KERJA SAMA
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
UNICEF DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAGIAN I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Ruang Lingkup 2
D. Skenario 2
BAGIAN II MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH 4
A. Budaya Sekolah 4
1. Konsep Budaya Sekolah 4
2. Proses Lahirnya Budaya Sekolah 5
3. Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah 7
4. Prinsip dan Azas Pengembangan dan Pembinaan 15
Budaya Sekolah
5. Strategi Pengembangan dan Pembinaan Budaya 25
Sekolah
B. Lingkungan Sekolah 34
1. Lingkup Pengembangan Lingkungan Sekolah 34
2. Lingkungan Sekolah yang Kondusif 35
3. Syarat Terciptanya Lingkungan Sekolah yang Kondusif 36
4. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar 40
C. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah 42
1. Perencanaan Program 42
2. Sosialisasi Program
3. Pelaksanaan Program 42
4. Evaluasi Program 43
44
D. Daftar Pustaka 44
BAGIAN III INSTRUMEN PENGUKURAN KEBERHASILAN 46
BAGIAN IV TUGAS-TUGAS / LATIHAN 54
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B.Tujuan
3 Penutup 1) Menyimpulkan 10
2) Umpan balik
3) Tindak lanjut (rencana tindak lanjut)
BAGIAN II
A. BUDAYA SEKOLAH
1. Konsep Budaya Sekolah
Jika digabungkan antara budaya dan organisasi (sekolah) menjadi budaya sekolah
memiliki makna (1) sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Deal dan
Peterson, 1999); (2) “Sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan
keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi” (Stoner, Freeman, dan Gilbert
Jr., 1996:182); (3) kepribadian organsasi (personality of an organization) atau bagaimana
sesuatu bekerja di sekitar organisasi, pedoman pegawai untuk berpikir, bertindak, dan
merasakan, terkandung nilai-nilai utama, kepercayaan, etika, dan aturan perilaku dalam
organisasi (Hansen, 2005); (4) “nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau
falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah
termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah” (Depdiknas,2007:1).
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi
(sekolah) merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh hati dan pikiran sehingga
dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok) dalam satuan
pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Namun demikian,
budaya sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan
pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama
dengan sekolah” sebagaimana ditegaskan oleh Depdiknas (2007:1).
Budaya merupakan cerminan kebiasaan yang menjadi nilai dan dipahami serta
dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi. Budaya menjadikan atmosfer antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya berbeda, Henry L Tosi at all (2000) menyatakan
untuk merasakan perbedaan organisasi “pergilah ke luar negeri maka anda akan
merasakan perbedaan budaya organisasi”. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa setiap
negara atau organisasi memiliki budaya yang berbeda dan menjadi jati diri atau identitas
dari organisasi tersebut.
Budaya pada dasarnya sesuatu yang dapat diciptakan dan diubah, budaya bukan
sesuatu yang given datang dari langit yang harus dijunjung tinggi. Penulis memahami
budaya sebagai hasil karya manusia sebagai dampak dari proses interaksi manusia satu
dengan yang lainnya. Format, bentuk,dan sistematika budaya sebuah organisasi akan
sangat ditentukan oleh orang-orang yang mendirikan dan memimpin organisasi itu sendiri.
Robbins (2006) menyatakan bahwa para pendiri organisasi biasanya memiliki dampak
besar pada budaya awal organisasi, mereka mempunyai visi tentang bagaimana
seharusnya organisasi tersebut. Nilai-nilai yang tertuang dalam konsep dasar organisasi
biasanya akan menjadi falsafah dasar pengelolaan dan pengembangan organisasi.
Perubahan budaya yang ada dalam sebuah organisasi merupakan pengembangan dan
penyempurnaan dari budaya yang sudah ada. Robbins (2006) menggambarkan proses
terciptanya budaya organisasi diilustrasikan pada Gambar 1.
Manajemen
Puncak
Filosofi
organisasi
Kriteria Budaya
seleksi Organisasi
Sosialisasi
Tabel 2.1. Nilai Karakter, Indikator, dan Deskripsi Lulusan SD dalam Budaya Sekolah
Beberapa nilai-nilai karakter yang tercermin dalam budaya sekolah dalam aktivitas
sehari-hari dapat dilihat para beberapa aktivitas peserta didik di sekolah. Beberapa contoh
nilai-nilai karakter tersebut dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.
1. Beriman dan Bertaqwa
Beriman dan bertaqwa diwujudkan oleh peserta didik dalam: (a) menjalankan
ibadah sesuai ajaran agamanya dengan bimbingan orang tua dan guru; (b) berdo’a
menurut tuntunan agamanya; (c) malu bersikap tidak baik ; (d) menghargai dan
memelihara; (e) merayakan dan memahami makna hari besar keagamaan.
Cinta tanah air dapat dilihat dari peserta didik yang menunjukkan rasa (1) bangga
menjadi warga negara Indonesia, (2) bangga berbahasa Indonesia dan bahasa daerahnya
dalam aktivitas sehari-hati, dan (3) bangga terhadap budaya daerahnya dan daerah lain
yang ada di wilayah Indonesia. Gambar 3. menunjukkan peserta didik yang cinta tanah air
dengan menghormati bendera Indonesia.
Budaya Gemar membaca peserta didik dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan dalam
mengisi waktu luang dengan membaca, rajin mengunjungi perspustakaan, dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.
Nilai karakter keempat dalam budaya sekolah mencakup hidup sehat, berperilaku
bersih, dan berperilaku berpenampilan rapi. Hidup sehat dapat tercermin dalam menjaga
kesehatannya, mandi, gosok gigi, cuci kaki,dan tangan pakai sabun, tidak jajan
sembarangan, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya, dan memotong kuku
secara teratur, dan mengganti pakaian yang kotor. Berperilaku bersih berpakaian bersih
tampak pada diri peserta didik yang terbiasa mencukur dan menyisir rambut secara rapi,
menjaga kebersihan kelas melalui piket kebersihan kelas, membuang sampah pada
tempatnya, dan selalu membersihkan lingkungan rumah, kelas dan sekolah. Berperilaku
dan berpenampilan rapi dapat ditunjukkan oleh perilaku peserta didik dengan berpakaian
seragam sekolah dengan benar dan rapi, merapikan tempat belajar dan tempat tidur,
penyampulan buku secara rapi, dan tidak mencoret bangku dan tembok sekolah. Contoh
Nilai hidup sehat, bersih, dan rapi dapat dilihat pada gambar 5.
Nilai dan budaya bersih dan sehat dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan
berikut: membuang sampah pada tempatnya, memungut ketika melihat sampah, tidak
mencorat coret tembok, gerakan cuci tangan sebelum & sesudah makan, gerakan rajin
gosok gigi (minimal 2 kali sehari), menjaga kerapihan dalam berpakaian & penampilan
(rambut, kuku), menjaga kerapihan kelas & sekolah, merapikan barang-barang setelah
digunakan, mengembalikan buku di perpustakaan sesuai tempatnya, menciptakan &
menjaga keindahan lingkungan sekolah, tidak menginjak rumput di taman, menciptakan
gerakan cinta lingkungan (Green School), membawa tanaman (bunga) untuk penghijauan
sekolah.
Nilai karakter kelima mencakup tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan peduli
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Perilaku tanggung jawab dari peserta didik dapat
dilihat dari perbuatan dalam menjalankan tugas tanpa diperintah, berupaya melakukan
suatu pekerjaan hingga tuntas, amanah dan konsisten, menghargai waktu, mentaati
peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum dan peduli kepada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
Ketangguhan peserta didik dapat dilihat dari berdaya upaya melakukan suatu
pekerjaan hingga tuntas dapat ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengerjakan tugas-
tugas individu dengan tanggung jawab hingga selesai tanpa putus asa dan menyerah,
tugas-tugas kelompok penuh semangat dan berjuang menyelesaikannya bersama teman.
Kejujuran peserta didik dapat dapat ditunjukkan dalam setiap ucapan dan
tindakan, tidak mencontek saat ulangan, mengembalikan ketika menemukan sesuatu,
menyampaikan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Menjunjung tinggi sportifitas dan
intregritas yang tinggi dalam setiap aktivitas sehari-hari di sekolah, rumah, dan masyarakat.
Kedisiplinan peserta didik dapat ditunjukkan ketika dia sangat menghargai waktu,
antara lain ketika bangun tidur, istirahat, belajar, dan bermain tepat waktu, datang tepat
waktu ke sekolah dan pulang tepat waktu tiba di rumah, menyelesaikan pekerjaan hingga
tuntas dan tepat waktu, dan kreatif dalam memanfaatkan waktu luang. Disiplin juga dapat
ditunjukkan oleh peserta didik dalam mentaati peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-
tempat umum, antara lain menghormati dan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah
dan mentaati peraturan di jalan raya.
Peduli dapat ditunjukkan oleh peserta didik kepada (1) diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan,mempedulikan kebersihan, kesehatan, kerapihan diri sendiri (lihat keterangan
terkait dengan kemandirian); (2) menghargai pendapat orang lain dengan cara ramah,
santun, dan mengeluarkan kata-kata positif yang membuat orang lain nyaman; dan (3)
menjaga dan memelihara lingkungan sekitar terkait dengan kebersihan, kerapihan, dan
keindahan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Contoh nilai-nilai tersebut dapat dilihat
pada perilaku peserta didik sebagaimana tampak pada gambar 6.
2) Azas-azas
a. Religius
Berperilaku religius (Gambar 7)
hendaknya tidak ditunjukkan hanya yang
bersifat hubungan manusia dengan Tuhan,
seperti berdo’a dan beribadat, melainkan juga
hubungan manusia dengan manusia lainnya,
seperti tidak mengambil/mengganggu milik
orang lain, budaya antri, dan menghargai
pendapat orang lain.; serta hubungan
manusia dengan alam/lingkungannya, seperti
Gambar 7. Kegiatan Agama Bersama
tidak membuang sampah sembarangan, tidak
merusak pohon, dan tidak mencorat-coret tembok. Perilaku religius, sebagaimana perilaku
di bidang lain, akan berkembang melalui keteladan, pembiasaan, dan pembimbingan (di
saat tidak berbuat hal yang diinginkan). Guru, kepala sekolah, dan orang dewasa lain
hendaknya memberikan teladan kepada peserta didik. Misal, bila warga sekolah
menginginkan peserta didik berdisiplin, maka sekolah harus memberikan teladan/contoh
tentang disiplin tersebut.
d. Disiplin
e. Budaya Baca
Salah satu tujuan program MBS adalah untuk meningkatkan minat baca peserta
didik atau dengan kata lain mengembangkan budaya baca (Gambar 10). Untuk mencapai
tujuan ini beberapa hal dilakukan di sekolah: (1) perpustakaan sekolah dikelola untuk
menciptakan suasana yang mendorong anak untuk membaca, (2) sudut baca dibuat di
ruang kelas supaya buku mudah dijangkau, (3) jumlah buku ditambah baik dari sumbangan
peserta didik dan masyarakat, maupun dibeli dengan dana BOS, (4) jam membaca
diterapkan di kelas ataupun sekaligus di seluruh sekolah supaya anak terbiasa membaca,
(5) mengungkapkan hasil bacaannya dalam bentuk lisan atau tulisan, (6) ada beberapa
sekolah menyebut dengan ‘Iqra time’ dan ‘membaca senyap’ dengan tujuan yang sama,
yaitu menggalakkan budaya baca (Gambar 11).
Budaya sekolah perlu kuat dan eksis keberadaannya di sekolah. Budaya sekolah
tidak datang dan timbul dengan sendirinya. Ia perlu dibangun oleh pemimpin sekolah
secara konsisten dan sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Stakeholders utama (peserta didik, guru, kepala sekolah, staff, dan orang tua) harus
bekerjasama dalam menciptakan budaya sekolah secara sinergis, sehingga
memungkinkan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan berjalan dengan baik. Prestasi
hasil belajar para peserta didik sebagai keluarannya akan mencapai tingkat optimal,
prestasi sekolah mencapai harapan, dan menjadikan masyarakat puas atas hasil-hasil
yang dicapai peserta didik dan sekolah.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah beserta stakeholders
lainnya dalam membangun budaya sekolah agar tetap eksis adalah dengan memfokuskan
pada dimensi-dimensi budaya yang berkaitan dengan religiusitas, kerjasama (team work),
kepemimpinan (Kusumah, 2011).
Salah satu Pilar MBS, yakni budaya sekolah merupakan pengikat tiga pilar lainnya
sehingga desentralisasi pendidikan pada satuan pendidikan dapat berjalan dengan optimal.
Hal ini tentu sangat relevan dengan saran Sergiovanni (2005) yang menyatakan bahwa
para pengambil kebijakan, para pengawas, dan para kepala sekolah agar dapat
membangun sekolah yang baik dengan pendekatan budaya sekolah. Alasan utamanya,
budaya sekolah menitikberatkan pada faktor manusia, menekankan pentingnya peran nilai
dan keyakinan dalam diri manusia, dan membentuk sikap dan perilaku dalam lingkungan
organisasi pendidikan.
Strategi pengembangan budaya sekolah dapat melalui tiga tahapan, yaitu: pra
institusionalisasi, semi institusionalisasi, dan full institusionalisasi. Sekolah dapat
melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya budaya
sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional. Semuanya itu
telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang
bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya sekolah menjadi berkualitas.
Gambar 12. Penyambutan Peserta Didik oleh Pimpinan Sekolah dan Staf
c. Saat istirahat
Usahakan bisa tercipta kebersamaan, kekeluargaan seperti melalui kegiatan
makan bersama. Para peserta didik biasanya membawa makanan dari rumah
masing-masing, dan saling memberi satu sama lain. Guru mendampingi dan
memberi bimbingan tata cara makan yang baik, menyampaikan bahwa makanan
rumah lebih terjamin kebersihannya, kandungan gizinya dibanding dengan makanan
jajanan di pinggir jalan. Para peserta didik dibiasakan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah makan, tidak berbicara saat sedang
makan. Merapikan kembali peralatan makan, membersihkan sampah yang ada di
sekitar tempat makan.
Gambar 13. Makan Bersama di Sekolah (Ratusan Siswa SD Purworejo Makan Ikan
Bersama)
Untuk mengisi waktu sebelum masuk kelas kembali para peserta didik
bermain atau membaca buku baik di kelas atau di perpustakaan. Kegiatan tersebut
diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, bersih dan sehat, kebersamaan dan
kekeluargaan, tertib,disiplin, tanggung jawab, dan gemar membaca.
d. Saat pulang
Ketika usai pembelajaran diakhiri dengan do’a bersama dilanjutkan dengan
refleksi kegiatan, pesan moral, dan hikmah setelah melakukan kegiatan hari itu
(Gambar 14). Guru memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk belajar di
rumah dengan penuh semangat dengan cara diberi tugas atau pekerjaan rumah.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, tertib,disiplin, dan
tanggung jawab.
e. Saat ekstrakurikuler
Para peserta didik disarankan untuk memilih salah satu ekstra kurikuler
(Gambar 14) sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Sehingga
memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat
meningkatkan keakraban dan kebersamaan sesama peserta didik, walaupun
berbeda kelas.
Sosialisasi & edukasi dilakukan pihak sekolah dengan cara antara lain:
1) Pertemuan & diskusi dengan seluruh guru tentang tujuan,point-point budaya
sekolah yang diinginkan, kendala/hambatan, waktu pelaksanaan, serta upaya
dalam memaksimalkan budaya sekolah.
2) Adanya pertemuan dengan orang tua peserta didik dengan
penjelasan/pemaparan dari kepala sekolah tentang tujuan, point-point, waktu
pelaksanaan, serta bagaimana peran serta para orang tua demi terciptanya
budaya sekolah yang diharapkan.
3) Sosialisasi dan penjelasan yang sama dan bagaimana peran serta mereka
kepada warga sekolah lainnya seperti ; petugas kebersihan, satpam, supir antar
jemput sekolah, petugas tata usaha/keuangan, karyawan sekolah, dll.
4) Sosialisasi dan penjelasan kepada para peserta didik tentang jenis budaya
sekolah, aturan, waktu pelaksanaan, serta aturan/sanksi bagi yang tidak
menjalankan budaya yang telah ditetapkan.
5) Pembuatan papan-papan pengumuman yang memuat point-point budaya
sekolah yang ditempel di dalam & di luar sekolah mulai dari tempat parkir, ruang
satpam, lapangan sekolah, didalam/luar kelas, perpustakaan, dll.
6) Slogan-slogan budaya sekolah yang ada di semua sudut sekolah seperti ;
madding dan koridor.
b. Keteladanan
Agar budaya sekolah menjadi sikap/karakter bagi semua warga sekolah, maka
peran yang sangat penting adalah contoh sikap/keteladanan dari dalam diri sekolah
tersebut.
1) Kepala sekolah & wakil kepala sekolah sebagai motor & motivator bagi para
guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya harus mampu memberikan contoh
sikap yang menunjukkan budaya sekolah.
2) Guru juga harus menjadi motor & memberikan keteladanan kepada para peserta
didik tentang sikap yang mencerminkan budaya sekolah.
3) Keteladanan juga harus ditunjukkan oleh para petugas kebersihan, karyawan
sekolah, dan peserta didik senior.
c. Konsistensi
Agar menjadi sikap/karakter, budaya sekolah harus dilaksanakan dengan terus
menerus. Untuk itu perlu adanya pelaksanaan secara konsisten dari pihak sekolah,
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ;
1) Monitoring berkala dari kepala sekolah kepada para guru & peserta didik di tiap
kelas, serta kepada para petugas sekolah lainnya.
2) Monitoring setiap harinya dari guru di kelas kepada para peserta didiknya.
d. Kepemimpinan
Peran penting dalam suksesnya budaya sekolah adalah kepemimpinan yang
diwujudkan dalam sikap budaya sekolah, antara lain ;
1) Kepemimpinan kepala sekolah/pimpinan sekolah bagi semua warga sekolah baik
kepada peserta didik, guru, petugas sekolah dan pihak luar termasuk orang tua &
masyarakat.
2) Kepemimpinan guru sebagai pendidik baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
peserta didik dikelasnya & seluruh peserta didik di sekolah
3) Kepemimpinan peserta didik terhadap dirinya dan peserta didik lainnya. Hal ini
dapat dilatih & dimotivasi dalam berbagai kegiatan peserta didik di kelas/di luar
kelas.
e. Ketegasan
Ketegasan pihak sekolah sangatlah penting dalam mensukseskan sikap/karakter
budaya sekolah.
1) Ketegasan aturan yang berlaku tanpa kecuali kepada siapapun yang ada di
sekolah
2) Ketegasan sikap pimpinan sekolah tentang pelaksanaan sikap budaya sekolah
kepada semua warga sekolah
3) Ketegasan sikap guru yang standar dalam pelaksanaan budaya sekolah,
sehingga semua melaksanakan tugas yang sama kepada peserta didik.
4) Ketegasan sikap para petugas sekolah (petugas kebersihan, satpam, dll ) dalam
menjalankan & mensukseskan sikap budaya sekolah kepada peserta didik &
pihak luar.
5) Perlu adanya keseragaman sikap ketegasan yang dilakukan oleh semua pihak di
sekolah.
g. Penegakan aturan
Dalam pelaksanaannya harus ada aturan yang tegas agar sikap & karakter budaya
sekolah dapat terwujud. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain ;
1) Aturan harus dibuat bersama dengan melibatkan peserta didik, guru & pihak
sekolah agar semua menjalankan aturan tidak dengan rasa terpaksa karena
aturan bersama & dilaksanakan bersama
2) Peraturan ditempel di setiap ruang & di luar ruangan seperti koridor, sudut-sudut
lapangan,dll.
3) Sanksi yang diberlakukan tidak hanya untuk peserta didik saja tetapi untuk
semua warga sekolah yang melanggar tanpa kecuali
Budaya sekolah akan berjalan lebih baik dengan adanya peran serta dan dukungan
dari komite sekolah, orang tua, dan masyarakat, antara lain:
1) Mendukung program penerapan budaya sekolah
2) Orang tua mengawasi dan memotivasi agar budaya sekolah terlaksana di rumah
3) Menciptakan lingkungan yang sejalan dengan budaya sekolah
Lingkungan fisik sekolah adalah seluruh aspek fisik yang ada di lingkungan
sekolah. Lingkungan fisik sekolah meliputi: halaman sekolah, ruang kelas, dan peralatan
belajar serta sarana dan prasarana lainnya.
a. Penataan Halaman Sekolah
Halaman sekolah yang kondusif bagi penciptaan budaya positif di sekolah adalah
yang ramah peserta didik. Halaman sekolah yang ramah anak memiliki ciri-ciri:
a) Halaman sekolah yang aman bagi pesera didik. Halaman sekolah tidak berdebu dan
terhindar dari binatang membayakan keselamatan peserta didik, antara lain ular, anjing,
tikus, dan musang.
b) Halaman sekolah yang tertata rapi. Halaman sekolah harus tertata rapi. Pohon dan
tanaman tumbuh subur dan terawatt dengan baik. Setiap barang di halaman sekolah
ditempatkan dan ditata dengan baik sesuai fungsinya. Penempatan barang di halaman
sekolah juga memperhatikan keartistikan.
c) Halaman sekolah yang bersih. Halaman sekolah harus bersih dari sampah, bahan kimia
berbahaya, genangan air, kotoran binatang, dan tanaman liar. Halaman yang bersih
enak dipandang dan aman digunakan bermain oleh peserta didik.
d) Halaman sekolah yang teduh. Halaman sekolah yang teduh nyaman digunakan saat
istirahat utamanya ketika hari panas; dan kelas menjadi sejuk dan segar sehingga
pembelajaran lebih nyaman. Lingkungan yang teduh juga membuat hati teduh sehingga
warga sekolah dapat mengontrol emosinya dan sabar.
2) Lapangan bermain
Lapangan bermain merupakan sarana yang wajib ada di suatu lembaga pendidikan,
mengingat subyek didik adalah anak-anak yang membutuhkan ruang gerak luas dalam
rangka mengembangkan motorik dan psikomotor. Lapangan memiliki fungsi yang beragam,
di antaranya sebagai tempat upacara bendera, lapangan olah raga, sarana bermain.
Komposisi luas lapangan bermain di setiap sekolah adalah tiga meter persegi per peserta
didik atau 500m untuk peserta didik maksimal 167 dan dari luas ruang bemin tersebut 20 m
x 15 m digunakan sebagai lapangan olah raga (Lampiran Permendiknas No. 24 Tahun
2007).
3) Pepohonan rindang
Pepohonan yang rindang merupakan bagian penting dari ekosistem kehidupan,
produksi oksigen yang dilakukan pohon turut menentukan hidup dan matinya manusia dan
binatang. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke
otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah
ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan
pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah agar suplai oksigen tetap terjaga.
Selain rasionalitas tersebut pepohonan dapat memberikan rasa sejuk, rasa indah dan
nyaman bagi orang-orang yang ada dibawahnya.
a. Keimanan
Keimanan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan
ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan masing-masing. Dengan keimanan diharapkan
setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
b. Ketaqwaan
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini kepada peserta didik masuk sekolah
melalui berbagai kegiatan, karena pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh
ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai keimanan berupa perilaku
yang terwujud dalam menjalankan perintah dan larangan agama.
c. Kejujuran
Dalam berbagai hal sikap dan tindakan jujur bertanggungjawab harus diwujudkan dan
ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang
berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain. Kejujuran dan perilaku
tegas yang harus dilaksanakan.
d. Keteladanan
Keteladanan adalah memberikan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata, karena
keteladanan jauh lebih penting dari pada memberikan pelajaran secara verbal. Kepala
sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru maupun pegawai dan selanjutnya
guru kepada peserta didik, demikian pula kakak kelas kepada adik kelas.
e. Suasana Demokratis
Suasana sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan
mengeluarkan pendapat dan menghargai perbedaan sesuai dengan sopan santun
berdemokrasi. Adanya suasana demokrasi di lingkungan sekolah akan memberi
pengaruh pada pengembangan budi pekerti saling menghargai dan saling memaafkan.
f. Kepedulian
Kepedulian terwujud dengan sikap empati dan saling menasehati, saling
memberitahukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling melindungi
sehingga setiap masalah dapat diatasi cepat dan mudah.
g. Keterbukaan
Sistem manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga berburuk
sangka dan menghilangkan fitnah. Hal ini hendaklah dipraktikkan oleh kepala sekolah,
pegawai tata usaha, guru dan para peserta didik.
h. Kebersamaan
Kebersamaan ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar warga
sekolah sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah
yang harmonis.
i. Keamanan
Keamanan merupakan modal pokok untuk menciptakan suasana sekolah yang
harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan
mengatasi segala bentuk gangguan dari luar dan dalam lingkungan sekolah.
Keamanan menjadi tanggungjawab bersama seluruh warga sekolah.
j. Ketertiban
Dalam segala hal di sekolah ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan
keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan antar warga sekolah.
Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan harus diupayakan oleh setiap
warga sekolah.
k. Kebersihan
Suasana bersih, rapi dan menyegarkan secara berkelanjutan akan memberi kesan
menyenangkan bagi warga sekolah. Kebersihan meliputi fisik dan psikis, jasmani dan
batin.
l. Kesehatan
Kesehatan menyangkut aspek fisik dan psikis, dan ini harus diupayakan dan dibangun
oleh seluruh warga sekolah.
m. Keindahan
Lingkungan sekolah, ruang kantor, ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, halaman,
kebun dan taman sekolah yang rapi dan indah terkesan menyenangkan dan seni.
Keindahan sekolah harus diciptakan dan dijaga terus menerus oleh warga sekolah agar
tidak sirna sehingga iklim sekolah selalu menjadi segar, tetap aktif dan menyenangkan .
n. Sopan santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah
dan masyarakat.
1. Perencanaan Program
Dalam perencanaan penyemaian budaya dan pengaturan lingkungan sekolah
perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau sasarannya. Kemudian menyusun program
dan menentukan strategi mencapai tujuan/target. Profil budaya dan lingkungan sekolah
yang diharapkan perlu dinyatakan dengan tegas. Program yang dibuat digolongkan
menjadi dua (2) besar, yaitu program penataan lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan
program pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.
2. Sosialisasi Program
Sosialisasi program budaya dan lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui
bebsarapa cara berikut.
1) Sosalisasi program kepada pendidik. Ini dimaksudkan agar budaya dan lingkungan
sekolah diketahui oleh pendidik sebagai pedoman berperilaku dan pemberian teladan
kepada peserta didik. Guru adalah pelaku utama pembinaan dan pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah. Melalui pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan
guru, penyemaian budaya dan penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah dapat
terealisasi.
2) Sosialisasi kepada peserta didik. Bertujuan menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya peran peserta didik dalam implementasi pembinaan dan pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah. Dengan disosialisasikannya program tersebut, maka
peserta didik diharapkan lebih aktif dalam mengimplementasikannya.
3) Sosialisasi melalui media cetak: buku, brosur, buletin, dan lain-lain. Hal ini dilakukan
untuk memperluas informasi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan
sekolah yang tidak hanya kepada warga di sekolah, melainkan juga untuk komite
sekolah, orang tua dan stakeholders lainnya.
4) Sosialisasi melalui internet.
5) Sosialisasi melalui pemasangan poster, baliho, dan spanduk. Pemasangan dilakukan di
tempat strategis.
6) Sosialisasi melalui kampanye pentingnya pembinaan dan pengembangan budaya dan
lingkungan sekolah. Kampanye dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain
televise, parade seni, pameran, zikir bersama, isighosah, lomba-lomba, dan safari.
3. Pelaksanaan Program
Langkah-langkah yang dilakukan sekolah kaitannya dengan pelaksanaan program
yaitu:
1) Membentuk tim pengembang budaya dan lingkungan sekolah yang terdiri atas kepala
sekolah, guru, komite sekolah, wakil orang tua dan wakil peserta didik;
2) Menyusun deskripsi tugas tim;
3) Tim yang dibentuk menyusun target kegiatan, menyusun program kegiatan, menyusun
strategi pelaksanaan program, memilih dan menyusun alat dan strategi pengawasan.
4) Melaksanakan program sesuai rambu-rambu yang telah dirumuskan;
5) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program secara bertahap.
4. Evaluasi Program
Implementasi, pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian implementasinya dimonitor, dipantau
terus menerus untuk diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Ini digunakan
sebagai upaya untuk lebih memantapkan implementasinya.
Tujuan evaluasi implementasi budaya dan lingkungan sekolah yaitu: (1)
mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2) mengetahui target yang sudah
dan belum tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat ketercapaian target; (4) mengetahui
upaya yang sudah dilakukan dalam rangka mengatas kendala; (5) mengidentifikasi unsur
rencana dan pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sehingga
diperoleh hasil yang lebih optimal untuk saat yang akan datang.
D. Daftar Pustaka
Fyans, Leslie J., Jr., and Martin L. Maehr. 1990. School Culture, Student Ethnicity, and
Motivation. Urbana, Illinois: The National Center for School Leadership. 1990. 29
pages. ED 327 947.
Kusumah, W. Menciptakan Budaya Sekolah Yang Tetap Eksis (Sebuah Upaya Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan). http://www. omjay.8m.com & wijayalabs.
wordpress.com. (Online), Diakses tangal 25 April 2012.
Stolp, Stephen, and Stuart C. Smith. 1994. School Culture And Climate: The Role Of The
Leader. OSSC Bulletin. Eugene: Oregon School Study Council, January 1994. 57
pages.
Surachmad, 1982. Pengantar Interaksi Belajar: Belajar dan Teknik Metodologi Pengajaran.
Bandung: Tarsito.
Suwarni, dkk. 2011. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Fasilitas Belajar di Rumah
terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Kependidikan. Tahun 21, Nomor 2,
Oktober 2011. ISSN: 0854-8323.
Thacker, Jerry L., and William D. McInerney. 1992. Changing Academic Culture To
Improve Student Achievement in the Elementary Schools. Ers Spectrum 10, 4 (Fall
1992): 18-23. EJ 454 390.
BAGIAN III
TUGAS 1
Deskripsikan aktivitas di sekolah yang menunjukkan implementasi budaya sekolah yang
tercermin dalam kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan keteladanan di sekolah!
TUGAS 2
Deskripsikan implementasi pengembangan budaya sekolah yang berpedoman pada azas:
(1) kerja sama tim, (2) berkemampuan, (3) berkeinginan, (4) kegembiraan, (5) hormat
(respect), (6) jujur, (7) disiplin, (8) empati, (9) pengetahuan dan kesopanan.
TUGAS 3
Deskripsikan upaya sekolah dalam mempertahankan, membina dan mengembangkan nilai-
nilai budaya di sekolah dengan melakukan: (1) sosialisasi dan edukasi, (2) keteladanan, (3)
konsistensi, (4) kepemimpinan, (5) ketegasan, (6) hadiah dan hukuman, (7) dan penegakan
aturan.
TUGAS 4
Buatlah lay-out penataan lingkungan fisik sekolah yang menampakkan: halaman sekolah,
ruang kelas, dan peralatan belajar serta sarana dan prasarana lainnya!
TUGAS 5
Deskripsikan manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang meliputi langkah
perencanaan, sosialisasi program, pelaksanaan program dan evaluasi program!