Anda di halaman 1dari 68

Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Pekerjaan Konstruksi adalah suatu pekerjaan yang mempunyai resiko tinggi.


Berbagai proyek dengan skala besar mempunyai potensi rawan kecelakaan
terutama pada saat pelaksanaan. Untuk itu diperlukan ketentuan dan
pedoman tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja agar kecelakaan kerja
dapat dibuat seminimal mungkin.

Bentuk kecelakaan bidang konstruksi antara lain terpeleset jatuh dari lantai
yang lebih tinggi, kena benda jatuh dari atas, terpukul, kena benda tajam,
terbakar, kena aliran listrik, terbakar, kekurangan oksigen dan sebagainya.
Yang semuanya mengakibatkan beberapa bagian tubuh pekerja kurang atau
tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini jelas akan mengakibatkan
berkurangnya produktivitas pelaksana bidang kosntruksi.

Penyebab utama kecelakaan secara umum terdiri dari 2 kelompok yaitu


pertama faktor manusia dan kedua adalah factor konstruksi, alat dan
lingkungan. Sebagai contoh, beberapa sifat manusia seperti emosional,
kejenuhan, kecerobohan, kelengahan adalah menjadi penyebab utama
kecelakaan.

Masalah lingkungan merupakan isu penting dalam setiap pembangunan,


terlebih lagi berkaitaan dengan pembangunan prasarana jalan yang selalu
berhubungan dengan tanah. Secara spesifik di dalam UU No. 38/2004 tentang
jalan dinyatakan bahwa penyelenggaraan jalan didasarkan pada asas
keserasian dan keharmonisan lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu
DESAIN jalan perlu memperhatikan kondisi lingkungan dalam rangka
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Modul ini memberikan 2 hal yaitu : pertama, pokok-pokok ketentuan hukum


yang berkaitan dengan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja bidang
konstruksi dan ketentuan administrasi serta ketentuan teknik yang harus

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -i-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

dipenuhi oleh setiap stakeholder yang bergerak bidang konstruksi; kedua,


dasar-dasar penanganan lingkungan mencakaup pengertian dasar, baku mutu
lingkungan, pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan lingkungan

Dengan mempelajari modul ini diharap Road Design Engineer mempunyai


wawasan yang cukup dalam menyiapkan rencana teknis, agar faktor-faktor K3,
pengelolaan lingkungan maupun pemanfaatan lingkungan juga dijadikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan-keputusan DESAIN.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi
materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -ii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -iii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Road Design Engineer

TUJUAN UMUM PELATIHAN

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu membuat desain jalan
mencakup perencanaan geometrik dan perkerasan jalan termasuk
mengkoordinasikan perencanaan drainase, bangunan pelengkap dan
perlengkapan jalan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU Jalan.
2. Melaksanakan Manajemen K3, RKL dan RPL.
3. Mengenal dan Membaca Peta.
4. Melaksanakan Survei Penentuan Trase Jalan.
5. Melaksanakan Dasar-dasar Pengukuran Topografi
6. Melaksanakan Dasar-dasar Survei dan Pengujian Geoteknik.
7. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Drainase.
8. Melaksanakan Rekayasa Lalu-lintas.
9. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan Jalan.
10. Melaksanakan Perencanaan Geometrik.
11. Melaksanakan Perencanaan Perkerasan Jalan.
12. Melakukan pemilihan jenis Bahan Perkerasan Jalan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -iv-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

NOMOR : RDE-02

JUDUL MODUL : Manajemen K3, RKL dan RPL

TUJUAN PELATIHAN :

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan materi


Manajemen K3, RKL dan RPL sebagai masukan penting dalam penyiapan
perencanaan jalan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) :


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan landasan hukum kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Menerapkan mekanisme dan standar prosedur kegiatan Kesehatan dan
Keselamatan kerjamulai persiapan, pelaksanaan dan pengawasan K3 bidang
konstruksi jalan dan jembatan
3. Menjelaskan langkah yang diperlukan pada kegiatan yang bersifat
administrasi legal, teknis dan operasional pada saat persiapan dan
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di proyek.
4. Menjelaskan konsekuensi atas kelalaian dalam mengelola kegiatan Kesehatan
dan keselamatan kerja.
5. Menjelaskan pentingnya RKL dan RPL dalam penyiapan perencanaan jalan
sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pembangunan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -v-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI v
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN AHLI TEKNIK
DESAIN JALAN (Road Design
Engineer) vii
DAFTAR MODUL viii
PANDUAN INSTRUKTUR ix

COVER BUKU 1

DAFTAR ISI BUKU 1

BAB I : LATAR BELAKANG DAN LANDASAN HUKUM K3 I-1


1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Ketentuan Hukum yang berlaku di Indonesia I-1

BAB II : KETENTUAN ADMINISTRATIF II-1


2.1 Kewajiban Umum II-1
2.2 Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja II-2
2.3 Laporan Kecelakaan II-2
2.4 Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan II-3
2.5 Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan kerja II-4

BAB III : KETENTUAN TEKNIS III-1


3.1 Tempat Kerja dan Peralatan III-1
3.2 Pencegahan Terhadap Kebakaran dan alat pemadam kebakaran III-2
3.3 Alat Pemanas (Heating Appliances) III-3
3.4 Bahan-bahan yang mudah terbakar III-4
3.5 Inspeksi dan pengawasan III-5
3.6 Perlengkapan, Peringatan III-5

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -vi-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

3.7 Perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan


yang roboh III-5
3.8 Perlindungan agar orang tidak jatuh/Terali Pengaman dan pinggir
Pengaman III-6
3.9 Lantai Terbuka, Lubang pada Lantai III-6
3.10 Lubang pada dinding III-7
3.11 Tempat-tempat Kerja Yang Tinggi III-7
3.12 Pencegahan terhadap Bahaya Jatuh Ke dalam Air III-8
3.13 Kebisingan dan Getaran (Vibrasi) III-8
3.14 Penghindaran Terhadap Orang yang Tidak Berwenang III-8
3.15 Struktur Bangunan dan Peralatan. Konstruksi Bangunan III-8
3.16 Pemeriksaan, Pengujian pemeliharaan III-9
3.17 Perlengkapan Keselamatan Kerja III-10

BAB IV : PENYEBAB KECELAKAAN IV-1


4.1. Faktor Manusia IV-1
4.2. Faktor peralatan dan lingkungan IV-1
4.3. Kecelakaan yang umum terjadi dan upaya pencegahannya IV-1

BAB V : PEMADAMAN KEBAKARAN V-1


5.1. Umum V-1
5.2. Timbulnya Kebakaran V-1
5.3. Klasifikasi Kebakaran V-2
5.4. Menghadapi Bahaya Kebakaran V-3
5.5. Peralatan Pemadam Kebakaran V-5

BAB VI : PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN VI-1


6.1. Umum VI-1
6.2. Maksud dan Tujuan VI-1
6.3. Pedoman Umum Untuk Penolong VI-2
6.4. Jenis Kecelakaan VI-3

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -vii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

COVER BUKU 2

DAFTAR ISI BUKU 2

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II PENGERTIAN DASAR LINGKUNGAN HIDUP II-1


2.1. Konsep Lingkungan Hidup II-1
2.2. Ekologi dan Ekosistem II-4
2.3. Baku Mutu dan Lingkungan II-5
BAB III INTEGRASI ASPEK LINGKUNGAN PADA
KEGIATAN PROYEK III-1

3.1. Pengertian Amdal III-1


3.2. Kedudukan Amdal Dalam Proses Pengembangan Proyek III-3
3.3. Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Amdal III-6

BAB IV PENGAMANAN LINGKUNGAN PADA


PEKERJAAN KONSTRUKSI IV-1

4.1. Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-1


4.2. Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak IV-4
4.3. Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi dan
Upaya Menanganinya IV-5

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -viii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN
(Road Design Engineer)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik


Desain Jalan (Road Design Engineer) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Teknik Desain
Jalan (Road Design Engineer) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-
masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu
susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi
tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Desain
Jalan (Road Design Engineer).

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -ix-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Road Design Engineer (RDE)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 RDE 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan

2 RDE 02 Manjemen K3, RKL dan RPL


3 RDE 03 Pengenalan dan Pembacaan Peta

4 RDE 04 Survai Penentuan Trase jalan

5 RDE 05 Dasar-dasar Pengukuran Topografi

6 RDE 06 Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik

7 RDE 07 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Jalan

8 RDE 08 Rekayasa Lalu Lintas

9 RDE 09 Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap

10 RDE 10 Perencanaan Geometrik

11 RDE 11 PerencanaanPerkerasan Jalan

12 RDE 12 Bahan Perkerasan jalan

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -x-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : AHLI TEKNIK DESAIN JALAN


(Road Design Engineer )

KODE MODUL : RDE - 02

JUDUL MODUL : Manajemen K3 (Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

DESKRIPSI : Modul ini membahas pengetahuan landasan


hukum kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, mekanisme dan standar prosedur kegiatan
Kesehatan dan Keselamatan kerjamulai persiapan,
pelaksanaan dan pengawasan K3 bidang
konstruksi jalan dan jembatan, langkah yang
diperlukan pada kegiatan yang bersifat
administrasi legal, teknis dan operasional pada
saat persiapan dan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja di proyek, hukum kegiatan
Kesehatan dan Keselamatan, konsekuensi atas
kelalaian dalam mengelola kegiatan Kesehatan
dan keselamatan kerja, pentingnya RKL dan RPL
dalam penyiapan perencanaan jalan sebagai
upaya untuk menjaga kesinambungan
pembangunan untuk pelatihan ahli teknik desain
jalan.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xi-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan

Mengikuti penjelasan TIU dan OHP.


Menjelaskan tujuan TIK dengan tekun dan aktif
instruksional (TIU dan TIK ) Mengajukan pertanyaan
Merangsang motivasi apabila kurang jelas
peserta dengan pertanyaan
atau penga-lamannya dalam
melakukan peker-jaan
jembatan

Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Buku 1 Bab I, Latar


belakang dan landasan Hukum

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


singkat me-ngenai latan truktur
belakang dan landasan Mengajukan pertanyaan
hukum K 3 apabila kurang jelas

Waktu : 5 menit

3. Ceramah : Buku 1 Bab II, Ketentuan


admi-nistratif

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai be-berapa truktur dengan tekun
ketentuan administratif Mengajukan pertanyaan
seperti kewajiban umum, apabila kurang jelas
organisasi K3, laporan
kecelakaan dan P3K

Waktu : 10 menit

4. Ceramah : Buku 1 Bab III, Ketentuan


teknis

Memberi pejelasan atau Mengikuti penjelasan ins- OHP.


bahasan me-ngeni sejumlah truktur dengan tekun dan aktif
ketentuan teknis, Mencatat hal-hal yang perlu
menyangkut diantaranya : Mengajukan pertanyaan a-
Tempat kerja dan peralatan pabila kurang jelas
Alat pemadam kebakaran Melakukan diskusi dengan
dan pencegahan terhadap instruktur mengenai hal-hal
kebakaran yang belum dipahami

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

Alat pemanas, bahan-bahan


mudah terbakar
Inspeksi dan penghawasan
Perlindungan terhadap
benda-ben
da jatuh
Lantai terbuka, lubang pada
lantai, lubang pada dinding
Tempat kerja yang tinggi
Kebisingan, getaran
Struktur bangunan,
konstruksi bangunan
Pemeriksaan, pengujian
pemeliharaan struktur
bangunan
Perelengkapan keselamatan
kerja.

Waktu : 10 menit

5. Ceramah : Buku 1 Bab IV, Penyebab


kecelakaan

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai be-berapa faktor truktur dengan tekun
penyebab kecelakaan, Mengajukan pertanyaan
kecelakaan yang umum apabila kurang jelas
terjadi dan u-paya
pencegahannya.

Waktu : 10 menit

6. Ceramah : Buku 1 Bab V, Pemadam


Kebakaran

Memberikan pembahasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


singkat me-ngenai truktur dengan tekun dan aktif
kebakaran kaitannya dengan Mencatat hal-hal yang per-lu
kecelakaan, serta usaha Mengajukan pertanyaan
untuk meng-atasinya apabila kurang jelas
Melakukan diskusi dengan
Memberikan penjelasan instruktur mengenai hal-hal
ataupun ba-hasan mengenai yang belum dipahami
berbagai hal yang berkaitan
dengan kebakaran :
Timbulnya kebakaran
Klaasifikasi kebakaran, serta
alat kebakaran yang
diperlukan
Bagaimana menghadapi

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xiii-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

kebakar-an : sikap, usaha


pencegahan se-cara umum,
penyelamatan diri
Peralatan pemadam
kebakaran: je-nis dan cara
penggunaannya

Waktu : 10 menit

7. Ceramah : Buku 1 Bab VI, Pertolongan


pertama pada kecelakaan
( P3K )

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


singkat me-ngenai hakekat truktur dengan tekun dan aktif
pertolongan pertama pada Mencatat hal-hal yang per-lu
kecelakaan serta maksud Mengajukan pertanyaan
dan tujuan P3K. apabila kurang jelas
Melakukan diskusi dengan
Memberi penjelasan, instruktur mengenai hal-hal
bahasan atau-pun uraian yang belum dipahami
tentang hal-hal yang
berkaitan dengan P3 K :
Pedoman umum untuk
menolong, menilai situasi,
mengamankan tempat
kejadian memberi perto-
longan
Berbagai jenis kecelakaan,
gejala atau tanda-tandanya
serta cara memberi
pertolongannya, dan obat-
obat yang diperlukan

Waktu : 10 menit

8. Ceramah : Buku 2 Bab I,


Pendahuluan

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai kebijaksanaan truktur dengan tekun
pengelolaan lingkungan Mengajukan pertanyaan
hidup, dengan pendekatan apabila kurang jelas
yang bersifat komprehensif
integral (holistik) yang
menyentuh semua aspek
lingkungan hidup beserta
ekosistemnya

Waktu : 10 menit

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xiv-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

9. Ceramah : Buku 2 Bab II, Pengertian


dasar tentang lingkungan hidup

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai konsep truktur dengan tekun
lingkungan hidup, ekologi Mengajukan pertanyaan
ndan ekosistem serta baku apabila kurang jelas
mutu dan lingkungan.

Waktu : 10 menit

10. Ceramah : Buku 2 Bab III, Integrasi


aspek lingkungan pada kegiatan
proyek

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai pengertian truktur dengan tekun
AMDAL, kedudukan AMDAL Mengajukan pertanyaan
dalam perkembangan proyek apabila kurang jelas
serta proses penyusunan
dan pelaksanaan AMDAL

Waktu : 10 menit

11. Ceramah : Buku 2 Bab IV,


Pengamanan lingkungan pada
pekerjaan konstruksi.

Memberikan penjelasan Mengikuti penjelasan ins- OHP.


mengenai prinsip dasar truktur dengan tekun
pengelolaan lingkungan Mengajukan pertanyaan
hidup, komponen pekerjaan apabila kurang jelas
konstruksi yang
menimbulkan dampak,
dampak yang timbul serta
upaaya penanganannya.

Waktu : 5 menit

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -xv-


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Rangkuman

RANGKUMAN

Pengaturan mengenai keselamatn dan kesehatan kerja bidang konstruksi mencakup


aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
Aspek administrasi meliputi: kewajiban umum, organisasi keselamatan dan kesehatan
kerja, laporan kecelakaan, keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan administratif meliputi: kewajiban umum, organisasi keselamatan dan
kesehatan kerja, laporan kecelakaan, keselamatan kerja dan pertolongan pertama
pada kecelakaan dan pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan teknis mencakup: tempat kerja dan peralatan, alat pemanas (heating
appliances), bahan-bahan yang mudah terbakar, cairan yang mudah terbakar, inspeksi
dan pengawasan, perlengkapan peringatan, perlindungan terhadap benda-benda jatuh
dan bagian bangunan yang roboh, perlindungan agar orang tidak jatuh/terali pengaman
dan pinggir pengaman, lantai terbuka, lubang pada lantai, lubang pada dinding, tempat-
tempat kerja yang tinggi, bahaya jatuh ke dalam air, kebisingan dan getaran (vibrasi),
penghindaran terhadap orang yang tidak berwenang, struktur bangunan dan peralatan
konstruksi bangunan, pemeriksaan dan pengujian pemeliharaan dan perlengkapan
keselamatan kerja
Penyebab kecelakaan pada tempat kerja meliputi: faktor manusia, faktor peralatan dan
lingkungan serta kecelakaan yang umum terjadi dan upaya pencegahannya.
Untuk mengatasi terjadinya kebakaran pad tempat kerja , setiap operator perlu dibekali
dengan pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi
kebakaran dengan benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan
dapat melakukan pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran,
rumah sakit, poliklinik, dan lain-lain).
Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut di atas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundangan yang berlaku, kegiatan tersebut di atas wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya mengacu pada
berbagai pedoman dan petunjuk teknis AMDAL yang relevan, dengan memperhatikan
sasaran dan ciri-ciri atau karakteristik kegiatan proyek yang bersangkutan.
Dari berbagai dimensi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup pada
dasarnya terdiri atas 4 unsur, yaitu materi, energi, ruang dan kondisi/situasi setempat.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) R-1


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Rangkuman

Dalam pekerjaan konstruksi perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya perubahan


kualitas lingkungan akibat masuknya bahan pencemar yang ditimbulkan oleh rencana
kegiatan, yang pada umumnya terjadi pada komponen fisik kimia, namun bila tidak
ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan lain seperti biologi atau sosial ekonomi dan sosial budaya.
Dokumen AMDAL terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-turut sebagai berikut :
1. KA - ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil pelingkupan
atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak
penting.
2. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara cermat
dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.
3. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung upaya
penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
rencana kegiatan.
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat
rencana kegiatan.
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melaakukan pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan
hidup, sehingga pelestarian potensi sumber daya alam dapat tetap dipertahankan, dan
pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat dicegah.
Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan teknologi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan antara lain :
1. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah timbulnya dampak
yang tidak diinginkan, dengan mengenali secara dini kemungkinan timbulnya dampak
negatif, sehingga rencana pencegahan dapat disiapkan sebelumnya.
Beberapa contoh dalam penerapan prinsip ini adalah melaksanakan AMDAL secara
baik dan benar, pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien sesuai potensinya,
serta mengacu pada tata ruang yang telah ditetapkan.
2. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi dampak yang
terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena keterbatasan teknologi, hal
tesebut tidak dapat dihindari.
Hal ini dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena
dampak seperti kualitas udara, kualitas air dan sebagainya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) R-2


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Rangkuman

Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya perubahan atau


pencemaran lingkungan, maka perlu ditelusuri penyebab/sumber dampaknya, dikaji
pengaruhnya, serta diupayakan menurunnya kadar pencemaran yang timbul.
3. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan kepentingan
2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat
manfaat dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena dampak,
sehingga tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini dapat juga berupa pengaturan
oleh pemerintah seperti peningkatan pajak atas buangan limbah, iuran pemakaian air,
proses perizinan dan sebagainya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) R-3


Modul RDE-02 : Manajemen K3, RKL dan RPL Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan


Umum masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

5. Santosa, Gempur, Dr, Drs, M.Kes, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2004.

6. Suardi, Rudi, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Jakarta,


Penerbit PPM, 2005.

7. Salim, Emil , Prof. DR., Lingkungan Hidup dan Pembangunan,1991.

8. Sumarwoto,Prof. DR. , Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan , 1989.

9. ,Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

10. , Peraturan Pemerintahan No, 51 Tahun 1993 tentang AMDAL.

11. ,Peraturan Pemerintahan No. 20 Tahun 1990 tentang


Pengendalian Pencemaran Air.

12. ,Keputusan Menteri Negara KLH No. 02/MENKLH/1988 tentang


Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

13. ,Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/KPTS/1995 tentang


Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) DP - 1


PELATIHAN
AHLI TEKNIK DESAIN JALAN
(ROAD DESIGN ENGINEER)

BUKU 1
MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA

MODUL RDE 02
MANAJEMEN K3, RKL DAN RPL

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
2005
Modul RDE-02 (A) : Manajemen K3 Daftar Isi Buku 1

DAFTAR ISI BUKU 1


MODUL RDE 02

Halaman

COVER BUKU 1

DAFTAR ISI BUKU 1

BAB I : LATAR BELAKANG DAN LANDASAN HUKUM K3 I-1


I.1. Latar Belakang I-1
I.2. Ketentuan Hukum yang berlaku di Indonesia I-1

BAB II : KETENTUAN ADMINISTRATIF II-1


II.1. Kewajiban Umum II-1
II.2. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja II-2
II.3. Laporan Kecelakaan II-2
II.4. Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan II-3
II.5. Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan kerja II-4

BAB III : KETENTUAN TEKNIS III-1


III.1. Tempat Kerja dan Peralatan III-1
III.2. Pencegahan Terhadap Kebakaran dan alat pemadam kebakaran III-2
III.3. Alat Pemanas (Heating Appliances) III-3
III.4. Bahan-bahan yang mudah terbakar III-4
III.5. Inspeksi dan pengawasan III-5
III.6. Perlengkapan, Peringatan III-5
III.7. Perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan
bagian bangunan yang roboh III-5
III.8. Perlindungan agar orang tidak jatuh/Terali Pengaman dan
pinggir Pengaman III-6
III.9. Lantai Terbuka, Lubang pada Lantai III-6
III.10. Lubang pada dinding III-7
III.11. Tempat-tempat Kerja Yang Tinggi III-7

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -i-


Modul RDE-02 (A) : Manajemen K3 Daftar Isi Buku 1

III.12. Pencegahan terhadap Bahaya Jatuh Ke dalam Air III-8


III.13. Kebisingan dan Getaran (Vibrasi) III-8
III.14. Penghindaran Terhadap Orang yang Tidak Berwenang III-8
III.15. Struktur Bangunan dan Peralatan. Konstruksi Bangunan III-8
III.16. Pemeriksaan, Pengujian pemeliharaan III-9
III.17. Perlengkapan Keselamatan Kerja III-10

BAB IV : PENYEBAB KECELAKAAN IV-1


IV.1.Faktor Manusia IV-1
IV.2.Faktor peralatan dan lingkungan IV-1
IV.3. Kecelakaan yang umum terjadi dan upaya pencegahannya IV-1

BAB V : PEMADAMAN KEBAKARAN V-1


V.1. Umum V-1
V.2. Timbulnya Kebakaran V-1
V.3. Klasifikasi Kebakaran V-2
V.4. Menghadapi Bahaya Kebakaran V-3
V.5. Peralatan Pemadam Kebakaran V-5

BAB VI : PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN VI-1


VI.1. Umum VI-1
VI.2. Maksud dan Tujuan VI-1
VI.3. Pedoman Umum Untuk Penolong VI-2
VI.4. Jenis Kecelakaan VI-3

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -ii-


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab I : Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kontribusi jasa konstruksi dalam pembangunan nasional sangat besar, terutama


dalam penyiapan prasarana jalan dan jembatan yang sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Namun dalam dilain pihak kondisi jasa
konstruksi masih memprihatinkan ditandai dengan kualitas produk jasa konstruksi
yang masih banyak yang memprhatinkan, penggunaan sumber daya untuk kegiatan
konstruksi yang belum optimal. Pada umumnya penyebab utama adalah ketidak
disiplinan dari pada penyedia jasa maupun pengguna jasa untuk memenuhi
ketentuan yang terkait dengan keamanan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan ,
baik lingkungan kerja maupun lingkungan yang lebih luas.
Oleh karena itu diperlukan pengaturan terkait dengan Keselamatan dan kesehatan
kerja bidang konstruksi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi
stakeholder bidang konstruksi di Indonesia dalam memberikan kepastian
perlindungan baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait
dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi.

1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
2. SKB antara Menteri Tenaga Kerja Kep 174/MEN/86 dan Menteri Pekerjaan
Umum 104/KPTS/86 tentang Pelaksanaan K3 dibidang Konstruksi

Semua tempat di Indonesia dimana dilakukan kegiatan konstruksi, maka ketentuan


hukum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini berlaku

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I-1


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II : Ketentuan Administratif

BAB II
KETENTUAN ADMINISTRATIF

2.1 KEWAJIBAN UMUM

Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat


kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan.
Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan,
kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai
den-an peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap tenaga
kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan
selamat dan sehat.
Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi
kordinasi pekerjaan yang dilakukan. untuk menghindarkan resiko bahaya
kecelakaan.
Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga
kerja sesuai dengsn keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa
semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Pengurus atau
kontraktor dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan
peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu.
Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap
semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Pengurus dan
Kontraktor.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-1


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II : Ketentuan Administratif

2.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (Full-
Time) untuk mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan memperkerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek
memang memeriukan, diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau
Kontraktor.
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama dengan
Panitia Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah
kordinasi Pengurus atau Kontraktor, serta bertanggung jawab kepada
Pemimpin Proyek.
Kontraktor Harus :
Memberikan kepada Panitia Pembir.a Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan
Kesehatan Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang
berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Proyek.
Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari Safety Committee.
Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan Keselamatan clan Kesehatan
Kerja.

2.3 LAPORAN KECELAKAAN

Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus


dilaporkan kepada Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan :
Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja,
pekerja masing-masing clan,

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-2


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II : Ketentuan Administratif

Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-


sebabnya.

2.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA


PADA KECELAKAAN.

Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.


Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama
kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan
pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),
Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara
teratur.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan
untuk Referensi.
Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama
harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah ternpat bekerja meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, aiat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi.
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,
harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K.).
Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan
di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara
dan lain-lain.
Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan
obat untuk kompres, perban, Gauze yang steril, antiseptik, plester,
Forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.
Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain
selain alat-alat P,P.P.K. yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
Isi dari kotak obat-obatan dan alat P.P.P.K. harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
Kereta untuk mengangkat orang sakit,(Carrying basket) harus selalau
tersedia.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-3


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II : Ketentuan Administratif

Jika tenaga kerjaa dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya
risiko tenggelam atau keracunan atau alat-alat penyelemat an harus selalu
tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
Persiapan-persiapan harus dilaktikan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.
Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
(strategis) yang memberitahukan :
Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat alat P.P.P.K.
ruang P.P.P.K. ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan.
Tempat telpon terdekat untuk menelpon/memanggil ambulans,
nomor telpon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/
emergency.

2.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah


diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek jalan dan
jembatan.Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan
yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip
kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya
yang wajar.
Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini , agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-4


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

BAB III
KETENTUAN TEKNIS

3.1 TEMPAT KERJA DAN PERALATAN

Pintu Masuk dan Keluar


Pintu Masuk dan Keluar darurat harus dibuat di tempattempat kerja.
Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
Lampu / Penerangan
Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
Lampu-lampu buatan harus aman, dan terang,
Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.
Ventilasi
Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang
dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan
vertilasi untuk pembuangan udara kotor.
Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus dasediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
Kebersihan
Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan,
Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-
benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat
orang jatuh atau tersandung (terantuk).
Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk
di tempat kerja.
Tempat-tempat kerja dan gang-gang(passageways) yang licin karena oli
atau sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 1


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus


dikembalikan pada tempat penyimpan semula.

3.2 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT


PEMADAM KEBAKARAN

Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :


Alat-alat pemadam kebakaran.
Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
pengawas (Supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
Orang orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran
harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang
dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran
harus selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus bersedia :
disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang
dibangun dimana terdapat barang-barang, alat-alat, yang mudah
terbakar.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
di tempat yang terdapat barang-barang/benda benda cair yang mudah
terbakar.
di tempat yang terdapat oli;bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan
teknis.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 2


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon


tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas.
(ruangan tertutup, sempit).
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup
yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran.

3.3 ALAT PEMANAS (HEATING APPLIANCES)

Alat pemanas seperti kompor arang hanya boleh digunakan di tempat yang
cukup ventilasi.
Alat-alat pemanas dengan api terbuka, tidak boleh ditempatkan di dekat jalan
keluar.
Alat-alat yang mudah mengakibatkan kebakaran seperti kompor minyak tanah
dan kompor arang tidak, boleh ditempatkan di lantai kayu atau bahan yang
mudah terbakar.
Terpal, bahan canvas dan bahan-bahan lain-lainnya tidak boleh ditempatkan di
dekat alat-alat pemanas yang menggunakan api, dan harus diamankan supaya
tidak terbakar.
Kompor arang tidak boleh menggunakan bahan bakar batu bara yang
mengandung bitumen.

3.4 BAHAN-BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR

Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji lap berminyak


dan potongan kayu yang tidak terpakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul di
tempat kerja.
Baju kerja yang mengandung di tidak boleh ditempatkan di tempat yang tertutup.
Bahan-bahan kimia yang bisa tercampur air dan memecah harus dijaga supaya
tetap kering.
Pada bangunan, sisa-sisa oli harus disimpan dalam kaleng yang mempunyai alat
penutup.
Dilarang merokok, menyalahkan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 3


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

3.5 CAIRAN YANG MUDAH TERBAKAR

Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan sedemikian
rupa sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung atau
sesuatu tempat/alat, kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api yang dibuat
untuk maksud tersebut.
Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.

3.6 INSPEKSI DAN PENGAWASAN

Inspeksi yang teratur harus dilakukan di tempat-tempat dimana risiko kebakaran


terdapat. Hal-hal tersebut termasuk,misalnya tempat yang dekat dengan alat
pemanas, instalasi listrik dan penghantar listrik tempat penyimpanan cairan yang
mudah terbakar dan bahan yang mudah terbakar, tempat pengelasan (las listrik,
karbit).
Orang yang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran harus selalu siap
meskipun di iuar jam kerja.

3.7 PERLENGKAPAN PERINGATAN

Papan pengumuman dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian;


tempat yang strategis yang menyatakan dimana kita dapat menemukan.
Alarm kebakaran terdekat.
Nomor telpon dan alat-alat dinas Pemadam Kebakaran yang terdekat.

3.8 PERLINDUNGAN TERHADAP BENDA-BENDA JATUH DAN


BAGIAN BANGUNAN YANG ROBOH.

Bila perlu untuk mencegah bahaya, jaring,jala (alat penampung) yang cukup kuat
harus disediakan atau pencegahan lain yang efektif harus dilakukan untuk men-
jaga agar tenaga kerja terhindar dari kejatuhan benda.
Benda dan bahan untuk perancah: sisa bahan bangunan dan alat-alat tidak boleh
dibuang atau dijatuhkan dari tempat yang tinggi, yang dapat menyebabkan
bahaya pada orang lain.
Jika benda-benda dan alat-alat tidak dapat dipindahkan dari atas dengan aman,
hanis dilakukan usaha pencegahan seperti pemasangan pagar, papan-papan

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 4


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

yang ada tulisan, hati-hati; berbahaya, atau jalur pemisah dan lain-lain untuk
mencegah agar orang lain tidak mendapat kecelakaan.
Untuk mencegah bahaya, harus digunakan penunjang / penguat atau cara lain
yang efektif untuk mencegah rubuhnya bangunan atau bagian-bagian dari
bangunan yang sedang didirikan, diperbaiki atau dirubuhkan.

3.9 PERLINDUNGAN AGAR ORANG TIDAK JATUH/TERALI


PENGAMAN DAN PINGGIR PENGAMAN .
Semua terali pengaman dan pagar pengaman untuk memagar lantai yang
terbuka, dinding yang terbuka, gang tempat kerja yang ditinggikan dan tempat-
tempat lainnya; untuk mencegah orang jatuh, harus :
Terbuat dari bahan dan konstruksi yang baik clan kuat,
Tingginya antara 1 m dan 1,5 m di atas lantai pelataran
(platform).
Terdiri atas :
Dua rel, 2 tali atau 2 rantai.
Tiang penyanggah
Pinggir pengaman (toe board) untuk mencegah orang
terpeleset.
Rel, tali atau raptai penghubung harus berada di tengahtengah antara puncak
pinggir pengaman (toe board) dan bagian bawah dari terali pengaman yang teratas.
Tiang penyangga dengan jumlah yang cukup harus dipasang untuk menjamin
kestabilan & kekukuhan .
Pinggir pengaman (toe board) tingginya harus minimal 15 cm dan dipasang dengan
kuat dan aman.
Terali pengaman/pinggir pengaman (toe board) hanrs bebas dari sisi-sisi yang tajam,
dan harus dipelihara dengan baik.

3.10 LANTAI TERBUKA, LUBANG PADA LANTAI

Lubang pada lantai harus dilindungi :


Dengan penutup sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan
Dengan terali pengaman dan pinggir pengaman pada semua sisi sisi yang terbuka
sesuai den;an ketentuan-ketentuan atau
Dengan cara-cara lain yang efektif.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 5


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

Jika alat-alat perlindungan tersebut di atas dipindahkan supaya orang atau barang
dapat lewat maka alat-alat pencegah bahaya tadi harus dikembalikan ke tempat
semula atau diganti secepat mungkin.
Tutup untuk lubang pada lantai hanu aman untuk orang Iewat dan jika per!u, harus
aman untuk kendaraan yang lewat di atasnya.
Tutup lubang pada lantai harus diberi engsel, alur pegangan atau dengan cara lain
yang efektif untuk menghindari pergeseran jatuh atau terangkatnya tutup tersebut
atau hal lain yang tidak diinginkan.

3.11 LUBANG PADA DINDING

Lubang pada dinding dengan ukuran lebar minimal 45 cm clan tinggi minimal 75
cm yang berada kurang dari 1 m dari lantai dan memungkinkan orang jatuh dari
ketinggian minimal 2 m harus dilindungi dengan pinggir pengaman dan terali
pengaman
Lubang kecil pada dinding harus dilindungi dengan pinggir
pengaman (toe - board), tonggak pengaman, jika tingginya kurang dari 1,5 m dari
lantai.
Jika penutup dari lubang pada dinding dapat dipindah :
Pegangan tan-an (handgrip) yang cukup balk harus terdapat pada
tiap sisi, atau
Palang yang sesuai harus dipasang melintang pada lubang pada
dinding untuk melindungi orang/bendajatuh.

3.12 TEMPAT-TEMPAT KERJA YANG TINGGI

Tempat kerja yang tingginya lebih dari 2 m di atas lantai atau di atas tanah,
seluruh sisinya yang terbuka harus dilindungi den-an terali pengaman dan pinggir
pengaman.
Tempat kerja yang tingei harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar,
misalnya tangga.
Jika perlu untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang
tinggi, atau tempat lainnya dimana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian
2m harus dilengkapi dengan jaring (jala) perangkap; pelataran, (platform) atau
dengan menggunakan ikat pinggang (sabuk pengaman) yang dipasang dengan
kuat.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 6


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

3.13 BAHAYA JATUH KE DALAM AIR

Bila pekerja dalam keadaan bahaya jatuh ke dalam air dan tenggelam, mereka harus
memakai pelampung/baju pengaman dan/atau alat-alat lain yang sejenis ban pelam-
pung ((mannedboat dan ring buoys).

3.14 KEBISINGAN DAN GETARAN (VIBRASI).

Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi
sampai di bawah ndai ambang batas.
Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga ke:ja harus memakai alat
pelindung telinga (ear protectors).

3.15 PENGHINDARAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK


BERWENANG.

Di daerah konstruksi yang sedang dilaksanakan dan disamping jalan raya harus
dipagari.
Orang yang tidak berwenang tidak diijinkan memasuki daerah konstruksi, kecuali
jika disertai oleh orang yang berwenang dan diperlengkapi dengan alat pelindung
diri.

3.16 STRUKTUR BANGUNAN DAN PERALATAN KONSTRUKSI


BANGUNAN.

Struktur Bangunan (misalnya, perancah peralatan. (platforms), gang, dan menara


dan peralatan (misal : mesin mesin alat-alat angkat, bejana tekan dan kendaraan-
kendaraan, yang digunakan di daerah konstruksi) harus :
terdiri atas bahan yang berkwalitas baik.
bebas dari kerusakan dan
merupakan konstruksi yang sempurna sesuai dengan prinsip-pri
enginering yang baik.
Struktur bangunan dan peralatan harus cukup kuat dan aman untuk menahan
tekanan-tekanan dan muatan muatan yang dapat terjadi.
Bagian Struktur bangunan dan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam harus
tidak boleh retak, berkarat, keropos dan
Jika perlu untuk mencegah bahaya harus dilapisi dengan
cat/alat anti karat (protective coating).

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 7


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

Bagian struktur bangunan dan peralatan yang terbuat dari kayu misalnya
perancah, penunjang, tangga harus :
bersih dari kulit kayu
tidak boleh di cat untuk menutupi bagian-bagian yangrusak.
Kayu bekas pakai harus bersih dari paku-paku, sisa-sisa potongan besi yang
mencuat tertanam, dan lain-lain sebelurri kayu bekas pakai tersebut
dipergunakan lagi.

3.17 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PEMELIHARAAN

Struktur bangunan dan peralatan harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh
orang yang berwenang, sebelum struktur bangunan dan peralatannya dipakai/
dibuat/dibangun.
Struktur bangunan dan peralatan yang mungkin menyebabkan kecelakaan
bangunan, misalnya bejana tekan, alat pengerek dan perancah sebelum dipakai
harus diuji oleh orang yang berwenang.
Struktur bangunan dan peralatan harus selalu diperlihara dalam keadaan yang
alnan.
Struktur bangunan dan peralatannya harus secara khusus diperiksa oleh orang
yang berwenang :
Setelah diketahui adanya kerusakan yang dapat menimbulkan
bahaya.
Setelah terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh struktur bangunan dan
peralatan.
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan pada struktur dan peralatannya.
Setelah diadakan pembongkaran, pemindahan ke bangunan lain atau
dibangun kembali.
Peralatan/alat-alat seperti perancah, penunjang dan penguat (bracing) dan tower
cranes harus diperiksa :
setelah tidak dipakai dalam jangka waktu yang lama.
setelah terjadi angin ribut dan hujar. deras.
setelah terjadi goncangan/getaran keras karerta gempa bumi, peledakan,
atau sebab-sebab lain.
Bangunan dan peralatan yang rusak berat harus disingkirkan dan tidak boleh
dipergunakan lagi kecuali setelah diperbaiki sehingga aman.
Hasil-hasil pemeriksaan dari struktur bangunan dan peralatan harus dicatat dalarn
buku khusus.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 8


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab III : Ketentuan Teknis

3.18 PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

Jenis perlengkapan kerja


Safety hat, yang berguna untuk melindungi
kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk
menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan
sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan
untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan Gambar 1 Perlengkapan
Keselamatan
yang banyak serbuk metal atau serbuk material Kerja
keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah
tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III - 9


Modul RDE-02 (A) :Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab IV : Penyebab Kecelakaan

BAB IV
PENYEBAB KECELAKAAN

4.1 FAKTOR MANUSIA

Bahaya kecelakaan yang disebabkan manusia pada umumnya dipengaruhi oleh


kurangnya pengertian tentang Kesehatan dan Keselamtan kerja, kurang disiplin
dan sebab-sebab oleh kondisi mental, seperti sifat-sifat emosional dan
kejenuhan.

4.2 FAKTOR PERALATAN DAN LINGKUNGAN

Kecelakaan yang disebabkan oleh factor peralatan dan lingkungan pada


umumnya adalah
Tidak adanya konsep rencana K-3 yang jelas
Tidaka adanya pengaman lingkungan seperti pagar pengaman dsb
Konstruksi yang salah sehingga menimbulkkan runtuhnya bangunan
Lingkungan yang tidak baik seperti licin, gelap, pengap dsb

4.3 KECELAKAAN YANG UMUM TERJADI DAN UPAYA


PENCEGAHANNYA
Kecelakaan yang disebabkan pengangkutan, alat bergerak dan lalu lintas
pada umumnya disebabkan :
Penempatan bahan dan alat yang kurang baik
Operator angkutan yang kurang disiplin
Rambu lalulintas atau pengaman yang kurang memadai
Kecelakaan kejatuhan benda pada umumnya disebaban oleh
Pemasanagan alat dan benda yang kurang baik
Tidak adanya pengaman benda yang jatuh
Pekerja tidak menggunakan topi pelindung
Kecelakaan tergelincir, terpukul, terkena benda tajam pada umumnya
disebabkan oleh:
Tempat yan licin, berdiri, berjalan pada tempat yang tidak semestinya
Terkena paku yang tidak dibengkokan
Terpukul karena kelalaian

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-1


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

BAB V
PEMADAMAN KEBAKARAN

5.1 UMUM

Kecelakaan di tempat kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran
di dalam lokasi pekerjaan.
Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik
dilakukan perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam
kebakaran.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan
benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).
Akan lebih baik melakukan pencegahan dari pada melakukan pemadam kebakaran.

5.2 TIMBULNYA KEBAKARAN

Penyebab
Kebakaran adalah suatu bencana yang ditimbulkan oleh api, sukar dikuasai, tidak
diharapkan dan sangat merugikan.
Sebab-sebab kebakaran secara umum :
Kurangnya pengertian terhadap bahaya kebakaran
Kelalaian (tidak disiplin dalam melaksanakan pemeriksaan alat-alat yang
dipakai/ dioperasikan)
Akibat gejala alam (petir, gunung meletus dan lain-lain)
Penyalaan sendiri
Disengaja

Penyebab terjadinya kebakaran pada peralatan :


Percikan api akibat hubungan pendek/kortsluiting pada rangkaian kabel listrik.

Komponen overheating yang terlalu lama sehingga ada bagian yang


membara/terbakar

Bahan bakar atau minyak pelumas yang berceceran terkena percikan api

Sampah kering atau kertas di dekat sumber api (misalnya battery)

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-1


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

Puntung rokok yang masih menyala dibuang sembarangan

Pekerjaan pengelasan

Penyebab lainnya (misalnya korek api tertinggal dalam ruang operator)

Unsur Terjadinya Api


Ada 3 (tiga) benda yang menjadi bahan pokok dari api

A = Angin, O2 (oksigen); bisa didapat dari udara bebas

P = Panas, terdapat dari sumber panas (matahari, kortsluiting listrik,


kompresi, energi mekanik)
I = Inti, bahan bakar; bahan ini bisa berupa gas, padat, cair yang memiliki
titik bakar yang berbeda-beda

5.3 KLASIFIKASI KEBAKARAN

Kelas A
Benda padat selain logam yang mudah terbakar; yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh
benda padat selain logam seperti: Kayu, kertas, bambu dan lain-lain
Alat pemadaman yang dipakai: air, pasir, lumpur.

Kelas B
Benda cair yang mudah terbakar; yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair
(bensin, solar, minyak tanah) dan gas (LPG, Nitrogen, dan lain-lain)
Alat pemadam kebakaran yang dipakai: Air dicampur diterjen, racun api, karung basah.

Kelas C
Yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh adanya sumber panas listrik (akibat kortsluiting).
Alat pemadam kebakaran yang dipakai: CO2; BCF; Dry Chemical Powder.

Kelas D
Yaitu kebakaran logam seperti magnesium, titanium, sodium, potassium dan lain-lain.
Alat pemadam kebakaran yang dipakai adalah Dry Chemical Powder.

5.4 MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

Sikap
Jangan panik, berpikir jernih dan tenangkan diri.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-2


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

Beritahukan adanya kebakaran kepada orang lain atau instansi terkait (Dinas
Kebakaran).
Mengarahkan yang tidak berkepentingan untuk segera meninggalkan tempat.
Pergunakan alat pemadam api yang sesuai/cocok.
Mintalah pertolongan orang lain untuk membantu dengan alat pemadam
kebakaran.
Percaya diri akan kemampuan mempergunakan alat pemadam kebakaran.
Melakukan pemadaman dengan cepat dan tepat dengan memperhatikan arah
angin.

Usaha Mencegah Kebakaran Secara Umum


Jagalah kebersihan di lingkungan kerja.
Simpan bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman.
Penyimpanan bahan bakar ditempat yang memenuhi syarat dan aman.
Periksa alat pemadam kebakaran dalam kondisi baik.
Memliki keterampilan mempergunakan alat pemadam kebakaran.
Pelajari cara penggunaan alat pemadam kebakaran tersebut pada label yang
dilekatkan di tabung.

Usaha Pencegahan Kebakaran pada Peralatan


Bahan bakar, minyak pelumas dan zat anti beku merupakan bahan yang mudah
terbakar. Jauhkan korek api dan jangan merokok di dekat bahan yang mudah
terbakar tersebut.
Bila mengisi bahan bakar, matikan engine dan jangan merokok. Jangan
meninggalkan lokasi pada saat mengisi bahan bakar. Kuatkan tutup tangki bahan
bakar dengan baik.
Periksa secara berkala rangkaian kabel listrik dari kemungkinan terjadinya
hubungan pendek.
Kabel luka/terkoyak, segera dibungkus isolasi atau diganti
Sambungan/terminal yang longgar, kuatkan atau ganti baru

Selalu bersihkan/keringkan bila ada ceceran bahan bakar atau minyak pelumas di
lantai atau bagian mesin lain.
Bersihkan battery dan di sekelilingnya dari sampah kering atau kertas yang mudah
terbakar.
Bila merokok dalam ruang operator, matikan rokok dan buang puntungnya ke
dalam asbak yang telah tersedia. Jangan membuang puntung sembarangan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-3


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

Hindari pengelasan di dekat tangki bahan bakar atau pipa minyak.


Harus yakin bahwa alat pemadam kebakaran telah berada di tempatnya dalam
keadaan baik. Baca aturan penggunaannya agar dapat dipakai saat diperlukan.
Harus mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran.
Catat semua nomor telepon penting untuk dapat dihubungi sewaktu terjadi
kebakaran (ambulan, petugas pemadam kebakaran).

Usaha Penyelamatan Dari Kebakaran


Bila dalam pengoperasian terjadi kebakaran pada dump truck, usaha penyelamatan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Putar main switch ke posisi OFF, matikan seluruh aliran listrik.
Bila masih sempat, gunakan alat pemadam kebakaran untuk mematikan api
semampunya.
Gunakan tangga untuk keluar dari ruang operator

Usaha tersebut sebagai langkah dasar dalam penyelamatan, dan sesuai kondisi lapangan
dapat dicari upaya lainnya.
Untuk itu perlu diadakan latihan penyelamatan dari kebakaran.

5.5 PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

Air (air sungai, air hujan, air selokan, hidran dan lain-lain) dan pasir.

Alat pemadam api menggunakan bahan busa/Foam; terdiri dari: natrium


bicarbonat, aluminium sulfat, air. Alat ini baik dipergunakan untuk kebakaran kelas B.

Cara menggunakannya:
Balik/putar posisi alat pemadam, dan segera
balikan lagi ke posisi asal
Buka katup/pen pengaman
Arahkan nosel/nozlle; dengan memperhatikan
arah angin dan jarak dari tabung ke sumber api.

Gambar 2 - Alat Pemadam Api Busa

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-4


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

Pemadam api dengan bahan pemadam CO2 (carbon dioksida)

Dapat dipergunakan dengan baik bila tidak ada angin atau arus udara
Cara mempergunakan:
Buka pen pengaman
Tekan tangkai penekan
Arahkan corong ke sumber api, dengan
memperhatikan jarak dan arah angin.
Keterangan gambar:
1. Tangkai penekan
2. Pen pengaman
3. Saluran pengeluaran
4. Slang karet tekanan tinggi

Gambar 3 - Alat Pemadam Api CO2 5. Horn (corong)

Pemadam api dengan bahan pemadam Dry Chemical

Jenis ini efektif untuk kebakaran jenis B dan C, juga dapat dipergunakan pada
kebakaran kelas A.
Bahan yang dipergunakan:
Serbuk sodium bicarbonat/natrium
sulfat
Gas CO/Nitroge

Cara mempergunakan:

Buka pen pengaman


Buka timah penutup
Tekan tangkai penekan/pengatup
Gambar 4 - Alat Pemadam Api Arahkan corong ke sumber api, dengan
Dry Chemical
memperhatikan jarak dan arah angin.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-5


Modul RDE-02 (A) : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bab V : Pemadaman Kebakaran

Pemadam Api dengan Bahan Jenis BCF/Halon


Cara mempergunakan:
Buka pen pengaman
Tekan tangkai penekan/pengatup
Arahkan corong/nozlle ke sumber api,
dengan memperhatikan jarak dan arah angin.
Keterangan gambar:
1. Pengaman
2. & 3 Pengatup
4. Bolt Valve
Gambar 5 - Alat Pemadam 5. Pipa saluran Gas
Api Jenis BHF
6. Nozzle

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) V-6


PELATIHAN
AHLI TEKNIK DESAIN JALAN
(ROAD DESIGN ENGINEER)

BUKU 2
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DAN
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

MODUL RDE 02
MANAJEMEN K3, RKL DAN RPL

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)
2005
Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Daftar Isi Buku 2

DAFTAR ISI BUKU 2


MODUL RDE 02

Halaman

COVER BUKU 2

DAFTAR ISI BUKU 2

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB II PENGERTIAN DASAR LINGKUNGAN HIDUP II-1


2.1. Konsep Lingkungan Hidup II-1
2.2. Ekologi dan Ekosistem II-4
2.3. Baku Mutu dan Lingkungan II-5

BAB III INTEGRASI ASPEK LINGKUNGAN PADA


KEGIATAN PROYEK III-1

3.1. Pengertian Amdal III-1


3.2. Kedudukan Amdal Dalam Proses Pengembangan Proyek III-3
3.3. Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Amdal III-6

BAB IV PENGAMANAN LINGKUNGAN PADA


PEKERJAAN KONSTRUKSI IV-1

4.1. Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-1


4.2. Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak IV-4
4.3. Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi dan
Upaya Menanganinya IV-5

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) -i-


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab I : Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

Permasalahan Lingkungan Hidup telah mulai terlihat sebagai salah satu isu-isu yang
utama di berbagai negara sejak pertengahan abad XX. Sejak diselenggarakan Konferensi
Lingkungan Hidup Sedunia di Stockholm tahun 1972, permasalahan Lingkungan Hidup
telah menjadi perhatian dari berbagai bangsa di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, permasalah Lingkungan Hidup telah mendapat perhatian sejak Pelita II, hal
tersebut terus berlanjut sampai sekarang, dengan usaha-usaha yang mengikat untuk
menegakkan rambu-rambu pengaman untuk mencegah kegiatan pembangunan yang
merusak Lingkungan Hidup, serta melakukan tindakan represif terhadap kegiatan
pembangunan yang telah menimbulkan kerusakan lingkungan.
Hal tersebut dilakukan mengingat makin tingginya taraf hidup manusia sehingga akan
makin komplek lingkungan binaan yang diperlukan, serta makin besar potensi SDA yang
dimanfaatkan.
Mengingat terdapatnya keterkaitan yang erat antara pembangunan dan Lingkungan
Hidup, maka dalam GBHN 1993 digariskan kembali kebijaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup, dengan pendekatan yang bersifat komprehensif integral (holistik)
yang menyentuh semua aspek lingkungan hidup beserta ekosistemnya, yaitu :
1. Pemanfaatan sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan rakyat perlu
diupayakan secara menyeluruh dan terpadu, dengan memperhatikan keseimbangan
dan kelestarian lingkungan hidup, serta senantiasa memperhitungkan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan, demi kepentingan generasi mendatang.
2. Penganekaragaman pemanfaatan SDA dalam upaya memacu pertumbuhan yang
mendukung pemerataan ekonomi, serta meningkatkan ketahanan ekonomi
diupayakan sejalan dengan kemampuan alam Indonesia yang beraneka ragam dan
kebutuhan masyarakat yang makin meningkat.
3. Peningkatan potensi sumber daya yang dapat diperhabarui diupayakan dengan jalan
rehabilitasi SDA yang keadaannya kritis dan konservasi sumber daya alam yang
masih utuh.
4. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan daya dukung lingkungan hidup
perlu ditingkatkan agar dapat mendorong pelaksanaan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
5. Pembangunan yang makin meningkat dan bertambahnya penduduk akan dihadapkan
pada kondisi SDA yang semakin terbatas, khususnya SDA yang tidak dapat
diperbaharui.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I-1


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab I : Pendahuluan

6. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan, air, hutan dan pola tata ruang
perlu dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dengan terus memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, khususnya pelestarian daerah resapan dan
daerah penyangga air.
Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang lingkungan hidup tersebut diatas, selanjutnya
dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti :
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang kemudian disempurnakan dengan PP
No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Berbagai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bappedal tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL, sebagai penjabaran dari PP No. 51 Tahun
1993.
4. Berbagai Keputusan Menteri-Menteri Sektoral tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
AMDAL untuk masing-masing sektor sebagai penjabaran dari Pedoman Umum
Pelaksanaan AMDAL dari Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Selain itu berbagai peraturan perundangan yang diterbitkan akhir-akhir ini juga banyak
yang mengacu pada permasalahan Lingkungan Hidup seperti Undang-Undang Penataan
Ruang, Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan sebagainya.
Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut di atas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundangan yang berlaku, kegiatan tersebut di atas wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya mengacu pada
berbagai pedoman dan petunjuk teknis AMDAL yang relevan, dengan memperhatikan
sasaran dan ciri-ciri atau karakteristik kegiatan proyek yang bersangkutan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I-2


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

BAB II
PENGERTIAN DASAR LINGKUNGAN HIDUP

2.1 KONSEP LINGKUNGAN HIDUP

Istilah Lingkungan Hidup berasal dari kata Environment (lingkungan sekitar), yang oleh
Michael Allaby diartikan sebagai The physical, chemical, and biotic condition surrounding
an organism, sedangkan Emil Salim mengemukakan bahwa secara umum lingkungan
hidup dapat diartikan sebagai benda, kondisi dan keadaannya, serta pengaruh yang
terdapat pada ruang yang kita tempati dan mempengaruhi makhluk hidup, termasuk
kehidupan manusia.
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya dan keadaan, makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dari berbagai dimensi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup pada
dasarnya terdiri atas 4 unsur, yaitu materi, energi, ruang dan kondisi/situasi setempat,
dengan uraian sebagai berikut :

1. Unsur Materi.
Materi adalah zat yang dapat berbentuk biotik (hewan, tumbuhan, manusia), atau
abiotik (tanah, air, udara, dsb). Kedua unsur tersebut mempunyai hubungan timbal
balik, dan saling pengaruh mempengaruhi secara ekologis.
Unsur ini mengalami proses siklinal yaitu proses yang berulang kembali kepada
keadaan semula, adapun dalam perjalanannya akan mengalami perubahan bentuk.
Misalnya tumbuh-tumbuhan, untuk dapat hidup memerlukan energi dan mineral,
kemudian melalui proses rantai makanan, tumbuhan ini dimakan oleh hewan
konsumen Tk. I (Herbivora = pemakan tumbuhan), yang selanjutnya menjadi mangsa
dari hewan konsumen Tk. II (Omnivora = pemakan segala).
Pada saatnya, tumbuhan dan hewan tersebut mengalami proses kematian, dan
jasadnya menjadi mangsa bakteri Saprodit (bakteri pembusuk) yang menguraikan
jasad tadi menjadi unsur basa (C, N, O, S, P dsb) yang diperlukan untuk kehidupan
makhluk hidup.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-1


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

2. Unsur Energi
Semua makhluk yang bergerak untuk dapat hidup memerlukan energi, demikian pula
untuk dapat berinteraksi diperlukan adanya energi.
Sumber energi yang berlimpah berasal dari cahaya matahari, energi ini dapat
menyebabkan pohon dan tumbuhan yang berdaun hidau akan dapat melakukan
proses photo sintesa untuk tumbuh menuju suatu proses kehidupan. Demikian pula
dengan biji-biji dapat tumbuh dan berkembang karena adanya energi matahari ini.

3. Unsur Ruang
Ruang adalah tempat atau wadah dimana lingkungan hidup berada, suatu ekosistem
habitat tertentu akan berada pada suatu ruang tertentu, artinya mempunyai batas-
batas tertentu yang dapat dilihat secara fisik. Dengan mengetahui ruang habitat suatu
ekosistem maka pengelolaan lingkungan dapat lebih mudah ditangani secara spesifik.

4. Unsur Kondisi/Situasi
Kondisi atau situasi tertentu dapat mempengaruhi lingkungan hidup, misalnya karena
desakan ekonomi masyarakat pada suatu daerah tertentu, maka penduduk di wilayah
tersebut terpaksa melakukan pembakaran hutan untuk usaha pertanian, yang dapat
menimbulkan ancaman erosi lahan.

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1892 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian dijabarkan ke dalam Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta
Pedoman-pedoman Umum Pelaksanaannya, maka aspek-aspek Lingkungan Hidup yang
terkait dengan pekerjaan konstruksi dapat dibedakan atas :

1. Komponen Fisik Kimia


a. Iklim seperti suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, keadaan angin, intensitas
radiasi matahari, serta pola iklim makro.
Uraian tentang iklim termasuk pula kualitas udara, pola penyebaran pencemaran
udara, serta tingkat kebisingan dan sumbernya.
b. Fisiografi, seperti topografi bentuk lahan, struktur geologi dan tanah, serta
keunikan dan kerawanan bentuk lahan secara geologis, termasuk indikatornya.
c. Hidrologi, seperti karakteristik fisik sungai, danau, rawa, debit aliran, kondisi fisik
daerah resapan, tingkat erosi, tingkat penyediaan dan pemanfaatan air, serta
kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologisnya.
d. Hidrooceanologi, atau pola hidrodinamika kelautan seperti pasang surut, arus dan
gelombang/ombak, morphologi pantai serta abrasi dan akresi pantai.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-2


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

e. Ruang, tanah dan lahan, seperti tata guna lahan yang ada, rencana
pengembangan wilayah, rencana tata ruang, rencana tata guna tanah, estetika
bentang lahan, serta adanya konflik penggunaan lahan yang ada.

2. Komponen Biologi.
a. Flora, seperti peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami, jenis-jenis vegetasi
dan ekosistem yang dilindungi undang-undang, serta adanya keunikan dari
vegetasi dan ekosistem yang ada.
b. Fauna, seperti kelimpahan dan keanekaragaman fauna, habitat, penyebaran, pola
migrasi, populasi hewan budidaya, serta satwa yang habitatnya dilindungi undang-
undang. Termasuk dalam fauna ini adalah penyebaran dan populasi hewan,
invertebrata yang mempunyai potensi dan peranan sebagai bahan makanan, atau
sumber hama dan penyakit.

3. Komponen Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya


a. Demografi seperti struktur kependudukan, tingkat kepadatan, angkatan kerja,
tingkat kelahiran dan kematian, serta pola perkembangan penduduk.
b. Sosial Ekonomi, seperti kesempatan kerja dan berusaha, tingkat pendapatan
penduduk, prasarana dan sarana ekonomi, serta pola pemilikan dan pemanfaatan
sumber daya alam.
c. Sosial Budaya, seperti pranata sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan,
adat istiada dan pola kebiasaan, proses sosial, akulturasi, asimilasi dan integrasi
dari berbagai kelompok masyarakat, pelapisan sosial dalam masyarakat,
perubahan sosial yang terjadi serta sikap dan persepsi masyarakat.
d. Komponen Kesehatan Masyarakat, seperti sanitasi lingkungan, jenis dan jumlah
fasilitas kesehatan, cakupan pelayanan paramedis, tingkat gizi dan kecukupan
pangan serta insidensi dan prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana
kegiatan.

2.2 EKOLOGI DAN EKOSISTEM

Dalam Lingkungan Hidup dikenal adanya istilah ekologi dan ekosistem, yang keduanya
sangat terkait dengan masalah lingkungan hidup.
Ekologi berasal dari kata Yunani, oikos (= rumah tangga) dan logos (= ilmu), dengan
demikian ekologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu tentang rumah tangga alami.

Menurut Otto Sumarwoto, ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungan hidupnya, baik biotis maupun abiotis. Oleh karena itu pada
hakekatnya masalah lingkungan hidup adalah masalah ekologi.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-3


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

Perbedaan utama antara disiplin Lingkungan Hidup dan disiplin Ekologi terletak pada
penekanannya. Lingkungan Hidup lebih menonjolkan peran manusianya, sehingga faktor
manusia lebih dominan, misalnya bagaimana aktivitas manusia agar tidak merusak atau
mencemari lingkungan. Sedangkan ekologi sebagai cabang Ilmu Biologi mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya ditinjau dari disiplin
biologi, misalnya bagaimana terselenggaranya mata rantai makanan, sistem reproduksi
atau karakteristik habitat makhluk pada suatu ekosistem. Dengan demikian dapat pula
dikatakan bahwa ilmu lingkungan hidup lebih bersifat ilmu aplikatif (applied science), yaitu
menggunakan pengetahuan ekologi untuk kepentingan kelangsungan hidup manusia
yang lebih lestari.

Ekosistem adalah hubungan timbal balik yang terjalin sangat erat antara makhluk hidup
dan lingkungannya dan membentuk suatu sistem.
Hubungan interaksi antar komponen pada suatu ekosistem, dapt berbentuk :

1. Interaksi Simbiosa, dimana kedua belah pihak yang berhubungan tidak dirugikan,
misalnya tumbuhan polong-polongan (leguminosa) mengadakan simbiosa dengan
bakteri yang ada di akarnya, dimana bakteri mendapat zat hidrat arang (C) dari
tumbuhan sedangkan bakteri sendiri menghasilkan zat lemas (N) yang berguna bagi
tumbuhan.
2. Interaksi antagonistik, dapat berupa :
a. Antibiosa, yang dapat mematikan makhluk lain.
b. Eksploitasi, yang dapat mengkonsumsi makhluk lain.
c. Kompetisi, yang saling bersaing untuk mempertahankan eksistensinya dalam
upaya memperoleh sumber daya yang jumlahnya terbatas.

3. Netralistik, tidak adanya interaksi antar komponen, misalnya antara makhluk burung
dengan anjing tidak terjadi interaksi, baik yang sifatnya simbiosa maupun antagonistik.

2.3 BAKU MUTU LINGKUNGAN

Dalam pekerjaan konstruksi perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya perubahan


kualitas lingkungan akibat masuknya bahan pencemar yang ditimbulkan oleh rencana
kegiatan, yang pada umumnya terjadi pada komponen fisik kimia, namun bila tidak
ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan lain seperti biologi atau sosial ekonomi dan sosial budaya.
Untuk mengetahui apakah perubahan lingkungan tersebut mencapai toleransi mutu
lingkungan yang diperkenankan, dikenal adanya standar baku mutu lingkungan yang

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-4


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

ditetapkan secara nasional oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup atau tingkat Daerah
oleh Gubernur.

2.3.1 BAKU MUTU AIR

Baku mutu air atau sumber air adalah batas kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan
pencemar pada air, namun air tetap berfungsi sesuai peruntukannya.
Penentuan baku mutu air didasarkan atas daya dukung air pada sumber air, yang
disesuaikan dengan peruntukan air tersebut sebagai berikut :
1. Golongan A, air yang dipakai sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
lebih dulu.
2. Golongan B, air yang dapat dipakai sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum
dan untuk keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, air yang dapat dipakai untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, air yang dapat dipakai untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air.

Selain baku mutu air, dikenal pula istilah baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar yang
dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang ke dalam air atau sumber air,
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.

Penentuan baku mutu limbah cair ini ditetapkan dengan pertimbangan beban maksimal
yang dapat diterima air dan sumber air, dan dibedakan atas 4 golongan baku mutu air
limbah, yakni Golongan, I, II, III dan IV.
Besarnya kadar pencemaran yang diperbolehkan untuk setiap parameter kualitas air dan
air limbah dapat dilihat pada pedoman penentuan baku mutu lingkungan yang diterbitkan
oleh Kantor Menteri Negara LIngkungan Hidup seperti terlihat pada lampiran.

2.3.2 BAKU MUTU UDARA

Baku mutu udara dibedakan atas dua hal, yaitu :


1. Baku mutu udara ambien, yaitu kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuh-tumbuhan atau benda hidup lainnya, yang penentuannya dengan
mempertimbangkan kondisi udara setempat.
2. Baku mutu udara emisi, yaitu batas kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, yang penentuannya

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-5


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RDL Bab II : Pengertian Dasar Lingkungan Hidup

didasarkan sumber bergerak atau sumber tidak bergerak serta dibedakan antara baku
mutu berat, sedang dan ringan.
3. Besarnya kadar pencemaran yang dibolehkan untuk setiap parameter udara dapat
dilihat pada pedoman penentuan baku mutu lingkungan yang diterbitkan oleh Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, seperti dapat dilihat pada Lampiran.

Selain itu dikenali pula istilah baku mutu kebisingan yang penentuan didasarkan atas
peruntukan lahan di lokasi tersebut yang seperti contoh menurut Keputusan Gubernur
DKI Jakarta No. 587 tahun 1990 adalah :

Max. Derajat Kebisingan (dBA)


No Peruntukan
Yang diinginkan Yang diperkenankan
1. Perumahan 45 60
2. Industri/Perkantoran 70 70
3. Pusat Perdagangan 75 85
4. Tempat Rekreasi 50 60
5. Campuran Industri/ 50 65
Perumahan

2.3.3 BAKU MUTU AIR LAUT

Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lainnya yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang
ditenggang adanya dalam air laut.
Penentuan baku mutu air laut ini didasarkan atas pemanfaatan perairan pesisir laut,
menurut peruntukannya, seperti :
a. Kawasan pariwisata dan rekreasi untuk mandi dan renang.
b. Kawasan pariwisata dan rekreasi untuk umum dan estetika.
c. Kawasan budidaya biota laut.
d. Kawasan taman laut dan konservasi.
e. Kawasan untuk bahan baku dan proses kegiatan pertambangan dan industri.
f. Kawasan sumber air pendingin untuk kegiatan pertambangan dan industri.

Penetapan peruntukan kawasan laut tersebut menjadi wewenang Gubernur setempat,


dan besarnya kadar/bahan pencemar dapat dilihat pada pedoman penetapan baku
mutu lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-6


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

BAB III
INTEGRASI ASPEK LINGKUNGAN
PADA KEGIATAN PROYEK

3.1 PENGERTIAN AMDAL


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan.
Disesuaikan dengan jenis kegiatannya, AMDAL dapat dibedakan atas :
1. AMDAL Sektoral, biasanya disebut AMDAL, bila kegiatan terletak pada satu lokasi
tertentu dan melibatkan kewenangan satu instalasi yang bertanggung jawab.
2. AMDAL Kawasan, bila kegiatan terletak pada satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instalasi yang bertanggung jawab.
3. AMDAL terpadu/Multi Sektor, bila kegiatan terletak pada satu kesatuan hamparan
ekosistem dan menyangkut kewenangan lebih sari satu instalasi yang bertanggung
jawab.
4. AMDAL Regional, bila kegiatan terletak pada satu kesatuan hamparan ekosistem dan
satu rencana pengembangan wilayah sesuai dengan RUTR dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instalasi yang bertanggung jawab.

Dokumen AMDAL tersebut diatas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-turut
sebagai berikut :
1. KA - ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil pelingkupan
atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak
penting.
2. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara cermat
dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.
3. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung upaya
penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
rencana kegiatan.
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat
rencana kegiatan.

Dalam suatu pekerjaan konstruksi terkadang dapat menimbulkan dampak penting, atau
perubahan lingkungan yang mendasar, yang penentuannya didasarkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-1


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.


2. Luas wilayah sebaran dampak.
3. Lamanya dampak berlangsung.
4. Intensitas Dampak.
5. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak.
6. Sifat kumulatif dampak.
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Kriteria-kriteria atas besaran faktor-faktor yang menimbulkan dampak penting tersebut


dapat dilihat pada pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting yang tercantum dalam
Keputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994, dan perlu dikaji secara mendalam dalam
laporan ANDAL.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang berpotensi mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan seperti tersebut diatas antara lain :
1. Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Exploitasi sumber daya alam yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan atau perlindunan cagar budaya.
5. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan,jenis hewan dan jasad renik.
6. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
7. Penerapan terknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar mempengaruhi
lingkungan.
8. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara.

Penentuan apakah kegiatan ini menimbulkan dampak penting sehingga perlu


melaksanakan AMDAL, ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat instansi yang bertanggung jawab
atas kegiatan tersebut.

Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak menimbulkan dampak penting dan atau
secara teknologi dampak penting yang timbul dapat dikelola, maka kegiatan tersebut tidak
diwajibkan menyusun ANDAL, namun diharuskan melakukan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan, dalam rangka mewujudkan pembangunan
yang berwawasan lingkungan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-2


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

3.2 KEDUDUKAN AMDAL DALAM PROSES PENGEMBANGAN


PROYEK
Proses pengembangan proyek pada umumnya meliputi tahapan-tahapan perencanaan
umum, studi kelayakan termasuk pra-studi kelayakan, perencanaan teknis, konstruksi dan
tahapan pasca konstruksi yang mencakup operasi, pemeliharaan serta pemanfaatannya.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kegiatan AMDAL merupakan bagian dari proses
dari setiap tahapan pengembangan proyek tersebut di atas.

3.2.1 PENYARINGAN AMDAL PADA TAHAP PERENCANAAN UMUM.

Perencanaan Umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide untuk memenuhi suatu
kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat berupa rencana jangka panjang, rencana
jangka menengaha dan jangka pendek, yang secara terus menerus menghasilkan
rencana dan progaram untuk diimplementasikan.
Pada tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui secara umum apakah
proyek tersebut menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan, sehingga
harus melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan dampak yang berarti sehingga
cukup melaksanakan UKL dan UPL.
Besarnya perubahan lingkungan yang timbul tesebut sangat dipengaruhi oleh :
Volume dan besaran rencana kegiatan.
Lokasi proyek dan kondisi lingkungannya.
Fungsi dan peruntukan lahan di sekitar lokasi proyek.

3.2.2 PELINGKUPAN DAN KA-ANDAL PADA TAHAP PRA STUDI


KELAYAKAN.

Pra studi kelayakan merupakan bagian dari studi kelayakan dilakukan untuk menganalisis
apakah proyek yang diusulkan tersebut dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi
teknis, ekonomi dan lingkungan.
Kegiatan AMDAL berupa pelingkupan adalah proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang timbul dari rencana
proyek yang diusulkan. Pelingkupan ini merupakan proses penting dalam penyusunan
KA-ANDAL, karena melalui proses ini dapat ditentukan.
Dampak penting hipotesis yang relevan untuk dibahas dalam ANDAL.
Batas wilayah studi ANDAL.

KA-ANDAL sebagai penjabaran lebih lanjut dari pelingkupan diatas merupakan ruang
lingkup studi ANDAL yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun studi ANDAL.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-3


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

Untuk itu KA-ANDAL minimal harus mencakup :


Informasi rencana proyek dan kondisi lingkungannya.
Lingkup tugas studi termasuk metode studi.
Kebutuhan tenaga ahli dan jadwal pelaksanaannya.

3.2.3 STUDI ANDAL PADA TAHAP STUDI KELAYAKAN


Sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan studi
kelayakan harus mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis dan lingkungan, akan
menghasilkan suatu dokumen bagi para pengambil keputusan apakah proyek tersebut
layak untuk dilaksanakan. Studi ANDAL yang dilakukan pada tahap ini merupakan
penelaahan dampak penting yang timbul akibat rencana kegiatan proyek secara cermat
dan mendalam, dan hasilnya merupakan acuan untuk merumuskan penanganan dampak
yang timbul tersebut dalam bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Studi ini juga merupakan dokumen proyek yang penting, karena dipakai oleh para
pengambil keputusan apakah proyek tersebut layak ditinjau dari segi lingkungan,
sehingga dapat diimplementasikan.

3.2.4 PENJABARAN RKL DAN RPL PADA TAHAP PERENCANAAN TEKNIS.


Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar teknis, syarat dan
spesifikasi teknis kegiatan, sehingga dapat menggambarkan produk yang akan
dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam studi kelayakan.
Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan lingkungan, maka
perumusan RKL dan RPL harus dijabarkan dalam gambar-gambar teknis dan spesifikasi
teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen kontrak, sehingga mengikat
pelaksana proyek.
Contoh sistematika dokumen RKL proyek jalan meliputi sebagai berikut:
Pendahuluan
o Latar Belakang
o Tujuan Dan Kegunaan RKL
o Rona Lingkungan Yang Perlu Diperhatikan
Rencana Pengelolaan Lingkungan;
o Jenis Dampak Penting yang Dikelola
o Pengelolaan Lingkungan Tahap Pra-Konstruksi
o Pengelolaan Lingkungan Tahap Konstruksi
o Pengelolaan Lingkungan Tahap pasca Konstruksi
Daftar Pustaka;

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-4


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

Lampiran.
o Peta Lokasi Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
o Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan.
Materi pokok dokumen RKL adalah petunjuk tentang penanganan dampak untuk setiap
tahapan kegiatan proyek, yang harus diuraikan secara rinci dan sistematis meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Jenis dampak penting yang dikelola;
Sumber dampak penting;
Tolok ukur dampak;
Tujuan pengelolaan lingkungan;
Upaya pengelolaan lingkungan;
Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan;
Perlaksanaan pengelolaan lingkungan.

Contoh sistematika dokumen RPL proyek jalan meliputi sebagai berikut:


Pendahuluan
o Latar Belakang
o Tujuan Dan Kegunaan RPL
Rencana Pengelolaan Lingkungan;
o Jenis Dampak Penting yang Dipantau
o Pemantauan Lingkungan Tahap Pra-Konstruksi
o Pemantauan Lingkungan Tahap Konstruksi
o Pemantauan Lingkungan Tahap Pasca Konstruksi
Daftar Pustaka;
Lampiran.
o Peta Lokasi Kegiatan Pemantauan Lingkungan
o Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan.

Materi pokok dokumen RKL adalah petunjuk tentang penanganan dampak untuk setiap
tahapan kegiatan proyek, yang harus diuraikan secara rinci dan sistematis meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Jenis dampak penting yang dikelola;
Komponen lingkungan yang dipantau;
Sumber dampak penting;
Tujuan pemantauan lingkungan;
Metode pemantauan lingkungan;
Lokasi, jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan;
Perlaksanaan pemantauan lingkungan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-5


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

3.2.5 PELAKSANA RKL DAN RPL.

1. Pada tahap pra konstruksi


Kegiatan pra konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan
penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang
lokasi, luas, jenis perunutkan serta kondisi penduduk yang memiliki atau
menempati tanah yang dibebaskan tersebut.
Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah pembebasan tanah
dalam RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah dan pembebasan tanah
tersebut.

2. Pada tahap konstruksi.


Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam
kegiatan perencanaan teknis.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap ini meliputi
penerapan:
a. Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang terkait dengan penanganan dampak penting.
b. Penerapan SOP yang mengacu dampak lingkungan.
c. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan tindak
lanjutnya.
Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup :
a. Pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang telah mengikuti Kaidah lingkungan.
b. Penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional.
c. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolahan lingkungan dan pemantauan
lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL dan RPL.

3.2.6 EVALUASI PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA


TAHAP PASCA PROYEK.

Evaluasi pasca proyek ditujukan : untuk menilai dan pengupayakan peningkatan daya
guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan dioperasikan.
Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk memantapkan
SOP dengan mengacu pada pengalaman yang didapat dilapangan selama kegiatan
proyek berlangsung.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-6


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

3.3 PROSES PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN AMDAL

Penyusunan AMDAL untuk kegiatan konstruksi fisik yang diperkirakan menimbulkan


dampak penting terhadap lingkungan hidup, memerlukan data dan informasi mengenai

berbagai komponen kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak penting serta
komponen lingkungan disekitar lokasi kegiatan yang berpotensi terkena dampak akibat
kegiatan.

Penelaahan terhadap kedua hal tersebut menjadi sangat penting karena ketepatan dan
ketelitian Analisis Dampak Lingkungan sepenuhnya tergantung dari kelengkapan dan
kedalaman data dan informasi yang diperoleh.

Dengan melakukan analisis dampak lingkungan dapat diperkirakan dan dievaluasi jenis,
besaran atau intensitas serta tingkat pentingnya dampak yang terjadi.

Intensitas dampak dapat diperkirakan atau dihitung besarnya denan memakai berbagai
metode yang sesuai untuk komponen lingkungan tertentu, seperti metode statistik,
matematik, metode survai, experimental, analogi ataupun profesional judgement.
Sedangkan tingkat pentingnya dampak dapat mengacu pada Pedoman Penentuan
Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala Bapendal No. 056 Tahun 1994, dimana
tingkat pentingnya dampak ditentukan oleh faktor-faktor :

a. Jumlah penduduk yang akan terkena dampak.


b. Luas wilayah sebaran dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung.
d. Intensitas dampak.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.
f. Sifat kumulatif dampak.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas secara sistematis
dituangkan dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan dalam perumusan upaya
penanganan dampak yang timbul, yang dituangkan dalam dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dokumen
RKL dan RPL ini harus dapat dijabarkan dalam gambar-gambar kerja dan syarat-syarat
pelaksanaan, serta acuan dalam melaksanakan pekerjaan.

Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula sebagai dasar untuk pelaksanaan
pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan pemantauan lingkungan (PL), selama
masa pra konstruksi, konstruksi maupun pada pasca konstruksi.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-7


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab III : Integrasi Aspek Lingkungan Pada Kegiatan Proyek

Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan tesebut dilakukan penilaian


atas hasil pemantauan lingkungan dan hasil pemantauan lingkungan ini dapat menjadi
umpan balik bagi pelaksana pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta dapat
dikapai sebagai acuan bagi upaya pengembangan, penyempurnaan atau pemantapan
dokumen RKL dan RPL yang telah disusun.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) III-8


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

BAB IV
PENGAMANAN LINGKUNGAN
PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

4.1 PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1.1 PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melaakukan pemanfaatan,


penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan
hidup, sehingga pelestarian potensi sumber daya alam dapat tetap dipertahankan, dan
pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat dicegah.
Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan teknologi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi lingkungan.

Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan antara lain :
1. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah timbulnya dampak
yang tidak diinginkan, dengan mengenali secara dini kemungkinan timbulnya dampak
negatif, sehingga rencana pencegahan dapat disiapkan sebelumnya.
Beberapa contoh dalam penerapan prinsip ini adalah melaksanakan AMDAL secara
baik dan benar, pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien sesuai potensinya,
serta mengacu pada tata ruang yang telah ditetapkan.
2. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi dampak yang
terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena keterbatasan teknologi, hal
tesebut tidak dapat dihindari.
Hal ini dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena
dampak seperti kualitas udara, kualitas air dan sebagainya.
Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya perubahan atau
pencemaran lingkungan, maka perlu ditelusuri penyebab/sumber dampaknya, dikaji
pengaruhnya, serta diupayakan menurunnya kadar pencemaran yang timbul.

3. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan kepentingan


2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat
manfaat dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena dampak,
sehingga tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini dapat juga berupa pengaturan
oleh pemerintah seperti peningkatan pajak atas buangan limbah, iuran pemakaian air,
proses perizinan dan sebagainya.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-1


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

4.1.2 PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Rencana pengelolaan lingkungan, harus dilakukan dengan mempertimbangkan


pendekatan teknologi, yang kemudian harus dapat dipadukan dengan pendekatan
ekonomi, serta pendekatan institusional sebagai berikut :

4.1.2.3 Pendekatan Teknologi

Berupa tata cara teknologi yang dapat dipergunakan untuk melakukan pengelolaan
lingkungan, seperti :
1. Melakukan kerusakan lingkungan, antara lain dengan :
a. Melakukan reklamasi lahan yang rusak.
b. Memperkecil erosi dengan sistem terasering dan penghijauan.
c. Penanaman pohon-pohon kembali pada lokasi bebas quary dan tanah kosong.
d. Tata cara pelaksana konstruksi yang tepat.
2. Menanggulangi menurunnya potensi sumber daya alam, antara lain dengan :
a. Mencegah menurunnya kualitas/kesuburan tanah, kualitas air dan udara.
b. Mencegah rusaknya kondisi flora yang menjadi habitat fauna.
c. Meningkatkan diversifikasi penggunaan bahan material bangunan.
3. Menanggulangi limbah dan pencemaran lingkungan, antara lain dengan :
a. Mendaur ulang limbah, hingga dapat memperkecil volume limbah.
b. Mengencerkan kadar limbah, baik secara alamiah maupun secara engineering.
c. Menyempurnakan design peralatan/mesin dan prosesnya, sehingga kadar
pencemar yang dihasilkan berkurang.

4.1.2.4 Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan lingkungan antara lain:
1. Kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan peralatan untuk pengelolaan
lingkungan.
2. Pemberian ganti rugi atau kompensasi yang wajar terhadap masyarat yang terkena
dampak.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pelaksanaan kegiatan dan penggunaan
tenaga kerja.
4. Penerapan teknologi yang layak ditinjau dari segi ekonomi.

4.1.2.3 Pendekatan Institusional /Kelembagaan

Pendekatan institusional yang dipakai dalam pengelolaan lingkungan, antara lain :

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-2


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait, dan masyarakat


setempat dalam pengelolaan lingkungan.
2. Melengkapi peraturan, dan ketentuan serta persyaratan pengelolaan lingkungan
termasuk sanksi-sanksinya.
3. Penerapan teknologi yang dapat didukung oleh institusi yang ada.

4.1.2.4 Mekanisme pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.

Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab
pemrakarsa/pengelola kegiatan, dilaksanakan selama pelaksanaan dampak negatif,
maupun pengembangan dampak positif.
Kegiatan pengelolan lingkungan terkait dengan berbagai instansi, dan masyarakat
setempat, sehingga perlu dijabarkan keterkaitan antar instansi dalam melaksanakan
pengelolaan lingkungan tersebut.
Penentuan instansi terkait, disesuaikan dengan fungsi, wewenang dan bidang tugas serta
tanggung jawab instansi tersebut.
Mengingat bahwa pengelolaan lingkungan harus dilakukan selama proyek berlangsung,
maka perlu ditetapkan unit kerja yang bertanggunga jawab melaksanakan pengelolaan
lingkungan, serta tata cara kerjanya. Unit kerja tersebut dapat berupa pembentukan unit
baru atau pengembangan dari unit kerja yang sudah ada. Pemrakarsa/pengelola kegiatan
harus mengambil inisiatif dalam melakukan pengelolaan lingkungan, sedangkan instansi
terkait diarahkan untuk menyempurnakan dan memantapkannya.
Pembiayaan merupakan faktor yang penting atas terlaksananya pengelolaan lingkungan,
untuk itu sumber dan besatnya biaya harus dijabarkan dalam RKL. Pada prinsipnya
pemrakarsa/pengelola kegiatan harus bertanggung jawab atas penyediaan dana untuk
pengelolaan lingkungan yang diperlukan.

4.2 KOMPONEN PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG


MENIMBULKAN DAMPAK.
Komponen pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampatk terhadap lingkungan hidup,
sangat dipengaruhi oleh jenis besaran dan volume pekerjaan tersebut serta kondisi
lingkungan yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan dampak antara
lain :

4.2.1 PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

1. Mobilitas peralatan berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi yang memerlukan
banyak alat-alat berat, dan terletak atau melintas areal permukiman, serta kondisi
prasarana jalan yang kurang memadai.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-3


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

2. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, basecamp dan barak kerja yang besar dan
terletak di areal pemukiman.
3. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang cukup luas dan dekat
areal pemukiman.

4.2.2 PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

1. Pekerjaan tanah, mencakup penggalian dan penimbunan tanah.


2. Pengangkutan tanah dan material bangunan.
3. Pembuatan pondasi, terutama pondasi tiang pancang.
4. Pekerjaan struktur bangunan, berupa beton, baja dan kayu.
5. Pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan.
6. Pekerjaan pengairan seperti saluran dan tanggul irigasi/banjir, sudetan sungai,
bendung serta bendungan

Disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar lokasi kegiatan, kegiatan
konstruksi tersebut diatas akan dapat menimbulkan dampak terhadap komponen fisik
kimia dan bahkan bila tidak ditanggulangi dengan baik akan dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap komponen lingkungan lain seperti komponen biologi maupun komponen
sosial ekonomi dan sosial budaya.

4.3 DAMPAK YANG TIMBUL PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI


DAN UPAYA MENANGANINYA
Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-dampak yang
timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya untuk menanganinya.
Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan konstruksi serta kondisi lingkungan di
sekitar lokasi kegiatan, penentuan jenis dampak lingkungan yang cermat dan teliti, atau
melakukan analisis secara sederhana dengan memakai data sekunder.
Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat timbul
pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya adalah sebagai
berikut :

4.3.1 MENINGKATNYA PENCEMARAN UDARA DAN DEBU

Dampak ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan konstruksi
seperti saat pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah, pengangkutan tanah
dan material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya tiang pancang, pekerjaan badan
jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan struktur bangunan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-4


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara atau
adanya tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak tersebut.
Upaya penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu sendiri
atau pengelolaan terhadap lingkungan yang terkena dampak seperti :
1. Pengaturan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan kondisi setempat,
seperti penempatan base camp yang jauh dari lokasi pemukiman, pengangkutan
material dan pelaksanaan pekerjaan pada siang hari.
2. Memakai metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti memakai
pondasi bore pile untuk lokasi disekitar permukiman.
3. Penyiraman secara berkala untuk pekerjaan tanah yang banyak menimbulkan debu.

4.3.2 TERJADINYA EROSI DAN LONGSORAN TANAH SERTA GENANGAN


AIR

Dampak ini dapat timbul akibat kegiatan pembersihan dan pematangan lahan serta
pekerjaan tanah termasuk pengelolaan quary, yang menyebabkan permukaan lapisan
atas tanah terbuka dan rawan erosi, serta timbulnya longsoran tanah yang dapat
mengganggu sistem drainase yang ada, serta mengganggu estetika lingkungan disekitar
lokasi kegiatan.
Indikator dampak dapat secara visual dilapangan, dan penanganannya dapat dilakukan
antara lain :
1. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai sehingga tidak merusak atau
menyumbat saluran-saluran yang ada.
2. Perkuat tebing yang timbul akibat perkerjaan konstruksi.
3. Pembuatan saluran drainase dengan dimensi yang memadai.

4.3.3 PERCEMARAN KUALITAS AIR

Dampak ini timbul akibat pekerjaan tanah dapat yang menyebabkan erosi tanah atau
pekerjaan konstruksi lainnya yang membuang atau mengalirkan limbah ke badan air
sehingga kadar pencemaran di air tesebut meningkat.
Indikator dampak dapat dilihat dari warna dan bau air di bagian hilir kegiatan serta hasil
analisis kegiatan air/mutu air serta adanya keluhan masyarakat.

Upaya penanganan dampak ini dapat dilakukan antara lain :


1. Pembuatan kolam pengendap sementara, sebelum air dari lokasi kegiatan dialirkan ke
badan air.
2. Metode pelaksanaan konstruksi yang memadai.
3. Mengelola limbah yang baik dari kegiatan base camp dan bengkel.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-5


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

4.3.4 KERUSAKAN PRASARANA JALAN DAN FASILITAS UMUM

Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan yang
melalui jalan umum, serta pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan tanah
yang berada disekitar prasarana dan utilitas umum tersebut.
Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana jalan dan utilitas umum yang
dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut, serta keluhan masyarakat
disekitar lokasi kegiatan.
Upaya penanganan dampak yang timbul tersebut antara lain dengan cara :
1. Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
2. Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang terdapat dilokasi kegiatan ketempat
yang aman.

4.3.5 GANGGUAN LALU LINTAS

Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan serta
pelaksanaan pekerjaan yang terletak disekitar/berada di tepi prasarana jalan umum, yang
lalu lintasnya tidak boleh terhenti oleh pekerjaan konstruksi.
Indikator dampak dapat dilihat dari adanya kemacetan lalulintas di sekitar lokasi kegiatan
dan tanggapan negatif dari masyarakat disekitarnya.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
1. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan memberi prioritas pada
kelancaran arus lalulintas.
2. Pengaturan waktu pengangkutan tanah dan material bangunan pada saat tidak jam
sibuk.
3. Pembuatan rambu lalulintas dan pengaturan lalulintas di sekitar lokasi kegiatan.
4. Menggunakan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

4.3.6 BERKURANGNYA KEANEKA-RAGAMAN FLORA DAN FAUNA

Dampak ini timbul akibat pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan
tanah terutama pada lokasi-lokasi yang mempunyai kondisi biologi yang masih alami,
seperti hutan.
Indikator dampal dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang, khususnya
jenis-jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi masyarakat.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
1. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.
2. Penanaman kembali jenis-jenis pohon yang ditebang disekitar lokasi kegiatan.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-6


Modul RDE-02 (B) : RKL dan RPL Bab IV : Penanganan Dampak Lingkungan Pada Pek. Konstruksi

Selain dampak primer tersebut diatas masih dampak-dampak sekunder akibat pekerjaan
konstruksi yang perlu mendapat perhatian bagi pelaksana proyek, seperti :
1. Terjadinya interaksi sosial (positif/negatif) antara penduduk setempat dengan para
pekerja pendatang dari luar daerah.
2. Dapat meningkatkan peluang kerja dan kesempatan berusaha pada masyarakat
setempat, serta meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.

Pelatihan Road Design Engineer (RDE) IV-7

Anda mungkin juga menyukai