NIM : 190102126
MK :
Dalam teori Hukum Perburuhan dikenal adanya 4 (empat) jenis pemutusan hubungan kerja (PHK), yaitu
sebagai berikut :
Jenis PHK yang pertama ini adalah pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pelaku usaha karena
berakhirnya jangka waktu perjanjian (kontrak kerja) yang dibuat antara pelaku usaha dengan pekerja.
Meskipun pemutusan hubungan kerja itu terjadi dengan sendirinya namun apabila para pihak setuju
untuk memperpanjang kontrak di kemudian hari, maka ketentuan tersebut dapat diikuti dan hubungan
kerja dapat kembali terjadi.
PHK jenis ini juga dikenal sebagai pemutusan hubungan kerja sukarela atau yang diprakarsai karyawan
(voluntary turnover) itu sendiri.
Jadi, pekerja/buruh berhak untuk meminta diputuskan hubungan kerja dengan pihak pelaku usaha.
Karena memang pada prinsipnya pekerja tidak boleh dipaksakan untuk terus-menerus bekerja apabila
dirinya sendiri tidak menghendakinya.
Berdasarkan Pasal 158 ayat (1) UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pengusaha
dapat memutusakan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh telah
melakukan kesalahan berat sebagai berikut:
Selain itu pelaku usaha juga dapat mem-PHK pekerja/buruh karena perusahaan mengalami kerugian
secara terus-menerus selama 2 tahun, atau keadaan memaksa (force majeur) diharuskan menutup
perusahaannya.
Alasan lain yang biasanya dilakukan oleh pelaku usaha mem-PHK karyawannya adalah karena keadaan
memaksa untuk melakukan efisiensi, sehingga sumber dayanya perlu dilakukan pengurangan.
Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan artinya pelaku usaha dapat memutuskan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh melalui pengadilan negeri dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan
kesalahan-berat karena melanggar hukum yang berlaku. Pelaku usaha melayangkannya ke pengadilan
negeri, bukan ke pengadilan hubungan industrial.
Selain jenis-jensi PHK di atas, terdapat juga 4 macam kategori PHK yang biasanya dilakukan oleh suatu
perusahaan, yaitu :
Termination, yaitu PHK yang dapat dilakukan oleh perusahaan karena telah berakhirnya sebuah
kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh;
Dismissal, yaitu terjadinya PHK yang disebabkan oleh adanya tindakan fatal dari pekerja/buruh
yang dapat berupa tidak disiplinnya pekerja/buruh atau pekerja/buruh melanggar kontrak kerja
yang ada;
Redundancy, yaitu PHK yang dilakukan oleh perusahaan dikarenakan akibat dari adanya
perkembangan teknologi ataupun mulai mengubah segala bentuk kegiatan manual kedalam
bentuk digital (digitalisasi) yang tentunya hal tersebut mengakibatkan pengurangan karyawan.
Retrenchment, yaitu PHK yang dilekukan oleh perusahaan karena adanya pengaruh keuangan
atau ekonomi yang tidak stabil pada sebuah perusahaan seperti perusahaan mengalami
kerugian secara berturut-turut atau bahkantingkat penjualan atau keuntungan yang didapatkan
oleh perusahaan tersebut mengalami penurunan yang drastis.