Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


2020/21.2

Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA 4367/Hubungan Industrial
Tugas :3
Penulis Soal/Institusi : Faridah Iriani, SE., M.M
Penelaah Soal//Institusi : Andre Suandi Simbolon, S.Pd., M.M

No Soal Skor
1. Carilah contoh kasus perselisihan hubungan industrial yang terjadi di Indonesia dan
20
lengkapilah dengan sumber berita yang anda kutip.
2. Identifikasi contoh kasus yang sudah anda kutip, termasuk dalam jenis perselisihan apa?
Berikan alasan singkat.

30

3. Berdasarkan jenis perselisihan yang sudah anda tetapkan, bagaimana cara penyelesaian
50
yang sesuai dan tepat.
Skor Total 100
*) coret yang tidak perlu
NAMA : CHATERINE MEGA BRILIAN
NIM : 041803373
MATA KULIAH : HUBUNGAN INDUSTRIAL (EKMA4367)

1. Carilah contoh kasus perselisihan hubungan industrial yang terjadi di Indonesia dan
lengkapilah dengan sumber berita yang anda kutip.

BURUH PT. ORSON AJUKAN GUGATAN KE PENGADILAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL

Senin (20/02). 14 buruh PT. Orson Indonesia yang tergabung dalam Serikat
Buruh Multi Sektor Indonesia (SBMSI) – PT. Orson Indonesia mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan tersebut dilayangkan terkait
keputusan pihak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja secara
sepihak. Gugatan tersebut diajukan setelah melewati berbagai proses upaya
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Lebih lanjut, gugatan ini dilakukan karena pihak perusahaan bersikeras


menyatakan sikap untuk tidak melaksanakan Surat Anjuran oleh Mediator
Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Utara
Nomor : 6074-1.835 tertanggal 21 November 2016. Tertuang dalam anjuran
tersebut perusahaan harus membayarkan kekurangan upah dan mempekerjakan
kembali ke 14 buruh yang di-PHK. Sebelumnya, upaya perundingan bipartit
antara buruh dan pengusaha yang ditengahi oleh pihak Mediator Hubungan
Industrial Disnakertrans Jakarta Utara menemui jalan buntu.
PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Orson Indonesia dilakukan
dengan alasan pelanggaran peraturan perusahaan dan alasan efisiensi.
Pelanggaran peraturan perusahaan dialamatkan kepada salah satu buruh bernama
Nikson Juventus, dan ke 13 buruh lainnya di-PHK dengan alasan efisiensi.
“Bahwa PHK yang dilakukan pihak perusahaan tidak melalui prosedur yang
sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu setelah adanya
penetapan yang sudah berkekuatan hukum tetap sehingga PHK yang dilakukan
batal demi hukum”, demikian pernyataan Eny Rofiatul, Kepala Bidang
Perburuhan LBH Jakarta menanggapi kasus yang dikenakan kepada 14 buruh PT.
Orson Indonesia.
Selain itu, perusahaan mendalilkan alasan efisiensi berdasarkan kesepakatan yang
diibuat bersama serikat yang lain, bukan karena perusahaan terancam tutup.
Padahal, dalam putusan MK No. 19 tahun 2011, PHK karena efisiensi dapat
dilakukan jika perusahaan tutup permanen. PT Orson Indonesia juga tidak
membayarkan upah proses kepada 14 buruh yang di PHK sepihak sejak Juli 2016.
Dengan adanya pengajuan gugatan ini, ke 14 buruh PT. Orson Indonesia berharap
akan ada sebuah keputusan hukum yang adil serta berkekuatan hukum tetap
sehingga mereka mendapatkan sebuah kepastian akan hak-haknya sebagai
seorang pekerja. Setelah sebelumnya upaya-upaya mediasi tidak kunjung
membuat perusahaan tergerak untuk memulihkan hak-hak para buruh PT. Orson
Indonesia yang seharusnya didapatkan akibat PHK yang dilakukan secara
melawan hukum.
“Semoga saja proses peradilan ini dapat menuai hasil yang positif demi sebuah
kepastian hukum untuk kami para buruh”, ujar Gunawan selaku Sekretaris
SBMSI – PT. Orson Indonesia. (Rizki Yudha).

SUMBER : https://www.bantuanhukum.or.id/web/buruh-pt-orson-ajukan-
gugatan-ke-pengadilan-hubungan-industrial/

2. Identifikasi contoh kasus yang sudah anda kutip, termasuk dalam jenis perselisihan
apa? Berikan alasan singkat.

Kasus pada nomer satu diatas termasuk kedalam jenis perselisihan pemutusan
hubungan kerja.

Dijelaskan dalam BMP Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah


perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. (BMP
EKMA4367 Hal. 5.26 – 5.27)

Dan disebutkan bahwa gugatan yang dilakukan oleh 14 buruh tersebut adalah
karena keputusan pihak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja
secara sepihak.

3. Berdasarkan jenis perselisihan yang sudah anda tetapkan, bagaimana cara


penyelesaian yang sesuai dan tepat.

Penyelesaian setiap perselisihan pertama-tama diupayakan secara bipartit. Bila


perselisihan tidak dapat diselesaikan secara bipartit, akan didaftarkan di Dinas
Ketenagakerjaan setempat. Setelah memeriksa kelengkapan berkas perselisihan
dan bukti bahwa upaya perundingan secara maksimal dilakukan, Dinas
Ketenagakerjaan menawarkan kepada pihak yang berselisih bantuan penyelesaian
melalui arbitrase atau konsolidasi, kasus perselisihan dilimpahkan untuk
dimediasi oleh mediator.

Seperti yang tercantum pada kutipan kasus pada nomer satu pada paragraph ke
dua bahwa sebelumnya, upaya perundingan bipartit antara buruh dan pengusaha
yang ditengahi oleh pihak Mediator Hubungan Industrial Disnakertrans Jakarta
Utara telah dilakukan namun menemui jalan buntu, maka penyelesaian yang
paling tepat dan sesuai ialah dengan upaya penyelesaian melalui Pengadilan
Hubungan Industrial. Hal ini sesuai dengan prosedur yang tertera dalam
Undang-undang No. 2 Tahun 2004 tersebut prosedur penyelesaian setiap
perselisihan hubungan industrial harus terlebih dahulu dilakukan melalui
perundingan bipartit dan jika perundingan tidak mencapai hasil maka ditempuh
prosedur sebagai berikut.

a. Penyelesaian Perselisihan Hak.

Dalam hal perundingan tidak tercapai kesepakatan maka penyelesaiannya


dilakukan oleh Pengadilan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
(PPHI) dan putusannya bersifat final.

b. Penyelesaian Perselisihan Kepentingan dan Perselisihan Pemutusan Hubungan


Kerja.

 Dalam hal perundingan tidak tercapai kesepakatan penyelesaian maka


pihak-pihak dapat memilih penyelesaian dengan mediasi, konsiliasi, atau
arbitrase.
 Jika pihak-pihak memilih mediasi atau konsiliasi dan tidak tercapai
penyelesaian maka penyelesaian selanjutnya dilakukan dengan
mengajukan gugatan ke Pengadilan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PPHI). Jika salah satu pihak tidak puas, selanjutnya putusan
Pengadilan PPHI ini selanjutnya dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah
Agung.
 Dalam hal pihak-pihak sepakat memilih penyelesaian melalui arbitrase
akan tetapi putusan arbitrase ditolak (tidak diterima) oleh salah satu atau
pihak-pihak yang berselisih maka penyelesaian selanjutnya dapat
dilakukan dengan mengajukan upaya hukum. Peninjauan Kembali (PK) ke
Mahkamah Agung.
 Dalam hal pihak-pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan
melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase, maka atas kesepakatan kedua
belah pihak atau atas kemauan salah satu pihak penyelesaiannya dilakukan
oleh Pengadilan PPHI. Perundingan paling lama 30 (tiga puluh) hari harus
diselesaikan sejak tanggal dimulainya perundingan.

SUMBER : BMP EKMA4367 Hal. 5.34 – 5.35

Anda mungkin juga menyukai