri peserta didik yang terbiasa mencukur dan menyisir rambut secara rapi,
menjaga kebersihan kelas melalui piket kebersihan kelas, membuang sampah pada
tempatnya, dan selalu membersihkan lingkungan rumah, kelas dan sekolah. Berperilaku
dan berpenampilan rapi dapat ditunjukkan oleh perilaku peserta didik dengan berpakaian
seragam sekolah dengan benar dan rapi, merapikan tempat belajar dan tempat tidur,
penyampulan buku secara rapi, dan tidak mencoret bangku dan tembok sekolah. Contoh
Nilai hidup sehat, bersih, dan rapi dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Dokter Kecil, Hidup Bersih, dan Rapi

Nilai dan budaya bersih dan sehat dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan
berikut: membuang sampah pada tempatnya, memungut ketika melihat sampah, tidak
mencorat coret tembok, gerakan cuci tangan sebelum & sesudah makan, gerakan rajin
gosok gigi (minimal 2 kali sehari), menjaga kerapihan dalam berpakaian & penampilan
(rambut, kuku), menjaga kerapihan kelas & sekolah, merapikan barang-barang setelah
digunakan, mengembalikan buku di perpustakaan sesuai tempatnya, menciptakan &
menjaga keindahan lingkungan sekolah, tidak menginjak rumput di taman, menciptakan
gerakan cinta lingkungan (Green School), membawa tanaman (bunga) untuk penghijauan
sekolah.

5. Tanggung Jawab, Tangguh, Jujur, Disiplin, dan Peduli

Nilai karakter kelima mencakup tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan peduli
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Perilaku tanggung jawab dari peserta didik dapat
dilihat dari perbuatan dalam menjalankan tugas tanpa diperintah, berupaya melakukan
suatu pekerjaan hingga tuntas, amanah dan konsisten, menghargai waktu, mentaati
peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum dan peduli kepada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
Ketangguhan peserta didik dapat dilihat dari berdaya upaya melakukan suatu
pekerjaan hingga tuntas dapat ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengerjakan tugas-
tugas individu dengan tanggung jawab hingga selesai tanpa putus asa dan menyerah,
tugas-tugas kelompok penuh semangat dan berjuang menyelesaikannya bersama teman.
Kejujuran peserta didik dapat dapat ditunjukkan dalam setiap ucapan dan
tindakan, tidak mencontek saat ulangan, mengembalikan ketika menemukan sesuatu,
menyampaikan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Menjunjung tinggi sportifitas dan
intregritas yang tinggi dalam setiap aktivitas sehari-hari di sekolah, rumah, dan masyarakat.
Kedisiplinan peserta didik dapat ditunjukkan ketika dia sangat menghargai waktu,
antara lain ketika bangun tidur, istirahat, belajar, dan bermain tepat waktu, datang tepat
waktu ke sekolah dan pulang tepat waktu tiba di rumah, menyelesaikan pekerjaan hingga
tuntas dan tepat waktu, dan kreatif dalam memanfaatkan waktu luang. Disiplin juga dapat
ditunjukkan oleh peserta didik dalam mentaati peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-
tempat umum, antara lain menghormati dan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah
dan mentaati peraturan di jalan raya.
Peduli dapat ditunjukkan oleh peserta didik kepada (1) diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan,mempedulikan kebersihan, kesehatan, kerapihan diri sendiri (lihat keterangan
terkait dengan kemandirian); (2) menghargai pendapat orang lain dengan cara ramah,
santun, dan mengeluarkan kata-kata positif yang membuat orang lain nyaman; dan (3)
menjaga dan memelihara lingkungan sekitar terkait dengan kebersihan, kerapihan, dan
keindahan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Contoh nilai-nilai tersebut dapat dilihat
pada perilaku peserta didik sebagaimana tampak pada gambar 6.

Peserta didik Bertanggung Jawab Peserta didik harus Tangguh


Peserta Didik jujur

Peserta Didik Disiplin Peserta Didik Peduli

Gambar 6 Nilai-nilai Karakter dalam Budaya Sekolah

Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan dan pembinaan budaya sekolah


minimal mengembangkan lima (5) nilai-nilai karakter yang dimiliki nantinya oleh para
tunas-tunas bangsa pada jenjang SD. Nilai-nilai karakter yang ada sangat dimungkinkan
lebih dari lima, sehingga kepala sekolah dapat melakukan pengembangan dan pembinaan
secara berkesinambungan. Misalnya yang masih perlu dikembangkan berkaitan dengan:
(1) sopan santun (bertindak dan berbicara dengan sopan, menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, menghargai satu sama lain), (2) kerja sama (kerja sama
dalam tim atau kelompok), menghargai pendapat, usaha dan hasil karya orang lain, siap
menerima kritik dan masukan dari orang lain, berani menyampaikan pendapat; (3)
kemandirian; dan (4) hidup hemat.

4. Prinsip dan Azas Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah


1) Prinsip
Dalam Panduan Pembinaan Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya
Sekolah di SD ada beberapa prinsip pengembangan budaya sekolah dasar. Pertama,
berkelanjutan, artinya pengembangan dan pembinaan karakter dilakukan secara terus
menerus alam jangka waktu yang panjang. Proses tersebut mulai dari perencanaan,
sosialisasi, pelaksanaan pengembangan dan evaluasi, secara bersiklus. Siklus tersebut
dilalui sekolah dalam upaya pengembangan dan pembinaan budaya sekolah agar tercipta
implementasi budaya sekolah secara benar dan terinternalisasi.
Kedua, terpadu. Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah dilakukan
secara terintegrasi dengan seluruh aktifitas sekolah. Semua manajemen sekolah yang
terdiri atas manajemen kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, pembiayaan; semuanya dirancang dan
diarahkan agar kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter peserta didik.
Ketiga, konsistensi. Seluruh aktifitas pendidik dan tenaga kependidikan
konsisten dalam pengembangan dan pembinaan budaya sekolah. Semua warga sekolah
harus mengimplementasikan nilai-nilai positif dalam ucapan, sikap dan perilaku. Misalnya
sikap jujur, adil, terbuka, menghargai perbedaan pendapat, sopan santun, gemar
membaca, gemar menulis, bersikap ilmiah, rendah hati, empati, disiplin, dan hemat.
Keempat, implementatif. Nilai budaya sekolah tidak hanya dipajang melalui
poster, pemberian ceramah atau pengarahan, pemberian penjelasan lewat berbagai mata
pelajaran, namun harus diimplementasikan berupa ucapan, sikap, dan perilaku seluruh
warga sekolah. Hal bisa dilakukan melalui keteladanan dan pemberian lingkungan yang
kondusif terhadap penciptaan budaya positif di sekolah.
Kelima, menyenangkan. Suasana yang menyenangkan adalah bebas dari rasa
takut, tertekan dan terpaksa. Dengan suasana yang menyenangkan mereka menerapkan
budaya dalam perilaku sehari-hari dengan penuh rasa tangung jawab dan dengan
kesadarannya sendiri. Prinsip menyenangkan dapat diterapkan pada saat jam istirahat,
dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan di kelas yang diciptakan guru.
Pandangan lain menyebutkan bahwa upaya pengembangan budaya sekolah
seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip sebagai berikut: (1) berfokus pada visi,
misi dan tujuan sekolah; (2) penciptaan komunikasi formal dan informal; (3) inovatif
dan bersedia mengambil resiko: (4) memiliki strategi yang jelas; (5) berorientasi
kinerja; (6) sistem evaluasi yang jelas; (7) memiliki komitmen yang kuat; (8)
keputusan berdasarkan konsensus; (9) sistem imbalan yang jelas; dan (10) evaluasi
diri (Depdiknas, 2007).
Pertama, berfokus pada visi, misi dan tujuan sekolah. Pengembangan dan
pembinaan budaya sekolah wajib sejalan dengan visi, misi dan tujuan. Ketiganya menjadi
pijakan dalam mengarahkan pembinaan dan pengembangan budaya sekolah.
Kedua, penciptaan komunikasi formal dan informal. Komunikasi yang baik
harus dapat dibangun secara lintas sektoral, termasuk penggunaan teknologi yang canggih
akhir-akhir ini, sehingga memungkinkan penyampaian pesan bergerak secara cepat, tepat,
dan akurat. Penyampaian pesan sangat dibutuhkan dalam membangun budaya sekolah
secara efektif dan efisien.
Ketiga, inovatif dan bersedia mengambil resiko. Budaya organisasi haruslah
inovatif dan pihak-pihak yang terkait harus ambil bagian dalam mengambil resiko. Setiap
terjadi perubahan mengakibatkan ada sesuatu yang harus diterima khususnya bagi para
pembaharu. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah harus berani mengambil
keputusan dan menanggung resikonya.
Keempat, memiliki strategi yang jelas. Budaya sekolah dalam
pengembangannya memerlukan strategi yang sistemik dan sistematis. Sistemik menunjuk
pada interelasi antara komponen-komponen yang ada dalam organisasi dan
pelaksanaannya harus jelas. Sistematisnya menunjuk pada strategi yang runtut, rasional,
dan dapat diterima warga sekolah.
Kelima, berorientasi kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu difokuskan
pada orientasi kinerja sekolah melalui orang-orang yang ada di dalamnya. Apa yang
dibangun dalam budaya sekolah perlu jelas indikatornya sehingga dapat diukur kinerja
sekolah.
Keenam, sistem evaluasi yang jelas. Upaya pengembangan budaya sekolah
perlu dilakukan evaluasi secara berkelanjutan secara periodik. Sistem evaluasinya
haruslah dapat dipahami dan dapat dioperasionalkan secara jelas sehingga memudahkan
dalam pelaksanaannya.
Ketujuh, memiliki komitmen yang kuat. Komitmen sangat dibutuhkan dalam
membangun budaya sekolah. Setiap kepala sekolah beserta seluruh anggotanya (guru dan
staf) harus menunjukkan keterikatannya yang kuat, kebanggaannya yang tinggi dalam
budaya sekolah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sesuatu yang sukses perlu dilandasi
komitmen yang tinggi dari stakeholders secara konsisten.
Kedelapan, keputusan berdasarkan konsensus. Kepala sekolah tidak dapat
mengambil keputusan sendiri, tetapi harus melibatkan bawahan dalam partisipatif.
Keputusan berdasarkan konsensus sehingga dalam pelaksanaanya pun mendapat
dukungan secara penuh dari mereka.
Kesembilan, sistem imbalan yang jelas. Pengembangan budaya sekolah
hendaknya disertai dengan sistem imbalan yang baik. Sistem perlu merujuk pada setiap
prestasi perlu diberi penghargaan yang sesuai dan tersistem dengan baik.
Kesepuluh, evaluasi diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala
sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan
budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya
sekolah.
Prinsip-prinsip tersebut dapat dijadikan pedoman ketika kepala sekolah mem
bangun budaya sekolah. Prinsip-prinsip dapat diimplementasikan secara bertahap mulai
dari yang paling mudah dilaksanakan, dikuasai, dan disepakati bersama secara
demokratis.

2) Azas-azas

Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah perlu berpegang pada beberapa


azas sebagai berikut: (1) kerja sama tim; (2) berkemampuan; (3) berkeinginan; (4)
kegembiraan; (5) hormat; (6) jujur; (7) disiplin; (8) empati; (9) pengetahuan dan
kesopanan (Depdiknas, 2007).
Kerja sama tim (team work). Kerja sama tim dalam membangun budaya sekolah
sangat diperlukan. Setiap individu tak dapat berdiri sendiri tetapi harus berkelompok secara
tim untuk dapat melaksanakannya. Masing-masing tim juga harus mampu bekerja sama
dengan tim lainnya secara sinergis. Selain hasil kerjanya akan semakin baik tetapi juga
dapat memudahkan budaya sekolah yang diidam-idamkan menjadi tepat tercapai.
Berkemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran,
kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga
dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
Berkeinginan. Keinginan merujuk pada kemauan menjalankan tugas dan
tanggung jawab dari sivitas akademika sekolah dalam membangun budaya sekolah,
termasuk nilai-nilai karakter yang ada di dalamnya. Melalui keinginan yang kuat maka
budaya sekolah yang kuat akan terbentuk, sehingga budaya mutu pendidikan juga akan
terbentuk.
Kegembiraan (happiness). Kegembiraan diperlukan dalam situasi yang tepat
dalam membangun budaya sekolah yang baik. Melalui kegembiraan yang ada dalam
membangun budaya sekolah akan tercipta iklim yang positif, lingkungan yang
menyenangkan, dan menjadi selalu siap mendukung pencapaian prestasi yang diharapkan.
Hormat (respect). Pengembangan dan pembinaan budaya perlu dilakukan dengan
masing-masing saling menghormati. Azas ini diberlakukan kepada siapa saja sehingga
terjalin rasa kemanusiaan yang tinggi serta saling menghargai dalam setiap aktivitasnya.
Jujur (honesty). Pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan secara jujur,
berasal dari kata hati yang paling mendalam, sehingga apa yang terjadi bukan kamuflase.
Kepala sekolah dan seluruh jajarannya harus selalu jujur dalam setiap aktivitas, antara
pikiran dan tindakan tidak dibuat-buat, sehingga apa ditunjukkan dari pribadi yang penuh
kejujuran.
Disiplin (discipline). Pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan dengan
diisiplin. Disiplin menjadi kunci keberhasilan berbagai upaya, termasuk dalam
pengembangan budaya di sekolah. Keberlakuannya tentu untuk semua warga sekolah
secara konsisten.
Empati (empathy). Empati menunjuk pada kemampuan seseorang dalam
menempatkan diri dan merasakan apa yang dirasakan oleh pihak lain, tetapi tidak larut di
dalamnya. Empati anggota sekolah menumbuhkan budaya sekolah lebih baik sehingga
satu sama lain saling memahami.
Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan perlu digunakan
dalam setiap pengembangan budaya sekolah oleh para anggotanya. Azas ini menuntut
warga sekolah yakin dan terhormat untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan para peserta
didik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. .

3) Implikasi Budaya Sekolah


Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh pikiran dan
hati sehingga dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok)
dalam satuan pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Budaya
sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan
pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah, jika perlu
membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah” sebagaimana ditegaskan oleh
Direktorat Tendik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas
(2007:1).
Program MBS diharapkan dapat menciptakan budaya sekolah yang mendorong
peserta didik untuk menjadi warga yang terampil dan bertanggungjawab. Melalui
pendekatan yang aktif dan partisipatif, baik dalam manajemen sekolah, pembelajaran,
maupun peran serta masyarakat,perilaku yang baik diharapkan berkembang pada diri
semua warga sekolah: peserta didik, kepala sekolah, guru, dan masyarakat.
Melalui pembelajaran PAKEM anak belajar bekerjasama yang baik dengan anak
lainnya. Mereka belajar berani mengungkapkan pendapatnya dengan cara yang sopan dan
santun. Mereka toleran menerima pendapat orang lainnya. Keterbukaan dalam
perencanaan dan keuangan sekolah akan mendorong seseorang untuk berperilaku jujur.
Dan semua pihak bekerja sama untuk membuat lingkungan sekolah yang bersih, sehat,
dan ramah anak.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, budaya sekolah minimal berimplikasi pada
pada lima hal, yaitu aspek religius, bersih dan sehat, disiplin, bersih dan sehat, dan baca.
Apabila setiap sekolah dalam aktivitas telah fokus kepada hal tersebut, diharapkan
nantinya (1) pihak sekolah, termasuk peserta didik, menjadi religius; (2) memiliki budaya
bersih dan sehat; (3) berdisiplin; (4) lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat; dan (5)
memiliki budaya baca menjadi terus berkembang.
Aspek-aspek tersebut dapat dilihat antara lain pada berbagai aktivitas nyata atau
perilaku anggota atau warga sekolah sebagaimana contoh-contoh sebagai berikut.

a. Religius
Berperilaku religius (Gambar 7)
hendaknya tidak ditunjukkan hanya yang
bersifat hubungan manusia dengan Tuhan,
seperti berdo’a dan beribadat, melainkan juga
hubungan manusia dengan manusia lainnya,
seperti tidak mengambil/mengganggu milik
orang lain, budaya antri, dan menghargai
pendapat orang lain.; serta hubungan
manusia dengan alam/lingkungannya, seperti
Gambar 7. Kegiatan Agama Bersama
tidak membuang sampah sembarangan, tidak
merusak pohon, dan tidak mencorat-coret tembok. Perilaku religius, sebagaimana perilaku
di bidang lain, akan berkembang melalui keteladan, pembiasaan, dan pembimbingan (di
saat tidak berbuat hal yang diinginkan). Guru, kepala sekolah, dan orang dewasa lain
hendaknya memberikan teladan kepada peserta didik. Misal, bila warga sekolah
menginginkan peserta didik berdisiplin, maka sekolah harus memberikan teladan/contoh
tentang disiplin tersebut.

b. Bersih dan Sehat


Hidup bersih dan sehat dapat (Gambar 8) dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan
antara lain: memilah dan menempatkan sampah pada tempatnya, memungut sampah
ketika melihatnya, tidak mencorat coret tembok, gerakan cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, gerakan rajin gosok gigi (minimal 2 kali sehari), menjaga kerapihan dalam
berpakaian dan penampilan (rambut, kuku), menjaga kerapihan kelas dan sekolah,
merapikan barang-barang setelah digunakan, mengembalikan buku di perpustakaan sesuai
tempatnya, menciptakan dan menjaga keindahan lingkungan sekolah, tidak menginjak
rumput di taman, menciptakan gerakan cinta lingkungan, membawa tanaman (bunga)
untuk penghijauan sekolah.

Gambar 8. Anak Belajar Kebiasaan Sehat


Siswa belajar menggosok gigi bersama, serta mencuci tangan setelah membuang air dan sebelum makan. Kebiasaan
kesehatan ini perlu disertai pembelajaran tentang kesehatan supaya mereka memahami pentingya kebiasaan ini.
c. Sopan dan Santun
Pengembangan sopan dan santun terpadu (Gambar
9) dalam kegiatan sekolah. Dengan adanya pembelajaran
PAKEM dan manajemen sekolah yang partisipatif dan
terbuka, terjadi lebih
banyak interaksi antara
peserta didik dan
peserta didik, dan
peserta

didik dan guru. Melalui


kerja kooperatif dalam
kelompok peserta didik
belajar mendengarkan dan menghormati pendapat peserta didik lainnya, serta
mengungkapkan pendapatnya sendiri dengan kata dan sikap yang tidak menyinggung
perasaan pendengarnya. Hal yang sama terjadi dalam interaksi antara peserta didik dan
guru dan
Gambar 9. Sopan dan Santun
Siswa belajar berinteraksi dan mengungkapkan pendapat dengan sopan dan santun orang
dewasa
lainnya di lingkungan sekolah. Masing-masing harus bisa mengungkapkan pemikiran dan
pendapat dengan memperhatikan perasaan pendengarnya.

d. Disiplin

Selama ini, sekolah menerapkan disiplin berdasarkan hukum. Dengan adanya


program MBS akan dibangun kesadaran untuk disiplin diri yang tidak berdasarkan hukum.
Pengembangan displin peserta didik sangat terkait dengan penanaman sopan-santun.
Dengan adanya lebih banyak kegiatan interaktif di sekolah, kegiatan tersebut hanya dapat
dijalankan dengan baik kalau pesertanya menunjukkan sikap yang berdisiplin. Selain
bersopan-santun peserta didik dibiasakan dalam kegiatan partisipatif seperti melakukan
percobaan untuk membagai tugas dan menunggu gilirannya. Pengembangan disiplin diri
dikembangkan melalui semua kegiatan sekolah baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler,
akdemik maupun non-akademik seperti olah raga (Gambar 10).
Gambar 9. Belajar Berdisiplin
Siswa belajar berdisiplin melalui kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas,
kurikuler dan ektrakurikuler

e. Budaya Baca

Salah satu tujuan program MBS adalah untuk meningkatkan minat baca peserta
didik atau dengan kata lain mengembangkan budaya baca (Gambar 10). Untuk mencapai
tujuan ini beberapa hal dilakukan di sekolah: (1) perpustakaan sekolah dikelola untuk
menciptakan suasana yang mendorong anak untuk membaca, (2) sudut baca dibuat di
ruang kelas supaya buku mudah dijangkau, (3) jumlah buku ditambah baik dari sumbangan
peserta didik dan masyarakat, maupun dibeli dengan dana BOS, (4) jam membaca
diterapkan di kelas ataupun sekaligus di seluruh sekolah supaya anak terbiasa membaca,
(5) mengungkapkan hasil bacaannya dalam bentuk lisan atau tulisan, (6) ada beberapa
sekolah menyebut dengan ‘Iqra time’ dan ‘membaca senyap’ dengan tujuan yang sama,
yaitu menggalakkan budaya baca (Gambar 11).

Gambar 10. Perpustakaan dan Sudut Baca


Sudut baca atau perpustakaan kelas dibentuk untuk mendorong minat baca siswa. Buku dipajangkan supaya
judul mudah dibaca, dan anak diberi waktu membacanya melalui ‘jam membaca.’
‘DROP EVERYTHING AND READ!’ (BEST PRACTICE)

SD Ngepung, Probolinggo merupakan salah satu sekolah yang telah berhasil


meningkatkan kegemaran membaca pada anak-anak. Salah satu kiat yang dilakukan oleh
sekolah ini adalah menerapkan pembiasaan ‘baca senyap’. Di SD Ngepung lebih dikenal
dengan sebutan DEAR (Drop Everything And Read). Baca senyap dilakukan setiap hari
Selasa sampai dengan hari Sabtu, sebelum pelajaran dimulai, yaitu dimulai jam 06.15 –
06.30. Seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, peserta didik, dan staf sekolah) wajib
membaca senyap. Tidak ada aktivitas lain, selain membaca. Buku atau bahan yang dibaca
diserahkan kepada masing-masing warga sekolah.
Peningkatan aktivitas dan produktivitas peserta didik, mereka diminta menuangkan
kembali berupa ringkasan atau hasil karya peserta didik. Setelah 1-2 minggu hasil karya
peserta didik tersebut dikonteskan secara terbuka. Hasil karya terbaik akan diumumkan
pada waktu upacara bendera hari Senin. Selain karya terbaik dibacakan oleh Pembina
Upacara, mereka diberi hadiah, seperti pensil, penghapus, dan pulpen, dengan harga tidak
lebih dari Rp1.000. Pembiasaan ‘baca senyap’ yang dilakukan secara terus-menerus
seperti ini sangat berdampak terhadap minat baca anak dan menambah wawasan.

Gambar 11. Siswa di SD Ngepung, Probolinggo membaca senyap


setiap hari dari Selasa sampai Sabtu
5. Strategi Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah
1) Strategi Pengembangan dan Pembinaan

Budaya sekolah perlu kuat dan eksis keberadaannya di sekolah. Budaya sekolah
tidak datang dan timbul dengan sendirinya. Ia perlu dibangun oleh pemimpin sekolah
secara konsisten dan sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Stakeholders utama (peserta didik, guru, kepala sekolah, staff, dan orang tua) harus
bekerjasama dalam menciptakan budaya sekolah secara sinergis, sehingga
memungkinkan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan berjalan dengan baik. Prestasi
hasil belajar para peserta didik sebagai keluarannya akan mencapai tingkat optimal,
prestasi sekolah mencapai harapan, dan menjadikan masyarakat puas atas hasil-hasil
yang dicapai peserta didik dan sekolah.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah beserta stakeholders
lainnya dalam membangun budaya sekolah agar tetap eksis adalah dengan memfokuskan
pada dimensi-dimensi budaya yang berkaitan dengan religiusitas, kerjasama (team work),
kepemimpinan (Kusumah, 2011).
Salah satu Pilar MBS, yakni budaya sekolah merupakan pengikat tiga pilar lainnya
sehingga desentralisasi pendidikan pada satuan pendidikan dapat berjalan dengan optimal.
Hal ini tentu sangat relevan dengan saran Sergiovanni (2005) yang menyatakan bahwa
para pengambil kebijakan, para pengawas, dan para kepala sekolah agar dapat
membangun sekolah yang baik dengan pendekatan budaya sekolah. Alasan utamanya,
budaya sekolah menitikberatkan pada faktor manusia, menekankan pentingnya peran nilai
dan keyakinan dalam diri manusia, dan membentuk sikap dan perilaku dalam lingkungan
organisasi pendidikan.
Strategi pengembangan budaya sekolah dapat melalui tiga tahapan, yaitu: pra
institusionalisasi, semi institusionalisasi, dan full institusionalisasi. Sekolah dapat
melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya budaya
sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional. Semuanya itu
telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang
bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya sekolah menjadi berkualitas.

2) Pengalaman Terbaik dalam Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah yang berhasil (best practices) di


berbagai sekolah sangat penting untuk diinformasikan dalam buku ini. Berdasarkan best
practices tersebut strateginya diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan dalam
membangun budaya sekolah, yaitu: (1) saat peserta didik datang, (2) saat peserta didik
dalam masa pembelajaran di sekolah, (3) saat peserta didik pulang, (4) saat peserta didik
beristirahat, dan (5) saat peserta didik melakukan kegiatan ekstra kurikuler sehari-hari.
a. Saat Kedatangan Peserta didik di Pagi/Siang Hari)
Diajarkan untuk bersalaman, bertegur sapa, senyum, salam, santun dan
simpatik, sehingga peserta didik merasa mendapat sentuhan yang nyaman dan
merasa diperhatikan, terutama saat penyambutan kedatangan tunas bangsa di
sekolah (Gambar 12). Kegiatan awal ini diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa
bagi peserta didik, sopan santun, nilai kedisiplinan sehingga peserta didik merasa
malu apabila datang terlambat.

Gambar 12. Penyambutan Peserta Didik oleh Pimpinan Sekolah dan Staf

b. Saat belajar di Sekolah


Biasakan dimulai dengan membaca do’a dan menghafal surat-surat pendek
sesuai dengan tingkatan kelas. Disampaikan pesan moral melalui cerita singkat,
rencana kegiatan pada hari itu, di beberapa sekolah kegiatan seperti ini dikenal
dengan sebutan ‘morning meeting’ atau ‘briefing pagi’.

Gambar 12. Pembelajaran disertai Pesan Moral kepada Peserta Didik


Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana nyaman dengan menggunakan
beberapa metode sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Para peserta didik merasa betah, tekun, antusias dalam
melaksanakan seluruh kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini
memungkinkan peserta didik dapat menerima dan menguasai materi pelajaran
dengan maksimal. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa,
disiplin, tekun, tertib, dan tanggung jawab.

c. Saat istirahat
Usahakan bisa tercipta kebersamaan, kekeluargaan seperti melalui kegiatan
makan bersama. Para peserta didik biasanya membawa makanan dari rumah
masing-masing, dan saling memberi satu sama lain. Guru mendampingi dan
memberi bimbingan tata cara makan yang baik, menyampaikan bahwa makanan
rumah lebih terjamin kebersihannya, kandungan gizinya dibanding dengan makanan
jajanan di pinggir jalan. Para peserta didik dibiasakan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah makan, tidak berbicara saat sedang
makan. Merapikan kembali peralatan makan, membersihkan sampah yang ada di
sekitar tempat makan.

Gambar 13. Makan Bersama di Sekolah (Ratusan Siswa SD Purworejo Makan Ikan
Bersama)

Untuk mengisi waktu sebelum masuk kelas kembali para peserta didik
bermain atau membaca buku baik di kelas atau di perpustakaan. Kegiatan tersebut
diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, bersih dan sehat, kebersamaan dan
kekeluargaan, tertib,disiplin, tanggung jawab, dan gemar membaca.
d. Saat pulang
Ketika usai pembelajaran diakhiri dengan do’a bersama dilanjutkan dengan
refleksi kegiatan, pesan moral, dan hikmah setelah melakukan kegiatan hari itu
(Gambar 14). Guru memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk belajar di
rumah dengan penuh semangat dengan cara diberi tugas atau pekerjaan rumah.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, tertib,disiplin, dan
tanggung jawab.

Gambar 14. Kegiatan do`a Bersama

e. Saat ekstrakurikuler
Para peserta didik disarankan untuk memilih salah satu ekstra kurikuler
(Gambar 14) sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Sehingga
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat
meningkatkan keakraban dan kebersamaan sesama peserta didik, walaupun
berbeda kelas.

Gambar 14. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

3) Upaya Menjaga Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah Bertahan


Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pihak sekolah agar budaya yang sudah
dibangun tetap bertahan sehingga dapat menunjang keberhasilan pencapaian mutu
pembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Beberapa upaya yang
berhasil yang berdasarkan pengalaman terbaik mencakup:

a. Sosialisasi dan edukasi


Agar budaya sekolah dapat tercapai
dengan baik dan tidak menimbulkan
masalah maka harus ada sosialisasi dan
edukasi kepada seluruh stakeholders. Baik
dari dalam sekolah (peserta didik, guru &
warga sekolah, orang tua ) maupun dari
luar sekolah (masyarakat sekitar, para
pengantar/penjemput peserta didik, supir,
dll) perlu adanya sosialisasi & edukasi yang
jelas tentang point-point apa saja yang
menjadi budaya sekolah, kapan waktu
Gambar 15. Sosialisasi & Edukasi pelaksanaannya serta aturan/sanksi yang
Budaya Sekolah
akan diberlakukan.

Sosialisasi & edukasi dilakukan pihak sekolah dengan cara antara lain:
1) Pertemuan & diskusi dengan seluruh guru tentang tujuan,point-point budaya
sekolah yang diinginkan, kendala/hambatan, waktu pelaksanaan, serta upaya
dalam memaksimalkan budaya sekolah.
2) Adanya pertemuan dengan orang tua peserta didik dengan
penjelasan/pemaparan dari kepala sekolah tentang tujuan, point-point, waktu
pelaksanaan, serta bagaimana peran serta para orang tua demi terciptanya
budaya sekolah yang diharapkan.
3) Sosialisasi dan penjelasan yang sama dan bagaimana peran serta mereka
kepada warga sekolah lainnya seperti ; petugas kebersihan, satpam, supir antar
jemput sekolah, petugas tata usaha/keuangan, karyawan sekolah, dll.
4) Sosialisasi dan penjelasan kepada para peserta didik tentang jenis budaya
sekolah, aturan, waktu pelaksanaan, serta aturan/sanksi bagi yang tidak
menjalankan budaya yang telah ditetapkan.
5) Pembuatan papan-papan pengumuman yang memuat point-point budaya
sekolah yang ditempel di dalam & di luar sekolah mulai dari tempat parkir, ruang
satpam, lapangan sekolah, didalam/luar kelas, perpustakaan, dll.
6) Slogan-slogan budaya sekolah yang ada di semua sudut sekolah seperti ;
madding dan koridor.

b. Keteladanan
Agar budaya sekolah menjadi sikap/karakter bagi semua warga sekolah, maka
peran yang sangat penting adalah contoh sikap/keteladanan dari dalam diri sekolah
tersebut.
1) Kepala sekolah & wakil kepala sekolah sebagai motor & motivator bagi para
guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya harus mampu memberikan contoh
sikap yang menunjukkan budaya sekolah.
2) Guru juga harus menjadi motor & memberikan keteladanan kepada para peserta
didik tentang sikap yang mencerminkan budaya sekolah.
3) Keteladanan juga harus ditunjukkan oleh para petugas kebersihan, karyawan
sekolah, dan peserta didik senior.

c. Konsistensi
Agar menjadi sikap/karakter, budaya sekolah harus dilaksanakan dengan terus
menerus. Untuk itu perlu adanya pelaksanaan secara konsisten dari pihak sekolah,
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ;
1) Monitoring berkala dari kepala sekolah kepada para guru & peserta didik di tiap
kelas, serta kepada para petugas sekolah lainnya.
2) Monitoring setiap harinya dari guru di kelas kepada para peserta didiknya.

d. Kepemimpinan
Peran penting dalam suksesnya budaya sekolah adalah kepemimpinan yang
diwujudkan dalam sikap budaya sekolah, antara lain ;
1) Kepemimpinan kepala sekolah/pimpinan sekolah bagi semua warga sekolah baik
kepada peserta didik, guru, petugas sekolah dan pihak luar termasuk orang tua &
masyarakat.
2) Kepemimpinan guru sebagai pendidik baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
peserta didik dikelasnya & seluruh peserta didik di sekolah
3) Kepemimpinan peserta didik terhadap dirinya dan peserta didik lainnya. Hal ini
dapat dilatih & dimotivasi dalam berbagai kegiatan peserta didik di kelas/di luar
kelas.

e. Ketegasan
Ketegasan pihak sekolah sangatlah penting dalam mensukseskan sikap/karakter
budaya sekolah.
1) Ketegasan aturan yang berlaku tanpa kecuali kepada siapapun yang ada di
sekolah
2) Ketegasan sikap pimpinan sekolah tentang pelaksanaan sikap budaya sekolah
kepada semua warga sekolah
3) Ketegasan sikap guru yang standar dalam pelaksanaan budaya sekolah,
sehingga semua melaksanakan tugas yang sama kepada peserta didik.
4) Ketegasan sikap para petugas sekolah (petugas kebersihan, satpam, dll ) dalam
menjalankan & mensukseskan sikap budaya sekolah kepada peserta didik &
pihak luar.
5) Perlu adanya keseragaman sikap ketegasan yang dilakukan oleh semua pihak di
sekolah.

f. Reward dan Punishment


Penghargaan (rewards) dan sanksi (punishment) sangatlah penting dalam
tercapainya budaya sekolah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Reward diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan sikap budaya
sekolah, diberikan oleh guru di kelasnya, jika peserta didik secara terus menerus
mendapatkan rewads maka dapat dijadikan contoh ( tauladan ) peserta didik
lainnya.
2) Adanya pemilihan peserta didik yang paling disiplin, paling...., ( sesuai budaya
sekolah ) setiap bulannya agar memotivasi peserta didik lainnya untuk
melaksanakan sikap budaya sekolah dengan semangat yang tinggi.
3) Rewads harus berkala & kontinue
4) Perlu adanya instrument tentang point-point pelaksanaan sikap budaya sekolah
sebagai acuan pemberian rewards
5) Punishment diberikan kepada peserta didik yang melanggar sikap budaya
sekolah, diberikan oleh guru di kelasnya. Jika sering melakukan pelanggaran
maka diberikan sanksi yang sifatnya mendidik seperti sebagai duta yang
mengkampanyekan tentang pentingnya bersikap budaya sekolah.
6) Perlu adanya instrument tentang point-point pelanggaran sebagai acuan
pemberian sanksi

g. Penegakan aturan
Dalam pelaksanaannya harus ada aturan yang tegas agar sikap & karakter budaya
sekolah dapat terwujud. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain ;
1) Aturan harus dibuat bersama dengan melibatkan peserta didik, guru & pihak
sekolah agar semua menjalankan aturan tidak dengan rasa terpaksa karena
aturan bersama & dilaksanakan bersama
2) Peraturan ditempel di setiap ruang & di luar ruangan seperti koridor, sudut-sudut
lapangan,dll.
3) Sanksi yang diberlakukan tidak hanya untuk peserta didik saja tetapi untuk
semua warga sekolah yang melanggar tanpa kecuali
Budaya sekolah akan berjalan lebih baik dengan adanya peran serta dan dukungan
dari komite sekolah, orang tua, dan masyarakat, antara lain:
1) Mendukung program penerapan budaya sekolah
2) Orang tua mengawasi dan memotivasi agar budaya sekolah terlaksana di rumah
3) Menciptakan lingkungan yang sejalan dengan budaya sekolah

h. Manfaat Pengembangan dan Pembinaan Budaya dan Lingkungan Sekolah


Hasil-hasil pengembangan dan pembinaan budaya sekolah terbukti membawa
manfaat yang sangat baik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan ada sejumlah hasil
penelitian budaya sekolah yang dikaitkan dengan motivasi dan prestasi hasil belajar
peserta didik, dan kepuasan dan produktivitas pendidik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa budaya sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar
peserta didik serta kepuasan kerja dan produktivitas guru (Stolp & Stuart, 1994).
Penelitian lain menunjukkan dimensi budaya organisasi di sekolah (tantangan akademik,
prestasi komparatif, dan penghargaan) terbukti berpengaruh terhadap prestasi, komunitas
sekolah, dan persepsi tentang tujuan sekolah secara signifikan. Hasil lainnya menunjukkan
bahwa dari survey terhadap 16.310 peserta didik kelas empat, enam, delapan dan sepuluh
dari 820 sekolah umum di Illinois, terbukti mereka lebih termotivasi dalam belajarnya
dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat (Fyans, Jr. & Maehr, 1990). Hasil
penelitian Thacker & McInerney (1992) memperkuat adanya pengaruh budaya organisasi
di sekolah terhadap prestasi peserta didik di sekolah dasar.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa budaya sekolah


dengan berbagai dimensinya memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar dan prestasi
hasil belajar peserta didik, kepuasan dan produktivitas pendidik, komunitas sekolah, dan
persepsi tentang tujuan sekolah secara signifikan. Memperhatikan hasil tersebut, pimpinan
sekolah beserta seluruh perlu membangun, menciptakan, mengondisikan agar budaya
sekolah tetap eksis dalam jangka panjang, sehingga dapat berpengaruh secara positif
terhadap pencapaian tujuan pendidikan di satuan pendidikan, terutama prestasi hasil
belajar para peserta didiknya. Secara ringkas menunjukkan bahwa manfaat terciptanya
budaya kualitas yang baik adalah: (1) suasana nyaman, (2) tercipta kebersamaan, (3)
produktivitas tinggi, (4) meningkatkan motivasi, (5) meningkatan prestasi, dan (6)
meningkatkan kepuasan pendidik.

Budaya sekolah tidaklah berhenti tetapi perlu ditumbuhkembangkan sesuai


tuntutan organisasi (sekolah) dalam merespon lingkungannya. Apa yang sudah baik (full-
institutionalization) dapat dipertahankan, tetapi yang belum dapat dilakukan perubahan dan
pengembangan. Jika mampu melaksanakan pengembangan budaya sekolah maka dapat
diperoleh manfaat yang sangat besar. Manfaatnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
bagi satuan pendidikan, individu dan kelompok, dan masyarakat.

Pengembangan budaya sekolah bermanfaat bagi satuan pendidikan antara lain:


(1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari
segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan
transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4)
meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan
segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan
IPTEK (Depdiknas, 2007). Pengembangan BS bagi individu (pribadi) dan kelompok antara
lain dapat berupa  (1) peningkatan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin
meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu
ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi; dan (7) selalu ingin memberikan yang
terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri (Depdiknas, 2007). Ketiga,
pengembangan budaya sekolah bagi individu masyarakat (orang tua, lingkungan sekolah,
lembaga pendidikan dan non pendidikan).
B. LINGKUNGAN SEKOLAH

1. Lingkup Pengembangan Lingkungan Sekolah


Pengembangan lingkungan sekolah ini mencakup: penataan lingkungan fisik
sekolah dan pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.

1) Penataan Lingkungan Fisik Sekolah

Lingkungan fisik sekolah adalah seluruh aspek fisik yang ada di lingkungan
sekolah. Lingkungan fisik sekolah meliputi: halaman sekolah, ruang kelas, dan peralatan
belajar serta sarana dan prasarana lainnya.
a. Penataan Halaman Sekolah
Halaman sekolah yang kondusif bagi penciptaan budaya positif di sekolah adalah
yang ramah peserta didik. Halaman sekolah yang ramah anak memiliki ciri-ciri:
a) Halaman sekolah yang aman bagi pesera didik. Halaman sekolah tidak berdebu dan
terhindar dari binatang membayakan keselamatan peserta didik, antara lain ular, anjing,
tikus, dan musang.
b) Halaman sekolah yang tertata rapi. Halaman sekolah harus tertata rapi. Pohon dan
tanaman tumbuh subur dan terawatt dengan baik. Setiap barang di halaman sekolah
ditempatkan dan ditata dengan baik sesuai fungsinya. Penempatan barang di halaman
sekolah juga memperhatikan keartistikan.
c) Halaman sekolah yang bersih. Halaman sekolah harus bersih dari sampah, bahan kimia
berbahaya, genangan air, kotoran binatang, dan tanaman liar. Halaman yang bersih
enak dipandang dan aman digunakan bermain oleh peserta didik.
d) Halaman sekolah yang teduh. Halaman sekolah yang teduh nyaman digunakan saat
istirahat utamanya ketika hari panas; dan kelas menjadi sejuk dan segar sehingga
pembelajaran lebih nyaman. Lingkungan yang teduh juga membuat hati teduh sehingga
warga sekolah dapat mengontrol emosinya dan sabar.

b. Penataan Ruang Kelas


Ruang kelas harus ditata secara berkala yang bertujuan mengoptimalkan belajar
peserta didik. Persyaratan ruang kelas antara lain: bersih, penerangan cukup, penempatan
media belajar rapi, warna dinding sejuk, udara sejuk dan segar, dan kaya sumber belajar
misalnya peta, globe, dan media belajar mandiri dan berkelompok.

c. Penataan Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana sekolah ditata dengan rapi, bersih, dan terawat. Karena
tidak ada sarana dan prasarana yang sia-sia. Penataan sarana dan prasarana harus
menunjang proses pembelajaran dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.

2) Pengembangan Lingkungan Psikologis-Sosial-Kultural Sekolah


Lingkungan psikologis-sosio-kultural sekolah mencakup berbagai aspek kehidupan
psikologis-sosial dan kultural sekolah. Lingkungan ini meliputi harapan, ucapan, sikap dan
perilaku semua orang dewasa di lingkungan sekolah, yang meliputi kepala sekolah,
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan komite sekolah serta orang tua.

2. Lingkungan Sekolah yang Kondusif


Kehidupan merupakan proses interaksi antara manusia, binatang, pepohonan, dan
benda lainnya yang berada dalam suatu ekosistem yang disebut lingkungan. Pasya
berpendapat (2008:2) lingkungan adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, kekuatan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan manusia serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup
lainnya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa lingkungan itu merupakan suatu sistem
yang di dalamnya terdapat komponen-komponen berupa benda, daya, manusia dan
perilakunya. Sehingga pada saat kita membicarakan sebuah lingkungan maka komponen-
komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Manusia dan perilakunya merupakan
komponen utama namun keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri melainkan tetap
memerlukan adanya benda, alam, atau daya.
Sementara itu lingkungan sekolah merupakan tempat di mana proses pendidikan
formal dilaksanakan. Lingkungan akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap
orang-orang yang beraktivitas di dalamnya, semakin nyaman suatu lingkungan maka akan
semakin betah dan kerasan orang-orang beraktivitas. Suwarni dkk (2011) menyatakan
bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan berbagai sifat,
sikap, perasaan, pemikiran, dan unsur psikologis lainnya. Hal ini menegaskan begitu
besarnya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan pribadi dan keberhasilan pendidikan
peserta didik.
Kenyamanan suatu lingkungan dipengaruhi oleh beberapa aspek, aspek-aspek yang
dipandang dapat memberikan kenyaman pada suatu lingkungan di antaranya adalah aspek
tata letak, estetika, tata aturan, dan atmosfer atau budaya yang berkembang di suatu
organisasi. Tata letak berkenaan dengan penempatan dan konstruksi suatu bangunan yang
ada di sekolah, semisal tata letak ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, lapangan
upacara, lapangan olah raga, laboratorium, ruang organisasi peserta didik, WC Umum
disusun dengan memperhatikan aspek kemudahan akses, dan mobilitas anak. Aspek
estetika berkenaan dengan nilai-nilai keindahan yang terpancar dari bangunan dan
komponen lain yang ada di suatu sekolah. Aspek estetika itu akan muncul dari pemilihan
warna gedung, interior yang dipajang, penataan taman serta tumbuhannya, kebersihan
lingkungan serta perawatan taman dan gedung yang simultan. Aspek yang berkenaan
dengan tata aturan yaitu sejumlah aturan yang disepakati bersama oleh seluruh civitas
sekolah. Aturan tersebut dimaksudkan sebagai alat untuk mengatur penegakan disiplin,
proses interaksi di antara komponen sekolah dan stakeholders. Peraturan yang baik adalah
peraturan yang mampu ditegakkan dan dijujung tinggi oleh seluruh civitas sekolah.
Sehingga proses penegakan aturan tidak lagi dilakukan dengan pendekatan coerse
melainkan sudah menjadi panggilan nurani seluruh komponen sekolah. Aspek yang
terakhir adalah atmosfer atau budaya yang berkembang di sekolah. Seperti yang sudah
dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa budaya merupakan kebiasaan yang menjadi
nilai kebenaran bersama dan disepaki oleh seluruh komponen organisasi sekolah. Sifatnya
turun temurun dan dapat dikembangkan untuk penciptaan kondisi yang lebih baik. Suatu
budaya akan tercipta dengan baik apabila komponen pimpinan tertinggi hingga stakeholder
terendah (peserta didik) menerapkan prinsip silih asah (saling mengingatkan), silih asih
(saling menyayangi) dan silih asuh (saling membantu).

3. Syarat Terciptanya Lingkungan Sekolah yang Kondusif


Penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif membutuhkan prasyarat tertentu, yang
secara khusus harus dikelola oleh manajemen sekolah beserta dengan stakeholder
sekolah lainnya. Beberapa hal yang harus ada dalam penciptaan lingkungan sekolah yang
kondusif adalah:

1) Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat


Bangunan sekolah merupakan sarana utama untuk proses pembelajaran, bangunan
sebagai wahana untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan perlu didesain sebaik mungkin
dan dibangun sekokoh mungkin. Perencanaan pembangunan dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan ruang dan gerak peserta didik serta kehandalan bahan yang
digunakan. Usia bangunan sekolah harus bisa ditetapkan secara pasti agar tidak terjadi
peristiwa sekolah roboh yang bisa memakan korban. Untuk itu, maka spesifikasi bahan
bangunan dan kehandalan bahan harus diperhatikan agar kekuatan gedung sesuai dengan
yang diperkirakan.

2) Lapangan bermain
Lapangan bermain merupakan sarana yang wajib ada di suatu lembaga pendidikan,
mengingat subyek didik adalah anak-anak yang membutuhkan ruang gerak luas dalam
rangka mengembangkan motorik dan psikomotor. Lapangan memiliki fungsi yang beragam,
di antaranya sebagai tempat upacara bendera, lapangan olah raga, sarana bermain.
Komposisi luas lapangan bermain di setiap sekolah adalah tiga meter persegi per peserta
didik atau 500m untuk peserta didik maksimal 167 dan dari luas ruang bemin tersebut 20 m
x 15 m digunakan sebagai lapangan olah raga (Lampiran Permendiknas No. 24 Tahun
2007).

3) Pepohonan rindang
Pepohonan yang rindang merupakan bagian penting dari ekosistem kehidupan,
produksi oksigen yang dilakukan pohon turut menentukan hidup dan matinya manusia dan
binatang. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke
otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah
ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan
pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah agar suplai oksigen tetap terjaga.
Selain rasionalitas tersebut pepohonan dapat memberikan rasa sejuk, rasa indah dan
nyaman bagi orang-orang yang ada dibawahnya.

4) Sistem sanitasi dan sumur resapan air


Sanitasi dan resapan air mulai menjadi permasalahan baru yang dihadapi kota-kota
besar, akibat sistem sanitasi yang tidak tertata dengan baik disertai dengan rendahnya
resapan air akibat begitu banyaknya bangunan mengakibatkan banjir. Salah satu upaya
untuk mengatasi hal tersebut adalah memperbaiki sistem sanitasi dan menciptakan sumur
resapan di sekitar sekolah. Sumur resapan memiliki fungsi beragam, selain dapat
menyerap air hujan, sumur dapat digunakan untuk menampung air yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan MCK sekolah.

5) Tempat pembuangan sampah


Sampah pada dasarnya sumber kekayaan yang belum terkelola dengan baik, oleh
sebagian masyarakat yang kreatif benda yang dianggap sampah bisa menjadi sumber
mata pencaharian. Untuk mengoptimalkan sampah maka perlu disediakan tempat
pembuangan sampah berdasarkan jenis sampah. Sampah, plastik, sampah kertas dan
sampah organik perlu dipisahkan agar memudahkan pada saat proses pengolahan
sampah. Sekolah sewajarnya menjadi pionir dalam pengelolaan sampah, sehingga anak
yang sudah mahir mengelola sampah sekolah dapat mengaplikasikannya di lingkungan
masyarakat.

6) Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung


Lingkungan sekitar sekolah adalah keadaan bangunan dan fasilitas umum yang ada
di sekitar sekolah. Untuk mendapatkan lingkungan yang baik maka pemilihan tempat untuk
bangunan sekolah harus melalui pertimbangan yang komprehensip. Pemerintah juga
diharapkan membantu menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dengan cara tidak
memberikan izin pembangunan mall maupun pabrik di sekitar sekolah, mengatur arus lalu
lintas di jalan sekitar sekolah.
Keenam hal di atas merupakan sarana fisik yang mendorong terciptanya lingkungan
sekolah kondusif, namun untuk menuju suatu kondisi kondusif diperlukan juga dukungan
moral dan atau etika. Kepala sekolah, guru, komite sekolah, yang notabene sudah dewasa
harus mampu memberikan contoh baik yang bisa diteladani oleh para peserta didik.
Berikut ada beberapa aspek yang perlu ditumbuhkembangkan pembinaan lingkungan
sekolah antara lain:

a. Keimanan
Keimanan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan
ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan masing-masing. Dengan keimanan diharapkan
setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
b. Ketaqwaan
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini kepada peserta didik masuk sekolah
melalui berbagai kegiatan, karena pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh
ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai keimanan berupa perilaku
yang terwujud dalam menjalankan perintah dan larangan agama.
c. Kejujuran
Dalam berbagai hal sikap dan tindakan jujur bertanggungjawab harus diwujudkan dan
ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang
berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain. Kejujuran dan perilaku
tegas yang harus dilaksanakan.
d. Keteladanan
Keteladanan adalah memberikan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata, karena
keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran secara verbal. Kepala
sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru maupun pegawai dan selanjutnya
guru kepada peserta didik, demikian pula kakak kelas kepada adik kelas.
e. Suasana Demokratis
Suasana sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan
mengeluarkan pendapat dan menghargai perbedaan sesuai dengan sopan santun
berdemokrasi. Adanya suasana demokrasi di lingkungan sekolah akan memberi
pengaruh pada pengembangan budi pekerti saling menghargai dan saling memaafkan.
f. Kepedulian
Kepedulian terwujud dengan sikap empati dan saling menasehati, saling
memberitahukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling melindungi
sehingga setiap masalah dapat diatasi cepat dan mudah.
g. Keterbukaan
Sistem manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga berburuk
sangka dan menghilangkan fitnah. Hal ini hendaklah dipraktikkan oleh kepala sekolah,
pegawai tata usaha, guru dan para peserta didik.
h. Kebersamaan
Kebersamaan ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar warga
sekolah sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah
yang harmonis.
i. Keamanan
Keamanan merupakan modal pokok untuk menciptakan suasana sekolah yang
harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan
mengatasi segala bentuk gangguan dari luar dan dalam lingkungan sekolah.
Keamanan menjadi tanggungjawab bersama seluruh warga sekolah.
j. Ketertiban
Dalam segala hal di sekolah ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan
keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antar warga sekolah.
Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan harus diupayakan oleh setiap
warga sekolah.
k. Kebersihan
Suasana bersih, rapi dan menyegarkan secara berkelanjutan akan memberi kesan
menyenangkan bagi warga sekolah. Kebersihan meliputi fisik dan psikis, jasmani dan
batin.
l. Kesehatan
Kesehatan menyangkut aspek fisik dan psikis, dan ini harus diupayakan dan dibangun
oleh seluruh warga sekolah.
m. Keindahan
Lingkungan sekolah, ruang kantor, ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, halaman,
kebun dan taman sekolah yang rapi dan indah terkesan menyenangkan dan seni.
Keindahan sekolah harus diciptakan dan dijaga terus menerus oleh warga sekolah agar
tidak sirna sehingga iklim sekolah selalu menjadi segar, tetap aktif dan menyenangkan .
n. Sopan santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah
dan masyarakat.

4. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar


Proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan
peserta didik secara terencana yang bertujuan untuk mentranformasikan ilmu pengetahuan
beserta nilai-nilai yang mengikutinya. Proses tersebut pada dasarnya akan terjadi tanpa
mengenal waktu dan tempat, namun mengingat pembelajaran dilakukan secara terencana
maka proses tersebut akan mengenal waktu dan tempat pelaksanaannya. Di dalam suatu
proses pembelajaran akan dikenal adanya lingkungan sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan belajar. Keberadaan lingkungan dalam proses pembelajaran, tentu sangatlah
penting, mustahil akan terjadi sebuah proses pembelajaran tanpa adanya lingkungan di
sekitar proses pembelajaran tersebut. Pasya (2008) mengemukakan pentingnya
lingkungan bagi proses pembelajaran adalah sebagai bukti bahwa di permukaan bumi
terjadi interaksi baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun alam
dengan alam, adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai media pengajaran.
Belajar merupakan interaksi antara manusia dengan alam atau peristiwa alam yang
terjadi. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa lingkungan merupakan sumber utama
proses belajar. Interaksi antara manusia dan alam di sekitarnya yang selanjutnya
menghasilkan ilmu pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran yang terjadi dewasa ini kita sering terjebak pada
pandangan bahwa yang dimaksud sumber belajar hanya sebatas kepada buku-buku,
pendapat-pendapat ahli, atau hasil laboratorium. Pandangan tersebut memang tidak
seratus persen salah namun telah mengenyampingkan keberadaan lingkungan yang pada
dasarnya merupakan sumber dari segala sumber belajar. Semiawan (1989:96)
mengemukakan sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar di sekitar kita, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Betapa pun kecil atau terpencil
suatu sekolah sekurang-kurangnya memiliki empat jenis kekayaan yang sangat
bermanfaat, yaitu:
1) Masyarakat desa atau kota di sekeliling sekolah
2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah
3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang, yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, namun apabila kita olah dapat bermanfaat
sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar.
4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian
peserta didik, ada peristiwa yang tidak dapat dipastikan akan berulang kembali jangan
lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran peserta didik.
Pendapat tersebut nampaknya telah mampu mengingatkan para pendidik, bahwa
yang dimaksud sumber belajar tidak hanya terbatas pada buku referensi, hasil penelitian
atau uji laboratorium saja. Alam sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar
yang akan memberikan pengetahuan serta pemahaman lebih komprehensif bagi peserta
didik.
Proses belajar di lingkungan menyiratkan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di
dalam kelas, melainkan bisa juga terjadi di luar kelas. Proses pembelajaran diluar kelas
atau di alam sekitar pada dasarnya memberikan banyak keuntungan. Surakhmad (1982)
mengemukakan paling tidak terdapat lima keuntungan belajar di luar kelas, yaitu:
1) Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari jarak
dekat
2) Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut
serta dalam suatu kegiatan
3) Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan dengan melihat,
mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung.
4) Anak didik dapat memperoleh informasi dengan cara mengadakan wawancara atau
mendengarkan ceramah yang diberikan.
5) Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehenshif.

Lingkungan merupakan sumber utama proses belajar, proses pembelajaran yang


dilakukan di lingkungan paling tidak akan melengkapi hal-hal yang tidak bisa terjelaskan
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pemanfaatkan lingkungan dengan seoptimal
mungkin akan mampu meningkatkan kualitas proses pendidikan.

C. MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah melalui beberapa tahap kegiatan


yaitu: (1) perencanaan program, (2) sosialisasi program, (3) pelaksanaan program, dan (4)
evaluasi program.

1. Perencanaan Program
Dalam perencanaan penyemaian budaya dan pengaturan lingkungan sekolah
perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau sasarannya. Kemudian menyusun program
dan menentukan strategi mencapai tujuan/target. Profil budaya dan lingkungan sekolah
yang diharapkan perlu dinyatakan dengan tegas. Program yang dibuat digolongkan
menjadi dua (2) besar, yaitu program penataan lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan
program pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.

2. Sosialisasi Program
Sosialisasi program budaya dan lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui
bebsarapa cara berikut.
1) Sosalisasi program kepada pendidik. Ini dimaksudkan agar budaya dan lingkungan
sekolah diketahui oleh pendidik sebagai pedoman berperilaku dan pemberian teladan
kepada peserta didik. Guru adalah pelaku utama pembinaan dan pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah. Melalui pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan
guru, penyemaian budaya dan penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah dapat
terealisasi.
2) Sosialisasi kepada peserta didik. Bertujuan menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya peran peserta didik dalam implementasi pembinaan dan pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah. Dengan disosialisasikannya program tersebut, maka
peserta didik diharapkan lebih aktif dalam mengimplementasikannya.
3) Sosialisasi melalui media cetak: buku, brosur, buletin, dan lain-lain. Hal ini dilakukan
untuk memperluas informasi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan
sekolah yang tidak hanya kepada warga di sekolah, melainkan juga untuk komite
sekolah, orang tua dan stakeholders lainnya.
4) Sosialisasi melalui internet.
5) Sosialisasi melalui pemasangan poster, baliho, dan spanduk. Pemasangan dilakukan di
tempat strategis.
6) Sosialisasi melalui kampanye pentingnya pembinaan dan pengembangan budaya dan
lingkungan sekolah. Kampanye dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain
televise, parade seni, pameran, zikir bersama, isighosah, lomba-lomba, dan safari.

3. Pelaksanaan Program
Langkah-langkah yang dilakukan sekolah kaitannya dengan pelaksanaan program
yaitu:
1) Membentuk tim pengembang budaya dan lingkungan sekolah yang terdiri atas kepala
sekolah, guru, komite sekolah, wakil orang tua dan wakil peserta didik;
2) Menyusun deskripsi tugas tim;
3) Tim yang dibentuk menyusun target kegiatan, menyusun program kegiatan, menyusun
strategi pelaksanaan program, memilih dan menyusun alat dan strategi pengawasan.
4) Melaksanakan program sesuai rambu-rambu yang telah dirumuskan;
5) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program secara bertahap.

Untuk merealisasikan proram, tim pengembang menyusun program janka panjang,


menengah dan pendek bagi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan
sekolah. Program jangka panjang, menengah dan pendek berisi jabaran tentang:
1) Target jangka panjang;
2) Kegiatan jangka panjang;
3) Strategi pelaksanaan jangka panjang;
4) Evaluasi program jangka panjang.

4. Evaluasi Program
Implementasi, pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian implementasinya dimonitor, dipantau
terus menerus untuk diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Ini digunakan
sebagai upaya untuk lebih memantapkan implementasinya.
Tujuan evaluasi implementasi budaya dan lingkungan sekolah yaitu: (1)
mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2) mengetahui target yang sudah
dan belum tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat ketercapaian target; (4) mengetahui
upaya yang sudah dilakukan dalam rangka mengatas kendala; (5) mengidentifikasi unsur
rencana dan pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sehingga
diperoleh hasil yang lebih optimal untuk saat yang akan datang.

D. Daftar Pustaka

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2011. Panduan Pembinaan Pendidikan Karakter


melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan


Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007. Pengembangan
Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah (materi diklat pembinaan kompetensi
calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta.

Edubenchmark. 2012. Membangun Budaya Sekolah. (Sebuah Upaya Untuk Meningkatkan


Kinerja Sekolah), (Online), (http: //www.edubenchmark.com.), diakses 25 April 2012.

Fyans, Leslie J., Jr., and Martin L. Maehr. 1990. School Culture, Student Ethnicity, and
Motivation. Urbana, Illinois: The National Center for School Leadership. 1990. 29
pages. ED 327 947.

Kusumah, W. Menciptakan Budaya Sekolah Yang Tetap Eksis (Sebuah Upaya Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan). http://www. omjay.8m.com & wijayalabs.
wordpress.com. (Online), Diakses tangal 25 April 2012.

Pasya. 2008. Lingkungan sebagai Sumber Belajar.


http:file.upi.edu/Direktori/FPIPS/jur.geografi/196103231986031gurniwankamilpasya/l
nk-ajar.pdf Dakses 5 September 2011.
Semiawan, 1989. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagimana Mengaktifkan Siswa Dalam
Belajar. Jakarta: Gramedia.

Stolp, Stephen, and Stuart C. Smith. 1994. School Culture And Climate: The Role Of The
Leader. OSSC Bulletin. Eugene: Oregon School Study Council, January 1994. 57
pages.

Sudrajat, A. 2010. Pengembangan Budaya Sekolah. Posted on 4 Maret 2010. (Online),


diakses 25 April 2012.

Surachmad, 1982. Pengantar Interaksi Belajar: Belajar dan Teknik Metodologi Pengajaran.
Bandung: Tarsito.

Suwarni, dkk. 2011. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Fasilitas Belajar di Rumah
terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Kependidikan. Tahun 21, Nomor 2,
Oktober 2011. ISSN: 0854-8323.

Thacker, Jerry L., and William D. McInerney. 1992. Changing Academic Culture To
Improve Student Achievement in the Elementary Schools. Ers Spectrum 10, 4 (Fall
1992): 18-23. EJ 454 390.
BAGIAN III

INSTRUMEN PENGUKURAN KEBERHASILAN


MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

Keberhasilan suatu sekolah dalam mengimplementasikan dan mengembangkan budaya


dan lingkungan sekolah dapat diukur dengan instrumen yang tertera pada Tabel 3.1
berikut:

Tabel 3.1.Instrumen Pengukuran Keberhasilan Manajemen Budaya dan Lingkungan


Sekolah

No Aspek Kriteria/Pedoman Pengukuran Keterangan/


Bukti
Kegiatan
1 Sekolah menciptakan Sekolah menciptakan suasana, iklim, Wawancara
suasana, iklim, dan dan lingkungan pembelajaran yang dan
lingkungan pembelajaran kondusif sebanyak 4 kegiatan atau lebih observasi
yang kondusif sebanyak:
A. 4 kegiatan atau lebih
B. 3 kegiatan
C. 1 - 2 kegiatan
D. Tidak melaksanakan
kegiatan menciptakan
suasana, iklim, dan
lingkungan
pembelajaran yang
kondusif.
2 Manajemen budaya dan Ketentuan manajemen budaya dan Wawancara
lingkungan sekolah yang lingkungan sekolah sebagai berikut. dan
diselengarakan di sekolah 1) ada perencanaan kegiatan budaya dokumentasi
ini meliputi: dan lingkungan sekolah yang relevan
A. 3 -4 ketentuan 2) ada implementasi kegiatan budaya
B. 2 ketentuan dan lingkungan sekolah
C. 1 ketentuan 3) ada evaluasi kegiatan budaya dan
D. 0 ketentuan lingkungan sekolah
4) manajemen budaya dan lingkungan
sekolah melibatkan pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, orang
tua, komite sekolah dan stakeholder
lainnya.
3 Sekolah melakukan Sekolah melakukan perencanaan Wawancara
perencanaan program program penyemaian budaya dan dan
penyemaian budaya dan pengaturan lingkungan, dengan: dokumentasi
pengaturan lingkungan, 1) menyusun program jangka panjang, yang relevan
dengan memenuhi: 2) menyusun program jangka
A. 3 -4 ketentuan menengah
B. 2 ketentuan 3) menyusun program jangka pendek,
C. 1 ketentuan 4) program berisi jabaran tentang
D. 0 ketentuan target, kegiatan, strategi dan
evaluasi.
4 Sekolah merencanakan Sekolah merencanakan target 12 Wawancara
target karakter yang karakter yang menunjukkan budaya dan
menunjukkan budaya yang harus dimiliki lulusannya, yaitu dokumentasi
yang harus dimiliki karakter: yang relevan
lulusannya, sejumlah: 1) beriman dan bertaqwa,
A. 9 – 12 target 2) cinta tanah air,
karakter 3) memiliki wawasan luas
B. 6 – 8 target 4) terampil,
karakter 5) hidup sehat,
C. 3 – 5 target 6) bersih,
karakter 7) rapi,
D. 0 – 2 target 8) tanggung jawab,
karakter 9) tangguh,
10) jujur,
11) disiplin,
12) peduli.
5 Aspek pengembangan Aspek pengembangan karakter dalam Wawancara
karakter dalam perencanaan budaya dan lingkungan dan
perencanaan budaya dan sekolah meliputi: dokumentasi
lingkungan sekolah 1) beriman dan bertaqwa, yang relevan
memenuhi: 2) cinta tanah air,
A. 4 - 5 aspek 3) memiliki wawasan luas dan terampil,
B. 3 aspek 4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan
C. 1 - 2 aspek 5) tanggung jawab, tangguh, jujur,
D. 0 aspek disiplin, dan peduli.

6 Pihak yang terlibat dalam Pihak yang dilibatkan dalam Wawancara


perencanaan budaya dan perencanaan budaya dan lingkungan dan
lingkungan sekolah. sekolah meliputi: dokumentasi
A. 5-6 pihak 1) orang tua yang relevan
B. 3-4 pihak 2) komite sekolah
C. 1 - 2 pihak 3) masyarakat sekitar/ tokoh
B. 0 pihak masyarakat
4) dewan guru
5) kepala sekolah
6) dunia usaha dan industri (DUDI).
7 Sekolah melakukan Sekolah melakukan sosialisasi program Wawancara
sosialisasi program dengan teknik yang tepat, yaitu: dan
dengan teknik yang tepat, 1) penjelasan, dokumentasi
sebanyak: 2) media cetak, yang relevan
A. 4 -5 teknik’ 3) media elektronik,
B. 3 teknik 4) poster/baliho,
C. 1 – 2 teknik 5) kampanye.
D. 0 teknik
8 Aspek pengembangan Aspek pengembangan budaya melalui Wawancara
budaya melalui kegiatan kegiatan kurikuler meliputi: dan
kurikuler/pembelajaran 1) religius; dokumentasi
meliputi: 2) diisiplin; yang relevan
A. 6-7 aspek 3) bersih dan sehat;
B. 4-5 aspek 4) kebiasaan baca
C. 2-3 aspek 5) sopan dan santun
D. 0 - 1 aspek 6) gotong royong.
7) rukun/suka damai
9 Aspek pengembangan Aspek pengembangan budaya melalui Wawancara
budaya melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler meliputi: dan
ekstrakurikuler meliputi: 1) religius; dokumentasi
A. 6-7 aspek 2) diisiplin; yang relevan
B. 4-5 aspek 3) bersih dan sehat;
C. 2-3 aspek 4) kebiasaan baca
D. 0 - 1 aspek 5) sopan dan santun
6) gotong royong.
7) rukun/suka damai
10 Pengorganisasian dan Pengorganisasian dan pengembangan Wawancara
pengembangan budaya budaya sekolah seharusnya diterapkan dan
sekolah diterapkan pada: pada semua kelas (kelas 1 – 6). dokumentasi
A. 5 - 6 kelas yang relevan
B. 3 - 4 kelas
C. 1 - 2 kelas
D. 0 kelas
11 Implementasi budaya Implementasi budaya sekolah Wawancara
sekolah diterapkan pada diterapkan pada kegiatan dan
kegiatan ekstrakurikule ekstrakurikuler, yang meliputi: dokumentasi
sebanyak: 1) keagamaan yang relevan
A. 4-5 kegiatan 2) Pramuka
B. 3 kegiatan 3) UKS
C. 1 - 2 kegiatan 4) olah raga
D. 0 kegiatan 5) seni budaya
12 Jenis keteladanan yang Jenis keteladanan yang ditunjukkan Wawancara
ditunjukkan oleh pendidik pendidik dan tenaga kependidikan dan
dan tenaga kependidikan meliputi: dokumentasi
dalam pengembangan 1) mengucapkan salam yang relevan
budaya sekolah ada: 2) hadir di sekolah tepat waktu
A. 5-6 keteladanan 3) berkata santun
B. 3-4 keteladanan 4) mengisi waktu luang dengan
C. 1 - 2 keteladanan membaca di perpustakaan
D. 0 keteladanan 5) tidak merokok di sekolah
6) suka menolong/membimbing siswa
13 Prinsip yang digunakan Prinsip yang digunakan dalam Wawancara
dalam pengembangan pengembangan budaya sekolah dan
budaya sekolah ada: meliputi: dokumentasi
A. 4-5 prinsip 1) berkelanjutan yang relevan
B. 3 prinsip 2) terpadu
C. 1 - 2 prinsip 3) konsistensi
D. 0 prinsip 4) implementatif
5) menyenangkan.
14 Implementasi budaya Implementasi budaya bersih dan sehat Wawancara
bersih dan sehat di di sekolah tercermin pada kondisi: dan
sekolah tercermin pada: a. halaman sekolah dokumentasi
A. 6 – 7 kondisi b. ruang kelas yang relevan
B. 4 – 5 kondisi c. ruang guru
C. 2 – 3 kondisi d. ruang kepala sekolah
D. 0 – 1 kondisi e. peralatan belajar
f. toilet
15 Wujud implementasi Implementasi budaya disiplin di sekolah Wawancara
budaya disiplin di sekolah tercermin dalam aktifitas: dan
terwujud dalam: 1) penggunaan seragam sekolah dokumentasi
A. 4 – 5 kegiatan 2) penyelesaian tugas/piket tepat waktu yang relevan
B. 3 kegiatan 3) menjaga nama baik sekolah
C. 1 – 2 kegiatan 4) tidak menimbulkan kegaduhan di
D. 0 kegiatan sekolah
5) penggunaan anggaran sekolah
16 Wujud implementasi Implementasi budaya gotong royong di Wawancara
budaya gotong royong di sekolah tercermin dalam aktifitas: dan
sekolah terwujud dalam: 1) kerja bakti di sekolah dokumentasi
A. 5 – 6 kegiatan 2) piket sekolah yang relevan
B. 3 – 4 kegiatan 3) bakti sosial
C.1 – 2 kegiatan 4) peringatan hai besar nasional
D.0 kegiatan 5) pentas seni dan budaya
6) pertandingan olahraga
17 Wujud implementasi Implementasi budaya baca di sekolah Wawancara
budaya baca di sekolah tercermin dalam aktifitas: dan
terwujud dalam: 1) tugas membaca buku di dokumentasi
A. 4 – 5 kegiatan perpustakaan yang relevan
B. 3 kegiatan 2) tugas membaca buku di kelas
C.1 – 2 kegiatan 3) tugas membaca buku pada saat
D.0 kegiatan istirahat
4) lomba membaca buku secara cermat
5) lomba menulis cerita
18 Wujud implementasi Implementasi budaya sopan santun di Wawancara
budaya sopan santun di sekolah tercermin dalam aktifitas: dan
sekolah terwujud dalam: 1) ucapan salam ketika bertemu teman, dokumentasi
A. 3 – 4 kegiatan guru, kepala sekolah dan tenaga yang relevan
B. 2 kegiatan kependidikan
C.1 kegiatan 2) bertbicara secara santun
D.0 kegiatan 3) berperilaku secara sopan
4) member tanda ketika akan
berbicara/bertanya di kelas
19 Wujud implementasi Implementasi budaya rukun di sekolah Wawancara
budaya rukun di sekolah tercermin dalam aktifitas: dan
terwujud dalam: 1) tidak mengganggu teman/orang lain dokumentasi
A. 3 – 4 kegiatan 2) meminta maaf jika berbuat salah yang relevan
B. 2 kegiatan 3) member maaf pada orang lain yang
C. 1 kegiatan bersalah
D. 0 kegiatan 4) melerai teman yang berkelai secara
adil
20 Implementasi penyemaian Implementasi penyemaian budaya dan Wawancara
budaya dan penataan penataan lingkungan sekolah melalui dan
lingkungan sekolah langkah-langkah: dokumentasi
melalui: 1) membentuk tim pengembang budaya yang relevan
A. 4 – 5 langkah dan lingkungan sekolah yang terdiri
B. 3 langjah atas kepala sekolah, guru, komite
C. 1 - 2 langkah sekolah, wakil orang tua dan wakil
D. 0 langkah peserta didik;
2) menyusun deskripsi tugas tim;
3) tim yang dibentuk menyusun target
kegiatan, menyusun program
kegiatan, menyusun strategi
pelaksanaan program, memilih dan
menyusun alat dan strategi
pengawasan;
4) melaksanakan program sesuai
rambu-rambu yang telah
dirumuskan;
5) memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan program secara
bertahap.
21 Wujud implementasi Wujud pengembangan budaya Wawancara
implementasi keterbukaan keterbukaan di sekolah tercermin dalam dan
di sekolah terwujud kegiatan: dokumentasi
dalam: 1) publikasi lisan dan tertulis tentang yang relevan
A. 3 – 4 kegiatan program dan anggaran sekolah.
B. 2 kegiatan 2) terbuka terhadap kritikan dan saran
C. 1 kegiatan dari stakeholders
D. 0 kegiatan 3) buku penghubung sekolah
4) transparansi anggaran dalam
penyelenggaraan pendidikan.
22 Implementasi Implementasi implementasi dan Wawancara
pengembangan budaya pengembangan budaya sekolah dan
sekolah berpedoman berpedoman pada prinsip: dokumentasi
pada: 1) berkelanjutan, yang relevan
A. 4 – 5 prinsip 2) terpadu,
B. 3 prinsip 3) konsistensi,
C.1 – 2 prinsip 4) implementatif, dan
D.0 prinsip 5) menyenangkan.

23 Implementasi Implementasi pengembangan budaya Wawancara


pengembangan budaya sekolah berpedoman pada asas: dan
sekolah berpedoman 1) kerja sama tim, dokumentasi
pada: 2) berkemampuan, yang relevan
3) berkeinginan,
4) kegembiraan,
5) hormat (respect),
6) jujur,
7) disiplin,
8) empati,
9) pengetahuan dan kesopanan
24 Pembinaan dan Pembinaan dan pengembangan budaya Wawancara
pengembangan budaya sekolah tercermin dalam pembiasaan dan
sekolah tercermin dalam peserta didik di sekolah pada saat-saat dokumentasi
pembiasaan peserta didik tertentu, yaitu: yang relevan
di sekolah pada saat-saat: 1) saat siswa datang,
A. 4 – 5 saat yang disebut 2) saat siswa dalam masa pembelajaran
dalam kriteria di sekolah,
B. 3 saat yang disebut 3) saat siswa pulang,
dalam kriteria 4) saat siswa beristirahat, dan
C. 1 – 2 saat yang 5) saat siswa melakukan kegiatan
disebut dalam kriteria ekstrakurikuler.
D. 0 saat yang disebut
dalam kriteria

25 Sekolah mengupayakan Sekolah mengupayakan Wawancara


mempertahankan, mempertahankan, membina dan dan
membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya di dokumentasi
mengembangkan nilai- sekolah dengan melakukan upaya: yang relevan
nilai budaya di sekolah 1) sosialisasi dan edukasi,
dengan melakukan: 2) keteladanan,
A. 6 – 7 upaya 3) konsistensi,
B. 4 – 5 upaya 4) kepemimpinan,
C. 2 – 3 upaya 5) ketegasan,
D. 0 – 1 upaya 6) hadiah dan hukuman,
7) penegakan aturan.
26 Halaman sekolah didesain Halaman sekolah didesain ramah anak, Wawancara
ramah anak, yaitu yaitu memenuhi kriteria: dan
memenuhi: 1) aman, dokumentasi
A. 3 -4 kriteria 2) rapi, yang relevan
B. 2 kriteria 3) bersih
C.1 kriteria 4) teduh.
D.0 kriteria
27 Penataan ruang kelas Penataan ruang kelas menunjang Wawancara
menunjang penciptaan penciptaan lingkungan yang kondusif dan
lingkungan yang kondusif yang ditandai dengan ruang kelas yang: dokumentasi
yang ditandai dengan 1) bersih, yang relevan
sesuainya keadaan ruang 2) penerangan cukup,
kelas dengan: 3) penempatan media belajar rapi,
A. 5 – 6 kriteria 4) warna dinding sejuk,
B. 3 – 4 kriteria 5) udara sejuk dan segar,
C, 1 – 2 kriteria 6) kaya sumber belajar misalnya peta,
D. 0 kriteria globe, media belajar mandiri dan
berkelompok.

28 Upaya implementasi Upaya implementasi pengembangan


pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural
lingkungan psikologis- sekolah yang ditandai adanya:
sosial-kultural sekolah 1) harapan semua orang dewasa di
yang ditandai: lingkungan sekolah dalam rangka
A. 3 -4 kriteria mengembangkan sikap positif dan
B. 2 kriteria pemeliharaan lingkungan di
C. 1 kriteria sekolah.
D. 0 kriteria 2) ucapan semua orang dewasa di
lingkungan sekolah dalam rangka
mengembangkan sikap positif dan
pemeliharaan lingkungan di
sekolah.
3) sikap semua orang dewasa di
lingkungan sekolah dalam rangka
mengembangkan sikap positif dan
pemeliharaan lingkungan di
sekolah.
4) perilaku semua orang dewasa di
lingkungan sekolah dalam rangka
mengembangkan sikap positif dan
pemeliharaan lingkungan di
sekolah.
29 Sekolah menampakkan Sekolah menampakkan upaya Wawancara
upaya penciptaan penciptaan lingkungan yang kondusif dan
lingkungan yang kondusif yang ditandai adanya: dokumentasi
yang ditandai adanya: 1) bangunan sekolah yang sehat dan yang relevan
A. 5 – 6 kriteria aman,
B. 3 – 4 kriteria 2) lapangan/tempat bermain yang
C, 1 – 2 kriteria memadai,
D. 0 kriteria 3) pepohonan yang rindang,
4) sanitasi dan sumur resapan air,
5) tempat sampah,
6) perilaku di lingkungan sekolah yang
mendukung
30 Sekolah memanfaatkan Sekolah memanfaatkan lingkungan Wawancara
lingkungan sebagai sebagai sumber belajar yang terdiri dan
sumber belajar yang atas: dokumentasi
terdiri atas: 1) masyarakat sekitar, yang relevan
A. 3 -4 sumber 2) lingkungan fisik sekolah,
B. 2 sumber 3) bahan sisa,
C. 1 sumber 4) peristiwa alam.
D. 0 sumber
31 Sekolah mengadakan Sekolah mengadakan buku-buku Observasi
buku-buku kegiatan kegiatan manajemen pembiayaan dan melihat
manajemen pembiayaan pendidikan di sekolah dengan benar dokumen
pendidikan di sekolah yang terdiri atas: buku-buku
dengan benar yang terdiri 1) Buku Kode Etik (Kepala Sekolah, bukti
atas: Guru, Konselor, Laboran, kegiatan
A. 3 - 4 buku Pustakawan, Penjaga Sekolah,
B. 2 buku Peserta Didik)
C.1 buku 2) Buku Catatan Pembiasaan Peserta
D.0 buku Didik (regulasi dalam 1 Minggu)
3) Buku Maket Sekolah
4) Buku Kegiatan Pengembangan
Budaya dan Lingkungan Sekolah
Pedoman Pengolahan Skore Pengukuran Keberhasilan

Jawaban Skore Keterangan


A 4 Sangat baik
B 3 Baik
C 2 Kurang Baik
D 1 Tidak Baik

Skore akhir pengukuran = jumlah skore perolehan


---------------------------------- x 100 =
Skore maksimal

Penginterpretasian hasil pengukuran keberhasilan Manajemen Budaya dan


Lingkungan dapat menggunakan pedoman pada Tabel 3.2

Tabel 3.2.Pedoman Interpretasi Hasil Pengukuran

Skore rata-rata Kategori Keterangan


80 – 100 A Sangat Baik
66 – 79,9 B Baik
56 – 65,9 C Cukup Baik
40 – 55,9 D Kurang Baik
0 – 39,9 E Tidak Baik

Berdasarkan hasil interpretasi hasil pengukuran Manajemen Budaya dan


Lingkungan, pihak-pihak yang terkait menyusun rekomendasi untuk penyusunan
rencana tindak lanjut
BAGIAN IV
TUGAS-TUGAS / LATIHAN

Untuk memperdalam penguasaan materi manajemen budaya dan lingkungan sekolah,


peserta bimtek diharapkan mengerjakan tugas-tugas/latihan. Tugas-tugas yang disediakan
dapat dikerjakan secara mandiri baik secara perorangan maupun kelompok

TUGAS 1
Deskripsikan aktivitas di sekolah yang menunjukkan implementasi budaya sekolah yang
tercermin dalam kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan keteladanan di sekolah!

TUGAS 2
Deskripsikan implementasi pengembangan budaya sekolah yang berpedoman pada azas:
(1) kerja sama tim, (2) berkemampuan, (3) berkeinginan, (4) kegembiraan, (5) hormat
(respect), (6) jujur, (7) disiplin, (8) empati, (9) pengetahuan dan kesopanan.

TUGAS 3
Deskripsikan upaya sekolah dalam mempertahankan, membina dan mengembangkan nilai-
nilai budaya di sekolah dengan melakukan: (1) sosialisasi dan edukasi, (2) keteladanan, (3)
konsistensi, (4) kepemimpinan, (5) ketegasan, (6) hadiah dan hukuman, (7) dan penegakan
aturan.

TUGAS 4
Buatlah lay-out penataan lingkungan fisik sekolah yang menampakkan: halaman sekolah,
ruang kelas, dan peralatan belajar serta sarana dan prasarana lainnya!

TUGAS 5
Deskripsikan manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang meliputi langkah
perencanaan, sosialisasi program, pelaksanaan program dan evaluasi program!

Anda mungkin juga menyukai