PENDAHULUAN
Kamal Muara merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah Teluk Jakarta yang
terletak pada Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pada daerah ini terdapat salah
satu muara, yang dikenal dengan nama Perairan Kamal Muara. Di Perairan Kamal Muara ini
berhubungan langsung dengan Sungai Kamal yang merupakan sambungan sistem aliran Sungai
Mookervat, yang juga berhubungan dengan Sungai Cisadane, Tangerang (Fitriati, 2004 dalam
Sarjono, 2009).
Perairan Kamal Muara memiliki lokasi yang berhubungan langsung dengan muara sungai
Kamal. Hal ini menyebabkan muara sungai Kamal menerima limbah padatan tersuspensi yang
berasal dari buangan organik dan anorganik langsung hasil industri dan pemukiman. Selain itu
lokasi muara sungai yang banyak dipengaruhi oleh tingginya aktifitas nelayan, besarnya buangan
material padatan tersuspensi, serta aktifitas hidro-oseanografi seperti arus dan pasang surut ini
pun berpotensi dalam proses pendangkalan pada muara sungai Kamal (Sarjono, 2009).
Kondisi perairan Kamal Muara mendapat pengaruh pasang surut yang tinggi dan debit
sungai yang kecil. Hal ini menjadikan perairan Kamal Muara sebagai daerah yang sering
dijumpai banyaknya endapan sedimen di muara sungai sehingga membuat tampang aliran sungai
menjadi kecil, yang dapat mempengaruhi laju sedimentasi dan mengganggu pembuangan debit
sungai ke laut sehingga dapat berdampak pada terganggunya aktifitas kapal nelayan. Sedimen
yang sampai di muara sungai merupakan sedimen suspensi dengan ukuran diameter partikel
sangat kecil dimana padatan tersuspensi merupakan partikel-partikel yang melayang di dalam air
yang terdiri dari bahan organik dan anorganik (Nontji, 1993 dalam Dianingrum, 2007). Zat padat
dalam suspensi merupakan salah satu zat padat terendap dimana dalam keadaan tenang dapat
mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya.
Berdasarkan kondisi lokasi tersebut, sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui
kandungan material padatan tersuspensi dan pola persebaran sedimen suspensi yang terjadi di
perairan Kamal Muara yang memberi implikasi terhadap aktifitas dan potensi pengendapan di
perairan Kamal Muara, dengan menggunakan pendekatan analisis spasial dan pemodelan
diharapkan dapat menjadi suatu aplikasi untuk mengetahui pola persebaran sedimen di sekitar
perairan Kamal Muara.
BAB II
KONDISI STUDI
2.1 Latar Belakang
Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di 12’ Lintang
Selatan dan 106oatas permukaan laut, terletak pada posisi 6 48’ Bujur Timur. Luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 tahun 1989, berupa daratan
seluas 661,52 Km², dan lautan seluas 6.977,5 Km². Terdapat sekitar 110 buah pulau yang
tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai, saluran dan kanal yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai sumber air bersih, usaha perikanan dan usaha-usaha lainnya.
Di sebelah Utara Jakarta, membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang 35 Km²,
yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah Selatan dan
Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota
Bekasi dan Kabupaten Bekasi), sebelah Barat dengan Provinsi Banten (Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang), serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa).
Data bulan januari 2014 banjir di Jakarta menunjukkan Sebanyak 99 kelurahan di Jakarta
masih terendam banjir dengan ketinggian air mulai dari 10 cm hingga 500 cm. Genangan air
masih terdapat di 1.643 RT di 466 RW dan 35.759 keluarga dengan 119.397 jiwa terkena
dampak banjir (Kompas.com. 12 januari 2014. http://megapolitan.kompas.com/read/2014.
Diakses 15 September 2014.) Dari 5 kotatif semuanya mengalami banjir yang cukup parah.
Adapun di 2 Jakarta Utara, banjir setinggi 20-100 cm masih terdapat di 24 kelurahan di 6
kecamatan. Sebanyak 729 jiwa terkena dampak banjir. Wilayah yang masih banjir adalah
Kecamatan Penjaringan (Kapuk Muara, Penjagalan, Penjaringan, Kamal Muara, Pluit) yang
menjadi wilayah penelitian.
Berdasarkan data di atas, maka para peneliti melakukan penelitian tentang sistem tata air
yang baik dan benar. Kemudian dicari pemecahan untuk mengurangi banjir untuk wilayah kamal
muara.
Arus
Kecepatan arus di perairan Kamal Muara pada lapisan permukaan berkisar antara 0,008 –
0,213 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,046 m/dt. Pada lapisan tengah didapatkan nilai
kecepatan arus yang berkisar antara 0,007 – 0,164 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,037
m/dt. Sedangkan pada lapisan dasar didapatkan nilai kecepatan arus yang berkisar antara 0,005 –
0,092 m/dt dengan kecepatan rata-rata sebesar 0,030 m/dt seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
Pola persebaran arah dan kecepatan arus pada lapisan permukaan, tengah, dan dasar yang
digambarkan melalui media CD-Oceanography dan World Current 1.03 sehingga menghasilkan
scatter plot, vector plot dan grafik pemisah arus.
Kecepatan rata-rata setiap lapisan kolom air, dimana semakin kedalam kecepatannya
semakin kecil. Ini berkaitan dengan material dasar yang membentuk dimana butir sedimen yang
mendominasi dasar perairan adalah pasir berlumpur sehingga mempengaruhi gaya gesekan
dasar dan kecepatan pada lapisan dasar menjadi lebih kecil.
Pola persebaran arah yang digambarkan oleh scatter plot dan vector plot dapat dilihat
bahwa arah arus dominan menuju barat laut dan utara, ini dapat dilihat di lapisan tengah,
sementara untuk lapisan permukaan dan dasar arah arus dominan ke utara dan timur laut.
Perairan Kamal Muara didominasi oleh arus pasut dimana pada gambar vector plot tersebut stick
menunjukan pergerakan arus yang berlawanan arah yang berarti terjadinya pergerakan arus
bolak-balik yang mengikuti pergerakan pasang surut air laut.
Gambar Peta Pola Arus Saat Pasang dan Sebaran MPT Perairan Kamal Muara
Berdasarkan hasil simulasi model arus dan peta sebaran konsentrasi sedimen tersuspensi,
dapat dikatakan bahwa arus mempengaruhi penyebaran sedimen suspensi di perairan Kamal
Muara Jakarta. Hal ini dapat dilihat bahwa pola persebaran sedimen suspensi dipengaruhi oleh
arus pasang surut yang menjadi dominansi arus di perairan Kamal Muara. Saat kondisi pasang,
pola arus model bergerak dari arah utara timur laut menuju selatan barat daya yaitu dari laut
menuju ke darat. Ini didukung dengan hasil pengukuran lapangan dimana pengambilan sampel
sedimen yang diambil saat kondisi menuju pasang membuat pola persebaran sedimen suspensi
memiliki nilai yang tinggi di dekat muara sungai Kamal, dan nilai konsentrasi dari arah laut yang
cenderung besar terangkut pula ke arah mulut sungai saat kondisi menuju pasang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyanto HR (2010) bahwa air pasang akan membawa
sedimen dari laut ke dalam muara sungai untuk diendapkan di dalam muara dan menambah
tinggi endapan di daerah tersebut. Dan didukung pula oleh pernyataan Poerbandono dan
Djunasjah (2005) bahwa sedimen yang berukuran kecil cenderung terangkut sebagai suspensi
dimana kecepatan dan arahnya mengikuti kecepatan dan arah arus.
Pasang Surut
Data pasang surut yang diperoleh dari data sekunder diolah dengan menggunakan World
Tide sehingga menghasilkan konstanta harmonik pasang surut yaitu M2, S2, K2, N2, K1, O1,
P1, dan Q1 (lihat Tabel 3).
Dari nilai-nilai tersebut diperoleh nilai Tinggi Muka Air Rata-rata (Mean Sea Level),
Tinggi Muka Air Tertinggi (High Higher Water Level), Tinggi Muka Air Terendah (Low Lowest
Water Level) berturut-turut sebagai berikut :
a. MSL = 0.599028 m
b. LLWL = ASo – A(M2+S2+K1+O1+P1+K2)
= 0.599028 – (0.049+0.030+0.291+0.124+0.102+0.024)
= -0.020972 m
c. HHWL = ASo + A(M2+S2+K1+O1+P1+K2)
= 0.599028 + (0.049+0.030+0.291+0.124+0.102+0.024)
= 1.219028 m
3.2 Bagan Sistem Pengairan
Berikut ini gambar peta kawasan Kelurahan Kamal Muara.
Kelurahan Kamal Muara adalah salah satu dari lima kelurahan di wilayah Kecamatan
Penjaringan Walikota Administrasi Jakarta Utara dengan luas wilayah 1.053 Ha. Kelurahan
Kamal Muara terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor
D.1-A/1/1/1 Tahun 1974 dan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 1251
Tahun 1986 tentang pemecahan, penyatuan, penetapan batas, perubahan nama di DKI Jakarta
dan penegasan Bapak Walikota Administrasi Jakarta Utara bahwa mengenai batas Kelurahan
Kamal Muara sebagai berikut. Sebelah Utara Pantai Laut Jawa, sebelah timur Kali Cengkareng
Drain, sebelah selatan Jalan Raya Kapuk Kamal/Irigasi Kali Rawa Melati dan sebelah barat Desa
Dadap Provinsi Banten.
Menurut Lurah Kamal Muara Tambah Suhadi, secara geografis Kelurahan Kamal Muara
terdiri dari 4 RW dan 30 RT yang sebelumnya merupakan daerah persawahan/rawa-rawa yang
terus mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat yang sampai saat ini
merupakan wilayah perumahan, pergudangan, industri, pusat bisnis dan pusat sarana hiburan
lainnya. Sedangkan kondisi demografis Kelurahan Kamal Muara dihuni oleh mayoritas
penduduk pribumi, antara lain; betawi , bugis, Jawa, sunda dan etnis tionghoa dengan jumlah
penduduk sekitar 6.756 jiwa dan 1.427 KK.
Permasalahan saat ini Kelurahan Kamal Muara belum mendapatkan jaringan air bersih
(PAM), warga masyarakat sangat mendambakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan
mohon segera dibuatkan jalur pipa PAM oleh PAM Jaya/Palyja. Selain itu belum adanya dam
untuk menahan air laut pasang disepanjang pantai kamal lingkungan RW 04 karena pada waktu
air laut pasang rumah warga sering terendam air mencapai 50 cm, untuk mengatasi dan
penanggulangan akibat air pasang laut mohon segera dibuatkan dam tersebut. Meski
kenyataannya saat ini pemerintah belum membangun dam dan terpaksa masyarakat bersama
dermawan membangun sendiri tanggul untuk penahan air pasang yang cenderung mengakibatkan
bencana rob.
Kamal Muara yang terletak di sebelah ujung barat Kotamadya Jakarta Utara dulunya
dikenal sebagai kawasan kumuh. Bahkan nama Kamal itu sendiri sering dipelesetan sebagai
Kumel, dekil, lecek alias kumuh. Dalam perkembangannya, Kamal Muara yang merupakan salah
satu kelurahan di Jakarta Utara kini layak disebut sebuah kota. Selain jumlah penduduknya
semakin padat, derap langkah pembangunannya pun semakin nyata. Seperti hadinya kawasan
pemukiman mewah Bolevard Elang Laut dan Waterbum termegah di Asia Tenggaran justru
berada di Kamal Muara. Belum lagi hadirnya stadion Kamal semakin menambah semarak Kamal
Muara sebagai obyek wisata yang belakangan memang sudah menjadi incara para turis.
Padahal dulu di tahun 1970- reporter jakarta-utara.com dan masyarakat lainnya yang
ingin berkunjung ke Kamal Muara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten itu
sangatlah sulit. Selain jalannya masih bebatuan sehingga tidak banyak kendaraan yang bisa
kesana, juga kawasan itu masih sepi. Bahkan sering dijuluki Kamal Muara sebagai tempat jin
buang anak.
Seingat reporter jakarta-utara.com hanya ada satu kendaraan yaitu jenis mini bus yang
diberi nama Robur beberapa jam sekali melayani penumpang yang hendak memasuki kawasan
Kamal Muara. Untuk tiba di Kamal Muara yang sebelah utaranya berbatasan dengan Laut Jawa
itu memakan waktu berjam-jam. Barangkali lebih cepat sekarang jalan dari Tanjung Priok ke
Puncak dibandingkan ke Kamal Muara tempoe doeloe.
Derap langkah pembungan di Kamal Muara demikian pesat. Kini puluhan bahkan ratusan
kendaraan kecil, sedang sampai kepada truk trailer setiap harinya hilir mudik di Kamal Muara
sehingga menjadikan kawasan itu kini ramai. Kemacetan sekarang sudah menjadi bagian rutin
denyut napas kehidupan di Kamal Muara.
Seiring berbagi kemajun yang telah diraih Kelurahan Kamal Muara, sumber daya
manusia (SDM) pun kini semakin baik. Kalau dulu sulit mencari penduduk yang lulus SLTA.
Kini mereka yang lulus perguruan tinggipun sudah banyak di kampung yang dulunya dikenal
sebagai kampung kumel tersebut.
Sebagai kawasan pantai, kehidupan masyarakat Kamal Muara memang tidak bisa
dilepaskan dengan laut. Mayoritas penduduknya sebagai nelayan tidak bisa dilepaskan dengan
kehidupan mencari ikan. Setiap menjelang pagi bursa ikan dan sejenisnya ramai diperdagangkan
di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di pantai Kamal Muara.
Selain sebagai nelayan, banyak juga yang sambilan mengantar para turis berlayar ke
Kepulauan Seribu. Bisnis antar jemput turis ke Kepulauan Seribu dewasa ini menjadi usaha yang
menggiurkan masyarakat nelayan Kamal Muara.
Selain itu munculnya banyak pabrik di kawasan itu memberikan lapangan pekerjaan
tersendiri bagi anak-anak nelayan. Mereka yang tumbuh dewasa kini banyak bekerja sebagai
buruh pabrik dan diantaranya ada yang menjadi manager ataupun pengawas di pabrik-pabrik
tersebut.
Laju pembangunan di Kamal Muara ternyata berdampak dengan munculnya masalah
batas wilayah yang memisahkan Jakarta Utara dengan Provinsi Banten. Sekarang ini sulit
menentukan mana batas wilayah Jakut dengan Banten karena belasan tapal batas yang dulu ada
sudah hilang, ungkap Sumarno sekretaris Kelurahan Kamal Muara kepada jakarta-utara.com.
Untuk itu, ia mengharap agar dibuatkan tapal batas yang jelas entah berupa saluran atau
kali sehingga memudahkan dalam menentukan batas wilayah. Karena masalah batas wilayah bisa
menimbulkan banyak masalah. Untuk saat ini masih sebatas masalah tanah, ungkap Sumarno
seraya menjelaskan batas wilayah itu hilang sejak tahun 1990-an. Diharapkan pembangunan
yang telah diraih wilayah Kamal Muara tetap terus berlanjut menuju Jakarta Utara sebagai kota
pantai modern. Berbagai permasalahan yang muncul. termasuk masalah tapal batas dengan
provonsi Baten yang telah hilang, dapat segera diselesaikan. (Hadi Riawan)
BAB IV
PENUTUP
4.2 NaraSumber
Susi Pudjiastuti Faktor ekologi Jakarta saat ini sangat mengandalkan sistem manajemen
hidrolik yang tak memperhatikan faktor ekologi. Tak ada
( 2016 ) upaya penyelesaian masalah penurunan muka tanah yang
menyeluruh dan berkesinambungan dari hulu hingga hilir.
Yang terjadi justru daerah tangkapan air menjadi bangunan
sehingga air kehilangan tempat parkir. Sungai-sungai pun
diluruskan sehingga air dari hulu makin cepat sampai ke
hilir.
Dianingrum, Anindya Mutiara. 2007 Studi Pola Transpor Sedimen Di Pelabuhan Tanjung
Priok Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNDIP, Semarang.
Mulyanto, H.R. 2010. Prinsip Rekayasa Pengendalian Muara dan Pantai. Graha Ilmu :
Yogyakarta. 124 hlm
BPLHD., 2006. Pemantauan Kualitas Perairan dan Muara Teluk Jakarta. BPLHD Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta
BPLHD., 2007. Pemantauan Kualitas Perairan dan Muara Teluk Jakarta. BPLHD Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta.
Sarjono, Aryo. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg Pada Air dan
Sedimen di Perairan Kamal Muara, Jakarta Utara. Skripsi (Dipublikasikan).
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.