Anda di halaman 1dari 19

C.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Dasar Hukum :
Pasal 150 UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
 Bahwa ketentuan tersebut berlaku pada
pemutusan hubungan kerja yang terjadi
pada perusahaan
 Berlaku pada perusahaan :
- Baik yang berbadan hukum atau tidak,
- Milik perorangan, milik persekutuan,
- Milik badan hukum baik swasta maupun
negara,
- Usaha-usaha sosial, usaha-usaha lainnya
yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja

• Adalah pengakhiran hubungan kerja


karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan tindakan PHK
1. Setiap PHK yg akan dilakukan oleh pihak
perusahaan hrs memperoleh penetapan terlebih
dahulu dari lembaga PPHI;
2. Penetapan PHK hanya dpt diberikan oleh lembaga
PPHI, jika maksud untuk memutuskan
hub.kerja telah dilakukan perundingan, namun
tidak mencapai kata sepakat;
3. Selama PHK blm ditetapkan oleh lembaga
hub.industrial, pengusaha dan pekerja wajib
melaksanakan kewajibannya masing2 dan PHK
tersebut batal demi hukum.
Alasan-alasan yang dilarang bagi
pengusaha dalam melakukan PHK
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk karena
sakit menurut keterangan dokter slm wkt
tidak tidak melampaui 12 bln scr terus
menerus;
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan
pekerjaannya krn memenuhi kewajiban thd
negara sesuai dgn ketentuan per-UU-an
yang berlaku;
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya;
4. Pekerja/buruh menikah;
5. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
6. Pekerja/buruh mpy pertalian darah dan/atau
ikatan perkawinan dgn pekerja/buruh lainnya
didlm satu perusahaan, kecuali telah diatur
dlm perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
7. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota
dan/atau pengurus Serikat Pekerja/Serikat
Buruh di luar jam kerja,atau di dalam jam kerja
atas kesepakatan pengusaha, atau
berdasarkan ketentuan yg diatur dlm
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha
kpd yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana
kejahatan;
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran
politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status
perkawinan;
10. Pekerja/buruh dlm keadaan cacat tetap,
sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yg menurut surat
keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
A. Pengusaha dapat melakukan tindakan PHK
terhadap buruh karena buruh/pekerja melakukan
kesalahan berat, dlm bentuk:

1. Melakukan penipuan, pencurian, atau


penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
2. Memberikan keterangan palsu atau yang
dipalsukan shg merugikan perusahaan;
3. Memakai dan atau mengedarkan narkotika
psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan
kerja;
4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian
dilingkungan kerja
5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau
mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja
6. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dgn
peraturan per-UU-an;
7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;
8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman
sekerja atau pengusaha dlm keadaan bahaya di
tempat kerja
9. Membongkar/membocorkan rahasia perusahaan yg
seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan
negara;
10. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
perusahaan yang diancam pidana penjara 5 tahun
atau lebih.
 PHK atas dasar buruh melakukan
kesalahan berat, harus didahului adanya bukti
permulaan, diantaranya :
1. Pekerja/buruh dalam keadaan tertangkap
tangan pada saat melakukan perbuatan
pidana;
2. Adanya pengakuan dari pekerja/buruh yang
bersangkutan;
3. bukti lain berupa laporan kejadian yang
dibuat oleh pihak yang berwenang
diperusahaan yang bersangkutan dan
didukung oleh sekurang-kurangnya 2 orang
saksi.
• Akibat hukum :
 Pekerja/buruh tidak berhak untuk
memperoleh uang pesangon dan uang jasa,
tetapi mempunyai hak atas uang penggantian
hak.
Jenis-jenis Pemutusan
Hubungan Kerja:

1. PHK demi hukum;


2. PHK oleh pihak buruh;
3. PHK oleh pihak majikan;
1. Pemutusan Hubungan Kerja
Demi Hukum
 Merupakan pemutusan hubungan kerja
yang terjadi dengan sendirinya, sehubungan
dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian
yang dibuat oleh majikan dan buruh.
 Pihak pengusaha maupun pekerja/buruh
hanya bersifat pasif, artinya hubungan kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh berakhir
dengan sendirinya.
 Sebab berakhirnya hubungan kerja demi
hukum :
1. berakhirnya jangka waktu perjanjian yang
dibuat oleh majikan dan buruh (dlm PKWT)
2. karena meninggalnya pekerja
 Asas hukum perjanjian : Asas
kepribadian (Soebekti) yg disimpulkan dari
Ps.1331 KUH Perdata bahwa seseorang
hanya dapat mengikatkan diri hanya untuk
dirinya sendiri
 Jika yg meninggal dunia majikan/
pengusaha, maka hubungan kerjanya tidak
putus atau berakhir.
 Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia,
perjanjian kerja telah berakhir, ahli waris
pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-
haknya sesuai dgn peraturan per-UU-an yang
berlaku atau hak-hak yang telah diatur dlm
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau
Perjanjian Kerja Bersama
 Kepada ahli waris pekerja/buruh diberikan
sejumlah uang yg besarnya sama dgn
perhitungan 2 kali uang pesangon, 1 kali uang
penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak.
2. Pemutusan Hubungan Kerja oleh
Buruh
• Dalam teori hukum perjanjian, salah satu
pihak diperbolehkan untuk memutuskan
perjanjian dengan persetujuan pihak
lainnya.
• Demikian pula dengan hubungan kerja
• Pasal 1603i KUH Perdata : apabila dlm PK
diperjanjikan adanya masa percobaan,
selama waktu itu berlangsung buruh
berwenang seketika mengakhiri hub. kerja.
• PHK oleh pekerja/buruh, dapat terjadi pada:
1) Masa percobaan
- diberitahukan lebih dahulu secara tertulis
- paling lama 3 bulan
- mendapat upah tidak lebih rendah dari
upah minimum
2) Pekerja/buruh mengundurkan diri
- mengajukan permohonan pengunduran diri scr
tertulis selambat-lambatnya 30 hari sblm
tanggal mulai pengunduran diri.
- tidak terikat dalam ikatan dinas
- tetap melaksanakan kewajiban sampai tanggal
mulai pengunduran diri.
3. Pemutusan Hubungan Kerja oleh
Majikan
Paling sering terjadi, baik karena
kesalahan2 pihak buruh maupun karena
kondisi perusahaan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja
oleh Pengadilan
• Masing2 pihak dalam Perjanjian Kerja dpt
meminta Pengadilan Negeri agar
hubungan kerja diputus berdasarkan
alasan penting.

Anda mungkin juga menyukai