Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Kamal Muara merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah Teluk Jakarta yang
terletak pada Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada daerah ini terdapat salah
satu muara, yang dikenal dengan nama Perairan Kamal Muara. Di Perairan Kamal Muara ini
berhubungan langsung dengan Sungai Kamal yang merupakan sambungan sistem aliran Sungai
Mookervat, yang juga berhubungan dengan Sungai Cisadane, Tangerang (Fitriati, 2004 dalam
Sarjono, 2009).
Perairan Kamal Muara memiliki lokasi yang berhubungan langsung dengan muara sungai
Kamal. Hal ini menyebabkan muara sungai Kamal menerima limbah padatan tersuspensi yang
berasal dari buangan organik dan anorganik langsung hasil industri dan pemukiman. Selain itu
lokasi muara sungai yang banyak dipengaruhi oleh tingginya aktifitas nelayan, besarnya buangan
material padatan tersuspensi, serta aktifitas hidro-oseanografi seperti arus dan pasang surut ini
pun berpotensi dalam proses pendangkalan pada muara sungai Kamal (Sarjono, 2009).
Kondisi perairan Kamal Muara mendapat pengaruh pasang surut yang tinggi dan debit
sungai yang kecil. Hal ini menjadikan perairan Kamal Muara sebagai daerah yang sering
dijumpai banyaknya endapan sedimen di muara sungai sehingga membuat tampang aliran sungai
menjadi kecil, yang dapat mempengaruhi laju sedimentasi dan mengganggu pembuangan debit
sungai ke laut sehingga dapat berdampak pada terganggunya aktifitas kapal nelayan. Sedimen
yang sampai di muara sungai merupakan sedimen suspensi dengan ukuran diameter partikel
sangat kecil dimana padatan tersuspensi merupakan partikel-partikel yang melayang di dalam air
yang terdiri dari bahan organik dan anorganik (Nontji, 1993 dalam Dianingrum, 2007). Zat padat
dalam suspensi merupakan salah satu zat padat terendap dimana dalam keadaan tenang dapat
mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya.
Berdasarkan kondisi lokasi tersebut, sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui
kandungan material padatan tersuspensi dan pola persebaran sedimen suspensi yang terjadi di
perairan Kamal Muara yang memberi implikasi terhadap aktifitas dan potensi pengendapan di
perairan Kamal Muara, dengan menggunakan pendekatan analisis spasial dan pemodelan
diharapkan dapat menjadi suatu aplikasi untuk mengetahui pola persebaran sedimen di sekitar
perairan Kamal Muara.
BAB II
KONDISI STUDI
2.1 Latar Belakang
Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di 12’ Lintang
Selatan dan 106oatas permukaan laut, terletak pada posisi 6 48’ Bujur Timur. Luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 tahun 1989, berupa daratan
seluas 661,52 Km², dan lautan seluas 6.977,5 Km². Terdapat sekitar 110 buah pulau yang
tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai, saluran dan kanal yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai sumber air bersih, usaha perikanan dan usaha-usaha lainnya.

Di sebelah Utara Jakarta, membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang 35 Km²,
yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah Selatan dan
Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota
Bekasi dan Kabupaten Bekasi), sebelah Barat dengan Provinsi Banten (Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang), serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa).

Data bulan januari 2014 banjir di Jakarta menunjukkan Sebanyak 99 kelurahan di Jakarta
masih terendam banjir dengan ketinggian air mulai dari 10 cm hingga 500 cm. Genangan air
masih terdapat di 1.643 RT di 466 RW dan 35.759 keluarga dengan 119.397 jiwa terkena
dampak banjir (Kompas.com. 12 januari 2014. http://megapolitan.kompas.com/read/2014.
Diakses 15 September 2014.) Dari 5 kotatif semuanya mengalami banjir yang cukup parah.
Adapun di 2 Jakarta Utara, banjir setinggi 20-100 cm masih terdapat di 24 kelurahan di 6
kecamatan. Sebanyak 729 jiwa terkena dampak banjir. Wilayah yang masih banjir adalah
Kecamatan Penjaringan (Kapuk Muara, Penjagalan, Penjaringan, Kamal Muara, Pluit) yang
menjadi wilayah penelitian.

Berdasarkan data di atas, maka para peneliti melakukan penelitian tentang sistem tata air
yang baik dan benar. Kemudian dicari pemecahan untuk mengurangi banjir untuk wilayah kamal
muara.

2.2 Maksud & Tujuan


Tujuan penelitian ini digunakan untuk mengetahui dampak yang terjadi pada sistem
pengairan pada Kelurahan Kamal Muara terhadap penduduk dan gejala alam yang terjadi disana.

2.3 Daerah Tinjauan


Daerah tinjauan yang kami lihat yaitu pengairan yang ada dalam Kelurahan Kamal Muara
yang dibatas batas wilayah yang ada. Adapun batas-batas daerah tinjauan yang terdapat pada
kelurahan kamal muara antara lain :
Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa
Sebelah Timur : Kali Cengkareng Drain
Sebelah Selatan : Sepanjang Jalan Kapuk Kamal
Sebelah Barat : Desa Dadap Kabupaten Tanggerang

2.4 Kondisi Tinjauan


Kelurahan Kamal Muara merupakan pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal
dan Kelurahan Tegal Alur. Kamal Muara dibatasi oleh Pantai Laut Jawa di bagian Utara, Kali
Cengkareng Drain di bagian Timur, Irigasi Kali Rawa Melati di bagian Selatan dan Desa Dadap,
Propinsi Banten di bagian Barat. Berdasarkan batas-batas wilayah tersebut, Kamal Muara
menjadi salah satu wilayah yang rawan terjadi banjir pasang terutama saat permukaan air laut
mengalami kenaikan.
Kamal Muara merupakan sebagian kecil wilayah pesisir Jakarta yang mengalami dampak
kenaikan muka air laut yang diperkirakan meningkat 5 mm sampai 8 mm per tahun. Kamal
Muara juga merupakan daerah yang termasuk dalam kawasan yang mengalami kecepatan
penurunan tanah mencapai 0.7 cm sampai 12 cm per tahun (Arismunandar dan Arief, 2009).
Berdasarkan data dari pemerintah Kelurahan Kamal Muara tahun 2009, terdapat beberapa
permasalahan lingkungan yang terjadi di Kamal Muara. Salah satunya adalah kejadian banjir
pasang yang terjadi setiap bulannya.
Menurut Naryanto (2009) penyebab banjir pasang di wilayah pesisir yaitu pemanasan
global yang diperparah dengan peristiwa penurunan tanah. Kondisi tanah yang berada di bawah
pasang naik sering menimbulkan genangan. Fenomena ini merugikan rumahtangga serta
pemerintah di wilayah pesisir baik dalam aktifitas sehari-hari maupun aktifitas lainnya.
Dampak banjir pasang yang paling terasa adalah rusaknya properti yang dimiliki oleh
rumahtangga dan pemerintah. Rumahtangga pesisir yang tinggal di Kelurahan Kamal Muara juga
merasakan dampak banjir pasang tersebut. Rumahtangga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dan lingkungan tempat tinggal mereka dalam menghadapi banjir pasang. Hal ini dilakukan
karena kemungkinan untuk pindah dan mendapat lahan baru semakin kecil, mengingat lahan
untuk areal permukiman di Kota Jakarta semakin sulit diperoleh karena proses urbanisasi yang
terus terjadi.
Kerugian yang diterima rumahtangga pesisir di Kelurahan Kamal Muara akibat banjir
pasang berupa kerugian fisik dan kerugian nonfisik. Kerugian fisik berupa biaya-biaya yang
harus dikeluarkan atas kerusakan fisik yang terjadi akibat banjir sedangkan kerugian nonfisik
berupa terganggunya kegiatan perekonomian, terganggunya kegiatan belajar-mengajar dan lain-
lain (Kobayashi, 2004). Kerugian nonfisik yang dialami rumahtangga pesisir dapat bermacam-
macam tergantung dari dampak nonfisik banjir pasang yang dirasakan oleh setiap anggota
rumahtangga.
BAB III
3.1 Sistem Pengairan

Arus
Kecepatan arus di perairan Kamal Muara pada lapisan permukaan berkisar antara 0,008 –
0,213 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,046 m/dt. Pada lapisan tengah didapatkan nilai
kecepatan arus yang berkisar antara 0,007 – 0,164 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,037
m/dt. Sedangkan pada lapisan dasar didapatkan nilai kecepatan arus yang berkisar antara 0,005 –
0,092 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,030 m/dt seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
Pola persebaran arah dan kecepatan arus pada lapisan permukaan, tengah, dan dasar yang
digambarkan melalui media CD-Oceanography dan World Current 1.03 sehingga menghasilkan
scatter plot, vector plot dan grafik pemisah arus.

Tabel Kecepatan Arus di Perairan Kamal Muara, Jakarta


Lapisan Kecepatan Maks Kecepatan Min Kecepatan
(m/dt) (m/dt) Rata-rata (m/dt)
Permukaan 0.213 0.008 0.046
Tengah 0.164 0.007 0.037
Dasar 0.092 0.005 0.030

Kecepatan rata-rata setiap lapisan kolom air, dimana semakin kedalam kecepatannya
semakin kecil. Ini berkaitan dengan material dasar yang membentuk dimana butir sedimen yang
mendominasi dasar perairan adalah pasir berlumpur sehingga mempengaruhi gaya gesekan
dasar dan kecepatan pada lapisan dasar menjadi lebih kecil.
Pola persebaran arah yang digambarkan oleh scatter plot dan vector plot dapat dilihat
bahwa arah arus dominan menuju barat laut dan utara, ini dapat dilihat di lapisan tengah,
sementara untuk lapisan permukaan dan dasar arah arus dominan ke utara dan timur laut.
Perairan Kamal Muara didominasi oleh arus pasut dimana pada gambar vector plot tersebut stick
menunjukan pergerakan arus yang berlawanan arah yang berarti terjadinya pergerakan arus
bolak-balik yang mengikuti pergerakan pasang surut air laut.

Simulasi Model Arus


Model pola arus dibuat dalam kondisi mengikuti kondisi pengambilan sempel sedimen
tersuspensi yaitu saat pasang, dan untuk simulasi arus Perairan Kamal Muara dikelompokan
menjadi 5 kelompok kecepatan. Kecepatan arus pada kondisi pasang di sekitar daerah penelitian
didominasi oleh arus berkecepatan berkisar antara 0,000098 – 0,205767 m/dt. Simulasi pola arus
saat kondisi pasang dimana pola arus terjadi pada saat keadaan pasang ditandai dengan
bergeraknya air menuju ke daratan, dimana air bergerak dari arah timur laut menuju barat daya.
Hasil simulasi arus kemudian di overlay dengan hasil peta sebaran konsentrasi sedimen
tersuspensi di perairan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara (Gambar 7) sehingga dapat
dianalisa pengaruh arus terhadap sebaran sedimen tersuspensi.

Gambar Peta Pola Arus Saat Pasang dan Sebaran MPT Perairan Kamal Muara

Berdasarkan hasil simulasi model arus dan peta sebaran konsentrasi sedimen tersuspensi,
dapat dikatakan bahwa arus mempengaruhi penyebaran sedimen suspensi di perairan Kamal
Muara Jakarta. Hal ini dapat dilihat bahwa pola persebaran sedimen suspensi dipengaruhi oleh
arus pasang surut yang menjadi dominansi arus di perairan Kamal Muara. Saat kondisi pasang,
pola arus model bergerak dari arah utara timur laut menuju selatan barat daya yaitu dari laut
menuju ke darat. Ini didukung dengan hasil pengukuran lapangan dimana pengambilan sampel
sedimen yang diambil saat kondisi menuju pasang membuat pola persebaran sedimen suspensi
memiliki nilai yang tinggi di dekat muara sungai Kamal, dan nilai konsentrasi dari arah laut yang
cenderung besar terangkut pula ke arah mulut sungai saat kondisi menuju pasang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyanto HR (2010) bahwa air pasang akan membawa
sedimen dari laut ke dalam muara sungai untuk diendapkan di dalam muara dan menambah
tinggi endapan di daerah tersebut. Dan didukung pula oleh pernyataan Poerbandono dan
Djunasjah (2005) bahwa sedimen yang berukuran kecil cenderung terangkut sebagai suspensi
dimana kecepatan dan arahnya mengikuti kecepatan dan arah arus.
Pasang Surut
Data pasang surut yang diperoleh dari data sekunder diolah dengan menggunakan World
Tide sehingga menghasilkan konstanta harmonik pasang surut yaitu M2, S2, K2, N2, K1, O1,
P1, dan Q1 (lihat Tabel 3).

Tabel Komponen Pasang Surut Hasil Pengolahan World Tide


Komponen Amplitudo (m)
S0 0.599028
O1 0.124
P1 0.102
K1 0.291
N2 0.010
M2 0.049
S2 0.030
K2 0.024
M4 0.010
MS4 0.010

Dari nilai-nilai tersebut diperoleh nilai Tinggi Muka Air Rata-rata (Mean Sea Level),
Tinggi Muka Air Tertinggi (High Higher Water Level), Tinggi Muka Air Terendah (Low Lowest
Water Level) berturut-turut sebagai berikut :

a. MSL = 0.599028 m
b. LLWL = ASo – A(M2+S2+K1+O1+P1+K2)
= 0.599028 – (0.049+0.030+0.291+0.124+0.102+0.024)
= -0.020972 m
c. HHWL = ASo + A(M2+S2+K1+O1+P1+K2)
= 0.599028 + (0.049+0.030+0.291+0.124+0.102+0.024)
= 1.219028 m
3.2 Bagan Sistem Pengairan
Berikut ini gambar peta kawasan Kelurahan Kamal Muara.

Adapun batas-batas wilayahnya antara lain :


Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa
Sebelah Timur : Kali Cengkareng Drain
Sebelah Selatan : Sepanjang Jalan Kapuk Kamal
Sebelah Barat : Desa Dadap Kabupaten Tanggerang
Pengairan yang berjalan pada kelurahan kamal muara terletak pada ruas jalan yang ada
dan saluran dari rumah warga dan semua mengarah ke tiga saluran primer yaitu kali kamal, kali
kali depan ringroad dan saluran PHB. Aliran langsung mengarah ke laut tetapi melewati
beberapa proses penyaringan yang ada di dekat daerah hilirnya guna mendapatkan air bersih dan
masih dapat digunakan warga sekitar.
Dari saluran-saluran yang ada terdapat beberapa faktor yg mempengaruhi kegunaan
saluran tersebut diantaranya
- Interusi Air
Mengenai air yang terdapat pada Kelurahan Kamal Muara, beberapa penduduk
berpendapat bahwa air yg melewati saluran tersebut berwarna hitam kehijauan dan rasanya
sedikit asin karena bercampur dengan air laut. Tetapi beberapa warga yang berada di dekat
daerah hilir tak jarang juga menggunakan air tersebut yang sebelumnya di lakukan penyaringan
agar air tersebut layak digunakan warga sekitar. Warna air dapat dilihat pada foto berikut.
- Penurunan Tanah
Penurunan tanah sering dijumpai pada beberapa rusa saluran yang ad di ruas jalan.
Akibatnya dapat membuat aliran tersebut tidak berjalan sesuai yang diinginkan sehingga
membuat aliran tersebut dapat meluap hingga ke jalan jika terjadi hujan yang cukup deras.
Berikut foto kondisi saluran yang ada.
Penurunan tanah ini biasanya terjadi karena beban yang menopang pada ruas jalan begitu
besar sehingga beban tersalurkan ke dinding saluran yang tidak begitu kuat sehingga terjadi
kerusakan seperti pada foto di atas.
- Jenis saluran yang digunakan penduduk
Sebagian besar penduduk Kelurahan Kamal Muara menggunakan pipa sebagai saluran
mereka yang mengarah langsung ke saluran utama pada kelurahan tersebut. Berikut foto yang
terdapat di daerah tersebut.

3.3 Peninjauan Hulu & Hilir


Pada kawasan kelurahan kamal muara yang menjadi hulunya yaitu daerah daratannya
sendiri. Pada daratan terdapat slaluran drainase sekunder dari rumah-rumah penduduk dengan
hanya menggunakan pipa dari rumah mereka langsung mengarah ke saluran primer yang ada
ataupun ruas-ruas jalan yang ada. Berikut ini foto yang terdapat pada daerah hulunya.
Untuk daerah hilirnya menurut penduduk lokal terdapat pemanfaatan air yang mengalir
untuk di saring menjadi air bersih dan dapat digunakan penduduk. Daerah hilir telah berbatasan
langsung dengan lautan sehingga terdapat juga kapal-kapal para nelayan yang tinggal di daerah
tersebut. Berikut foto yang terletak di daerah hilirnya.

3.4 Sejarah Pengairan Kamal Muara Selama 5 Tahun Terakhir

Kelurahan Kamal Muara adalah salah satu dari lima kelurahan di wilayah Kecamatan
Penjaringan Walikota Administrasi Jakarta Utara dengan luas wilayah 1.053 Ha. Kelurahan
Kamal Muara terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor
D.1-A/1/1/1 Tahun 1974 dan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 1251
Tahun 1986 tentang pemecahan, penyatuan, penetapan batas, perubahan nama di DKI Jakarta
dan penegasan Bapak Walikota Administrasi Jakarta Utara bahwa mengenai batas Kelurahan
Kamal Muara sebagai berikut. Sebelah Utara Pantai Laut Jawa, sebelah timur Kali Cengkareng
Drain, sebelah selatan Jalan Raya Kapuk Kamal/Irigasi Kali Rawa Melati dan sebelah barat Desa
Dadap Provinsi Banten.
Menurut Lurah Kamal Muara Tambah Suhadi, secara geografis Kelurahan Kamal Muara
terdiri dari 4 RW dan 30 RT yang sebelumnya merupakan daerah persawahan/rawa-rawa yang
terus mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat yang sampai saat ini
merupakan wilayah perumahan, pergudangan, industri, pusat bisnis dan pusat sarana hiburan
lainnya. Sedangkan kondisi demografis Kelurahan Kamal Muara dihuni oleh mayoritas
penduduk pribumi, antara lain; betawi , bugis, Jawa, sunda dan etnis tionghoa dengan jumlah
penduduk sekitar 6.756 jiwa dan 1.427 KK.
Permasalahan saat ini Kelurahan Kamal Muara belum mendapatkan jaringan air bersih
(PAM), warga masyarakat sangat mendambakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan
mohon segera dibuatkan jalur pipa PAM oleh PAM Jaya/Palyja. Selain itu belum adanya dam
untuk menahan air laut pasang disepanjang pantai kamal lingkungan RW 04 karena pada waktu
air laut pasang rumah warga sering terendam air mencapai 50 cm, untuk mengatasi dan
penanggulangan akibat air pasang laut mohon segera dibuatkan dam tersebut. Meski
kenyataannya saat ini pemerintah belum membangun dam dan terpaksa masyarakat bersama
dermawan membangun sendiri tanggul untuk penahan air pasang yang cenderung mengakibatkan
bencana rob.
Kamal Muara yang terletak di sebelah ujung barat Kotamadya Jakarta Utara dulunya
dikenal sebagai kawasan kumuh. Bahkan nama Kamal itu sendiri sering dipelesetan sebagai
Kumel, dekil, lecek alias kumuh. Dalam perkembangannya, Kamal Muara yang merupakan salah
satu kelurahan di Jakarta Utara kini layak disebut sebuah kota. Selain jumlah penduduknya
semakin padat, derap langkah pembangunannya pun semakin nyata. Seperti hadinya kawasan
pemukiman mewah Bolevard Elang Laut dan Waterbum termegah di Asia Tenggaran justru
berada di Kamal Muara. Belum lagi hadirnya stadion Kamal semakin menambah semarak Kamal
Muara sebagai obyek wisata yang belakangan memang sudah menjadi incara para turis.
Padahal dulu di tahun 1970- reporter jakarta-utara.com dan masyarakat lainnya yang
ingin berkunjung ke Kamal Muara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten itu
sangatlah sulit. Selain jalannya masih bebatuan sehingga tidak banyak kendaraan yang bisa
kesana, juga kawasan itu masih sepi. Bahkan sering dijuluki Kamal Muara sebagai tempat jin
buang anak.
Seingat reporter jakarta-utara.com hanya ada satu kendaraan yaitu jenis mini bus yang
diberi nama Robur beberapa jam sekali melayani penumpang yang hendak memasuki kawasan
Kamal Muara. Untuk tiba di Kamal Muara yang sebelah utaranya berbatasan dengan Laut Jawa
itu memakan waktu berjam-jam. Barangkali lebih cepat sekarang jalan dari Tanjung Priok ke
Puncak dibandingkan ke Kamal Muara tempoe doeloe.
Derap langkah pembungan di Kamal Muara demikian pesat. Kini puluhan bahkan ratusan
kendaraan kecil, sedang sampai kepada truk trailer setiap harinya hilir mudik di Kamal Muara
sehingga menjadikan kawasan itu kini ramai. Kemacetan sekarang sudah menjadi bagian rutin
denyut napas kehidupan di Kamal Muara.
Seiring berbagi kemajun yang telah diraih Kelurahan Kamal Muara, sumber daya
manusia (SDM) pun kini semakin baik. Kalau dulu sulit mencari penduduk yang lulus SLTA.
Kini mereka yang lulus perguruan tinggipun sudah banyak di kampung yang dulunya dikenal
sebagai kampung kumel tersebut.
Sebagai kawasan pantai, kehidupan masyarakat Kamal Muara memang tidak bisa
dilepaskan dengan laut. Mayoritas penduduknya sebagai nelayan tidak bisa dilepaskan dengan
kehidupan mencari ikan. Setiap menjelang pagi bursa ikan dan sejenisnya ramai diperdagangkan
di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di pantai Kamal Muara.
Selain sebagai nelayan, banyak juga yang sambilan mengantar para turis berlayar ke
Kepulauan Seribu. Bisnis antar jemput turis ke Kepulauan Seribu dewasa ini menjadi usaha yang
menggiurkan masyarakat nelayan Kamal Muara.
Selain itu munculnya banyak pabrik di kawasan itu memberikan lapangan pekerjaan
tersendiri bagi anak-anak nelayan. Mereka yang tumbuh dewasa kini banyak bekerja sebagai
buruh pabrik dan diantaranya ada yang menjadi manager ataupun pengawas di pabrik-pabrik
tersebut.
Laju pembangunan di Kamal Muara ternyata berdampak dengan munculnya masalah
batas wilayah yang memisahkan Jakarta Utara dengan Provinsi Banten. Sekarang ini sulit
menentukan mana batas wilayah Jakut dengan Banten karena belasan tapal batas yang dulu ada
sudah hilang, ungkap Sumarno sekretaris Kelurahan Kamal Muara kepada jakarta-utara.com.
Untuk itu, ia mengharap agar dibuatkan tapal batas yang jelas entah berupa saluran atau
kali sehingga memudahkan dalam menentukan batas wilayah. Karena masalah batas wilayah bisa
menimbulkan banyak masalah. Untuk saat ini masih sebatas masalah tanah, ungkap Sumarno
seraya menjelaskan batas wilayah itu hilang sejak tahun 1990-an. Diharapkan pembangunan
yang telah diraih wilayah Kamal Muara tetap terus berlanjut menuju Jakarta Utara sebagai kota
pantai modern. Berbagai permasalahan yang muncul. termasuk masalah tapal batas dengan
provonsi Baten yang telah hilang, dapat segera diselesaikan. (Hadi Riawan)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Lampiran Fakta

4.2 NaraSumber

4.3 Penelitian Terdahulu


PENELITIAN JUDUL HASIL PENELITIAN
PENELITIAN
Firdaus Ali, Penurunan Laju penurunan muka tanah di daratan Jakarta terus
Universitas Tanah meningkat dari 5-6 cm menjadi 10-11 cm per tahun. Di
Indonesia sisi lain, potensi peningkatan permukaan air laut
mencapai 0,1-2,2 meter pada periode tahun 2008-2050
( 2016 ) akibat pemanasan global. Tanpa upaya pencegahan
nyata, dampak buruk bisa terjadi.

Penurunan muka tanah di Jakarta setidaknya dipengaruhi


beberapa faktor. Pertama, laju urbanisasi di Jakarta tinggi
sehingga warga membutuhkan ruang-ruang tempat tinggal
baru. Pemanfaatan ruang wilayah pun terus meningkat dan
tanpa kendali.

Akibatnya, beban daratan Jakarta kian berat dan


berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan
timbulnya bencana. Selain itu, pengambilan air tanah
yang besar turut berpengaruh terhadap peningkatan laju
penurunan tanah.

Di sejumlah titik di Jakarta Utara, penurunan muka tanah


bahkan mencapai 26-32 cm per tahun.

Penurunan Muka Tanah di Jakarta :

1. Jika penggunaan air tanah tetap berlanjut dengan


insetitas yang sama seperti saat ini, Jakarta akan
mengalami penurunan muka tanah ± 5-6 meter
hingga tahun 2100.
2. Jika penggunaan air tanah bisa dihentikan di
tahun 2020 penurunan muka tanah di Jakarta bisa
dibatasi 1,5-02 meter.
3. Penyebab penurunan muka tanah :
a. Sistem sanitasi yang kurang baik
b. Pengambilan air tanah yang berlebihan
c. Percepatan laju urbanisasi

Susi Pudjiastuti Faktor ekologi Jakarta saat ini sangat mengandalkan sistem manajemen
hidrolik yang tak memperhatikan faktor ekologi. Tak ada
( 2016 ) upaya penyelesaian masalah penurunan muka tanah yang
menyeluruh dan berkesinambungan dari hulu hingga hilir.
Yang terjadi justru daerah tangkapan air menjadi bangunan
sehingga air kehilangan tempat parkir. Sungai-sungai pun
diluruskan sehingga air dari hulu makin cepat sampai ke
hilir.

Akibatnya, sungai tak lagi menampung air meski curah


hujan stabil. ”Jakarta itu dulu desainnya memang untuk
dibanjiri (daerah tangkapan air), tetapi dalam
perkembangannya kanal dan reservoir banyak ditutup dan
sungai diluruskan. Tidak ada jalan lain, hulu dan hilir harus
membuat sesuatu yang berkelanjutan karena kita tidak bisa
melawan kehendak alam,” ujar Susi.
4.4 Daftar Pustaka
Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya

Dianingrum, Anindya Mutiara. 2007 Studi Pola Transpor Sedimen Di Pelabuhan Tanjung
Priok Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNDIP, Semarang.

Mulyanto, H.R. 2010. Prinsip Rekayasa Pengendalian Muara dan Pantai. Graha Ilmu :
Yogyakarta. 124 hlm

BPLHD., 2006. Pemantauan Kualitas Perairan dan Muara Teluk Jakarta. BPLHD Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta

BPLHD., 2007. Pemantauan Kualitas Perairan dan Muara Teluk Jakarta. BPLHD Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta.

Sarjono, Aryo. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg Pada Air dan
Sedimen di Perairan Kamal Muara, Jakarta Utara. Skripsi (Dipublikasikan).
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

4.5 Kritik Dan Saran

Anda mungkin juga menyukai