Anda di halaman 1dari 2

RUANG LINGKUP HUKUM KETENAGAKERJAAN diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja

1.     Lingkup Laku Pribadi (Personengebied) bersama;


Lingkup laku pribadi mempunyai kaitan erat dengan siapa (pribadi kodrati) g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus
atau apa (peran pribadi hukum) yang oleh kaedah hukum dibatasi. Siapa- serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat
siapa saja yang dibatasi oleh kaedah Hukum Ketenagakerjaan/ Perburuhan pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
adalah :  Buruh/ Pekerja, Pengusaha/ Majikan, Penguasa (Pemerintah) kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
2.     Lingkup Laku Menurut Waktu (Tijdsgebied) perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
Lingkup laku menurut waktu ini menunjukan waktu kapan suatu peristiwa h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang
tertentu diatur oleh kaedah hukum. berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana
3.     Lingkup Laku Menurut Wilayah (Ruimtegebied) kejahatan;
Lingkup laku menurut wilayah berkaitan dengan terjadinya suatu peristiwa i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
hukum yang di beri batas – batas / dibatasi oleh kaedah hukum. golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
4.     Lingkup Waktu Menurut Hal Ikhwal j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja,
Lingkup Laku menurut Hal Ikwal di sini berkaitan dengan hal – hal apa saja atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter
yang menjadi objek pengaturan dari suatu kaedah. Undang-undang No. 13 yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Tahun 2003 telah disesuaikan dengan perkembangan reformasi, khususnya (2) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA YANG DILAKUKAN DENGAN
yang menyangkut hak berserikat/berorganisasi, penyelesaian perselisihan ALASAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) BATAL
indutrial. Dalam undang-undang ketenagakerjaan ini tidak lagi ditemukan DEMI HUKUM DAN PENGUSAHA WAJIB MEMPEKERJAKAN
istilah buruh dan majikan, tapi telah diganti dengan istilah pekerja dan KEMBALI PEKERJA/BURUH YANG
pengusaha. Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang BERSANGKUTAN.
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Ketenagakerjaan adalah segala hal A. Bolehkah pengusaha melakukan ancaman ?
ikhwal hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, Pasal 169 ayat 1 (a) Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan
selama, dan sesudah melakukan pekerjaan. Berdasarkan pengertian pemutusan hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan
Ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan pengertian Hukum hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai
Ketenagakerjaan adalah segala peraturan hukum yang berkaitan dengan berikut : a.menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam
tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan pekerja/buruh;
sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas B. Apakah pengaturan dalam Perjanjian kerja/peraturan perusahaan/
dari hukum perburuhan yang selama ini dikenal sebelumnya yang ruang perjanjian kerja bersama yang berbeda dengan UU Ketenagakerjaan
lingkupnya hanya berkenaan dengan hubungan hukum antara buruh dengan dilarang ?
majikan dalam hubungan kerja saja. Pasal 54
PASAL 153 (1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya
(1) PENGUSAHA DILARANG MELAKUKAN PEMUTUSAN memuat :
HUBUNGAN KERJA DENGAN ALASAN : a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan c. jabatan atau jenis pekerjaan;
secara terus-menerus; d. tempat pekerjaan;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan pekerja/buruh;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
agamanya; h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
d. pekerja/buruh menikah; i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, (2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
atau menyusui bayinya; (1) huruf e dan f, tidak boleh ber-tentangan dengan peraturan
f.pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah undangan yang berlaku.
C. Bagaimana dengan larangan menikah, hamil dikaitkan dengan hak
reproduksi yang telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan ? Pasal 153
D. Bagaimana dengan pasal 153 ayat 1 (f) UU ketenagakerjaan sekarang ?
pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja
bersama;
E. Bolehkan memberlakukan Masa Percobaan ?
Pasal 58 : (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. (2) Dalam hal disyaratkan
masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi
hukum.
Pasal 60 : (1) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat
mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan. (2)
Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai