Anda di halaman 1dari 265

TUGAS BESAR

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


KONSTRUKSI

“Perencanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3) Pada Pekerjaan Konstruksi Pelabuhan,
Bendungan, dan Fly Over”

OLEH

LA ODE YUDI ARYANTO


E1A118009

JURUSAN S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Bumi Tridarma Anduonohu, Kendari, Kode Pos: 93232

LEMBAR PENGESAHAN

Di terangkan bahwa mahasiswa atas nama:

LA ODE YUDI ARYANTO


E1A1 18 009

Telah menyelesaikan Laporan Tugas BesarPerencanaan


Perencanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3), dan telah diterima sebagaii salah satu
syarat kelulusan mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
Semester Genap Tahunn Ajaran 2019-2 di Jurusan Teknik Sipil Fakulltas Teknik
Universitas Halu Oleo

Dengan Nilai Ang


ngka:

Kendari, 2020
Dosen Matakuliah,

FITRIAH, SST.,MT
NIP. 19771022 100604 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Besar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Konstruksi tentang penerapan Sistem ManajemenKeselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu
yang telah di tentukan. Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini dibuat
untuk keperluan pemenuhan tugas perkuliahan dan syarat lulus perkuliahan pada
mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

Laporan praktikum ini berisi tentang identifikasi, penilaian, dan


pengendalian resiko pada penerapan Sistem ManajemenKeselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang di terapkan pada pekerjaan Pelabuhan,
Bendungan, dan Fly Over.

Dengan selesainya laporan praktikum ini, penulis mengucapkan terima


kasih kepada Dosen Pengampu matakuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Konstruksi,Ibu FITRIAH, S.ST, M.T., Serta seluruh pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu,memberikan dukungan,saran, dan kritik mengenai isi laporan ini.

Kendari, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
LEMBAR SOAL vi
LEMBAR ASISTENSI viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 LatarBelakang 1
1.2 Maksud dan TujuanKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 4
1.3 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 6

BAB II KAJIAN LITERATUR 8


2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 8
2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 10
2.3 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) 25
2.4 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada masing-
masing Pekerjaan 27
2.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan 32

BAB III METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 47


3.1 Uraian Pekerjaan 47
3.2 Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 49

ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52
4.1 Rencana Identifikasi Bahaya, penilaian resiko, skala prioritas,
pengendalian resiko 52
4.2 Tabel/Matriks 119
4.3 Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
(RK3K) 120
4.4 Alat Pelindung Diri (APD) 163
4.5 Alat Pelindung Kerja (APK) dan Rambu-Rambu 177
4.6 Asuransi dan Perijinan 183
4.7 Personil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 189
4.8 Fasilitas Sarana Kesehatan 193
4.9 Pengendalian Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 197

BAB V PENUTUP 206


5.1 Kesimpulan 206
5.2 Saran 207

DAFTAR PUSTAKA 166


LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uraian Pekerjaan Pelabuhan


Tabel 3.2 Uraian Pekerjaan Bendungan
Tabel 3.3 Uraian Pekerjaan Fly Over
Tabel 3.4 Wewenang dan tanggung jawab unit pelaksana K3 Konstruksi
Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Pelabuhan
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Bendungan
Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Fly Over
Tabel 4.4 Penilaian resiko, Skala Prioritas, dan Pengendalian Resiko Pada
Pekerjaan Pelabuhan
Tabel 4.5 Penilaian resiko, Skala Prioritas, dan Pengendalian Resiko Pada
Pekerjaan Bendungan
Tabel 4.6 Penilaian resiko, Skala Prioritas, dan Pengendalian Resiko Pada
Pekerjaan Fly Over
Tabel 4.7 Tabel/Matriks Penilaian Resiko
Tabel 4.8 Alat Pelindung Diri (APD)
Tabel 4.9 Pengendalian Resiko Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flow chart pelaksanaan pekerjaan perencanaan Pelabuhan


Gambar 2.2 Flow chart pelaksanaan pekerjaan Seawall
Gambar 2.3 Layout lokasi rencana fly over
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Gambar 4.1 Formulir RK3K
Gambar 4.2 Rambu Segitiga
Gambar 4.3 Rambu Lingkaran
Gambar 4.4 Rambu Kotak
Gambar 4.5 Rambu Larangan
Gambar 4.6 Warna Pada Rambu
Gambar 4.7 Perlengkapan P3K
Gambar 4.8 Alat Pemadam Kebakaran

v
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS BESAR BESAR K3


PERENCANAAN SMK3

Diberikan kepada
Nama mahasiswa : LA ODE YUDI ARYANTO
NIM : E1A1 18 009
Asisten Tugas :
Mata kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi

A. Jenis lingkup pekerjaan (Dosen/Asisten yang menentukan)


1) Pelabuhan
2) Jembatan
3) Dermaga
4) Bendungan
5) PeningkatanJalan
6) BangunanTinggi
7) Bandara
8) Fly over

B. Tugas Besar Perencanaan SMK3


1) Buat daftar uraian-uraian tahapan pekerjaan sesuai ruang lingkup
2) Rencana identifikasi bahaya, penilaian resiko, skala prioritas dan
pengendalian resiko tiap uraian pekerjaan
3) Rencanakan struktur organisasi unit K3 disertai tanggungjawab,
wewenang dan kompetensi organisasi K3

vi
4) Buat analisis Bill of quantity dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
penerapan SMK3 terdiri dari:
a) Penyiapan RK3K
b) Sosialisasi dan promosi K3
c) Alat pelindung Kerja
d) Alat PelindungDiri
e) Asuransi dan perijinan
f) Personil K3
g) Fasilitas sarana kesehatan
h) Rambu-rambu
i) Lain-lain terkait pengendalian resiko K3

C. Ketentuan Lain:
1) Tiga kali berturut-turut tidak melakukan asistensi, maka tugas
dianggap batal (mengundurkan diri)
2) Ketentuan lain yang tidak tercantum didalam soal ini dapat di ambil
pada asisten yang bersangkutan.
3) Tugas dimasukkan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum final test
4) Mahasiswa yang tidak memasukkan tugas besar dinyatakan tidak lulus
mata kuliah.

Kendari, 2020
Dosen Matakuliah,

FITRIAH, SST.,MT
NIP. 19771022 100604 2 001

vii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Bumi Tridarma Anduonohu, Kendari, Kode Pos: 93232

LEMBAR ASISTENSI TUGAS BESAR

NAMA : LA ODE YUDI ARYANTO


NIM : E1A1 18 009
MATA KULIAH : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI
PRODI :S
S-1 TEKNIK SIPIL

NO TANGGAL URAIAN PARAF

1 05/04/2020 1) Pada BAB I:


Latar Belakang
 Berikan fenomena tentang penerapan K3
dewasa ini
 Disertai dengan data-data kecelakaan
kerja (data yang akurat serta sumber-nya)
 Untuk definisi atau pernyataan, perlu
disebutkan sumber-sumbernya
2) Pada BAB I:
 Maksud dan Tujuan K3
 Manfaat K3
Buat berdasarkan aturan pemerintah yang
berlaku
3) Pada BAB II:
 Definisi
Cari definisi K3 dari berbagai sumber
(Pemerintah, UU), pakar, institusi dalam
dan luar negeri
 Kebijakan/regulasi

viii
NO TANGGAL URAIAN PARAF

Buat perpoin berdasarkan aturan


pemerintah dan OHSAS
4) Pada BAB II:
Metode Pelaksanaan pekerjaan, di urutkan
metodenya, bukan materialnya, tapi
prosesnya
2 17/04/2020 1) BAB I... OK
2) Gambar pelaksanaan pekerjaan pada bagian
seawall kenapa nomor gambar 7.5 (ini
masih BAB II)
3) Semua kata berbahasa inggris di cetak
miring
4) Perbaiki dan lanjutkan
3 27/04/2020 1) BAB III... OK
2) Lanjutkan
4 07/05/2020 1) Beri no. Halaman
2) Semua tabel spasinya cukup single saja
3) Lanjutkan
5 13/05/2020 Untuk sub-bab 4.9 di buat dalam bentuk tabel:
No Keg/ Peralatan Tenaga Identifikasi Pengendalian
Pek Kerja bahaya resiko

Kendari, 2020
Dosen Mata Kuliah

FITRIAH, S.ST., M.T.


NIP. 19771022 200604 2 001

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang masih sering terabaikan, Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja setiap tahunnya.
Meskipun mengalami tren penurunan dibandingkan tahun 2014, Tahun 2015 lalu
tercatat angka kecelakaan kerja sebanyak 1.414 kasus, Angka tersebut belum
termasuk Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkan akibat kegiatan pekerjaan.
Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan
laut dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es
sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan kerja
kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil dari pada kerugian keseluruhan, jika
mengacu pada ’’fenomena gunung es’’ tersebut pastilah angka kecelakaan kerja
lebih besar dari pada statistik angka kecelakaan kerja yang ada.

Data diatas semakin menegaskan bahwa Indonesia saat ini boleh dikatakan
sedang dalam darurat kecelakaan kerja. Fakta yang demikian ini tentu tidak hanya
membuat Pemerintah Indonesia perlu menentukan sikap dan kebijakan yang
cerdas megenai pencegahaan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
Perusahaan juga perlu melakukan upaya-upaya yang lebih serius mengenai
permasalahan K3, karena bagaimanapun K3 merupakan hak bagi pekerja yang
juga termaktub dalam amanat Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dimana perusahaan wajib memberikan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik
tenaga kerja. Dalam penerapan K3 Pemerintah sebetulnya telah “mengaba-aba”
perusahaan untuk dapat melakukaan penerapan K3 di perusahaan, yang kita kenal
dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai
dengan PP 50 tahun 2012.

1
2

SMK3 ternyata belum menjadi pedoman mutlak bagi perusahaan untuk


melakukan implementasi K3. SMK3 masih sedikit sekali penerapaanya kita
jumpai pada berbagai jenis perusahaan di Indonesia, alasan yang sering dijumpai
adalah masalah Cost yang terlalu mahal apabila Sistem ini dijalankan, juga
ditambah biaya untuk melakukan audit sertifikasi SMK3 yang tergolong masih
mahal. Kondisi dan permaslahan Cost yang menyebabakan banyak perusahaan
enggan menerapakan SMK3 semakin lengkap dengan lemahnya penegakan sanksi
dari Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dimana sanksi
yang tercantum dalam UU Keselamatan Kerja tersebut hanya berupa denda Rp
100.000 ditambah masa kurungan 3 bulan penjara. Kondisi demikianlah yang
akhirnya menyebabkan perusahaan semakin “bandel” untuk memberi jaminan
keselamatan kerja bagi para pekerjanya, sehingga SMK3 hanya terasa sebagai
“aba-aba” tanpa pelaksanaan sistem yang nyata.

Kondisi diataslah yang menyebabkan cakupan implementasi SMK3 masih


jauh dari harapan, beban biaya yang tinggi menyebabkan hanya perusahaan besar
saja yang bersedia mengikuti aturan main pemerintah. Bahkan beberapa
perusahaan besar juga lebih menyukai Standar OHSAS 18001 : 2007 yang
merupakan standar internasional dalam penerapan K3, diharapkan perusahaan
akan lebih punya Bargaining position jika menerapakan OHSAS 18001 : 2007
dibanding SMK3 milik pemerintah Indonesia, standar intersnasional tentu punya
nilai jual yang lebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di
tahun 2016 ini, sehingga wajar jika lebih banyak yang memilihnya sebagai sebuah
pedoman dan standar penerapan K3. Akhirnya SMK3 lagi-lagi bukan menjadi
pilihan utama dalam penerapan K3 di Indonesia dan pastinya “merasa”
terpinggirkan (Agung Wahyudi, 2019).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (selanjutnya akan disingkat menjadi K3)


dipandang sebagai hal yang sangat penting bagi para karyawan atau pekerja
sehingga pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap K3 ini dan
menerbitkan Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan
3

Kerja yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


khususnya pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperolah perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja”. Pasal 86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”. Daerah permukiman padat
penduduk sebenarnya sangat tergantung dengan ketersediaan air untuk
keberlangsungan hidup banyak orang. Kebutuhan air di daerah permukiman padat
penduduksemakin lama akan semakin meningkat. Namun, secara kuantitatif air
permukaan semakin lama ketersediaannya semakin terbatas dan secara kualitatif
semakin lama semakin menurun.

Setiap pekerjaan pasti memiliki resiko dan potensi bahaya yang


mengancam, adanya aturan dan ketetapan-ketetapan yang mengatur pelaksanaan
pekerjaan bermaksud meminimalisir atau jika dapat menghilangkan sama sekali
potensi bahaya yang mengancam pelaksanaan sebuah pekerjaan.

Untuk itu Kegiatan konstruksi harusdikelola dengan memperhatikan standar


dan ketentuan K3 yang berlaku.Bahaya yang paling sering terjadi di proyek
konstruksi adalah: jatuh dari ketinggian, kecelakaankendaraan bermotor, dan
tertimpa benda yang jatuh.Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama
kecelakaan kerja dalam industri konstruksi. Menurut buku OSHA (29 CFR),
tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi: pembuatan landasanuntuk
berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi
pinggiran.Perlindungan juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk
jatuh ke peralatan berbahaya.Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian
kecelakaan kerja yang ketiga. Tidak seorangpundiperbolehkan untuk
menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua pekerja
4

seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidakdisiplinan
dalam pemakaian pelindung kepala (Sitti Sisao, 2016).

Faktor–faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat berpengaruh


terhadap kinerja dari sebuah proyek, sehingga harus diperhatikan dengan
sungguh–sungguh. Pengabaian faktor tersebut terbukti mengakibatkan tingginya
tingkat kecelakaan kerja pada proyek konstruksi. Sehingga akan menambah biaya
asuransi tenaga kerja dan mempengaruhi kinerja proyek. Oleh karena itu, saat
pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Laporan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja pekerja
konstruksi pada proyek pembangunan Pelabuhan, Bendungan, dan Fly over.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari K3 Konstruksi sebagai berikut:

1) Tujuan K3 menurut UU No. 1 Tahun 1970:


a) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain yang berada di tempat kerja.
b) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
c) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
d) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya (Leo Natho, 2014)

2) Tujuan K3 menurut PP No. 50 Tahun 2012


a) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
b) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
5

c) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk


mendorong produktivitas (Agung Supriyadi, 2017).

3) Tujuan K3 Menurut International Labour Organization (ILO):


a) Promosi dan pemeliharaan tingkat tertinggi untuk kesejahteraan fisik,
mental dan sosial pada semua pekerjaan
b) Pencegahaan di antara para pekerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan pekerja
c) Perlindungan kepada pekerja dalam hubungan kerjanya terhadap
risiko yang berasal dari faktor-faktor yang dapat memperburuk
kesehatan
d) Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja agar
yang disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis
e) Penyesuaian pekerjaan kepada pekerja dan pekerja kepada
pekerjaannya (Agung Supriyadi, 2017).

4) Tujuan K3 menurut Occupational Safety and Health Administration


(OSHA) sebagai berikut:
a) Promosi dan pemeliharaan tingkat tertinggi untuk kesejahteraan fisik,
mental dan sosial pada semua pekerjaan
b) Pencegahaan di antara para pekerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan pekerja
c) Perlindungan kepada pekerja dalam hubungan kerjanya terhadap
risiko yang berasal dari faktor-faktor yang dapat memperburuk
kesehatan
d) Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja agar
yang disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis
e) Penyesuaian pekerjaan kepada pekerja dan pekerja kepada
pekerjaannya
6

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai
berikut:

Sistem manajemen K3 (SMK3) memberi manfaat baik kepada organisasi


tempat kerja dan pemerintah. Penerapan manajemen K3 bermanfaat bagi
perusahaan dan pemerintah (Anita Dewi PS., 2012).
1) Bagi perusahaan penerapan K3 memberi manfaat
a) Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan
dibidang K3,
b) Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam
rangka meningkatkan kinerja SMK3,
c) Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari
penerapan SMK3,
d) Mengetahui kinerja K3 di perusahaan,
e) Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing perusahaan,
f) Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3
yang juga akan meningkatkan produktivitas perusahaan,
g) Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan,
h) Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada
diperusahaan,
i) Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan dan
j) Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3.

2) Bagi pemerintah penerapan K3 memberi manfaat


a) Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak tenaga kerja di bidang
K3,
b) Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan image bangsa di forum
internasional,
7

c) Mengurangi angka kecelakaan kerja yang sekaligus akan


meningkatkan produktifitas kerja/nasional,
d) Mengetahui tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan.

3) Manfaat K3 untuk pekerja:


a) Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
b) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
c) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan
terkait dengan Keselamatan dan kesehatan kerja
d) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat
seperti kebakaran, gempa, kecelakaan, dan sebagainya
e) Pekerja mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih
aman
f) Pekerja dapat melindungi rekan kerjanya dari risiko kecelakaan kerja
g) Pekerja mampu untuk menghindarkan keluarganya dari penyakit-
penyakit yang mungkin bisa tertular dari tempat kerja
h) Pekerja mampu untuk tetap memiliki penghasilan
i) Pekerja mampu untuk tetap berkontribusi terhadap perekonomian
keluarganya

4) Manfaat K3 untuk masyarakat:


a) Masyarakat dapat terlindungi dari kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja yang diakibatkan oleh operasional perusahaan
b) Masyarakat dapat memperoleh ilmu untuk penerapan keselamatan di
rumah
c) Masyarakat dapat memastikan anggota keluarganya dapat pulang
kerja dengan selamat
d) Masyarakat dapat memastikan perekonomian keluarga dapat terus
bergerak
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu
diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan
yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan
akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan,
sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. “ Istilah
kesehatan dan keselamatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan
psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh
perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan
kesehatan yang efektif, semakin sedikit pegawai yang mengalami dampak
penyakit jangka pendek atau jangka panjang akibat bekerja di perusahaan
tersebut.”

Keselamatan berasal dari kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan
keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka
(near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan
keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan
berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

Kesehatan berasal dari kata health yang dewasa ini tidak hanya berarti
terbebasnya seseorang dari penyakit, ettapi pengertian sehat mempunyai makna
sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial (Agung Wahyudi, 2019).

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :


1) Menurut Mangkunegara (2002, p. 163)Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

8
9

khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2) Menurut Sumakmur (2001, p. 104)Keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3) Menurut Simanjuntak (1994)Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
4) Mathis dan Jackson (2002, p. 245)Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
5) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.
6)Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6) Jackson (1999, p. 222)Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan

Jadi K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah


kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerja
dan lingkungan kerja (Agung Wahyudi, 2019).

Secara Keseluruhan atau secara garis besar Pengertian Kesehatan dan


keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Tujuan Kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
10

Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga terbagi menjadi 3 (tiga)


versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut
standarOHSAS 18001:2007. Berikut adalah pengertian dan definisi K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :
1) Pengertian (Definisi) K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara), Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
2) Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
3) Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS 18001:2007 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) ditempat kerja
(Ilma Adzim, 2019).

2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


2.2.1 Konsep Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua system manajemen
sepertiManajemen Lingkungan, Manajemen mutu dan lainnya. Kebijakan
merupakanroh dari semua system, yang mampu memberikan spirit dan daya gerak
untukkeberhasilan suatu usaha.Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk
dipatuhi dalam proses kerja danorganisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan
manajemen menuntut partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap peserta
diberi arahan dan pemikiran yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil.
Setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus
dipatuhi setiapkategori fungsionaris perusahaan (Direksi, Manajer, Penyelia, dan
Mandor).Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen
11

pucuk pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad
untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program
kerja. Oleh karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama
yangdiharapkan mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam
organisasisehingga program K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan baik.
Namun demikian, suatu kebijakan hendaknya jangan hanya bagus dan indahdiatas
kertas tetapi tidak ada implementasi atau tindak lanjutnya sehingga akansia-sia
belaka. Tanpa adanya kebijakan yang dilandasi dengan komitemen yangkuat,
apapun yang direncanakan tidak akan berhasil dengan baik (Sitti Sisao, 2016).

Organisasi buruh internasinal ILO mengeluarkan guidline untuk


pelaksanaan OHS managemen mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat
perusahaan. Menurut ILO-OSH guidline ini, kebijakan K3 tingkat nasional
menekankan hal-hal berikut [ILO-OSH 2001]:
1) Manajemen K3 harus merupakan bagian integral dari keseluruhan
manajemen organisasi.
2) Memfasiltasi kegiatan K3 baik tingkat nasional dan organisasi.
3) Keterlibatan pekerja atau perwakilan pekerja pada tingkat organisasi.
4) Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap biroksrasi, administrasi
dan biaya.
5) Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka manajemen K3
6) Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas kebijakan K3 nasional.
7) Mempublikasikan manajemen K3
8) Memastikan manajemen K3 diberlakukan sama terhadap kontraktor, pekerja
kontrak dan pekerja tetap.

Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut komite


gabungan ILO dan WHO untuk Occupational Health adalah seperti yang terlihat.
Program K3 nasional harus memiliki tiga unsur yaitu; Program promosi budaya
K3, Program Penguatan Sistem Manjemen K3, dan Program Sasaran Penerapan.
Ketiga program tersebut harus didukung oleh advokasi promosi, perundang-
12

undangan, pengawasan dan tenaga ahli dibidang K3. Dalam membuat kebijakan
nasional, pemerintah harus mengacu pada peraturan-perturan international seperti
WHO dan ILO. Pemerintah juga harus membentuk Dewan Penesehat K3 untuk
membantu membuat kebijakan atau program K3 (Takala.J, 2007).

2.2.2 Ruang Lingkup Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Ruang lingkup kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan
OHSAS 180001 meliputi:
1) Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko K3 Organisasi
2) Mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit penyakit dan
peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3
3) Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan K3 dan
persyaratan lain yang relevan yang biasa dilakukan oleh organiasi yang
terkait dengan risiko-risiko K3
4) Memberikan kerangkan kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuan-tujuan
K3
5) Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara
6) Didokumentasikan ke seluruh personel dalam kendali organisasi dengan
tujuan bahwa personel menyadari kewajiban k3 masing-masing
7) Tersedia untuk pihak-pihak terkait
8) Dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan sesuai
untuk organisasi

Sedangkan dalam ISO 45001, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja


harus memenuhi kriteria berikut
1) Meliputi komitmen untuk menyediakan kondisi kerja yang selamat dan
sehat untuk pencegahan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang sesuai dengan tujuan, ukuran serta konteks dari organisasi; dan juga
harus mempertimbangkan sifat spesifik dari risiko dan peluang keselamatan
dan kesehatan kerja
2) Menyediakan kerangka kerja untuk mengatur objektif dari K3
13

3) Meliputi komitmen untuk memenuhi persyaratan legal dan persyaratan lain


4) Meliputi komitmen untuk mengeliminasi bahaya dan mengurangi bahaya
K3
5) Meliputi komitmen untuk peningkatan berkelanjutan untuk peningkatan
terhadap sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
6) Meliputi komitmen untuk melakukan konsultasi dan partisipasi pekerja
serta, apabila ada, perwakilan pekerja (Agung Supriyadi, 2019).

2.2.3 Syarat Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


ISO 45001 mempersyaratkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
untuk memenuhi hal berikut:
1) Tersedia sebagai informasi terdokumentasi
2) Dikomunikasikan ke seluruh organisasi
3) Tersedia untuk pihak-pihak yang terkait, apabila sesuai,
4) Relevan dan sesuai

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan


Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 mengharuskan kebijakan paling
sedikit memuat:
1) Visi
2) Tujuan perusahaan
3) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
4) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan operasional

Dalam kriteria SMK3 PP 50 tahun 2012 disebutkan bahwa:


1) Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal, ditandatangani oleh
pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3
serta komitmen terhadap peningkatan K3.
2) Kebijakan disusun oleh pengusaha dan/atau pengurus setelah melalui proses
konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
14

3) Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga kerja,


tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat.
4) Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.
5) Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala
untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan (Agung
Supriyadi, 2019).

2.2.4 Kriteria Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Suatu kebijakan K3 yang baik disyaratkan memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 organisasi. Kebijakan K3 adalah
perwujudan dari visi dan misi suatu organisasi,sehingga harus disesuaikan
dengan sifat dan skala organisasi.Kebijakan K3 tentu berbeda antara suatu
organisasi dengan organisasilainnya, tergantung sifat dan skala resiko K3
yang dihadapi, sertastrategi bisnis organisasi.
2) Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan. Dalam kebijakan K3
harus tersirat adanya komitmen untuk peningkatan berkelanjutan. Aspek
K3 tidak statis, karena berkembangsejalan dengan teknologi, operasi dan
proses produksi. Karena itu,kinerja K3 harus terus menerus ditingkatkan
selama organisasi beroperasi. Komitmen untuk peningkatan berkelanjutan
akan memberikan dorongan bagi semua unsur dalam organisasi untuk terus-
menerus meningkatkan K3 dalam organisasi.
3) Termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya memenuhi perundangan
K3 yang berlaku dan persyaratan lainnya yang di acu organisasi. Hal ini
berarti bahwa manajemen akan mendukung pemenuhan semua persyaratan
dan norma K3, baik yang disyaratkan dalam perundanganmaupun petunjuk
praktis atau standar yang berlaku bagi aktivitasnya.
4) Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara artinya Kebijakan K3
harus didokumentasikan artinya bukan hanya dalam bentuk ungkapan lisan
atau persyaratan manajemen, tetapi dibuattertulis sehingga dapat diketahui
15

dan dibaca oleh semua pihak berkepentingan. Disamping itu kebijakan


tersebut harusdiimplementasikan, bukan sekedar pajangan atau bagian dari
manualK3.Salah satu bentuk implementasinya adalah dengan
menggunakankebijakan K3 sebagai acuan dalam setiap kebijakan
organisasi, pengembangan strategi bisnis dan rencana kerja organisasi.
Kebijakan K3 juga harus dipelihara, artinya selalu disempurnakan sesuai
perkembangan, tuntutan, dan kemajuan organisasi.
5) Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar
pekerjamemahami maksud dan tujuan kebijakan K3, kewajiban serta
peransemua pihak dalam K3. Komunikasi kebijakan K3 dapat
dilakukanmelalui berbagai cara atau media, misalnya ditempatkan di lokasi-
lokasi kerja, dimasukkan dalam buku saku K3, website organisasi
atau bahan pembinaan dan pelatihan.
6) Tersedia bagi pihak lain yang terkaitKebijakan K3 juga harus diketahui oleh
pihak lain yang terkaitdengan bisnis atau aktivitas organisasi seperti
konsumen, pemasok,instansi pemerintah, mitra bisnis, pemodal, atau
masyrakat sekitar.Dengan mengetahui kebijakan K3 tersebut, mereka
dapatmengantisipasi, mendukung atau mengapresiasi K3
organisasi.Kebijakan K3 harus dapat diakses misalnya melalui situs
organisasi.
7) Ditinjau ulang secara berkalaDitinjau ulang secara berkala untuk
memastikan bahwa masih relevandan sesuai bagi organisasi. Kebijakan K3
bersifat dinamis dan harusselalu disesuaikan dengan kondisi baik internal
maupun eksternalorganisasi. Karena itu harus ditinjau secara berkala apakah
masihrelevan dengan kondisi organisasi (Sitti Sisao, 2016).

2.2.5 Proses Pengembangan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Banyak organisasi yang memiliki kebijakan K3 yang indah dan tertulis
rapidalam bingkai kaca. Namun kebijakan ini sering kali hanya berupa
slogankosong yang tidak tercermin dalam pelaksanaan dan kinerja K3 organisasi.
16

Salahsatu factor penyebab antara lain karena pengembangan kebijakan K3 tidak


melalui proses yang baik.

Pengembangan kebijakan K3 harus mempertimbangkan faktor berikut:


1) Kebijakan dan objektif organisasi secara korporat. Kebijakan K3 harus
sejalan atau mendukung kebijakan umum ataustrategi bisnis yang
ditetapkan. Sering kebijakan tidak bisadiimplementasikan karena tidak
sejalan atau tidak mempertimbangkankebijakan organisasi secara
menyeluruh, misalnya rencana pengembangan produk, jasa, teknologi dan
bisnis.
2) Resiko dan potensi bahaya yang ada dalam organisasi. Kebijakan K3 pada
dasarnya adalah untuk merespons resiko K3 yangada dalm organisasi.
Karena itu dalam mengembangkan kebijakan K3harus mempertimbangkan
factor resiko.
3) Peraturan dan standard K3 yang berlaku. Kebijakan K3 didasarkan kepada
berbagai standar dan ketentuan perundangan dan standar lain yang terkait
dengan kegiatan bisnis organisasi. Kebijakan K3 harus dapat menjawab
kebutuhan untukmemenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
4) Kinerja K3. Kebijakan K3 disusun dengan mempertimbangkan kinerja K3
sebelumnya, sehingga kebijakan K3 dapat menjadi pedoman untuk
peningkatan berkelanjutan. Kinerja K3 secara berkala harus dievaluasi
melalui kajian manajemen. Dengan demikian, kebijakan K3 juga bersifat
dinamis dan harus disempurnakan secara berkala.
5) Persyaratan pihak luar. Persyaratan yang diminta oleh pihak lain yang
terkait dengan bisnisorganisasi, misalnya mitra usaha, konsumen,
pemerintah atau pihak lainnya. Dewasa ini, banyak organisasi yang
mensyaratkan mitra kerjanya (kontraktor atau pemasok) untuk memiliki
system manajemen K3, termasuk adanya kebijakan K3 yang dapat
mendukung objektif K3 mereka.
6) Peningkatan berkelanjutan. Kebijakan K3 juga harus dapat memberikan
ruang untuk peningkatan berkelanjutan. Masalah K3 akan selalu timbul
17

selama organisasi masihhidup atau beroperasi. Karena itu, upaya K3 harus


terus-menerus ditingkatkan. Kebijakan K3 harus mempertimbangkan hal
tersebut.
7) Ketersediaan sumber daya. Kebijakan K3 sering tidak dapat direalisir
karena sumber daya organisasi tidak mendukung. Sebaliknya kebijakan K3
sering dibuat tanpa mempertimbangkan kemampuan organisasi serta sumber
daya yang tersedia, sehingga tidak mampu direalisir.
8) Peran pekerja. Adanya peran pekerja dalam pengembangan dan penyusunan
kebijakan, sehingga akan memperoleh dukungan dan partisipasi aktifdari
semua pihak. Pengembangan K3 dapat dilakuka misalnya melauikomite K3,
P2K3, atau perwakilan pekerja lainnya sehingga merekamerasa memiliki
dan turut bertanggung jawab untuk merealisirnya.
9) Partisipasi semua pihak. Kebijakan K3 tidak akan berrhasil jika tidak
didukung oleh semua pihak dalam organisasi. Banyak terjadi kebijakan
K3 yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak hanya dianggap
sebagai dokumen belaka, tidak memiliki arti dalam kegiatan sehari-hari.
Karena itu diperlukan peran semua pihak termasuk pihak terkait dengan
bisnis organisasi seperti kontraktor, atau pihak eksternal lainnya.

Berdasarkan masukan yang diterima dan dihimpun dari semua


pihak, disusun kebijakan. Kebijakan ini harus ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi dalam organisasi atau unit kegiatan. Selanjutnya kebijakan tersebut
dikomunikasikan kepada semua pihak, misalnya dalam bentuk brosur, intranet,
buletin, dan pedoman K3. Kebijakan K3 harus mudah dimengerti, dipahami dan
didokumentasikan serta didistribusikan kepada semua pihak terkait dalam
organisasi (Sitti Sisao, 2016).

2.2.6 Kandungan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Berikut ini tertulis contoh dari kandungan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
18

1) Pendahuluan
a) Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja menggaris bawahi hubungan
kerja manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang efektif.
b) Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan komponen dasar
kebijakan manajemen yang akan member arah bagi setiap pertimbangan
yang menyangkut aspek operasional dari mutu, volume, hubungan kerja dan
aspek lainnya dari kebijakan manajemen.
c) Setiap program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilaksanakan oleh.
Direkturnya sebagai pengemban fungsi Direktur Utama. Tugas
utamanyaadalah menggalakkan kesadaran Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dikalangan fungsionaris lini dengan mengadakan bahan-bahan
promosi, perencanaan program, motivasi, rapat-rapat, inspeksi, dan
sebagainya, untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

2) Maksud dan Tujuan


Perusahaan harus menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan karyawan. Bekerja dengan selamat lebih diutamakan dari produksi.
Berdasarkan hal ini, dan sejalan dengan praktek manajemen modern, maka hal
berikut harus dijadikan sasaran setiap kegiatan:
a) Pemeliharaan kondisi kerja yang aman dan sehat.
b) Taat asas dengan setiap prosedur operasional yang dirancang untuk
mencegah luka atau penyakit.
c) Mematuhi Undang-Undang Pokok Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No.1/1970 dan seluruh peraturan yang berrkaitan dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

3) Tanggung Jawab Manajerial


a) Direktur Utama bertanggungjawab atas pembinaan program pencegahan
kecelakaan dan bahaya kebakaran.
19

b) Direktur Pabrik bertanggungjawab atas:


 Pemeliharaan kondisi kerja yang aman di seluruh ruang lingkup
wewenangnya.
 Pimpinan pasukan pemadam kebakaran.
c) Manajer dan Penyelia bertanggungjawab atas pencegahan kecelakaan dalam
bagian mereka masing-masing.
 Mereka bertanggungjawab atas pemeliharaan kondisi kerja yangaman
dan keselamatan bawahan mereka.
 Pengurusan tempat kerja yang baik dan serasi.
 Setiap Penyelia bertanggungjawab melatih bawahannya dengan baik.
Bahaya kerja dan prosedur yang selamat wajib diterangkan kepada
karyawan baru.
 Setiap Penyelia bertanggungjawab atas pengadaan perlengkapan
keselamatan kerja yang sesuai dengan ketentuan.
 Setiap Pengawas wajib menggalakkan saran-saran Keselamatandan
Kesehatan dari bawahannya, kemudianmempertimbangkannya.
 Para Pengawas wajib menjadwalkan rapat Keselamatan danKesehatan
Kerja berkala untuk meningkatkan cara bekerja yangselamat.
d) Tanggungjawab Mandor :
 Mencegah kecelakaan di kalangan bawahan.
 Melaksanakan seluruh peraturan Keselamatan dan KesehatanKerja
baik khusus (departmental) maupun umum (perusahaan).
 Melaporkan setiap kecelakaan dan melaksanakan tugas PPPK.
 Melakukan inspeksi atas setiap kejadian kecelakaan atau
hampirkecelakaan dan menyusun laporan.
 Setiap pemuka harus terlatih dalam PPPK.
e) Tanggungjawab Direktur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Direktur Keselamatn dan Kesehatan Kerja bertindak selalu
pengemban kebijakannya atas nama Direktur Utama.
20

 Tanggungjawab utama Direktur Keselamatan dan Kesehatan


Kerjaadalah memberikan nasehat, penyuluhan, dan yang sejenis
dengan itu kepada para penyedia dalam rangka pencegahan
kecelakaan.
 Instruksi mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagikaryawan
baru.
 Mengawasi penggunaan perlengkapannya (sepatu, helm, dan
sebagainya).
 Merencanakan rapat-rapat K3.
 Mengadakan bahan untuk rapat atau pendidikan K3.
 Menyiapkan formulir yang berkaitan dengan K3.
 Mengikuti perkembangan hasil penyelidikan K3.
 Menempatkan karyawan yang cacat akibat kecelakaan.
 Menyusun laporan dan surat-menyurat tentang K3.
 Mengatur secara berkala inspeksi perusahaan dan pemeriksaan
kesehatan karyawan.
 Merencanakan rapat-rapat dan pendidikan K3 bagi seluruhkaryawan.

Tugas Tambahan:
 Mengorganisasi dan memimpin Panitia Pembina Keselamatan
danKesehatan Kerja (P2K3).
 Menyusun (untuk disetujui Direktur Utama) program kerjatahunan
P2K3.
 Mempersiapkan statistic kecelakaan dan menyusun anjungan
(rekomendasi) pencegahan kecelakaan.
 Senantiasa membenahi diri dan para anggota P2K3 dengan teknik
mutakhir pencegahan kecelakaan, peralatan dan perlengkapan K3dan
program-program yang berkaitan dengan peningkatan K3.
 Mengkoordinasi usaha bersama manajemen dan karyawan tentangK3.
21

 Bekerja sama dengan Kepala Regu Pemadam Kebakaran danDokter


Perusahaan dalam rangka K3, khususnya dalam penanggulangan
penyakit akibat kerja dan bahaya kebakaran.
 Mengatur program latihan dan pendidikan bagi anggota
P2K3,Pengawas Pemuka, dan Karyawan.
f) Tanggungjawab Karyawan
 Seluruh karyawan bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatankearah
pencegahan kecelakaan.
 Tidak satu kerja pun yang dapat dinyatakan rampung jikakaryawan
tidak memelihara keselamatan dirinya dan teman-temansejawatnya.
 Seluruh karyawan harus melaporkan kepada dan meminta pertolongan
pertama dari mandor mereka untuk setiap luka betapa pun kecilnya.
 Kondisi, peralatan, atau perbuatan yang kurang selamat harussegera
dilaporkan kepada mandor.
 Setiap karyawan wajib membaca, memahami, dan mematuhiseluruh
petunjuk dan arahan tentang K3.
 Setiap karyawan yang mendapat perlengkapan K3 wajib
mempergunakannya.
 Setiap karyawan harus menganggap rapat-rapat K3 sebagai bagiandari
tugasnya.

4) Sanksi-Sanksi
Dalam pelaksanaan setiap kebijakan yang diterapkan perlu adanya sanksi-
sanksiyang diberlakukan, hal ini merupakan bukti ketegasan dari kebijakan itu
sendiri.Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Petunjuk dan arahan yang tidak dipatuhi harus diuabah menjadi
perintahDirektur Utama.
b) Setiap karyawan yang tidak membaca, memahami, dan mematuhi buku
pintar (pedoman) K3 harus dibebaskan dari tugas tanpa upah untuk
mempelajari buku pintar K3. Setelah menguasai inti buku tersebut, barulah
dia dibenarkan bekerja kembali.
22

c) Untuk setiap kecelakaan, kelompok yang bersangkutan harus


memperbincangkannya di tempat kerja diluar jam kerja.
 Untuk setiap keadaan hampir celaka tanpa ada waktu terbuang yang
dilaporkan, anggota kelompok yang bersangkutan harus
menambah jam kerja selama 15 menit.
 Untuk setiap kecelakaan dengan waktu terbuang yang dilaporkan,
anggota kelompok yang bersangkutan harus menambah jam kerja
selama 1 jam.
d) Jika seseorang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang menimbulkan
cacat, cacat total, meninggal dunia, dan atau kerusakan peralatan, maka
setelah penelitian diadakan karyawan yang bersangkutan harus
diberhentikan. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak akan
berarti jika Pimpinan Utama Perusahaan tidak menetapkan kebijakannya
yang konsisten dan berlaku diseluruh Perusahaan. Pedoman manufaktur
yang baik, maupun Buku PeganganK3 masih membutuhkan kebijakan
manajerial agar efektif dan bermakna dalam rangka pencegahan kerugian
menyeluruh. Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya
akan berhasil jika:
 Manajemen sungguh-sungguh menyadarri bahwa akar dari setiap
kecelakaan atau penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.
 Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.
 Kebijakan K3 ditetapkan.
 Perlengkapan kebijakan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan (Sitti
Sisao, 2016).

2.2.7 Regulasi Terkait Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Kebijakan K3 merupakan langkah awal didalam pelaksanaan K3 atau
penerapan SMK3. Regulasi yang berkaitan dengan kebijakan K3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 pada:
23

1) Pasal 7:
a) Ayat 1: Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6ayat 1
huruf a dilaksanakan oleh pengusaha.
b) Ayat 2: Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat
1, pemgusaha paling sedikit harus:
 Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
 Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko;
 Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sector lain
yanglebih baik;
 Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
 Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya
yang berkaitan dengan keselamatan; dan
 Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
 Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus; dan
 Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh
c) Ayat 3: Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit
memuat:
 Visi;
 Tujuan perusahaan;
 Komitmen dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaansecara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau
operasional.

2) Pasal 8: Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah


ditetapkankepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh
yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.Untuk lebih jelasnya
Pasal 7 dan 8 tersebut diatas dapat dilihat penjelasannya pada Lampiran 1
PP RI No. 50 Tahun 2012.
24

a) Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui


 Tinjauan awal kondisi K3; dan
 Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
b) Penetapan kebijakan K3 harus:
 Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
 Tertulis, tertanggal dan ditandatangani;
 Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
 Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok, dan pelanggan;
 Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
 Bersifat dinamik; dan
 Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan
tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
c) Untuk melaksanakan ketentuan huruf b poin ketiga sampai dengan poin
ketujuh, pengusaha dan/atau pengurus harus:
 Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan;
 Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-
sarana lain yang diperlukan di bidang K3;
 Menetapkan personil yang mempunyai tanggungjawab, wewenang
dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
 Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;
 Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.
d) Ketentuan tersebut pada huruf c poin pertama sampai dengan poin kelima,
diadakan peninjauan ulang secara teratur.
e) Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukan komitmen
terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.
 Setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
25

Kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh pengusaha menjadi referensi


dalam menyusun program (perencanaan) K3. Program K3 tidak dapat
disusun tanpa adanya kebijakan K3 (Sitti Sisao, 2016).

2.3 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K)


2.3.1 Ruang Lingkup Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
(RK3K)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi, pada pasal 19
mengenai Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa, khususnya pada
butir (b), menyatakan bahwa Penyedia Jasa menyampaikan RK3K Penawaran
sebagai lampiran dokumen penawaran.

Penyampaian RK3K Penawaran menjadi kewajiban bagi para Penyedia Jasa


yang mengikuti lelang. Isian RK3K Penawaran telah dicontohkan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2013 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Ketika calon Penyedia
Jasa telah ditetapkan sebagai pemenang lelang, maka selanjutnya Penyedia Jasa
yang bersangkutan wajib membuat RK3K Pelaksanaan seperti yang ditetapkan
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 sebagaimana
pada Lampiran 2 dengan ketentuan:
1) Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
2) Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang
mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi
untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah;
3) Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK Konstruksi
Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum
26

4) Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU


sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Pekerjaan Pekerjaan pada akhir
kegiatan;
5) Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
6) Menindak lanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;
7) Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai
dengan RK3K;
8) Mengikut sertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
9) Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi:
 Tempat kerja;
 Peralatan kerja;
 Cara kerja;
 Alat Pelindung Kerja;
 Alat Pelindung Diri;
 Rambu-rambu; dan
 Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

RK3K yang telah dibuat di awal kegiatan tersebut, dipresentasikan kepada


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendapat persetujuan.

2.3.2 Peraturan Terkait Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak


(RK3K)
Peraturan mengenai K3 Konstruksi yang menjadi dasar dan pedoman dalam
menyusun RK3K Penawaran dan RK3K Pelaksanaan antara lain adalah:
27

1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PER/M/2014, tentang Pedoman


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum;
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2013 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011, tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi;

2.4 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Masing-


Masing Pekerjaan
2.4.1 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Konstruksi
Pelabuhan
Dari hasil analisis dan beberapa penelitian terdahu, penerapan sistem
manajeman K3 pada proyek pembangunan pelabuhan, dapat diberikan kesimpulan
bahwa penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai
peran yang penting dalam pelaksanaan suatu proyek kontruksi dan
pembahasannya antara lain sebagai berikut:
1) Pada fungsi manajemen (planing, organizing, actuating, dan controlling)
terkait dengan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sistem
manajemen K3 pada proyek pembangunan pelabuhan. Secara rinci fungsi
yang paling berpengaruh terhadap analisa ini adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Perencanaan (Planing). Pada fungsi perencanaan (planning)
faktor yang paling berpengaruh adalah “Pengaturan tempat agar tidak
terlalu sempit” pengaturan tempat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh didalam penerapan sistem manajemen K3, karena
pengaturan tempat yang terlalu sempit dapat menimbulkan risiko
terjadi kecelakan kerja dan menghambat proses pembangaunan suatu
proyek. Maka dengan pertimbangan hal tersebut, sebuah perusahaan
jasa kontruksi perlu memperhatikan pengaturan tempat agar tidak
terlalu sempit dan tidak membatasi kinerja dari pekerja.
b) Fungsi Organisasi (Organizing). Pada Fungsi organisasi (organizing)
faktor yang paling berpengaruh adalah “Kurangnya sanksi/denda
28

kepada setiap pekerja yang melanggar dan “Kurangnya komunikasi


antar seluruh personil adalah sesuatu yang terpenting dan bernilai”.
Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dari setiap pekerjaan
tanpa komunikasi suatu manajemen tidak akan berjalan dengan baik
dan diberikannya sanksi tegas bukannya untuk memberatkan para
pekerja tetapi supaya mengutamakan keselamatan dan kesehatan
setiap individu masing-masing. Oleh karena itu kurangnya komunikasi
dan sanksi akan berdampak buruk bagi suatu perkerjaan kontruksi.
c) Fungsi Pelaksanaan (Actuating). Sedangkan pada fungsi pelaksanaan
(actuating) faktor yang paling berpengaruh adalah “Mengutamakan
Kesehatan Para Pekerja”. Didalam sebuah proyek kontruksi
mengutamakan kesehatan para pekerja sangat lah penting, agar
pekerja dapat bekerja secara maksimal dan tetap focus didalam
pekerjaanya. Maka dari itu para usaha jasa konstruksi harus menjamin
kesehatan para pekerjanya karena sangat mendorong produktifitas
serta ketenangan kerja pada pegawai.
d) Fungsi Pengawasan (Controlling). Selanjutnya pada fungsi
pengawasan (controlling) faktor yang paling berpengaruh adalah
“Pengawasan terhadap resiko kecelakaan kerja”. Begitu banyak
kecelakaan kerja yang terjadi, pengawasan sangat lah penting bukan
dari individunya saja tetapi juga dari perusahaan yang tidak memenuhi
standart keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu perlu
ditingkatkan pengawasan terhadap resiko kecelakaan kerja. Tidak
hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat
dan lingkungan sehingga terhindar terjadinya kecelakaan kerja.
e) Dari semua pernyataan faktor yang sangat berpengaruh dalam
penerapan sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah
kesehatan para pekerja berpengaruh terhadap kinerja suatu pekerjaan,
Adanya alat pelindung diri dan P3K, Adanya sosialisasi tentang
pentingnya K3.
29

f) Dalam 4 fungsi manajemen tersebut fungsi pelaksanaan sangatlah


berpengaruh besar dalam sistem penerpan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).

2) Pada fungsi manajemen(planning, organizing, actuating, dan controlling)


terkait dengan analisa tindakan-tindakan yang digunakan untuk penerapan
sistem manajemen K3 pada proyek pembangunan pelabuhan. Secara rinci
fungsi yang paling berpengaruh terhadap analisa ini adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Perencanaan (planning) TEKNIKA ,Vol. XII No. 2, Oktober
2017:1-54 35 Pada fungsi perencanaan (planning) tindakan yang
paling berpengaruh adalah “Membuat rencana kerapian penempatan
alat-alat kerja”. Kerapian merupakan tindakan yang sangat penting
karena dengan kerapian penempatan alat kerja akan mengurangi
resiko-resiko terjadinya kecelakaan kerja dengan harapan pula para
pekerja akan terdidik akan kedisplinan untuk merapikan dan
mengembalikan ketempat semula mereka mengambil alat-alat
tersebut.
b) Fungsi Organisasi (Organizing). Pada Fungsi organisasi (organizing)
tindakan yang paling berpengaruh adalah “Mengadakan pelatihan
khusus dalam masing-masing pekerjaan”. Sebagai penyedia jasa
konstruksi mengadakan pelatihan khusus dalam masing-masing
pekerja nantinya sangat membantu dalam manajemen perkerjaan itu
sendiri karena para pekerja sudah cukup tau cara dan resiko dalam
setiap masing-masing pekerjaan berbeda. Sehingga menekan angka
risiko-risiko kecelakaan kerja yang ditimbulkan dari masing-masing
pekerjaan itu sendiri.
c) Fungsi Pelaksanaan (Actuating). Sedangkan pada fungsi pelaksanaan
(actuating) faktor yang paling berpengaruh adalah “Memberikan
sosialisasi terhadap pentingnya K3”. Pentingnya mensosialisasi
kepada para pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
karena biasanya para pekerja tidak tahu menahu tetang pentingnya
30

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga para pekerja pun tidak


memperdulikan itu semua. Oleh karena itu untuk para jasa konstruksi
harus sering dilakukan sosisali mengenai K3 tersebut.
d) Fungsi Pengawasan (Controlling). Selanjutnya pada fungsi
pengawasan (controlling) tindakan yang paling berpengaruh adalah”
Mengawasi penggunaan dan alat pelindung diri dan Memantau
kecelakaan, insiden dan sakit secara kualitif dan kuantitatif ”. kedua
tindakan tersebut paling banyak dilakukan, karena biasanya
dilapangan sering terjadi ketidakdisplinnya para pekerja untuk
menggunankan alat pelindung diri dan sering terjadi kecelakaan kerja
yang sama. Oleh karena itu tindakan tersebut sangatlah penting agar
tidak terjadi halhal yang sama terulang kembali
e) Dari semua pernyataan tindakan yang sangat berpengaruh dalam
penerapan sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah
Memberikan sosialisasi terhadap pentingnya K3, Menyediakan alat
pelindung/pengamanan, Memberikan pelatihan dan pemberitahuan
yang dirancang untuk menanamkan kebiasaan berhati-hati oleh para
pekerja.
f) Dalam 4 fungsi manajemen tersebut fungsi pelaksanaan sangatlah
berpengaruh besar dalam sistem penerpan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) (Prayogo Pandhu dkk, 2017).

2.4.2 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Konstruksi


Bendungan
Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat serta bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mencegah ataupun mengurangi dari
kecelakaan kerja.

Manajemen risiko di proyek bertujuan untuk meminimalkan dampak


terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja. Potensi risiko mungkin
31

juga terjadi pada proyek konstruksi bendungan. Proyek tersebut sangat beresiko
dalam hal kecelakaan kerja. Untuk mengetahui risiko – risiko yang paling
dominan maka digunakan 2 metode yaitu metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) dan metode domino (Ramli, 2010).

Penerapan prinsip K3 harus sesuai ketentuan K3 di lingkungan proyek,


seperti :
1) Kelengkapan Administrasi K3
2) Penyusunan Safety Plan
3) Pelaksanaan Kegiatana K3 dilapangan
4) Pelatihan Program K3
5) Perlengkapan dan Peralatan K3
6) Kriteria Desain dalam Penyelenggaraan Bangunan
7) Persyaratan Bangunan
8) Persyaratan Administratif (ijin mendirikan bangunan) (Ramli, 2010).

2.4.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Konstruksi Fly over
Permen PU No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
menyebutkan bahwa risiko K3 konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian
terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.
Penilaian tingkat risiko K3 konstruksi dapat dilakukan dengan memadukan nilai
kekerapan/frekuensi terjadinya peristiwa bahaya K3 dengan keparahan/kerugian/
dampak kerusakan yang ditimbulkannya.

Kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia mentaati dan


mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas, dimana
aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan lembaga lain
yang berwenang. Salah satu komponen dari perilaku keselamatan adalah
kepatuhan keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan seseorang untuk
32

menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti pada prosedur
standar kerja dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Pekerja mempunyai dua
pilihan dalam menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh
dengan kebijakan K3 atau mencegah masalah kecelakaan dan penyakit akibat
hubungan kerja (Griffin dan Neal, 2004). Penggunaan APD yang memadai dan
tepat saat bekerja menjadi upaya terakhir untuk mengurangi penurunan risiko di
area kerja, sekaligus mencegah kecelakaan dan penyakit karena pekerjaan (Rani
dan Gunawan, 2017).

2.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan


2.5.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelabuhan
Flowchart Pelaksanaan pekerjaan :

Gambar 2.1. Flow chart pelaksanaan pekerjaan perencanaan Pelabuhan


Sumber: Wardani, 2009
33

1) Pekerjaan Persiapan
Sebelum dilaksanakannya pembangunan konstruksi jetty, maka diperlukan
pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan meliputi:
a) Pembuatan kantor proyek/ direksi keet
b) Pembuatan gudang material, peralatan dan los kerja besi
c) Pembuatan base camp staf proyek dan barak pekerja
d) Pos jaga Mulai Pekerjaan persiapan Pengerukan dasar laut dan pengerukan
kolam pelabuhan Pekerjaan seawall Pekerjaan dermaga Selesai Pekerjaan
jetty 201
e) Tempat parkir alat berat

2) Pekerjaan pengerukan dasar laut


Pekerjaan pengerukan dasar laut ini dilakukan untuk membuat alur
pelayaran dan sebagai lokasi pembuatan jetty. Pekerjaan ini menggunakan
dragline. Pekerjaan pengerukan yang lain adalah pengerukan untuk kolam
pelabuhan, pekerjaan ini dilakukan di darat karena letak layout pelabuhan yang
menjorok ke daratan. Pekerjaan ini menggunakan excavator. Adapun material–
material hasil pengerukan yang berupa batu karang dan pasir dibuang ketempat
yang telah ditentukan dengan menggunakan dump truk (Wardani, 2009)..

3) Pekerjaan konstruksi jetty


Pemasangan Batu Belah untuk Lapisan Inti dan Perkuatan Kaki Batu belah
yang digunakan untuk lapisan kedua jetty bagian kepala/ujung memiliki berat
400-410 kg dan pada lapisan inti memiliki berat 20 kg. Untuk jetty bagian
badan/lengan, lapis pelindung kedua memiliki berat 300-320 kg dan pada lapisan
inti memiliki berat 15-20 kg. Lapisan batu ini berguna untuk menahan datangnya
arus gelombang. Pemasangan batu belah Pekerjaan perkuatan kaki pada
perencanaan bangunan jetty ini terbuat dari tumpukan batu belah yang memiliki
berat 250-300 kg. Perkuatan ini berfungsi melindungi tanah pondasi tehadap
gerusan akibat gelombang. Arus dan gelombang yang besar dapat menyebabkan
terjadinya erosi pada tanah pondasi. Oleh sebab itu, diperlukan perkuatan kaki
34

guna mengatasi masalah tersebut. Pemasangan batu belah pada kedalaman hingga
–2,0 meter dilakukan dengan menggunakan excavator yang diletakkan di atas
kapal ponton yang ditarik dengan boat penarik. Pada pemasangan batu belah ini
digunakan pula alat pelampung dan sensor serta penyelam yang mengarahkan
posisi penimbunan di bawah air. Untuk kemudahan dalam pemasangan dan sesuai
dengan gambar rencana, maka perlu dilakukan pemasangan patok–patok bambu
yang telah terlebih dahulu diukur dan diatur penempatannya dengan
menggunakan waterpass dan theodolite.

4) Pemasangan Tetrapod
Tetrapod terbuat dari beton (biasanya readymix) dan tulangan besi yang
memiliki ukuran dan tingkat kekuatan tertentu sesuai dengan desain yang dibuat.
Adapun tulangan besi berguna sebagai penguat struktur sekaligus sebagai
pembentuk tetrapod. Pembuatan tetrapod dilakukan langsung di lapangan dengan
cetakan yang sesuai dengan desain. Pemasangan tetrapod dilakukan dengan
menggunakan crane yang diletakkan di atas kapal ponton yang ditarik dengan
boat penarik. Pada pemasangan batu pecah ini 203 tumpukan batu tetrapod
digunakan pula alat pelampung dan sensor serta penyelam yang mengarahkan
posisi penimbunan di bawah air. Untuk kemudahan dalam pemasangan dan sesuai
dengan gambar rencana, maka perlu dilakukan pemasangan patok – patok bambu
yang telah terlebih dahulu diukur dan diatur penempatannya dengan
menggunakan waterpass dan theodolite. Pembuatan Tetrapod Pembuatan tetrapod
dilakukan dengan menggunakan beton readymix dengan mutu K-300. Hal ini
dilakukan agar konstruksi jetty kuat terhadap terjangan ombak. Adapun urutan
pekerjaan pembuatan tetrapod adalah:
a) Pekerjaan tulangan
Pekerjaan tulangan meliputi:
 Pemotongan tulangan
 Pembengkokan tulangan
 Perakitan
 Penanaman angker
35

b) Bekisting
Bekisting meliputi Mulai Selesai Pekerjaan Galian Pekerjaan lapis pengisi
Pekerjaan lapis pelindung utama Pekerjaan pelindung kaki.
 Pembersihan dari kotoran
 Pemberian oli
c) Pengecoran
Pengecoran meliputi:
 Penuangan beton readymix ke bekisting
 Pemadatan dengan menggunakan
d) Perawatan beton
Perawatan beton meliputi:
 Pembongkaran bekisting
 Penyemprotan dengan air (Wardani, 2009).

5) Pekerjaan Bangunan
Seawall Flow chart pelaksanaan bangunan:

Gambar 2.2Flow chart pelaksanaan pekerjaan bangunan seawall


Sumber: Wardani, 2009
36

a) Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan untuk memperoleh kedalaman tertentu dimana
pelindung kaki dan lapis batu pelindung konstruksi seawall akan ditempatkan.
Pelaksanaan pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan excavator.

b) Pekerjaan Lapis
Pengisi Setelah pekerjaan galian selesai, pekerjaan berikutnya adalah
pelaksanaan pekerjaan lapis pengisi. Lapis pengisi kedua menggunakan batu belah
dengan berat 40-42 kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan menggunakan
alat excavator.

c) Pekerjaan Lapis Pelindung Utama


Setelah pekerjaan pelindung kaki selesai, langkah berikutnya adalah
pelaksanaan pekerjaan lapis pelindung utama. Lapis pelindung utama
menggunakan batu belah 206 2 1 1 2 dengan berat 400-415 kg. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan dengan menggunakan excavator.

d) Pekerjaan Pelindung Kaki


Setelah pekerjaan lapis pelindung kedua selesai, langkah berikutnya adalah
pelaksanaan pekerjaan pelindung kaki. Pelindung kaki menggunakan batu belah
dengan berat 50-60 kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan menggunakan
alat excavator (Wardani, 2009).

6) Pekerjaan pondasi tiang pancang


Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau
menstransferkan beban-beban konstruksi di atasnya (upper structure) ke lapisan
tanah yang lebih dalam. Pemancangan ini dilakukan dengan menggunakan single
acting hammer. Tiang pancang yang dipakai berbentuk bulat berongga yang
mempunyai diameter luar 50 cm dan diameter dalam 32 cm dengan panjang 14 m
(Wardani, 2009).
37

2.5.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bendungan


Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai
dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi
kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan
pengambilan jaringan irigasi. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan
air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air
sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi
dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran saluran pembagi kemudian hingga
ke lahan-lahan pertanian.

Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan
batu kali, dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat
melintang sungai dan fungsi utamanya adalah untuk membendung aliran sungai
dan menaikkan level atau tingkat muka air di bagian hulu. Syarat-syarat
konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu :
1) Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir;
2) Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah
di bawahnya;
3) Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh
aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah;
4) Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi;
5) Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan
pada tubuh bendung (Ibrahim, 2015).

Pemilihan lokasi pembangunan bendung harus didasarkan atas factor


Keadaan Topografi yaitu :
1) Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari;
38

2) Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan;

Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.

1) Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor–
faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi
bendung tergantung pada debit rencana. Faktor–faktor yang diperhitungkan, yaitu
masalah banjir rencana, perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi
curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site atau bendung.

2) Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu
a) Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b) Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.

3) Kondisi Hidraulik dan Morfologi


a) Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir;
b) Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir;
c) Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
d) Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

4) Kondisi Tanah Pondasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu
potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
39

5) Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor
penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi
ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu
sulit (Ibrahim, 2015).

Berikut ini adalah metode pembuatan bendung :


1) Pembuatan bendungan dimulai dengan pembuatan diversion channel
(saluran pengalihan) yang dibangun di sebelah kanan sungai
2) Pekerjaan dimulai dengan dengan mengerjakan diversion work dengan
menggali tanah dan pembuatan tanggul untuk mengalihkan aliran sungai.
Setelah sungai dialihkan lokasi bendung dapat dikeringkan melalui proses
dewatering.
3) Selanjutnya pekerjaan bendung dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah
dengan excavator dan hasil galian diangkut dengan dump truck untuk
dibuang ke disposal area atau disimpan sebagai stock untuk material
timbunan sesuai dengan jenis dan spesifikasi tanah.
4) Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian batu
5) Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat
pola blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock
driller) atau canal drilling untuk diisi sejumlah bahan peledak (dynamit)
dan detonator sebagai pemicunya
6) Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan diangkut
dump truck ke disposal area
7) Galian batuan dengan blasting (peledakan) biasanya sulit untuk membentuk
dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop
drawing
8) Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator
untuk membentuk dan merapikan galian batuan
40

9) Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus


dilakukan adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua
loose material dan menutup permukaan dengan splash grouting.
10) Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan ke
permukaan batuan
11) Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi, tubuh
bendung, kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column
12) Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai dimana
diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena itu perlu
dilapisi dengan steel fibre concrete
13) Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin
penggerak pintu, dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan
dan menurunkan pintu
14) Setelah bagian utama terlaksana, diikuti bangunan lantai apron dan lantai
stilling basin yang diikuti pekerjaan backfill dengan material terseleksi
(selected embankment)
15) Jembatan pelayanan dibuat terpisah di fabrikasi karena menggunakan
precast prestressed concrete, yang dilaunching dengan metode launching
truss
16) Pekerjaan sipil utama yang paling berat adalah pembuatan pier dan hoist
deck, karena perlu ketelitian dan akurasi yang tinggi agar interfacing dengan
pekerjaan pintu (hydro mechanical) tidak banyak menemui kesulitan
17) Dalam penentuan penggunaan perancah bekisting di lantai hoist room perlu
penanganan khusus karena pada ketinggian 28 m, harus melakukan
pekerjaan beton dengan beban ratusan ton dan lendutan yang cukup besar
18) Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis.
Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway merupakan pekerjaan
tidak kritis tetapi dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan bendung
sesuai kapasitas penyediaan beton per hari
41

19) Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork
dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk
yang lurus digunakan bekisting kayu dan plywood
20) Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis beton
yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan dingin (cold
joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton campuran steel
fibre
21) Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang
ditahan dengan besi beton atau wire mesh
22) Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif
bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa
23) Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di atasnya
sesuai dengan ketinggian climbing formwork
24) Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa,
dilakukan inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding
precast prestressed panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat
atap.

2.5.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Fly over


Setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data, tahap selanjutnya yaitu
perencanaan teknis. Perencanaan teknis yaitu berupa perhitungan elemen
struktural pembentuk konstruksi fly over secara keseluruhan. Perhitungan ini
dimaksudkan agar konstruksi fly over dapat dibangun sesuai dengan rancangan
awal baik dari segi mutu ( kualitas ) bangunan, umur rencana, segi keamanan dan
kestabilan struktur serta alokasi biaya pembangunan konstruksi tersebut.

Dalam perhitungan konstruksi, diperlukan tahapan pekerjaan yang


sistematis dan untuk mempermudah dalam proses perhitungan konstruksi dapat
dijelaskan dengan urutan sebagai berikut:
42

1) Perencanaan bangunan atas fly over, meliputi


 Sistem pembebanan.
 Tiang sandaran.
 Trotoar.
 Pelat lantai.
 Balok prategang.
 Diafragma.
 Deck slab
2) Perencanaan bangunan bawah, meliputi:
 Perencanaan abutment fly over.
 Perencanaan pondasi.
3) Perencanaan bangunan pelengkap, meliputi:
 Pelat injak.
 Wingwall.
4) Perencanaan oprit fly over. Tahapan perencanaan struktural pembentuk
konstruksi fly over, secara detail akan disajikan dalam sub–sub bab sesuai
dengan tahapannya (Santoso, 2010).

Untuk menentukan spesifikasi fly over, berikut disajikan contoh pekerjaan


fly over pada Gambar 2.3Layout lokasi rencana fly over untuk memberikan
gambaran kondisi disekitar lokasi perencanaan fly over.

Gambar 2.3 Layout lokasi rencana fly over


Sumber: Santoso, 2010
43

5) Penentuan Spesifikasi Bahan


Spesifikasi bahan untuk beton maupun baja pada setiap elemen struktur fly
over dipengaruhi oleh dimensi elemen struktur, dan beban yang diterima oleh
struktur tersebut. Oleh karena itu spesifikasi bahan beton maupun baja pada setiap
elemen struktur fly over disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan dan yang
dapat mempermudah proses pelaksanaan(Santoso, 2010).

6) Perencanaan Bangunan Atas Fly over


Bangunan atas fly over merupakan bagian fly over yang menerima langsung
beban dari kendaraan atau orang yang melewatinya. Secara umum bangunan atas
terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: tiang sandaran, trotoar, pelat
lantai, balok prategang, diafragma dan deck slab. Untuk menghitung komponen-
komponen tersebut maka sebelumnya perlu dihitung sistem pembebanannya,
kemudian komponen-komponen tersebut baru dapat dihitung(Santoso, 2010).

7) Sistem Pembebanan
Data pembebanan terdiri dari:
 Beban berat sendiri (beban mati).
 Beban kendaraan rencana (beban truk “T”).
 Beban lajur “D” dan beban garis “KEL”.
 Gaya rem.
 Beban angin.

8) Perencanaan Tiang Sandaran


Sandaran selain berfungsi sebagai pembatas fly over juga sebagai pagar
pengaman bagi kendaraan yang melintas. Sandaran terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:
 Tembok pengaman merupakan pagar untuk pengaman fly over di
sepanjang bentang fly over.
 Tiang sandaran berupa kolom beton tiap jarak 300 cm dengan lampu
hias pada bagian atasnya.
44

9) Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan


Pelat lantai kendaraan merupakan bagian penting dalam perencanaan fly
over. Pelat lantai fly over diletakkan diatas balok prategang dan dibawah
perkerasan.

10) Analisis Penampang Balok


Analisis penampang balok prategang ini digunakan untuk mengetahui titik
berat penampang, jarak dari serat atas dan serat bawah penampang yang nantinya
digunakan untuk mengetahui letak eksentrisitas tendon balok serta pembebanan
balok prategangnya. Analisis penampang balok ini terdiri dari dua bagian yaitu
penampang balok sebelum komposit dan penampang balok sesudah komposit.
Analisis penampang balok sebelum komposit adalah penampang balok itu sendiri
sedangkan penampang balok setelah komposit merupakan penampang balok
ditambah dengan pelat lantai kendaraan.

11) Pembebanan Balok Pra Tegang


Pembebanan pada balok prategang digunakan untuk mengetahui apakah
penampang balok prategang tersebut bisa menahan beban–beban yang bekerja
pada penampang.

Pembebanan pada balok prategang terdiri dari 2 macam beban yaitu:


 Beban Mati
 Beban Hidup

12) Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang


Kehilangan tegangan pada balok prategang adalah proses menurunnya
tegangan prategang yang dapat diakibatkan oleh beton maupun tendonnya
(bajanya).
45

Jenis-jenis kehilangan tegangan pada balok prategang tersebut adalah


sebagai berikut:
a) Akibat tegangan elastis beton.
Yaitu kehilangan tegangan yang terjadi pada saat gaya prategang
dialihkan ke beton, sehingga beton akan mengalami perpendekan.

b) Akibat rangkak beton.


Yaitu kehilangan tegangan pada balok prategang akibat beban mati
yang bekerja terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

c) Akibat susut beton.


Yaitu kehilangan tegangan yang diakibatkan proses penguapan air
pada beton.

d) Akibat relaksasi baja.


Yaitu kehilangan tegangan yang diakibatkan perubahan regangan baja
yang konstan didalam tendon bila terjadi rangkak dan dalam waktu yang
lama.

e) Akibat slip pada baja


Yaitu kehilangan tegangan yang terjadi pada saat gaya prategang
dialihkan ke angkur. Perlengkapan didalam angkur yang mengalami
tegangan pada saat peralihan cenderung untuk berdeformasi, jadi tendon
dapat tergelincir sedikit. Baji gesekan yang dipakai untuk menahan kabel
akan sedikit tergelincir sebelum kabel dijepit dengan kokoh(Santoso, 2010).

13) Perencanaan End Block


Akibat stressing maka pada ujung balok terjadi tegangan yang besar dan
untuk mendistribusikan gaya prategang tersebut pada seluruh penampang balok,
maka perlu suatu bagian ujung block (end block) yang panjangnya sama dengan
tinggi balok dengan seluruhnya merata selebar flens balok.
46

Pada bagian end block tersebut terdapat 2 (dua) macam tegangan yang
berupa:
 Tegangan tarik yang disebut bursting zone terdapat pada pusat
penampang di sepanjang garis beban.
 Tegangan tarik yang tinggi yang terdapat pada permukaan ujung end
block yang disebut spalling zone (daerah yang terkelupas).

Untuk menahan tegangan tarik di daerah bursting zone digunakan sengkang


atau tulangan spiral longitudinal. Sedangkan untuk tegangan tarik di daerah
spalling zone digunakan wiremesh atau tulangan biasa yang dianyam agar tidak
terjadi retakan. Perhitungan untuk mencari besarnya gaya yang bekerja pada end
block adalah berupa pendekatan(Santoso, 2010).
BAB III
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 Uraian Pekerjaan


3.1.1 Uraian Pekerjaan Pelabuhan
Tabel 3.1 Uraian Pekerjaan Pelabuhan

No Jenis kegiatan uraian kegiatan Ket

(1) (2) (3) (4)


a) Mobilisasi
1. Pekerjaan persiapan b) Pembuatan kantor sementara
c) Pembuatan pagar pengaman
a) Launching pipa pancang dan
beton
Pekerjaan tiang
2. b) Pemancangan dermaga
pancang
c) Qutting off level
d) Tes tiang pancang
a) Pabrikasi precast
b) Pemasanagn precast dan cast in
situ beton :
Pekerjaan sturktur
3. 1. Selimut beton
beton
2. Pile cap beton
3. Balok dan listplank
4. Pelat lantai
a) Pemasangan ferder
Pekerjaan fasilitas
4. b) Pemasangan bollard
pelabuhan
c) Pemasangan stopper
a) Pemasangan pondasi tiang lampu
Pekerjaan mekanikal b) Pemasangan tiang lampu
5.
elektikal c) Pemasangan HMP
d) Pekerjaan instalasi pipa air HDPE

3.1.2 Uraian Pekerjaan Bendungan


Tabel 3.2 Uraian Pekerjaan Bendungan

No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Ket


(1) (2) (3) (4)
mengupas top soil untuk
1. Clearing & Grubing membersihkan pohon, kayu dan
kotoran lainnya dari lokasi dam,

47
48

No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Ket


(1) (2) (3) (4)
a) Pengalihan Air
b) Penutupan Seluruh
bagiansungai
2. Pekerjaan Dewatering
c) Dewatering sistem
pompaBiasa
d) Dewatering sistem bertingkat
Drilling dan
3. groutinguntuk Main
Dam
4. Pekerjaan Galian
a) Pekerjaan Timbunan
b) Contoh metode Koonstruksi
Pekerjaan Timbunan Main
Dam
Pekerjaan Timbunan c) ImperviousCore Dam
5.
Pada Bendungan d) Fine Filter
e) Coarse Filter
f) Rock Fill
g) Random Fill
h) Rock Rip-rap

3.1.3 Uraian Pekerjaan Fly Over


Tabel 3.3 Uraian Pekerjaan Fly Over

No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Ket


(1) (2) (3) (4)
1. Pekerjaan Persiapan a) Peyediaan sarana dan prasaran
b) Stockyard
2. Pekerjaan a) Penggukuran & pematokan
pendahuluan b) Land clearing
3. Pekerjaan pembiasan a) Pembuatan bestrart
b) Peyusunan rangka tulang
c) Pekerjaan tulangan dan bedrat
4. Pekerjaan drainasi a) Saluran RCP
b) Saluran pasangan batu
5. Pekerjaan widening a) Pengupasan tanah
b) Subgrade
c) Pekerjaan lapis pomdasi bawah
d) Pekerjaan lapis pondasi atas
e) Pekerjaan lapis permukaan
49

No Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Ket


(1) (2) (3) (4)
a) Pekerjaan persiapan
b) Persiapan bentonit
6. Pekerjaan sub-stucture
stucture c) Pengeboran
d) Erection tulangan
e) Pengecoran
Pekerjaan Upper--
7. a) Pekerjaan kolom
structure

3.2 Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi
Sumber: Ilma Adzim, 2020
50

Tabel 3.4 Wewenang dan tanggung jawab unit pelaksana K3 Konstruksi

No Unit Pelaksana Wewenang dan Tanggung Jawab


(1) (2) (3)
1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan
Tanggap Darurat Perusahaan
2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana tanggap darurat
Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk
1 Ketua
melangsungkan latihan tanggap darurat di
lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun non-rutin
Unit Tanggap Darurat.
5. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat
Perusahaan.
1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.
2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan
sarana dan prasarana tanggap darurat pada
Perusahaan.
2 Wakil 3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait
yang berkaitan dengan tanggap darurat
Perusahaan.
4. Membantu tugas-tugas Ketua apabila Ketua
berhalangan.
1. Melangsungkan pemadaman kebakaran
menggunakan sarana pemadam api di lingkungan
Perusahaan secara aman, selamat dan efektif.
Regu Pemadam
3 2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
Kebakaran
dan prasarana pemadam api di lingkungan
Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun
Ketua Unit Tanggap Darurat.
1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman,
selamat dan cepat.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
dan prasarana evakuasi di lingkungan Perusahaan
4 Regu Evakuasi kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua Unit
Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak
ataupun teruka kepada Regu P3K, Koordinator
maupun wakil Unit Tanggap Darurat.
1. Melaksanakan tindakan P3K.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana
5 Regu P3K dan prasarana P3K di lingkungan Perusahaan
kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua Unit
Tanggap Darurat.
51

No Unit Pelaksana Wewenang dan Tanggung Jawab


(1) (2) (3)
3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun wakil
Unit Tanggap Darurat bilamana terdapat korban
yang memerlukan tindakan medis lanjut pihak ke
tiga di luar Perusahaan.
1. Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap
6 Logistik darurat (makanan, minuman, pakaian, selimut,
pakaian, dsb).
1. Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari
7 Transportasi
dalam/luar lingkungan Perusahaan.
1. Memantau perkembangan penanganan kondisi
darurat dan menjembatani komunikasi antar regu
Komunikasi Unit Tanggap Darurat.
8
Internal 2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit
Tanggap Darurat dapat dilangsungkan secara baik
dan lancar.
1. Memantau seluruh informasi internal dan
mengakomodasi informasi/pemberitaan untuk
Komunikasi
9 pihak luar.
Eksternal
2. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk
kepentingan tanggap darurat (Kepolisian/Warga).
1. Melaksanakan tindakan keamanan internal
10 Keamanan maupun eksternal selama berlangsungnya tanggap
darurat Perusahaan
Sumber: Ilma Adzim, 2020
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rencana Identifikasi Bahaya, penilaian resiko, skala prioritas,


pengendalian resiko
4.1.1 Rencana Identifikasi Bahaya
1) Pada Pekerjaan Pelabuhan
Tabel 4.1 Identifikasi bahaya pada pekerjaan pelabuhan

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Tertimpa material saat proses Luka memar,
bongkar muat tergores, Patah tulang
Luka memar, lecet
Tersandung
pada anggota tubuh
Pekerjaan
1. Posisi badan bungkuk saat
persiapan Low back pain
mengangkat beban berat
Heat
Paparan sinar matahari exhaustion(Kelelahan
panas)
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Pekerjaan tiang Menginjak paku atau
2. Tetanus, luka
pancang serpihan serpihan material
Jatuh ke laut Tenggelam
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Pekerjaan sturktur Mata terkontaminasi debu,
3. Iritasi mata, buta
beton serpihan material
Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Jatuh ke laut Tenggelam

52
53

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tersengat listrik alat Luka bakar, memar
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Menginjak paku atau
Tetanus, luka
Pekerjaan fasilitas serpihan serpihan material
4. Jatuh ke laut Tenggelam
pelabuhan
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tersengat listrik alat Luka bakar, memar
Jatuh dari ketinggian Luka Berat
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
Pekerjaan serpihan material
5. mekanikal Paparan sinar matahari Heat exhaustion
elektikal Tersengat listrik alat Luka bakar, memar
Jatuh ke laut Tenggelam
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang

2) Pada Pekerjaan Bendungan


Tabel 4.2 Identifikasi bahaya pada pekerjaan bendungan

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Clearing & Mata terkontaminasi debu,
1. Iritasi mata, buta
Grubing serpihan material
Tertimpa pohon Luka berat, patah
54

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
tulang
Cidera parah, luka
Terkena alat pemotong
berat
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Menginjak benda tajam Tetanus, luka
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Pekerjaan
2. Tersandung Luka memar, lecet
Dewatering
Jatuh dari ketinggian Luka Berat
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Drilling dan Menginjak paku atau serpihan
3. groutinguntuk Tetanus, luka
serpihan material
Main Dam Memar, luka
Tertimpa material ringan, patah
tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Memar, luka
Tertimpa material ringan, patah
4. Pekerjaan Galian tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Tertimbun longsor Cidera parah
55

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Menginjak paku atau serpihan
Tetanus, luka
serpihan material
Tertimbun material Cidera parah
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Memar, luka
Pekerjaan Tertimpa material ringan, patah
5. Timbunan Pada tulang
Bendungan Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Menginjak paku atau serpihan
Tetanus, luka
serpihan material

3) Pada Pekerjaan Fly over

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Tertimpa material saat Luka memar,
proses bongkar muat tergores, Patah tulang
Luka memar, lecet
Tersandung
pada anggota tubuh
Pekerjaan Posisi badan bungkuk saat
1. Low back pain
Persiapan mengangkat beban berat
Heat
Paparan sinar matahari exhaustion(Kelelahan
panas)
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
Pekerjaan serpihan material
2.
pendahuluan
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
56

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Tersandung Luka memar, lecet
Pekerjaan Paparan sinar matahari Heat exhaustion
3.
pembiasan Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Menginjak paku atau
4. Pekerjaan drainasi Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
berat
Pekerjaan Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
5.
widening Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Jatuh dari ketinggian Cidera parah
Memar, luka ringan,
Pekerjaan sub- Tertimpa material
6. patah tulang
stucture
Tersandung Luka memar, lecet
57

No Uraian Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko


(1) (2) (3) (4)
Heat exhaustion
Paparan sinar matahari (lelah akibat
kepanasan)
Tertabrak pergerakan alat Luka berat, cidera
berat parah
Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
Memar, luka ringan,
Tertimpa material
patah tulang
Tersandung Luka memar, lecet
Paparan sinar matahari Heat exhaustion
Tertabrak pergerakan alat
Luka berat
Pekerjaan Upper- berat
7.
structure Terkena benda tajam Luka lecet, tetanus
Menginjak paku atau
Tetanus, luka
serpihan serpihan material
Mata terkontaminasi debu,
Iritasi mata, buta
serpihan material
Gangguan
Kebisingan
pendengaran, tuli
59

4.1.2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas dan Pengendalian Resiko
1) Pada Pekerjaan Pelabuhan
Nama Perusahaan :
Kegiatan :
Tanggal di Buat :
Halaman :

Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas dan Pengendalian Resiko Pada Pekerjaan Pelabuhan
Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD)yang sesuai
dengan Standar
Nasional Indonesia
Tertimpa material Luka memar,
Pekerjaan 4 (SNI)
1. saat proses tergores, Patah 2 2 2
persiapan
bongkar muat tulang
(Sedang)  Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
60

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
3
Tersandung lecet pada 3 1 3 membersihkan
(Rendah)
anggota tubuh segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Menyediakan dan
menggunakan alat
bantu untuk
Posisi badan
memindahkan
bungkuk saat 2
Low back pain 2 1 3 benda yang berat
mengangkat (Rendah)
beban berat  Melakukan
pekerjaan dengan
kapasitas tenaga
yang dimiliki
61

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion(Lel 3
3 1 3 hari, waktunya
matahari ah akibat (Rendah)
dapat digunakan
Kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-
si vitamin agar
tidak mudah lelah
 Menggunakan Alat
Gangguan
6 Pelindung Diri
Kebisingan pendengaran, 3 2 2
(Sedang) (APD) yang sesuai,
tuli
Pekerjaan yaitu Ear Plug
2. tiang  Menggunakan
pancang APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 6
3 2 2 (Body Harness,
tajam tetanus (Sedang)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
62

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai,
yaitu sepatu boot
Menginjak paku
6  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka 3 2 2 membersihkan
(Sedang)
serpihan material serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai,
6
Jatuh ke laut Tenggelam 2 3 2 yaitu pelampung
(Sedang)
 Memasang rambu
waspada adanya
63

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
potensial untuk
jatuh ke laut saat
bekerja
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
Memar, luka
4 (APD) yang sesuai
Tertimpa material ringan, patah 2 2 2
(Sedang) dengan Standar
tulang
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
Luka memar, 3
Tersandung 3 1 3 kehati-hatian
lecet (Rendah)
dalam bekerja
64

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat 6
3 2 2 hari, waktunya
matahari exhaustion (Sedang)
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-
si vitamin agar
tidak mudah lelah
65

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan Alat
Gangguan
6 Pelindung Diri
Kebisingan pendengaran, 3 2 2
(Sedang) (APD) yang sesuai,
tuli
yaitu Ear Plug
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 6
3 2 2 (Body Harness,
tajam tetanus (Sedang)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Pekerjaan
Mata yaitu kacamata
3. sturktur
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
beton 3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
Menginjak paku (APD) yang sesuai,
4
atau serpihan Tetanus, luka 2 2 2 yaitu sepatu boot
(Sedang)
serpihan material  Selalu
membersihkan
serpihan serpihan
66

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai,
yaitu pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam 2 3
6
2  Memasang rambu
(Sedang) waspada adanya
potensial untuk
jatuh ke laut saat
bekerja
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
Memar, luka
4 jatuh
Tertimpa material ringan, patah 2 2 2
tulang
(Sedang)  Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
dengan Standar
Nasional Indonesia
(SNI)
67

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar, 6  Selalu untuk
Tersandung 3 2 2 membersihkan
lecet (Sedang)
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
Paparan sinar Heat 3
3 1 3 penjadwalan kerja
matahari exhaustion (Rendah)
dan manajemen
68

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
hari, waktunya
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-
si vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
adanya sengatan
listrik dari alat
elektrinok yang
digunakan dalam
Tersengat listrik Luka bakar, 4 konstruksi
2 2 2
alat memar (Sedang)  Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari
barang yang
potensial tersengat
listrik
69

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
3 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 1 3 3
(Rendah) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Menggunakan Alat
Gangguan 6 Pelindung Diri
Kebisingan 3 2 2
pendengaran (Sedang) (APD) yang sesuai,
yaitu Ear Plug
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 4
2 2 2 (Body Harness,
tajam tetanus (Sedang)
Pekerjaan Sarung tangan,
4. fasilitas Sepatu boot)
pelabuhan  Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
70

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai,
yaitu sepatu boot
Menginjak paku
6  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka 3 2 2 membersihkan
(Sedang)
serpihan material serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai,
yaitu pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam 2 3
6
2  Memasang rambu
(Sedang) waspada adanya
potensial untuk
jatuh ke laut saat
bekerja
 Memberikan
Memar, luka rambu tentang
6
Tertimpa material ringan, patah 3 2 2 adanya baterial
(Sedang)
tulang berbahaya yang
potensial untuk
71

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
dengan Standar
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
Luka memar, 6
Tersandung 3 2 2 waspada
lecet (Sedang)
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
72

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat 3
3 1 3 hari, waktunya
matahari exhaustion (Rendah)
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-
si vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
adanya sengatan
Tersengat listrik Luka bakar, 6
2 3 2 listrik dari alat
alat memar (Sedang)
elektrinok yang
digunakan dalam
konstruksi
73

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari
barang yang
potensial tersengat
listrik
 Memberikan
rambu tentang
adanya bahaya di
daerah yang rawan
ketinggian
Jatuh dari 3  Menggunakan alat
Luka Berat 1 3 3 pelindung kerja
ketinggian (Rendah)
yaitu tali dalam
pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian sebagai
waspada jatuh dari
ketinggian
 Menggunakan Alat
Pekerjaan Gangguan
6 Pelindung Diri
5. mekanikal Kebisingan pendengaran, 3 2 2
(Sedang) (APD) yang sesuai,
elektikal tuli
yaitu Ear Plug
74

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat 3
3 1 3 hari, waktunya
matahari exhaustion (Rendah)
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-
si vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
Tersengat listrik Luka bakar, 6
2 3 2 tanda bahaya akan
alat memar (Sedang)
adanya sengatan
75

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
listrik dari alat
elektrinok yang
digunakan dalam
konstruksi
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari
barang yang
potensial tersengat
listrik
 Menggunakan
APD yang sesuai,
yaitu pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam 1 3
3
3  Memasang rambu
(Rendah) waspada adanya
potensial untuk
jatuh ke laut saat
bekerja
 Memberikan
Memar, luka rambu tentang
6
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2 adanya baterial
(Sedang)
tulang berbahaya yang
potensial untuk
76

Penilaian Risiko
Uraian Identifikasi Skala
No Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Bahaya Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
dengan Standar
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
77

2) Pada Pekerjaan Bendungan


Nama Perusahaan :
Kegiatan :
Tanggal di Buat :
Halaman :

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas dan Pengendalian Resiko Pada Pekerjaan Bendungan

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 3
3 1 3 (Body Harness,
tajam tetanus (Rendah)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
Clearing
1. &  Menggunakan
APD yang sesuai
Grubing Mata
(kacamata safety)
terkontaminasi Iritasi mata, 6
debu, serpihan buta
3 2
(Sedang)
2  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
78

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
 Memberikan
Luka berat, 9 rambu bahaya di
Tertimpa pohon 3 3 1
patah tulang (Tinggi) sepanjang daerah
yang potensial
untuk terdampak
kejatuhan pohon
 Menggunakan
APD yang sesuai
saat melakukan
pekerjaan
Terkena alat Cidera parah, 9
3 3 1 pemotongan, juka
pemotong luka berat (Tinggi)
diperlukannya
keahlian dalam
melaksanakan
pekerjaan tersebut
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
6
Kebisingan pendengaran, 3 2 2 Diri (APD) yang
(Sedang)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
79

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak benda
Tetanus, luka 3 2
6
2  Selalu
tajam (Sedang) membersihkan
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
Pekerjaan di sekitar lokasi
2. Dewateri konstruksi
ng  Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Meningkatkan
Luka memar, 3
Tersandung 3 1 3 kehati-hatian
lecet (Rendah)
dalam melakukan
80

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Memberikan
rambu tentang
adanya bahaya di
daerah yang rawan
ketinggian
Jatuh dari 3
ketinggian
Luka Berat 1 3
(Rendah)
3  Menggunakan alat
pelindung kerja
yaitu tali dalam
pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian sebagai
81

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
waspada jatuh dari
ketinggian
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
6
Kebisingan pendengaran, 3 2 2 Diri (APD) yang
(Sedang)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
6
Kebisingan pendengaran, 3 2 2 Diri (APD) yang
(Sedang)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
Drilling
dan  Menggunakan
groutingu APD yang sesuai
3. Terkena benda Luka lecet, 3
ntuk 3 1 3 (Body Harness,
tajam tetanus (Rendah)
Main Sarung tangan,
Dam Sepatu boot)
Mata  Menggunakan
terkontaminasi Iritasi mata, 6 APD yang sesuai
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang) yaitu kacamata
material safety
82

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Selalu untuk
menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan Tetanus, luka 3 1
3
3  Selalu
(Rendah) membersihkan
material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Memberikan
rambu tentang
Memar, luka adanya baterial
6
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2 berbahaya yang
(Sedang)
tulang potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
83

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
Luka memar, 3 waspada
Tersandung 3 1 3
lecet (Rendah)  Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
84

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat 3 hari, waktunya
3 1 3
matahari exhaustion (Rendah) dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
3 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 1 3 3
(Rendah) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
85

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
6
Kebisingan pendengaran, 3 2 2 Diri (APD) yang
Pekerjaan (Sedang)
4. tuli sesuai, yaitu Ear
Galian
Plug
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
Memar, luka
6 potensial untuk
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2
(Sedang) jatuh
tulang
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
86

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
3  Selalu untuk
Tersandung Memar, lecet 3 1 3 membersihkan
(Rendah)
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
87

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat matahari di siang
Paparan sinar exhaustion(lela 3 hari, waktunya
3 1 3
matahari h akibat (Rendah) dapat digunakan
kepanasan) untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
6 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 2 3 2
(Sedang) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Memasang rambu
3
Tertimbun longsor Cidera parah 1 3 3 bahaya adanya
(Rendah)
longsor atau
88

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
kawasan
berbahaya untuk di
hindari
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 4
2 2 2 (Body Harness,
tajam tetanus (Sedang)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan
Tetanus, luka
3 2
6
2  Selalu
ringan (Sedang) membersihkan
material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
Pekerjaan  Memberikan
Cidera parah, 3
5. Timbuna Tertimbun material 1 3 3 rambu tentang
patah tulang (Rendah)
n Pada adanya baterial
89

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Bendung berbahaya yang
an potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Menggunakan
Alat Pelindung
Gangguan 6
Kebisingan 3 2 2 Diri (APD) yang
pendengaran (Sedang)
sesuai, yaitu Ear
Plug
Tertabrak  Memasang rambu
Luka berat/ 6
pergerakan alat 2 3 2 tanda bahaya akan
cidera parah (Sedang)
berat adanya pergerakan
90

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
atau jalur yang
akan dilalui alat
berat
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
9 Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah 3 3 1
(Sedang) sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
91

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar, 3  Selalu untuk
Tersandung 3 1 3 membersihkan
lecet (Rendah)
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
Heat
dan manajemen
Paparan sinar exhaustion(lela 3
3 1 3 waktu yang baik
matahari h akibat (Rendah)
agar saat terik
kepanasan)
matahari di siang
hari, waktunya
92

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
Luka berat, 6 adanya pergerakan
pergerakan alat 2 3 2
cacat fisik (Sedang) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 3
3 1 3 (Body Harness,
tajam tetanus (Rendah)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Menginjak paku Alat Pelindung
3
atau serpihan Tetanus, luka 3 1 3 Diri (APD) yang
(Rendah)
material sesuai, yaitu
sepatu boot
93

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Selalu
membersihkan
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
94

3) Pada Pekerjaan Fly Over


Nama Perusahaan :
Kegiatan :
Tanggal di Buat :
Halaman :

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas dan Pengendalian Resiko Pada Pekerjaan Fly Over

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Tertimpa material Luka memar,
Pekerjaan 6 Indonesia (SNI)
1. saat proses bongkar tergores, Patah 2 3 2
Persiapan
muat tulang
(Sedang)  Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
95

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,
3  Membersihkan
Tersandung lecet pada 3 1 3
(Rendah) segala macam
anggota tubuh
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Menyediakan dan
menggunakan alat
bantu untuk
Posisi badan
memindahkan
bungkuk saat 6
Low back pain 3 2 2 benda yang berat
mengangkat beban (Sedang)
berat  Melakukan
pekerjaan dengan
kapasitas tenaga
yang dimiliki
96

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Heat
Paparan sinar 3 hari, waktunya
exhaustion(Kel 3 1 3
matahari (Rendah) dapat digunakan
elahan panas)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
6 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 2 3 2
(Sedang) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
Pekerjaan Mata  Menggunakan
Iritasi mata, 6
2. pendahul terkontaminasi 3 2 2 APD yang sesuai
buta (Sedang)
uan debu, serpihan yaitu kacamata
97

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
material safety
 Selalu untuk
menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
6
Kebisingan pendengaran, 3 2 2 Diri (APD) yang
(Sedang)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar, 3
Tersandung
lecet
3 1
(Rendah)
3  Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
98

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat matahari di siang
Paparan sinar exhaustion(lela 3 hari, waktunya
3 1 3
matahari h akibat (Rendah) dapat digunakan
kepanasan) untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Menggunakan
Alat Pelindung
Menginjak paku Diri (APD) yang
3
atau serpihan Tetanus, luka 3 1 3 sesuai, yaitu
(Rendah)
serpihan material sepatu boot
 Selalu
membersihkan
99

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
3 2 2
debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
Pekerjaan
 Menggunakan
3. pembiasa
Gangguan Alat Pelindung
n
Kebisingan pendengaran, 3 2 6 2 Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Meningkatkan
kehati-hatian
Luka memar, 3
Tersandung 3 1 3 dalam melakukan
lecet (Rendah)
pekerjaan
 Memasang rambu
100

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat 3
3 1 3 hari, waktunya
matahari exhaustion (Rendah)
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
101

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
mudah lelah
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan Tetanus, luka 3 1
3
3  Selalu
(Rendah) membersihkan
serpihan material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
3 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 1 3 3
(Rendah) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Memberikan
Memar, luka
6 rambu tentang
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2
(Sedang) adanya baterial
tulang
berbahaya yang
102

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 6 safety
Pekerjaan 3 2 2
4. debu, serpihan buta (Sedang)  Selalu untuk
drainasi
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
Paparan sinar Heat 3 1 3 3  Melakukan
103

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
matahari exhaustion(lela (Rendah) penjadwalan kerja
h akibat dan manajemen
kepanasan) waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
hari, waktunya
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
Menginjak paku
3 sepatu boot
atau serpihan Tetanus, luka 3 1 3
material
(Rendah)  Selalu
membersihkan
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
104

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
di sekitar lokasi
konstruksi
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
6 Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2
(Sedang) sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
Luka memar, 3
Tersandung 3 1 3 kehati-hatian
lecet (Rendah)
dalam melakukan
105

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
Memar, luka potensial untuk
Pekerjaan 6
5. Tertimpa material ringan, patah 2 3 2 jatuh
widening (Sedang)
tulang  Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
106

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar, 3  Selalu untuk
Tersandung 3 1 3 membersihkan
lecet (Rendah)
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
Paparan sinar Heat 3 1 3 3  Melakukan
107

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
matahari exhaustion (Rendah) penjadwalan kerja
(Lelah dan manajemen
Kepanasan) waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
hari, waktunya
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
Luka berat, 6 adanya pergerakan
pergerakan alat 2 3 2
cidera parah (Sedang) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
108

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 3
3 1 3 (Body Harness,
tajam tetanus (Rendah)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan Tetanus, luka 3 1
3
3  Selalu
(Rendah) membersihkan
material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata terkena debu, Iritasi mata, 6
3 2 2 yaitu kacamata
serpihan material buta (Sedang)
safety
 Selalu untuk
109

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu agar
tidak terjadi debu
yang beterbangan
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
3
Kebisingan pendengaran, 3 1 3 Diri (APD) yang
(Rendah)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memberikan
rambu tentang
adanya bahaya di
daerah yang rawan
ketinggian
Jatuh dari 9  Menggunakan alat
Cidera parah 3 3 1 pelindung kerja
ketinggian (Tinggi)
yaitu tali dalam
pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian sebagai
waspada jatuh dari
ketinggian
110

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
6 Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah 2 3 2
(Sedang) sesuai dengan
tulang
Pekerjaan Standar Nasional
6. sub- Indonesia (SNI)
stucture  Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
Luka memar, 3
Tersandung 3 1 3 dalam melakukan
lecet (Rendah)
pekerjaan
 Memasang rambu
111

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion 3
3 1 3 hari, waktunya
matahari (lelah akibat (Rendah)
dapat digunakan
kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum
si vitamin agar
tidak mudah lelah
112

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
Luka berat, 6 adanya pergerakan
pergerakan alat 2 3 2
cidera parah (Sedang) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet, 3
3 1 3 (Body Harness,
tajam tetanus (Rendah)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan Tetanus, luka 3 1
3
3  Selalu
(Rendah) membersihkan
material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
113

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 3 safety
3 1 3
debu, serpihan buta (Rendah)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
3
Kebisingan pendengaran, 3 1 3 Diri (APD) yang
(Rendah)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
Pekerjaan Luka Memar,
potensial untuk
7. Upper- Tertimpa material luka ringan, 2 3 6 2
jatuh
structure patah tulang
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
114

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai dalam
upaya untuk
mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar, 3  Selalu untuk
Tersandung 3 1 3 membersihkan
lecet (Rendah)
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
115

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat matahari di siang
Paparan sinar exhaustion(lela 3 hari, waktunya
3 1 3
matahari h akibat (Rendah) dapat digunakan
kepanasan) untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
3 adanya pergerakan
pergerakan alat Luka berat 1 3 3
(Rendah) atau jalur yang
berat
akan dilalui alat
berat
 Menggunakan
Terkena benda Luka lecet, 3
3 1 3 APD yang sesuai
tajam tetanus (Rendah)
(Body Harness,
116

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
atau serpihan Tetanus, luka 3 1
3
3  Selalu
(Rendah) membersihkan
serpihan material
serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan
di sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, 3 safety
3 1 3
debu, serpihan buta (Rendah)  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
117

Penilaian Risiko
Uraian Skala
No Identifikasi Bahaya Risiko Tingkat Pengendalian Resiko
Pekerjaan Kekerapan Keparahan Prioritas
Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
3
Kebisingan pendengaran, 3 1 3 Diri (APD) yang
(Rendah)
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug

Keterangan :
Penilaian Resiko Untuk Nilai Keparahan dan Kekerapan Penilaian Resiko Untuk Tingkat Resiko
Nilai 1 : Resiko Rendah Range 1-3 : Resiko Rendah (menimbulkan luka/lecet)
Nilai 2 : Resiko Sedang Range 4-6 : Resiko Sedang (menimbulkan cidera/cacat)
Nilai 3 : Resiko tinggi Range 7-9 : Resiko tinggi (menimbulkan kematian)

Skala Prioritas
Nilai 1 : Prioritas Tinggi
Nilai 2 : Prioritas Sedang
Nilai 3 : Prioritas Rendah
119

4.2 Tabel/Matriks
Tabel 4.7 Matriks analisis resiko pada pekerjaan konstruksi

Keparahan 1 2 3
Ringan Sedang Tinggi
Kekerapan

1 1 2 3
Jarang Ringan Ringan Ringan

2 2 4 6
Kadang Ringan Sedang Sedang

3 3 6 9
Sering Ringan Sedang Tinggi

Keterangan:
Untuk nilai keparahan
Nilai 1 : Resiko Rendah
Nilai 2 : Resiko Sedang
Nilai 3 : Resiko Tinggi

Untuk nilai kekerapan


Nilai 1 : Jarang Terjadi
Nilai 2 : Kadang Terjadi
Nilai 3 : Sering Terjadi

Untuk tingkat resiko:


Range 1-3 Resiko Rendah, menyebabkan luka ringan/lecet
Range 4-6 Resiko Sedang, menyebabkan cidera parah/cacat fisik
Range 7-9 Resiko Tinggi, berpotensi menyebabkan kematian
120

4.3 Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak


(RK3K)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi, pada pasal 19
mengenai Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa, khususnya pada
butir (b), menyatakan bahwa Penyedia Jasa menyampaikan RK3K Penawaran
sebagai lampiran dokumen penawaran.

Penyampaian RK3K Penawaran menjadi kewajiban bagi para Penyedia Jasa


yang mengikuti lelang. Isian RK3K Penawaran telah dicontohkan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2013 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Ketika calon Penyedia
Jasa telah ditetapkan sebagai pemenang lelang, maka selanjutnya Penyedia Jasa
yang bersangkutan wajib membuat RK3K Pelaksanaan seperti yang ditetapkan
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 sebagaimana
pada Lampiran 2 dengan ketentuan:
1) Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
2) Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang
mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi
untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah;
3) Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK Konstruksi
Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum
4) Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU
sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Pekerjaan Pekerjaan pada akhir
kegiatan;
5) Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
121

6) Menindak lanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;


7) Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai
dengan RK3K;
8) Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
9) Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi:
 Tempat kerja;
 Peralatan kerja;
 Cara kerja;
 Alat Pelindung Kerja;
 Alat Pelindung Diri;
 Rambu-rambu; dan
 Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

RK3K yang telah dibuat di awal kegiatan tersebut, dipresentasikan kepada


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendapat persetujuan.

Berikut cara menyusun RK3K:


1) Kebijakan K3, Diisi oleh penyedia jasa berupa pernyataan tertulis yang
berisi komitmen untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan
peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten.
Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan
konstruksi yang dilaksanakan. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
 Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lain yang terkait dengan K3;
 Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
122

2) Perencanaan K3, Di dalam membuat rencana K3, PPK memberikan


identifikasi awal dan penyedia jasa harus menyampaikan pengendalian
risiko pada saat penawaran berdasarkan identifikasi awal tersebut.
3) Pemenuhan aturan perUndang Undangan dan ketentuan Lainnya
4) Sasaran dan Program K3
5) Organisasi K3

Berikut contoh formulir RK3K

Gambar 4.1 Formulir RK3K


Sumber, Sibima SKKNI, 2015
123

4.3.1 Dokumen RK3K Pada Pekerjaan Pelabuhan

RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


XY KERJA KONTRAK
PT. XY
A. Pendahuluan
Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti
penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim,
melakukan penggalian dan lain-lain. Dengan adanya hal tersebut maka
diperlukannya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penerapannya
meliputi Kantor, Projeck Site serta area pendukung lainnya yang merupakan
kebijakan pihak perusahaan. Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety Management System
(SMK3/OHSMS) dimana system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan
penyakit akibat kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk
memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada karyawan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
dalam rangka pemenuhan OHSAS 18001:2007 butir 4.4.6 maka diperlukan suatu
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek

B. Kebijakan K3
Perusahaan memiliki komitmen dan kepedulian terhadap selamatan dan
Kesehatan Kerja yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
operasional dan usaha perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggung
jawab semua jajaran perusahaan. Perusahaan bertekad untuk melaksanakan
kegiatan operasional dengan mengutamakan Keselamatan dan kesehatan kerja yang
aman serta nyaman bagi siapapun yang berada ditempat kerja, yang dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan :
a) Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan kerja, yang merupakan persyaratan minimum kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja.
b) Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu, pihak ke
tiga dan asset perusahaan dengan mencegah dan mengendalikan kejadian yang
dapat merugikan aset perusahaan
124

c) Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan, masyarakat


dan pihak-pihak yang berkepentingan
d) Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada setip
tahap penyelenggaraan kegiatan serta mengendalikan resikoyang ada
seminimal mungkin.
Kebijakan Khusus
Perusahaan melarang keras seluruh pegawai untuk membawa, menggunakan obat-
obatan terlarang yang termasuk didalamnya NARKOBA dan Minuman Keras
beralkohol baik pada waktu bekerja maupun dilapangan serta diluar jam kerja

C. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko


Uraian
No Identifikasi Bahaya Risiko Pengendalian Resiko
Pekerjaan
(1) (2) (3) (4) (5)
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
dengan Standar
Tertimpa material Luka memar, Nasional Indonesia
saat proses bongkar tergores, Patah (SNI)
muat tulang  Menyediakan media
berupa papan lantai
dalam upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian dalam
melakukan pekerjaan
Pekerjaan  Memasang rambu
1.
persiapan waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung lecet pada membersihkan
anggota tubuh segala macam
serpihan atau benda
benda yang tak
terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Menyediakan dan
Posisi badan
menggunakan alat
bungkuk saat
Low back pain bantu untuk
mengangkat beban
memindahkan benda
berat
yang berat
125

 Melakukan
pekerjaan dengan
kapasitas tenaga
yang dimiliki
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat exhaustion matahari di siang
Paparan sinar
(Lelah akibat hari, waktunya dapat
matahari
Kepanasan) digunakan untuk
beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Menggunakan Alat
Gangguan
Pelindung Diri
Kebisingan pendengaran,
(APD) yang sesuai,
tuli
yaitu Ear Plug
 Menggunakan APD
Terkena benda Luka lecet, yang sesuai (Body
tajam tetanus Harness, Sarung
tangan, Sepatu boot)
 Menggunakan APD
yang sesuai yaitu
Mata
kacamata safety
terkontaminasi
Iritasi mata, buta  Selalu untuk
debu, serpihan
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
Pekerjaan
2. tiang  Menggunakan Alat
pancang Pelindung Diri
(APD) yang sesuai,
yaitu sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
serpihan material serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan APD
yang sesuai, yaitu
pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam
 Memasang rambu
waspada adanya
potensial untuk jatuh
126

ke laut saat bekerja


 Memberikan rambu
tentang adanya
baterial berbahaya
yang potensial untuk
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
Memar, luka
(APD) yang sesuai
Tertimpa material ringan, patah
dengan Standar
tulang
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan media
berupa papan lantai
dalam upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian dalam
bekerja
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
Luka memar, membersihkan
Tersandung
lecet segala macam
serpihan atau benda
benda yang tak
terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar
Heat exhaustion hari, waktunya dapat
matahari
digunakan untuk
beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Menggunakan Alat
Gangguan
Pekerjaan Pelindung Diri
Kebisingan pendengaran,
3. sturktur (APD) yang sesuai,
tuli
beton yaitu Ear Plug
Terkena benda Luka lecet,  Menggunakan APD
127

tajam tetanus yang sesuai (Body


Harness, Sarung
tangan, Sepatu boot)
 Menggunakan APD
yang sesuai yaitu
Mata
kacamata safety
terkontaminasi
Iritasi mata, buta  Selalu untuk
debu, serpihan
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai,
yaitu sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
serpihan material serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan APD
yang sesuai, yaitu
pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam  Memasang rambu
waspada adanya
potensial untuk jatuh
ke laut saat bekerja
 Memberikan rambu
tentang adanya
baterial berbahaya
yang potensial untuk
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
Memar, luka
(APD) yang sesuai
Tertimpa material ringan, patah
dengan Standar
tulang
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan media
berupa papan lantai
dalam upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian dalam
Luka memar,
Tersandung melakukan pekerjaan
lecet
 Memasang rambu
waspada
128

 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau benda
benda yang tak
terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar
Heat exhaustion hari, waktunya dapat
matahari
digunakan untuk
beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
adanya sengatan
listrik dari alat
elektrinok yang
digunakan dalam
Tersengat listrik Luka bakar,
konstruksi
alat memar
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari barang
yang potensial
tersengat listrik
 Memasang rambu
Tertabrak tanda bahaya akan
pergerakan alat Luka berat adanya pergerakan
berat atau jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan Alat
Gangguan Pelindung Diri
Kebisingan
pendengaran (APD) yang sesuai,
Pekerjaan
yaitu Ear Plug
4. fasilitas
pelabuhan  Menggunakan APD
Terkena benda Luka lecet, yang sesuai (Body
tajam tetanus Harness, Sarung
tangan, Sepatu boot)
129

 Menggunakan APD
yang sesuai yaitu
Mata
kacamata safety
terkontaminasi
Iritasi mata, buta  Selalu untuk
debu, serpihan
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu

 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai,
yaitu sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
serpihan material serpihan serpihan
material atau paku
yang berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan APD
yang sesuai, yaitu
pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam  Memasang rambu
waspada adanya
potensial untuk jatuh
ke laut saat bekerja
 Memberikan rambu
tentang adanya
baterial berbahaya
yang potensial untuk
jatuh
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
Memar, luka
(APD) yang sesuai
Tertimpa material ringan, patah
dengan Standar
tulang
Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan media
berupa papan lantai
dalam upaya untuk
mencegah jatuhnya
material
 Meningkatkan
kehati-hatian dalam
Luka memar, melakukan pekerjaan
Tersandung
lecet  Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
130

membersihkan
segala macam
serpihan atau benda
benda yang tak
terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar
Heat exhaustion hari, waktunya dapat
matahari
digunakan untuk
beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
adanya sengatan
listrik dari alat
elektrinok yang
digunakan dalam
Tersengat listrik Luka bakar,
konstruksi
alat memar
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari barang
yang potensial
tersengat listrik
 Memberikan rambu
tentang adanya
bahaya di daerah
yang rawan
ketinggian
Jatuh dari  Menggunakan alat
Luka Berat
ketinggian pelindung kerja yaitu
tali dalam pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian sebagai
waspada jatuh dari
ketinggian
 Menggunakan Alat
Pekerjaan Gangguan
Pelindung Diri
5. mekanikal Kebisingan pendengaran,
(APD) yang sesuai,
elektikal tuli
yaitu Ear Plug
131

 Menggunakan APD
yang sesuai yaitu
Mata
kacamata safety
terkontaminasi
Iritasi mata, buta  Selalu untuk
debu, serpihan
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar
Heat exhaustion hari, waktunya dapat
matahari
digunakan untuk
beristirahat
 Beristirahat dan
selalu mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
adanya sengatan
listrik dari alat
elektrinok yang
digunakan dalam
Tersengat listrik Luka bakar,
konstruksi
alat memar
 Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
 Menghindari barang
yang potensial
tersengat listrik
 Menggunakan APD
yang sesuai, yaitu
pelampung
Jatuh ke laut Tenggelam  Memasang rambu
waspada adanya
potensial untuk jatuh
ke laut saat bekerja
 Memberikan rambu
tentang adanya
baterial berbahaya
Memar, luka yang potensial untuk
Tertimpa material ringan, patah jatuh
tulang  Menggunakan Alat
Pelindung Diri
(APD) yang sesuai
dengan Standar
132

Nasional Indonesia
(SNI)
 Menyediakan media
berupa papan lantai
dalam upaya untuk
mencegah jatuhnya
material

D. Pemenuhan Undang-Undang dan Persyaratan Lainnya


Daftar perundang-undangan dan persyaratan K3 yang diwajibkan dipunyai dan
dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah:
 UUD 1945
 UU No. 1/1970 Keselamatan Kerja
 UU No.13/2003 Ketenaga Kerjaan
 Permenaker No.1/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan
Konstruksi
 Keputusan Bersama Menaker
 MenPU No. 174/MEN/1986 K3 pada kegiatan Konstruksi
 Permenaker No. 5/1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
 Permen PU No. 09/2008 Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi
 UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
 UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
 UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosisal Tenaga Kerja
 UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
 UU No. 28/2002 Tengang Bangunan Gedung

E. Sasaran K3
 Kecelakaan Kerja = 0 (Zero Accident), baik dikantor maupun di proyek
 Compile perundangan = 75%
 Mengembangkan Sistem Manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 dan
meraih Sertifikat OHSAS 18001:2007
133

F. Program K3
 Menetapkan Rencana Program K3 untuk mencapai tujuan dan sasaran K3 yang
menjelaskan sistem pertanggung jawabannya
 Peninjauan secara berkala dan dikembangkan secara berkesinambungan yang
berkaitan dengan kegiatan, produk, jasa dan kondisi operasional perusahaan
 Penyiapan sumber daya yang ditunjuk untuk mendokumentasikan, dan
mengkomunikasikan struktur dan penanggung jawaban K3 serta wewenang untuk
bertindak.
 Menetapkan prosedur untuk identifikasi penyediaan sumber daya lainnya
termasuk pendanaan dan teknologi yang sesuai kebutuhan operasi
 Melakukan konsultasi dan melibatkan tenaga kerja dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3
 Mendokumentasikan setiap kegiatan SMK3
 Membuat prosedur pengendalian semua dokumen dan data SMK3 dalam bentuk
tertulis maupun data elektronik
 Mengidentifikasi bahaya serta resiko dari setiap proses kerja untuk kemudian
dilakukan dan ditetapkan prioritas tindakan pengendalian yang akan diambil.
 Menetapkan prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana yang
teridentifikasi (Tanggap Darurat)
 Menetapkan prosedur untuk inspeksi, pengujian, pemantauan dan pengukuran
yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3 secara teratur.
 Menetapkan prosedur untuk mengevaluasi penerapan SMK3 terhadap kebutuhan
peraturan perundang-undangan secara berkala
 Semua hasil temuan dri pelaksanaan dan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
SMK3 didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan
dan pencegahan.
 Untuk menunjukkan kesesuaian penerapan SMK3, perusahaan melakukan
pencatatan informasi K3 yang telah dilaksanakan.
 Menetapkan prosedur audit internal SMK3 yang dilaksanakan secara sistematik,
independen dan berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3
 Melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian
dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan
K3
134

G. Organisasi K3

Kendari, Mei 2020


PT. XY

LA ODE YUDI ARYANTO


Direktur
135

4.3.2 Dokumen RK3K Pada Pekerjaan Bendungan

RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


XY KERJA KONTRAK
PT. XY

A. Pendahuluan
Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti
penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim,
melakukan penggalian dan lain-lain. Dengan adanya hal tersebut maka
diperlukannya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penerapannya
meliputi Kantor, Projeck Site serta area pendukung lainnya yang merupakan
kebijakan pihak perusahaan. Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety Management System
(SMK3/OHSMS) dimana system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan
penyakit akibat kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk
memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada karyawan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
dalam rangka pemenuhan OHSAS 18001:2007 butir 4.4.6 maka diperlukan suatu
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek

B. Kebijakan K3
Perusahaan memiliki komitmen dan kepedulian terhadap selamatan dan
Kesehatan Kerja yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
operasional dan usaha perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggung
jawab semua jajaran perusahaan.Perusahaan bertekad untuk melaksanakan kegiatan
operasional dengan mengutamakan Keselamatan dan kesehatan kerja yang aman
serta nyaman bagi siapapun yang berada ditempat kerja, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan :
e) Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan kerja, yang merupakan persyaratan minimum kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja.
f) Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu, pihak ke
tiga dan asset perusahaan dengan mencegah dan mengendalikan kejadian yang
136

dapat merugikan asset perusahaan


g) Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan, masyarakat
dan pihak-pihak yang berkepentingan
h) Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada setip
tahap penyelenggaraan kegiatan serta mengendalikan resikoyang ada
seminimal mungkin.
Kebijakan Khusus
Perusahaan melarang keras seluruh pegawai untuk membawa, menggunakan obat-
obatan terlarang yang termasuk didalamnya NARKOBA dan Minuman Keras
beralkohol baik pada waktu bekerja maupun dilapangan serta diluar jam kerja

C. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko

Uraian Identifikasi Pengendalian


No Risiko
Pekerjaan Bahaya Resiko
(1) (2) (3) (4) (5)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata
(kacamata safety)
terkontaminasi Iritasi mata,
 Selalu untuk
debu, serpihan buta
menyiram atau
material
membasahi lokasi
yang berdebu
Clearing &
1.
Grubing  Menggunakan
APD yang sesuai
 Memberikan
Luka berat, rambu bahaya di
Tertimpa pohon
patah tulang sepanjang daerah
yang potensial
untuk terdampak
kejatuhan pohon
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena alat Cidera parah,
saat melakukan
pemotong luka berat
pekerjaan
pemotongan, juka
137

diperlukannya
keahlian dalam
melaksanakan
pekerjaan tersebut
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak benda  Selalu
Tetanus, luka membersihkan
tajam
serpihan serpihan
material atau paku
yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
Pekerjaan debu, serpihan buta  Selalu untuk
2.
Dewatering material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
138

 Memberikan
rambu tentang
adanya bahaya di
daerah yang
rawan ketinggian
 Menggunakan
Jatuh dari alat pelindung
Luka Berat
ketinggian kerja yaitu tali
dalam pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian
sebagai waspada
jatuh dari
ketinggian
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
Drilling
 Menggunakan
dan
APD yang sesuai
3. grouting
Mata yaitu kacamata
untuk Main
terkontaminasi Iritasi mata, safety
Dam
debu, serpihan buta  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Alat Pelindung
Menginjak paku Diri (APD) yang
atau serpihan Tetanus, luka sesuai, yaitu
material sepatu boot
 Selalu
membersihkan
139

serpihan serpihan
material atau paku
yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
Paparan sinar Heat dan manajemen
matahari exhaustion waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
140

hari, waktunya
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
adanya
pergerakan alat Luka berat
pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
debu, serpihan buta  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memberikan
Pekerjaan rambu tentang
4. adanya baterial
Galian
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
141

 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
Tersandung Memar, lecet membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat matahari di siang
Paparan sinar exhaustion hari, waktunya
matahari (lelah akibat dapat digunakan
kepanasan) untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
adanya
pergerakan alat Luka berat
pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Memasang rambu
bahaya adanya
longsor atau
Tertimbun longsor Cidera parah
kawasan
berbahaya untuk
di hindari
 Menggunakan
Terkena benda Luka lecet, APD yang sesuai
tajam tetanus (Body Harness,
Sarung tangan,
142

Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku
Tetanus, luka  Selalu
atau serpihan membersihkan
ringan
material serpihan serpihan
material atau paku
yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Tertimbun Cidera parah, Diri (APD) yang
material patah tulang sesuai dengan
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
Pekerjaan
papan lantai
Timbunan
5. dalam upaya
Pada
untuk mencegah
Bendungan
jatuhnya material
 Menggunakan
Alat Pelindung
Gangguan
Kebisingan Diri (APD) yang
pendengaran
sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
Luka berat/ adanya
pergerakan alat
cidera parah pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
Memar, luka  Memberikan
Tertimpa material
ringan, patah rambu tentang
143

tulang adanya baterial


berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan kerja
dan manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (lelah akibat
dapat digunakan
kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar tidak
144

mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya akan
Tertabrak
Luka berat, adanya
pergerakan alat
cacat fisik pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
material serpihan serpihan
material atau paku
yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi

D. Pemenuhan Undang-Undang dan Persyaratan Lainnya


Daftar perundang-undangan dan persyaratan K3 yang diwajibkan dipunyai dan
dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah:
 UUD 1945
 UU No. 1/1970 Keselamatan Kerja
 UU No.13/2003 Ketenaga Kerjaan
 Permenaker No.1/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan
Konstruksi
 Keputusan Bersama Menaker
 MenPU No. 174/MEN/1986 K3 pada kegiatan Konstruksi
 Permenaker No. 5/1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
 Permen PU No. 09/2008 Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi
145

 UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja


 UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
 UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosisal Tenaga Kerja
 UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
 UU No. 28/2002 Tengang Bangunan Gedung

E. Sasaran K3
 Kecelakaan Kerja = 0 (Zero Accident), baik dikantor maupun di proyek
 Compile perundangan = 75%
 Mengembangkan Sistem Manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 dan
meraih Sertifikat OHSAS 18001:2007
F. Program K3
 Menetapkan Rencana Program K3 untuk mencapai tujuan dan sasaran K3 yang
menjelaskan sistem pertanggung jawabannya
 Peninjauan secara berkala dan dikembangkan secara berkesinambungan yang
berkaitan dengan kegiatan, produk, jasa dan kondisi operasional perusahaan
 Penyiapan sumber daya yang ditunjuk untuk mendokumentasikan, dan
mengkomunikasikan struktur dan penanggung jawaban K3 serta wewenang untuk
bertindak.
 Menetapkan prosedur untuk identifikasi penyediaan sumber daya lainnya
termasuk pendanaan dan teknologi yang sesuai kebutuhan operasi
 Melakukan konsultasi dan melibatkan tenaga kerja dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3
 Mendokumentasikan setiap kegiatan SMK3
 Membuat prosedur pengendalian semua dokumen dan data SMK3 dalam bentuk
tertulis maupun data elektronik
 Mengidentifikasi bahaya serta resiko dari setiap proses kerja untuk kemudian
dilakukan dan ditetapkan prioritas tindakan pengendalian yang akan diambil.
 Menetapkan prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana yang
teridentifikasi (Tanggap Darurat)
 Menetapkan prosedur untuk inspeksi, pengujian, pemantauan dan pengukuran
yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3 secara teratur.
146

 Menetapkan prosedur untuk mengevaluasi penerapan SMK3 terhadap kebutuhan


peraturan perundang-undangan secara berkala
 Semua hasil temuan dri pelaksanaan dan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
SMK3 didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan
dan pencegahan.
 Untuk menunjukkan kesesuaian penerapan SMK3, perusahaan melakukan
pencatatan informasi K3 yang telah dilaksanakan.
 Menetapkan prosedur audit internal SMK3 yang dilaksanakan secara sistematik,
independen dan berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3
 Melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian
dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan
K3

G. Organisasi K3

Kendari, Mei 2020


PT. XY

LA ODE YUDI ARYANTO


Direktur
147

4.3.3 Dokumen RK3K Pada Pekerjaan Fly Over

RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


XY KERJA KONTRAK
PT. XY

A. Pendahuluan
Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti
penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim,
melakukan penggalian dan lain-lain. Dengan adanya hal tersebut maka
diperlukannya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penerapannya
meliputi Kantor, Projeck Site serta area pendukung lainnya yang merupakan
kebijakan pihak perusahaan. Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau Occupational Health and Safety Management System
(SMK3/OHSMS) dimana system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan
penyakit akibat kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk
memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada karyawan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
dalam rangka pemenuhan OHSAS 18001:2007 butir 4.4.6 maka diperlukan suatu
Rencana Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek

B. Kebijakan K3
Perusahaan memiliki komitmen dan kepedulian terhadap selamatan dan
Kesehatan Kerja yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
operasional dan usaha perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggung
jawab semua jajaran perusahaan.Perusahaan bertekad untuk melaksanakan kegiatan
operasional dengan mengutamakan Keselamatan dan kesehatan kerja yang aman
serta nyaman bagi siapapun yang berada ditempat kerja, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan :
i) Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan kerja, yang merupakan persyaratan minimum kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja.
j) Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu, pihak ke
tiga dan asset perusahaan dengan mencegah dan mengendalikan kejadian yang
148

dapat merugikan asset perusahaan


k) Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan, masyarakat
dan pihak-pihak yang berkepentingan
l) Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada setip
tahap penyelenggaraan kegiatan serta mengendalikan resikoyang ada
seminimal mungkin.
Kebijakan Khusus
Perusahaan melarang keras seluruh pegawai untuk membawa, menggunakan obat-
obatan terlarang yang termasuk didalamnya NARKOBA dan Minuman Keras
beralkohol baik pada waktu bekerja maupun dilapangan serta diluar jam kerja

C. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko

Uraian Identifikasi Pengendalian


No Risiko
Pekerjaan Bahaya Resiko
(1) (2) (3) (4) (5)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai dengan
Standar Nasional
Tertimpa material Luka memar,
Indonesia (SNI)
saat proses tergores, Patah
 Menyediakan
bongkar muat tulang
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
Pekerjaan jatuhnya material
1.
Persiapan  Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
Luka memar,
waspada
Tersandung lecet pada
anggota tubuh  Membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
149

menimbulkan
bahaya
 Menyediakan dan
menggunakan
alat bantu untuk
Posisi badan
memindahkan
bungkuk saat
Low back pain benda yang berat
mengangkat
beban berat  Melakukan
pekerjaan dengan
kapasitas tenaga
yang dimiliki
 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (Kelelahan
dapat digunakan
panas)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya
Tertabrak
akan adanya
pergerakan alat Luka berat
pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
debu, serpihan buta  Selalu untuk
material menyiram atau
Pekerjaan
2. membasahi lokasi
pendahuluan
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
150

 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (lelah akibat
dapat digunakan
kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
serpihan material serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
Pekerjaan Mata Iritasi mata,  Menggunakan
3.
pembiasan terkontaminasi buta APD yang sesuai
151

debu, serpihan yaitu kacamata


material safety
 Selalu untuk
menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
matahari di siang
Paparan sinar Heat
hari, waktunya
matahari exhaustion
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Menggunakan
Menginjak paku
Alat Pelindung
atau serpihan Tetanus, luka
Diri (APD) yang
serpihan material
sesuai, yaitu
152

sepatu boot
 Selalu
membersihkan
serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Memasang rambu
tanda bahaya
Tertabrak
akan adanya
pergerakan alat Luka berat
pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
debu, serpihan buta  Selalu untuk
Pekerjaan material menyiram atau
4.
drainasi membasahi lokasi
yang berdebu
Heat  Melakukan
Paparan sinar exhaustion penjadwalan
matahari (lelah akibat kerja dan
kepanasan) manajemen
153

waktu yang baik


agar saat terik
matahari di siang
hari, waktunya
dapat digunakan
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
material serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
Luka memar,
Tersandung kehati-hatian
lecet
dalam melakukan
154

pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
sesuai dengan
tulang
Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
Pekerjaan
5. untuk mencegah
widening
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
Luka memar,  Selalu untuk
Tersandung membersihkan
lecet
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
155

 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (Lelah
dapat digunakan
Kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya
Tertabrak
Luka berat, akan adanya
pergerakan alat
cidera parah pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
sepatu boot
Menginjak paku  Selalu
atau serpihan Tetanus, luka membersihkan
material serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
Mata terkena APD yang sesuai
Iritasi mata,
debu, serpihan yaitu kacamata
buta
material safety
 Selalu untuk
156

menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
agar tidak terjadi
debu yang
beterbangan
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memberikan
rambu tentang
adanya bahaya di
daerah yang
rawan ketinggian
 Menggunakan
Jatuh dari alat pelindung
Cidera parah
ketinggian kerja yaitu tali
dalam pekerjaan
konstruksi dari
ketinggian
sebagai waspada
jatuh dari
ketinggian
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Memar, luka
Diri (APD) yang
Tertimpa material ringan, patah
Pekerjaan sesuai dengan
6. tulang
sub-stucture Standar Nasional
Indonesia (SNI)
 Menyediakan
media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
Luka memar,  Meningkatkan
Tersandung
lecet kehati-hatian
157

dalam melakukan
pekerjaan
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (lelah akibat
dapat digunakan
kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya
Tertabrak
Luka berat, akan adanya
pergerakan alat
cidera parah pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Menginjak paku
Diri (APD) yang
atau serpihan Tetanus, luka
sesuai, yaitu
material
sepatu boot
 Selalu
158

membersihkan
serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
debu, serpihan buta  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug
 Memberikan
rambu tentang
adanya baterial
berbahaya yang
potensial untuk
jatuh
 Menggunakan
Alat Pelindung
Luka Memar,
Diri (APD) yang
Tertimpa material luka ringan,
sesuai dengan
patah tulang
Standar Nasional
Pekerjaan Indonesia (SNI)
7. Upper-  Menyediakan
structure media berupa
papan lantai
dalam upaya
untuk mencegah
jatuhnya material
 Meningkatkan
kehati-hatian
dalam melakukan
Luka memar,
Tersandung pekerjaan
lecet
 Memasang rambu
waspada
 Selalu untuk
159

membersihkan
segala macam
serpihan atau
benda benda yang
tak terpakai dan
berpotensi
menimbulkan
bahaya
 Melakukan
penjadwalan
kerja dan
manajemen
waktu yang baik
agar saat terik
Heat
matahari di siang
Paparan sinar exhaustion
hari, waktunya
matahari (lelah akibat
dapat digunakan
kepanasan)
untuk beristirahat
 Beristirahat dan
selalu
mengonsum-si
vitamin agar
tidak mudah lelah
 Memasang rambu
tanda bahaya
Tertabrak
akan adanya
pergerakan alat Luka berat
pergerakan atau
berat
jalur yang akan
dilalui alat berat
 Menggunakan
APD yang sesuai
Terkena benda Luka lecet,
(Body Harness,
tajam tetanus
Sarung tangan,
Sepatu boot)
 Menggunakan
Alat Pelindung
Diri (APD) yang
sesuai, yaitu
Menginjak paku sepatu boot
atau serpihan Tetanus, luka  Selalu
serpihan material membersihkan
serpihan serpihan
material atau
paku yang
berhamburan di
160

sekitar lokasi
konstruksi
 Menggunakan
APD yang sesuai
Mata yaitu kacamata
terkontaminasi Iritasi mata, safety
debu, serpihan buta  Selalu untuk
material menyiram atau
membasahi lokasi
yang berdebu
 Menggunakan
Gangguan Alat Pelindung
Kebisingan pendengaran, Diri (APD) yang
tuli sesuai, yaitu Ear
Plug

D. Pemenuhan Undang-Undang dan Persyaratan Lainnya


Daftar perundang-undangan dan persyaratan K3 yang diwajibkan dipunyai dan
dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah:
 UUD 1945
 UU No. 1/1970 Keselamatan Kerja
 UU No.13/2003 Ketenaga Kerjaan
 Permenaker No.1/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan
Konstruksi
 Keputusan Bersama Menaker
 MenPU No. 174/MEN/1986 K3 pada kegiatan Konstruksi
 Permenaker No. 5/1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
 Permen PU No. 09/2008 Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi
 UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
 UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
 UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosisal Tenaga Kerja
 UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
 UU No. 28/2002 Tengang Bangunan Gedung

E. Sasaran K3
161

 Kecelakaan Kerja = 0 (Zero Accident), baik dikantor maupun di proyek


 Compile perundangan = 75%
 Mengembangkan Sistem Manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 dan
meraih Sertifikat OHSAS 18001:2007
F. Program K3
 Menetapkan Rencana Program K3 untuk mencapai tujuan dan sasaran K3 yang
menjelaskan sistem pertanggung jawabannya
 Peninjauan secara berkala dan dikembangkan secara berkesinambungan yang
berkaitan dengan kegiatan, produk, jasa dan kondisi operasional perusahaan
 Penyiapan sumber daya yang ditunjuk untuk mendokumentasikan, dan
mengkomunikasikan struktur dan penanggung jawaban K3 serta wewenang untuk
bertindak.
 Menetapkan prosedur untuk identifikasi penyediaan sumber daya lainnya
termasuk pendanaan dan teknologi yang sesuai kebutuhan operasi
 Melakukan konsultasi dan melibatkan tenaga kerja dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3
 Mendokumentasikan setiap kegiatan SMK3
 Membuat prosedur pengendalian semua dokumen dan data SMK3 dalam bentuk
tertulis maupun data elektronik
 Mengidentifikasi bahaya serta resiko dari setiap proses kerja untuk kemudian
dilakukan dan ditetapkan prioritas tindakan pengendalian yang akan diambil.
 Menetapkan prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana yang
teridentifikasi (Tanggap Darurat)
 Menetapkan prosedur untuk inspeksi, pengujian, pemantauan dan pengukuran
yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3 secara teratur.
 Menetapkan prosedur untuk mengevaluasi penerapan SMK3 terhadap kebutuhan
peraturan perundang-undangan secara berkala
 Semua hasil temuan dri pelaksanaan dan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
SMK3 didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan
dan pencegahan.
 Untuk menunjukkan kesesuaian penerapan SMK3, perusahaan melakukan
pencatatan informasi K3 yang telah dilaksanakan.
 Menetapkan prosedur audit internal SMK3 yang dilaksanakan secara sistematik,
162

independen dan berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3


 Melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian
dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan
K3

G. Organisasi K3

Kendari, Mei 2020


PT. XY

LA ODE YUDI ARYANTO


Direktur
163

4.4 Alat Pelindung Diri (APD)


4.4.1 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Pelabuhan
Tabel 4.8 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Pelabuhan

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Untuk melindungi
kepala dari
berbagai macam
bahaya yang dapat
mengenai kepala
Helm
secara langsung.
1 pengaman/
Contohnya ketika
safety helmet
ada benda keras
yang terlempar,
ketika terjatuh dan
ketika menabrak
sesuatu.
Sabuk pengaman
ini berfungsi untuk
melindungi pekerja
agar tetap pada
posisi aman.
Contohnya ketika
pekerja berada di
ketinggian, ketika
Sabuk pekerja
2 pengaman/safety mengendarai,
belt mengopersaikan
alat berat, dan
bekerja bada
konstruksi
bangunan atau
infrastruktur lain
pada pekerjaan
struktur atas dan
lain-lain.
164

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Sepatu ini
berfungsi untuk
melindungi kaki
dari berbagai
macam bahaya.
Seperti tertimpa
3 Sepatu safety benda keras,
tertusuk benda
tajam, terkena /
terpapar bahan
kimia, tersentuh
benda panas, dan
lain-lain.
Sarung tangan ini
berfungsi untuk
melindungi tangan
dari berbagai
macam bahaya.
Entah itu tertusuk,
tergores, terkena
Sarung tangan/
4 cairan kimia, dan
safety gloves
lain-lain. Jenis
sarung tangan
safety ada banyak.
Penggunaanya
tergantung dari
jenis bahaya
pekerjaannya.
Penggunaan ear
plug sangat tepat
apabila Anda
terpapar suara 40
hingga 50 dB dan
100–8000Hz.
Ukurannya pun
Pelindung
5 dapat meng-
telinga/Ear plug
akomodasi segala
ukuran telinga
karena umumnya
dibuat dengan
bantalan cukup
besar untuk
menutup seluruh
165

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
daun telinga.Meski
begitu, sebaiknya
hindari penggunaan
ear plug dalam
jangka waktu yang
terlalu lama karena
dikhawatirkan akan
membuat bantalan
mengerut dan
mengeras.
Kacamata dapat
menjaga mata, baik
dari paparan debu
maupun asap yang
dapat membuat
mata iritasi,
percikan cairan
6 Kacamata safety kimia yang
umumnya terjadi di
dalam
laboratorium, atau
cahaya yang sangat
terang dan panas
seperti di area
pengelasan.
Melindungi tubuh
dari percikan air,
baik ketika harus
bekerja di bawah
air hujan maupun
ketika mencuci
Jas hujan peralatan dengan
7
(raincoat) air dalam jumlah
besar.Beberapa jas
hujan didesain
khusus agar tak
hanya tahan air
namun juga tahan
panas danapi,
166

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Masker pernafasan
memiliki fungsi
untuk menyaring
cemaran bahan
kimia, partikel
debu, mikro-
organisme, asap,
uap, aerosol, atau
kotoran lain yang
mengotori udara
yang Anda hirup.
Sehingga,
kesehatan organ
8 Respirator
pernapasan dapat
lebih terjaga dan
sehat.Respirator
memiliki fungsi
mirip seperti
masker. Hanya saja
alat safety ini biasa
digunakan di
lingkungan kerja
berbahaya, seperti
misalnya
lingkungan kimia,
nuklir, gua dll.
Face shield adalah
komponen APD
yang penting untuk
mengurangi
kemungkinan
wajah terpapar
cemaran air atau
Pelindung
udara, zat kimia
9 wajah/ face
berbahaya,
shield
percikan larutan
panas, ataupun
goresan benda
tajam. Biasanya
alat ini digunakan
pada aktivitas
pengelasan.
167

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)

Safety harness pada


dasarnya adalah
bagian dari sabuk
Tali
keselamatan yang
10 pengaman/safety
wajib digunakan
harness
orang yang harus
berhadapan dengan
ketinggian.

Salah satu fungsi


utama dari
menggunakan alat
ini adalah supaya
pekerja dapat
11 Rompi safety terlihat dengan
jelas pada waktu
malam hari atau
ketika penerangan
tak terlalu
memadai.
Bicara mengenai
pelampung,
umumnya yang
orang ingat adalah
life jacket yang
digunakan para tim
penyelamat di
pesisir pantai atau
kolam renang.
Padahal life jacket
ini hanyalah salah
12 Pelampung
satu dari
bermacam-macam
jenis
pelampung.Ada
juga buoyancy
control device yang
dapat diatur tingkat
terapungnya,
offshore life jacket
yang bermanfaat di
perairan terbuka
168

4.4.2 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Bendungan


Tabel 4.8 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Bendungan

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Untuk melindungi
kepala dari
berbagai macam
bahaya yang dapat
mengenai kepala
Helm
secara langsung.
1 pengaman/
Contohnya ketika
safety helmet
ada benda keras
yang terlempar,
ketika terjatuh dan
ketika menabrak
sesuatu.
Sabuk pengaman
ini berfungsi untuk
melindungi pekerja
agar tetap pada
posisi aman.
Contohnya ketika
pekerja berada di
ketinggian, ketika
Sabuk pekerja
2 pengaman/safety mengendarai,
belt mengopersaikan
alat berat, dan
bekerja bada
konstruksi
bangunan atau
infrastruktur lain
pada pekerjaan
struktur atas dan
lain-lain.
169

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Sepatu ini
berfungsi untuk
melindungi kaki
dari berbagai
macam bahaya.
Seperti tertimpa
3 Sepatu safety benda keras,
tertusuk benda
tajam, terkena /
terpapar bahan
kimia, tersentuh
benda panas, dan
lain-lain.
Sarung tangan ini
berfungsi untuk
melindungi tangan
dari berbagai
macam bahaya.
Entah itu tertusuk,
tergores, terkena
Sarung tangan/
4 cairan kimia, dan
safety gloves
lain-lain. Jenis
sarung tangan
safety ada banyak.
Penggunaanya
tergantung dari
jenis bahaya
pekerjaannya.
Penggunaan ear
plug sangat tepat
apabila Anda
terpapar suara 40
hingga 50 dB dan
100–8000Hz.
Ukurannya pun
Pelindung
5 dapat meng-
telinga/Ear plug
akomodasi segala
ukuran telinga
karena umumnya
dibuat dengan
bantalan cukup
besar untuk
menutup seluruh
170

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
daun telinga.Meski
begitu, sebaiknya
hindari penggunaan
ear plug dalam
jangka waktu yang
terlalu lama karena
dikhawatirkan akan
membuat bantalan
mengerut dan
mengeras.
Kacamata dapat
menjaga mata, baik
dari paparan debu
maupun asap yang
dapat membuat
mata iritasi,
percikan cairan
6 Kacamata safety kimia yang
umumnya terjadi di
dalam
laboratorium, atau
cahaya yang sangat
terang dan panas
seperti di area
pengelasan.
Melindungi tubuh
dari percikan air,
baik ketika harus
bekerja di bawah
air hujan maupun
ketika mencuci
Jas hujan peralatan dengan
7
(raincoat) air dalam jumlah
besar.Beberapa jas
hujan didesain
khusus agar tak
hanya tahan air
namun juga tahan
panas danapi,
171

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Masker pernafasan
memiliki fungsi
untuk menyaring
cemaran bahan
kimia, partikel
debu, mikro-
organisme, asap,
uap, aerosol, atau
kotoran lain yang
mengotori udara
yang Anda hirup.
Sehingga,
kesehatan organ
8 Respirator
pernapasan dapat
lebih terjaga dan
sehat.Respirator
memiliki fungsi
mirip seperti
masker. Hanya saja
alat safety ini biasa
digunakan di
lingkungan kerja
berbahaya, seperti
misalnya
lingkungan kimia,
nuklir, gua dll.
Face shield adalah
komponen APD
yang penting untuk
mengurangi
kemungkinan
wajah terpapar
cemaran air atau
Pelindung
udara, zat kimia
9 wajah/ face
berbahaya,
shield
percikan larutan
panas, ataupun
goresan benda
tajam. Biasanya
alat ini digunakan
pada aktivitas
pengelasan.
172

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)

Safety harness pada


dasarnya adalah
bagian dari sabuk
Tali
keselamatan yang
10 pengaman/safety
wajib digunakan
harness
orang yang harus
berhadapan dengan
ketinggian.

Salah satu fungsi


utama dari
menggunakan alat
ini adalah supaya
pekerja dapat
11 Rompi safety terlihat dengan
jelas pada waktu
malam hari atau
ketika penerangan
tak terlalu
memadai.

4.4.3 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Fly Over


Tabel 4.8 Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerjaan Fly Over

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Untuk melindungi
kepala dari
berbagai macam
bahaya yang dapat
mengenai kepala
Helm
secara langsung.
1 pengaman/
Contohnya ketika
safety helmet
ada benda keras
yang terlempar,
ketika terjatuh dan
ketika menabrak
sesuatu.
173

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Sabuk pengaman
ini berfungsi untuk
melindungi pekerja
agar tetap pada
posisi aman.
Contohnya ketika
pekerja berada di
ketinggian, ketika
Sabuk pekerja
2 pengaman/safety mengendarai,
belt mengopersaikan
alat berat, dan
bekerja bada
konstruksi
bangunan atau
infrastruktur lain
pada pekerjaan
struktur atas dan
lain-lain.
Sepatu ini
berfungsi untuk
melindungi kaki
dari berbagai
macam bahaya.
Seperti tertimpa
3 Sepatu safety benda keras,
tertusuk benda
tajam, terkena /
terpapar bahan
kimia, tersentuh
benda panas, dan
lain-lain.
Sarung tangan ini
berfungsi untuk
melindungi tangan
dari berbagai
macam bahaya.
Sarung tangan/
4 Entah itu tertusuk,
safety gloves
tergores, terkena
cairan kimia, dan
lain-lain. Jenis
sarung tangan
safety ada banyak.
174

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Penggunaanya
tergantung dari
jenis bahaya
pekerjaannya.
Penggunaan ear
plug sangat tepat
apabila Anda
terpapar suara 40
hingga 50 dB dan
100–8000Hz.
Ukurannya pun
dapat meng-
akomodasi segala
ukuran telinga
karena umumnya
dibuat dengan
Pelindung
5 bantalan cukup
telinga/Ear plug
besar untuk
menutup seluruh
daun telinga.Meski
begitu, sebaiknya
hindari penggunaan
ear plug dalam
jangka waktu yang
terlalu lama karena
dikhawatirkan akan
membuat bantalan
mengerut dan
mengeras.
Kacamata dapat
menjaga mata, baik
dari paparan debu
maupun asap yang
dapat membuat
mata iritasi,
percikan cairan
6 Kacamata safety
kimia yang
umumnya terjadi di
dalam
laboratorium, atau
cahaya yang sangat
terang dan panas
seperti di area
175

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
pengelasan.
Melindungi tubuh
dari percikan air,
baik ketika harus
bekerja di bawah
air hujan maupun
ketika mencuci
Jas hujan peralatan dengan
7
(raincoat) air dalam jumlah
besar.Beberapa jas
hujan didesain
khusus agar tak
hanya tahan air
namun juga tahan
panas danapi,
Masker pernafasan
memiliki fungsi
untuk menyaring
cemaran bahan
kimia, partikel
debu, mikro-
organisme, asap,
uap, aerosol, atau
kotoran lain yang
mengotori udara
yang Anda hirup.
Sehingga,
kesehatan organ
8 Respirator
pernapasan dapat
lebih terjaga dan
sehat.Respirator
memiliki fungsi
mirip seperti
masker. Hanya saja
alat safety ini biasa
digunakan di
lingkungan kerja
berbahaya, seperti
misalnya
lingkungan kimia,
nuklir, gua dll.
176

No Gambar Nama Fungsi


(1) (2) (3) (4)
Face shield adalah
komponen APD
yang penting untuk
mengurangi
kemungkinan
wajah terpapar
cemaran air atau
Pelindung
udara, zat kimia
9 wajah/ face
berbahaya,
shield
percikan larutan
panas, ataupun
goresan benda
tajam. Biasanya
alat ini digunakan
pada aktivitas
pengelasan.

Safety harness pada


dasarnya adalah
bagian dari sabuk
Tali
keselamatan yang
10 pengaman/safety
wajib digunakan
harness
orang yang harus
berhadapan dengan
ketinggian.

Salah satu fungsi


utama dari
menggunakan alat
ini adalah supaya
pekerja dapat
11 Rompi safety terlihat dengan
jelas pada waktu
malam hari atau
ketika penerangan
tak terlalu
memadai.
177

4.5 Alat Pelindung Kerja (APK) dan Rambu-Rambu


Rambu–rambu merupakan tanda-tanda yang di pasang ditempat kerja
(laboratorium),guna mengingatkan atau mengindentifikasi,pada semua
pelaksanaan kegiatan di sekeliling tempat tersebut. Adapun rambu-rambu yang di
gunakan dalam pekerjaan Pelabuhan, bendungan, dan Fly Over adalah

Berikut ini adalah simbol rambu rambu k3 beserta penjelasannya :


1) Arti Bentuk Simbol Rambu Rambu K3 :
Bentuk segitiga : Bentuk segitiga merupakan penunjuk faktor
bahaya. Bentuk ini digambarkan dengan warna
dasar orange atau kuning, piktogram warna hitam
dan garistepiwarna hitam

Gambar 4.2 Rambu segitiga


Sumber: Putra, 2019
178

Bentuk lingkaran : Bentuk lingkaran digunakan sebagai tanda intruksi


atau mandatory sign menngenai keselamatan yang
harus dipatuhi para pekerja. Rambu ini memiliki
warna dasar berwarna biru dan piktogram warna
putih.

Gambar 4.3 Rambu Lingkaran


Sumber: Putra, 2019

Bentuk kotak : Bentuk ini digunakan untuk menjelaskan dimana


jalan keluar/evakuasi ketika terjadi situasi darurat,
tempat tempat penyimpanan peralatan P3K dan
peralatan keselamatan. Simbol rambu ini
mempunyai warna dasar hijau dan piktogram
warna putih
179

Gambar 4.4 Rambu Kotak


Sumber: Putra, 2019

Rambu Larangan : Rambu larangan disimbolkan dengan warna dasar


putih, piktogram berwarna hitam, garis tepi
berwarna merah serta garis diagonal merah
ditengah.

Gambar 4.5 Rambu larangan


Sumber: Putra, 2019
180

2) Arti Warna Simbol Rambu Rambu K3

Gambar 4.6 Warna pada rambu


Sumber: Putra, 2019

Warna merah : Warna merah menunjukkan tanda bahaya/danger,


kebakaran/fire, dan stop. Warna ini umumnya
dipakai untuk mengidentifikasi bahan kimia cair
yang mudah terbakar, alat pemadam kebakaran,
serta tanda emergency stop.
Tak hanya itu warna ini juga digunakan sebagai
tanda klasifikasi bahaya yang dapat menyebabkan
cedera serius, bahkan kematian.
Warna oranye : Warna orange menerangkan tanda
awas/peringatan/warning. Warna ini juga
digunakan untuk menandakan situasi bahaya yang
dapat mengakibatkan cedera serius bahkan
kematian.
181

Biasanya warna ini diletakkan beredekatan dengan


peralatan kerja yang berbahaya. Misal ; pisau
berputar, benda tajam dan mesim gerindra.
Warna Kuning : Warna ini memberikan tanda waspada/caution
yang berarti kondisi berbahaya dan berpotensi
mengakibatkan luka sedang atau ringan. Contoh :
terpeleset, tersandung, terjatuh.
Warna Hijau : Warna hijau menerangkan tanda safety/emergency.
Warna ini dipakai untuk menunjukkan letak
penyimpanan peralatan P3K, peralatan
keselamatan, atau Material Safety Data Sheet atau
MSDS.
Warna Biru : Warna biru menjelaskan tanda perhatian/notice.
Warna ini umumnnya digunakan untuk
menjelaskan informasi keselamatan, bukan
informasi bahaya. Selain itu, warna ini juga
menunjukkan intruksi tindakan keselamatan apa
yang harus dilakukan.

3) Kotak P3K

Gambar 4.7 Perlengkapan P3K


Sumber: Putra, 2019
182

P3K adalah singakatan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Artinya


adalah pertolongan sementara terhadap kecelakaan atau cedera kepada korban
sebelum memperoleh pertolongan dari dokter atau ahli medis yang lain. Jadi
korban akan merasa lebih tenang dan dapat mengurangi bahaya yang lebih besar
karena kecelakaan yang timbul.P3K dilakukan untuk memberikan perawatan
secara darurat kepada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap yang
dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain.

4) Alat Pemadam Kebakaran


Alat pemadam kebakaran portable atau sering disebut alat pemadam api
ringan (APAR) adalah alat pemadam yang memiliki perlindungan kebakaran
aktif. Berfungsi untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil,
umumnya digunakan dalam situasi darurat.

Gambar 4.8 Alat Pemadam Kebakaran


Sumber: Putra, 2019
183

4.6 Asuransi dan Perijinan


Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) No. 66/SE/M/2015 tentangBiaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
asuransi dan perijinan terdiri atas:
1) BPJS Ketenagakerjaan
2) Surat Ijin Kelayakan Alat dan Surat Ijin Operator
3) Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)

4.6.1 BPJS Ketenagakerjaan


Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKKs)
 Memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
 Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi peserta
penerima upah), tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang
besarannya dievaluasi paling lama 2 (tahun) sekali, dan mengacu pada table
sebagai berikut:
No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase
(1) (2) (3)
1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan
2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan
3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan
4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan

Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan
adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa
klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan.
184

Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik
atas kejadian kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24
jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan
yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I
yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Manfaat yang diberikan, antara lain;
No Manfaat Keterangan
(1) (2) (3)
1 Pelayanan kesehatan (perawatan dan  Pelayanan kesehatan diberikan
pengobatan), antara lain: tanpa batasan plafon sepanjang
 pemeriksaan dasar dan sesuai kebutuhan medis
penunjang; (medical need).
 perawatan tingkat pertama dan  Pelayanan kesehatan diberikan
lanjutan; melalui fasilitas kesehatan
 rawat inap dengan kelas ruang yang telah bekerjasama dengan
perawatan yang setara dengan BPJS Ketenagakerjaan (trauma
kelas I rumah sakit pemerintah; center BPJS Ketenagakerjaan).
 perawatan intensif (HCU, ICCU,  Penggantian biaya
ICU); (reimbursement) atas
 penunjang diagnostic; perawatan dan pengobatan,
 pengobatan dengan obat generik hanya berlaku untuk daerah
(diutamakan) dan/atau obat remote area atau didaerah
bermerk (paten) yang tidak ada trauma center
 pelayanan khusus; BPJS. Ketenagakerjaan.
 alat kesehatan dan implant; Penggantian biaya diberikan
 jasa dokter/medis; sesuai ketentuan yang berlaku.
 operasi;
 transfusi darah (pelayanan darah)
 rehabilitasi medik.
2 Santunan Berbentuk uang antara Perhitungan biaya transportasi
lain: untuk kasus kecelakaan kerja
Penggantian biaya pengangkutan yang menggunakan lebih dari satu
peserta yang mengalami kecelakaan jenis transportasi berhak atas
kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah biaya maksimal dari masing-
sakit dan/atau kerumahnya, termasuk masing angkutan yang digunakan
biaya pertolongan pertama pada dan diganti sesuai bukti/kuitansi
kecelakaan;. dengan penjumlahan batasan
 Angkutan darat/sungai/danau maksimal dari semua jenis
diganti maksimal Rp1.000.000,- transportasi yang digunakan
(satu juta rupiah).
 Angkutan laut diganti maksimal Dibayarkan kepada pemberi kerja
Rp1.500.000 (satu setengah juta (sebagai pengganti upah yang
185

rupiah). diberikan kepada tenaga kerja)


 Angkutan udara diganti maksimal selama peserta tidak mampu
Rp2.500.000 (dua setengah juta bekerja sampai peserta dinyatakan
rupiah). sembuh atau cacat sebagian
anatomis atau cacat sebagian
Sementara Tidak Mampu Bekerja fungsi atau cacat total tetap atau
(STMB), dengan perincian meninggal dunia berdasarkan
penggantian, sebagai berikut: surat keterangan dokter yang
 6 (enam) bulan pertama diberikan merawat dan/atau dokter
sebesar 100% dari upah. penasehat.
 6 (enam) bulan kedua diberikan
sebesar 75% dari upah.  Jenis dan besar persentase
 6 (enam) bulan ketiga dan kecacatan dinyatakan oleh
seterusnya diberikan sebesar 50% dokter yang merawat atau
dari upah. dokter penasehat yang ditunjuk
oleh Kementerian
Santunan Kecacatan Ketenagakerjaan RI, setelah
 Cacat Sebagian Anatomis sebesar peserta selesai menjalani
= % sesuai tabel x 80 x upah perawatan dan pengobatan.
sebulan.  Tabel kecacatan diatur dalam
 Cacat Sebagian Fungsi = % Lampiran III Peraturan
berkurangnya fungsi x % sesuai Pemerintah No. 44 Tahun
tabel x 80 x upah sebulan. 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan
 Cacat Total Tetap = 70% x 80 x
Kerja dan Jaminan Kematian.
upah sebulan.

Santunan kematian dan biaya


pemakaian
 Santunan Kematian sebesar = 60
% x 80 x upah sebulan, sekurang
kurangnya sebesar Jaminan
Kematian.
 Biaya Pemakaman Rp3.000.000,-.
 Santunan berkala selama 24 bulan
yang dapat dibayar sekaligus= 24
x Rp200.000,- = Rp4.800.000,-.
3
Program Kembali Bekerja (Return to
Work) berupa pendampingan kepada
peserta yang mengalami kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang
berpotensi mengalami kecacatan,
mulai dari peserta masuk perawatan
di rumah sakit sampai peserta
tersebut dapat kembali bekerja.
186

4 Kegiatan Promotif dan Preventif


untuk mendukung terwujudnya
keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga dapat menurunkan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
5 Rehabilitasi berupa alat bantu
(orthese) dan/atau alat ganti
(prothese) bagi Peserta yang anggota
badannya hilang atau tidak berfungsi
akibat Kecelakaan Kerja untuk setiap
kasus dengan patokan harga yang
ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi
Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambah 40% (empat puluh persen)
dari harga tersebut serta biaya
rehabilitasi medik.
6 Beasiswa pendidikan anak bagi
setiap peserta yang meninggal dunia
atau mengalami cacat total tetap
akibat kecelakaan kerja sebesar
Rp12.000.000,- (dua belas juta
rupiah) untuk setiap peserta.
7 Terdapat masa kadaluarsa klaim 2
tahun sejak kecelakaan terjadi dan
tidak dilaporkan oleh perusahaan.

4.6.2 Surat Ijin Kelayakan Alat dan Surat Ijin Operator


Pengenalan mengenai sertifikat SIA Surat Ijin Alat merupakan sejenis
Sertifikat kelayakan termasuk kriteria penilaian smk3 yang diberikan menyangkut
Ijin pemakaian Alat angkat angkut kepada sebuah perusahaan, sedangkan SIO
Surat Ijin Operator merupakan sejenis Sertifikat yang diberikan menyangkut
Ijin perorangan didalam sebuah perusahaan dalam hal kelayakan mengoperasikan
Alat angkat angkut.

Kelayakan suatu alat ditunjang dengan operator alat yang sesuai adalah
salah satu kriteria SMK3 Sistem Manajemen K3 hal ini sangat berkaitan dengan
meningkatnya pembangunan melalui jasa konstruksi dan teknologi itu sendiri
dinperusahaan kontraktor dan perusahaan perusahaan industri, penggunaan
187

pesawat / alat angkat dan angkut merupakan bagian integral dalam pelaksanaan
dan peningkatan proses pelaksanaan produksi di suatu perusahaan.

Proses pelaksanaan produksi yang dimaksud yaitu proses dalam pembuatan,


pemasangan, pemakaian, perawatan pesawat angkat dan angkut yang bertujuan
untuk mendapatkan sebuah produk sesuai dengan perencanaan. Untuk urusan
Sertifikat Alat SIA dan juga Sertifikasi Operator Alat angkat angkut pemerintah
telah mengeluarkan PER.09/MEN/VII/2010 jo PER.05/MEN/1985, perlu adanya
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja setiap tenaga kerja yang
melakukan pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan pesawat angkat dan
angkut.

Pada umumnya dikatan bahwa Pesawat / Alat Angkat dan Angkut adalah
suatu peralatan yang sangat digunakan untuk proses perusahaan industri
khususnya dalam melakukan pemindahan barang. Pesawat / Alat Angkat dan
Angkut merupakan Suatu peralatan teknik yang memiliki tingkat resiko bahaya
tinggi, yang bisa memicu terjadinya kecelakaan kerja, bilamana tidak dipelihara,
diperhatikan dan ditangani secara baik dan benar.

Perlu diperhatikan agar supaya meminimalkan resiko kecelakaan kerja pada


pemakaian pesawat / alat angkat angkut, maka : sebelum pemakaian setiap
Pesawat Angkat dan Angkut dan pengaman atau perlengkapannya harus terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan dan pengujian, serta dioperasikan oleh seorang
operator yang berkemampuan dan cukup ketrampilannya, untuk pesawat / alat
angkat angkut nya perlu dirawat dengan baik dan teratur.

Secara terperinci mengenai sertifikat SIA da SIO termasuk kriteria


penilaian smk3 harus sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan Permennaker No. PER.05/MEN/1985 tentang
Pesawat Angkat dan Angkut.
188

4.6.3 Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
Pengesahan P2K3-Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan adalah mengingat:
1) Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2) Undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
3) Peraturan menteri tenaga kerja no 4 tahun 1987 tentang Panitian Pembina
keselamatan dan kesehatan kerja
4) Peraturan daerah no 6 tahun 2004 tentang ketenagakerjaan
5) Peraturan Gubernur no 271 tahun 2016 tentang organisasi dan tata kerja
dinas tenaga kerja dan transmigrasi.

Pengesahan P2K3 Depnakertrans RI Perusahaan wajib di lakukan terlebih


dahulu oleh perusahaan bilamana mau LULUS atau Implementasi SMK3 dalam
perusahaan/organisasi. Hal ini bersifat wajib. Nah, pada saat pengajuan
pengesahan susunan P2K3 tersebut harus di lengkapi dengan:
1) Legalitas Perusahaan/Organisasi
2) CV dari Sekretaris Ahli K3
3) Bukti sertifikat Ahli K3 Umum (sekretaris)
4) Surat pengangkatan Sekretaris P2K3
5) Permohonan pengajuan pengesahan yang di sign oleh Pimpinan perusahaan
6) Dan seterusnya………

Tampa bukti pengesahan P2K3- Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Perusahaan maka dapat di pastikan bahwa perusahaan anda tidak
memenuhi persyaratan untuk dinyatakan LULUS. Dan tampa bukti pengesahan
p2k3 tersebut maka perusahaan anda tidak memenuhi kriteria untuk mengajukan
Pelaksanaan Audit Sertifikat SMK3 itu sendiri. Di samping itu diharuskan sudah
melakukan penerapan Sistem Manajemen K3 minimal 3 bulan, dan diharuskan
juga telah memiliki dokumen dan rekaman terkait sistem manajemen K3 meliputi:
189

1) Susunan P2K3
2) Bukti pengesahan P2K3 Depnakertrans
3) Pedoman K3 (Manual SMK3)
4) Prosedur
5) lnstruksi Kerja
6) Formulir.
7) Marka3 K3 (Publikasi K3)

Menambahkan referensi PP No. 50 Tahun 2012 pada semua dokumen


prosedur Pemenuhan aspek legal seperti :
1) Pembentukan P2K3 yang disahkan Disnaker setempat
2) Pemeriksaan Kesehatan pegawai
3) Sertifikasi alat (SIA) & Sertifikasi Operator (SIO)
4) ldentifikasi Bahaya
5) Penilaian & Pengendalian Risiko
6) Audit lnternal SMK3 (jika penerapan dengan 166 Kriteria)
7) Rapat Tinjauan Manajemen.
8) Dan lain-lain

Pengesahan P2K3 Depnakertrans RI Perusahaan sering sekali menjadi


beban dalam perusahaan mengingat alasan beberapa hal, misalnya waktu dan
lainnya.

4.7 Personil Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


4.7.1 Ahli K3 dan/atau Petugas K3
Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (“UU 1/1970”).
190

Ahli keselamatan kerja bersama para pegawai pengawas ditugaskan


menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya UU 1/1970 dan membantu
pelaksanaannya. Lebih khusus lagi, Ahli K3 diatur dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 Tahun 1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(“Permenaker 02/1992”).

Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk Ahli
K3 pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang
memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
Kriteria tertentu tersebut adalah:
 Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari
100 orang;
 Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang
dari 100 orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau
instalasi yang besar risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.

4.7.2 Petugas Tanggap Darurat


Tugas dari petugas tanggap darurat adalah:
a) Mendata keadaan dan jumlah karyawan/pekerja.
b) Pada saat alarm berbunyi, atas perintah Pimpinan Keselamatan segera
mengevakuasi karyawan/pekerja menuju ketempat berkumpul.
c) Meyakinkan bahwa semua rurangan/area kerja telah dikosongkan.
d) Di tempat berkumpul dilaksanakan absensi pengecekan personil.
e) Melaporkan kepada Pimpinan Keselamatan/Manajer Proyek
f) Menyelamatkan, memindahkan barang berharga / dokumen penting.
g) Menyelamatkan korban dari tempat kebakaran / Area darurat lain, untuk
diserahkan ke Petugas P3K.
191

4.7.3 Petugas P3K


Pada pasal 19 Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 mengatur tentang
kewajiban setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang
tunduk kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan
bahaya untuk:
a) Menyediakan apotik atau pos P3K sendiri
b) Memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga
atau kantor pemberi jasa atau bagiannya.
c) Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K

Permenakertrans No. Per. 15/Men/VIII/2008 tentang P3K di tempat kerja.


Di dalam peraturan menteri ini berisi ketentuan umum yaitu:
a) Pengusaha wajib menyediakan petugas dan fasilitas P3K di tempat kerja
b) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja

4.7.4 Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman)


Seorang flagmanbertanggung jawab untuk mengatur kelancaran lalu lintas
kendaraan pada siang maupun malam hari saat pekerjaaan berlangsung. Beliau
juga bertanggung jawab mengontrol pergerakan kendaraan dan alat berat dengan
aman di area yang menjadi tanggung jawabnya dan melindungi atau memproteksi
semua pekerja yang berada di area yang menjadi wilayahnya agar tidak tertabrak
atau bersentuhan dengan alat berat yang sedang beroperasi.

Berikut adalah tugas dan tanggung jawab seorang flagman saat menjalankan
tugas dilapangan, yaitu:
 Flagman harus selalu memakai baju reflectif yang mudah dilihat, juga
memakai PPE dengan baik, termasuk baju reflektif, peluit dan bendera
pengatur lalu lintas.
 Flagman harus memastikan tidak ada kendaraan atau alat berat yang
bergerak mundur tanpa dibantu aba-aba dan diarahkan oleh petugas
192

 Flagman harus selalu berada di area yang aman dan mudah terlihat oleh
operator alat atau kendaraan berat
 Flagman harus memastikan bahwa setiap operator sepenuhnya mematuhi
dan mendengarkan peluit atau signal yang akan dipergunakan selama
berlangsungnya operasi / pekerjaan tersebut.
 Flagman harus berani memerintahkan kepada para operator kendaraan atau
alat berat untuk selalu mematuhi peraturan proyek seperti memakai PPE bila
berada diluar kabin kendaraannya.
 Flagman harus melaporkan kendaraan atau peralatan yang tidak layak
beroperasi atau mematuhi peraturan keselamatan kerja
 Flagman harus memastikan bahwa semua pekerja berada dalam jarak yang
aman dari area kerja peralatan atau kendaraan berat.
 Flagman harus memastikan tidak terjadi kemacetan lalu lintas baik yang
akan memasuki atau meninggalkan lokasi kerja
 Flagman harus menghentikan pekerjaan atau mencari penggantinya dengan
competent person lainnya yang ditunjuk oleh supervisor, sebelum
meninggalkan tempat kerja atau akan beristirahat

4.7.5 Petugas Medis


Fungsi seorang petugas medis sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Petugas medis perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam


menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang ini bahwa
tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara full time. Dalam kondisi
seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak melayani aktivitas kesehatan
di perusahaan.
193

4.8 Fasilitas Sarana Kesehatan


4.8.1 Peralatan P3K
Berikut ini merupakan isi dan cara penggunaan isi kotak P3K.
a) Kasa Steril Terbungkus
Kasa Steril digunakan untuk menutupi luka yang telah dibersihkan. Lipat
Kasa Steril untuk menyesuaikan ukuran lebar Kasa dengan ukuran luka,
tutup luka tersebut dan rekatkan dengan menggunakan Plester.
b) Perban
Terdapat 2 ukuran lebar Perban dalam Kotak P3K, diantaranya adalah 5 Cm
dan 10 Cm. Perban berfungsi untuk membalut luka yang sudah ditutup
dengan Kasa Steril dan juga sebagai bantalan menghentikan luka
pendarahan.
c) Plester
Plester digunakan dalam Kotak P3K adalah plester yang berukuran 1,25 Cm
yang berfungsi untuk merekatkan luka yang telah ditutupi dengan kasa atau
perban.
d) Plester Cepat
Plester Cepat digunakan untuk menutupi luka kecil. Plester Cepat pada
umunya sudah terdapat Kasa bantalan yang diberi obat luka. Contoh Plester
Cepat diantaranya adalah Hansaplas.
e) Kapas
Kapas dalam kotak P3K digunakan untuk membersihkan luka dan juga
sebagai bantalan luka. Setelah membersihkan luka dengan kapas, harus
dipastikan tidak ada Kapas yang tersisa pada luka.
f) Kain Segitiga/Mittela
Kain Segitiga/Mittela digunakan untuk membalut luka pada kepala dan juga
dapat digunakan untuk membalut gendongan tangan.
g) Gunting
Gunting adalah alat yang digunakan untuk menggunting perban, plester
ataupun yang lainnya agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
h) Peniti
194

Fungsi Peniti adalah untuk merapikan balutan.


i) Sarung Tangan Sekali Pakai (Pasangan)
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan petugas P3K agar tidak
terjadi Kontak langsung dengan luka korban dan juga untuk melindungi
tangan dari bahaya terkena bahan kimia.
j) Masker
Masker digunakan sebagai alat perlindungan terhadap pernafasan untuk
petuga P3K sendiri maupun korban. Penggunaan Masker yang baik adalah
menutupi hidung dan mulut.
k) Pinset
Pinset adalah alat yang digunakan untuk mengambil alat steril ataupun
benda asing (Kotoran) pada luka.
l) Lampu Senter
Lampu Senter dipergunakan untuk memperjelas dalam melihat luka ataupun
pupil mata korban pingsan. Jika Pupil Mata tetap melebar atau antara pupil
kanan dan pupil kiri tidak sama berarti korban benar-benar pingsan, tetapi
apabila pupil mata mengecil saat disinari berarti korban masih sadar.
m) Gelas Untuk Cuci Mata
Gelas diperlukan untuk mencuci atau membilas mata dari kotoran atau
kontak bahan kimia. Tempelkan gelas menutupi mata, buka mata dengan
lebar dan gerakkan mata, bilas samapi bersih.
n) Kantong Plastik Bersih
Kantong Plastih digunakan sebagai tempat untuk menampung bekas-bekas
perawatan luka.
o) Aquades (100ml Larutan Saline)
Aquades dengan larutan Saline digunakan untuk membersihkan kotoran dari
mata dan juga dapat digunakan untuk membersihkan luka.
p) Povidon Iodin
Povidon Iodin adalah obat antiseptik digunakan untuk mengobati luka
tersayat atau tergores yang tidak dalam. Oleskan Povidon Iodin pada bagian
195

luka. Jenis Obat Povidon Iodin yang sering ditemukan di pasaran


diantaranya adalah Betadine.
q) 17. Alkohol 70%
Alkohol 70% digunakan sebagai antiseptik luka dan juga dapat digunakan
sebagai perangsang orang yang pingsan.
r) 18. Buku Panduan P3K
Buku yang dipergunakan sebagai panduan dalam Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K). Isi dari buku tersebut diantaranya adalah cara-cara
melakukan pertolongan pertama pada patah tulang, luka bakar, korban
keracunan, serangan asma, korban pingsan, sumbatan nafas, terpapar bahan
kimia, eakuasi korban dan lain sebagainya

4.8.2 Ruang P3K


Standard ruang P3K perusahaan merupakan sarana kesehatan untuk
penanganan jika terjadi insiden gawat darurat. Setiap perusahaan mempunyai
banyak pegawai dalam peraturan menteri kesehatan setiap perusahaan yang
memiliki jumlah pegawai banyak harus memiliki ruang khusus kesehatan untuk
para karyawannya guna antisipasi dalam menangani tindak lanjut pegawai ketika
dalam keadaan sakit. Ruangan khusus tersebut biasanya disebut dengan ruang
kesehatan, ruang perawatan, atau ruang UKS. Kecelakaan kerja dalam tiap
perusahaan selalu terjadi mulai tertimpa tangga, terjatuh atau terkena benda tajam.

Setiap kecelakaan kecil yang terjadi diperusahaan dapat ditangani langsung


oleh petugas ruang UKS perusahaan, dengan cara membersihkan luka dan
melakukan perawatan dini sebagai pertolongan pertama padakecelakaan kerja.
Dengan cara menolong pegawai yang terluka berharap dengan penanganan yang
cepat agar luka cepat sembuh dan tidak beresiko besar seperti infeksi atau
bengkak.

Ruang UKS perusahaan dibuat atau dirancang khusus oleh perusahaan


khusus untuk pegawainya yang mengalami kecelakaan kecil, standar ruang UKS
196

perusahaan terdiri dari tempat tidur, kotak obat P3K lengkap, lemari obat, tandu,
tensimeter, alat bantu pernafasan, timbangan badan, kursi tunggu dan kursi roda.
Alat-alat tersebut merupakan alat kesehatan standar yang harus disediakan dalam
ruang kesehatan perusahaan sebagai pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

4.8.3 Peralatan Pengasapan dan Obat Pengasapan


Banyaknya teknologi terbaru yang bisa digunakan untuk membasmi
serangga seperti binatang kecil atau bisa dikatakan seperti nyamuk. Untuk
membasmi nyamuk, banyak orang yang percaya dengan cara melakukan fogging
pada setiap rumah dan selokan disekitar lingkungan akan dapat membuat nyamuk-
nyamuk pada mati.

Untuk menghindari agar nyamuk tidak bersarang disekitar lokasi konstrusi,


Anda bisa mengutamakan kebersihan lingkungan rumah dan Anda disarankan
untuk melakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan oleh Badan Usaha yang
profesional. Ada pula prosedur yang harus diterapkan sebelum melakukan
Fogging, yaitu:
a) Terdapat laporan kasus DBD dari Desa atau Rumah Sakit
b) Ada pemberitahuan dari Desa ke Puskesmas setempat
c) Puskesmas menindak lanjuti laporan dari desa dengan melaksanakannya
Penyeledikan Epidemiologi yang tujuannya adalah mengetahui ada tidaknya
penderita demam berdarah atau menemukan tersangka DBD dan
melaksanakan pemeriksaan jentik pada radius 100 m dari penderita
d) Apabila hasil Penyelidikan Epidemiologi menyebutkan ada penderita DB
yang lain dan atau ditemukan ≥ 3 tersangka serta ditemukan ≥ 5 % rumah
terdapat Jentik nyamuk, maka puskesmas akan meneruskan permohonan
fogging ke Dinas Kesehatan
e) Tetapi apabila hasil PE tidak sesuai dengan kriteria diatas, maka puskesmas
akan menindak lanjuti dengan PSN, pemberian abate dan Penyuluhan tanpa
dilanjutkannya fogging.
197

Fogging yang efektif dilakukan pada saat pagi hari sekitar pukul 07.00
sampai dengan pukul 10.00 dan pada sore hari pada pukul 15.00 sampai 17.00,
bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging
mudah menguap karena udara yang terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan
dilakukan saat hujan karena sia-sia saja melakukan pengasapan.

4.9 Pengendalian Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


4.9.1 Alat Pemadam Api Ringan
Pengertian APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah Alat pemadaman
yang bisa dibawa / dijinjing dan gunakan / dioperasikan oleh satu orang dan
berdiri sendiri. Apar merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan
secara manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api berada. Apar
dikenal sebagai alat pemadam api portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di
dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu karena bentuknya yang
portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan
fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di
tempat-tempat tertentu sehingga memudahkan didalam penggunaannya.

Fungsi/kegunaan APAR yaitu Untuk mencegah dan memadamkan


kebakaran yang masih kecil.

Pemasangan dan penempatan APAR :


a) Setiap APAR dipasang pada posisi yang mudah dilihat dan dijangkau
b) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis benda / tempat yang
dilindungi
c) Setiap APAR harus dipasang menggantung
d) Pemasangan APAR dengan ketinggian max. 1,2 mtr
e) Pemasangan APAR tidak boleh diruangan yang mempunyai suhu lebih dari
49º C dan di bawah 4º C
198

4.9.2 Sirine
Sirene adalah alat untuk membuat suara ribut. Sirene berfungsi untuk
memperingatkan masyarakat akan bahaya suatu bencana alam dan digunakan
untuk kendaraan layanan darurat seperti ambulans, polisi, dan pemadam
kebakaran. Bentuk sirene yang paling modern adalah sirene serangan udara, sirene
tornado, sirene tsunami dan sirene untuk kendaraan layanan darurat. Untuk sirene
pemadam kebakaran biasanya juga digunakan sebagai sirene tornado dan
penjagaan terhadap masyarakat. suara dari sirene dahulu kala diproduksi di bawah
air karena dihubungkan dengan Siren dari mitologi Yunani. Kini sirene digunakan
untuk penjagaan terhadap masyarakat dan peringatan serangan udara. Sirene
secara umum ada dua jenis yaitu Pneumatik dan Elektronik.

Sirene biasanya diletakkan menjulang di tempat yang tinggi di ujung atas


atap atau di sisi samping pos pemadam kebakaran, di atas struktur bangunan
tinggi seperti menara air,ditempatkan menjulang dekat gedung pemerintahan, di
tempat-tempat strategis di lingkungan masyarakat, atau ditempatkan secara
sporadis di lingkungan masyarakat agar suara peringatan bisa tercakupi untuk
semua area. Kebanyakan sirene hanya memiliki satu jenis nada atau suara Melihat
cara kerja sirene secara umum, secara mekanis sirene digerakkan oleh sebuah
motor elektrik dengan rotor terpasang pada shaft. Beberapa Sirene versi terbaru
secara elektronik digerakkan oleh pengeras suara. Walau begitu versi sirene
seperti ini bukanlah versi yang umumnya ada.

4.9.3 Bendera K3
Bendera K3 yang kerap kita lihat khususnya di depan kantor atau
perusahaan kita, ternyata memiliki standar, arti dan makna yang harus dipatuhi.
Walaupun secara tertulis tidak disebutkan sanksi jika tidak memenuhinya, namun
secara aturan juga harus kita patuhi. Apakah bendera K3 di tempat kerja Anda
sudah memenuhi aturan tersebut?
199

SK. Menaker No. 1135 tahun 1987 merupakan surat keputusan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja mengenai Bendera Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Dalam surat keputusan tersebut menetapkan 6 hal antara lain:
a) Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan warna dasar putih dan
berlambang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.
b) Lambang sebagaimana Dimaksud amar Pertama berbentuk palang warna
hijau dilingkari dengan roda bergigi sebelas berwarna hijau.
c) Bentuk dan ukuran Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Lampiran I dan II Surat
Keputusan ini.
d) Arti dan makna lambang pada Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah seperti tercantum dalam Lampiran III Surat Keputusan ini.
e) Tata cara pemasangan Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
seperti tercantum dalam Lampiran IV Surat Keputusan ini.
f) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu 03 Agustus 1997

Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan warna dasar putih dan
berlambang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

4.9.4 Jalur Evakuasi


Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke
area Titik Kumpul (area aman). Dalam sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi
sangatlah penting untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di
dalam sebuah proyek terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Contoh penerapan
jalur evakuasi di proyek gedung bertingkat terdiri dari jalur menuju Tangga
Darurat, dan jalur menuju Titik Kumpul di luar gedung.

Jumlah dan kapasitas Jalur Evakuasi menyesuaikan dengan jumlah


penghuni dan ukuran gedung. Kebutuhan Jalur Evakuasi juga dipengaruhi oleh
200

waktu rata-rata untuk mencapai lokasi yang aman (Titik Kumpul). Sebagian besar
ahli keselamatan menyarankan setiap proyek gedung memiliki setidaknya 2 Jalur
Evakuasi, lebih baik jika memiliki jalur evakuasi yang lebih banyak.

Untuk standar lebar jalur evakuasi, sebenarnya tidak ada ketentuan secara
umum. Yang harus diperhatikan apakah jalur ini bisa dilalui dengan baik dan
cepat, dan untuk jalur evakuasi (di luar bangunan) hendaknya bisa memuat dua
kendaraan sehingga apabila saling berpapasan tidak menghalangi proses evakuasi.
Dalam penentuan jalur evakuasi juga harus disepakati dimana titik kumpul yang
aksesnya mudah dan luas.

Yang perlu diperhatikan dalam jalur evakuasi adalah:


a) Jalur evakuasi harus cukup lebar, yang bisa dilewati oleh 2 kendaraan atau
lebih (untuk jalur evakuasi di luar bangunan).
b) Harus menjauh dari sumber ancaman dan efek dari ancaman.
c) Jalur evakuasi harus baik dan mudah dilewati.
d) dan intinya harus aman dan teratur.

Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap berikut:


a) Deteksi
b) Keputusan
c) Alarm
d) Reaksi
e) Perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan.
f) Transportasi

4.9.5 Lampu Darurat


Lampu hazard atau biasa disebut dengan lampu tanda darurat adalah mode
fungsi lampu eksternal pada mayoritas kendaraan bermotor yang dapat diaktifkan
untuk membuat lampu sein kiri dan kanan berkedip secara bersamaan yang
mengindikasikan bahwa adanya hal darurat atau pemberitahuan untuk berhati-hati
201

kepada pengemudi-pengemudi lain di jalan. Mode lampu hazard dapat diaktifkan


dengan menekan tombol hazard yang pada umumnya bergambar segitiga merah di
sekitar daerah kemudi. Lampu ini berfungsi sebagai:
a) Digunakan ketika kendaraan mengalami malafungsi yang menyebabkan
kendaraan berjalan lebih lambat dari arus gerak lalu lintas normal atau
bahkan berhenti
b) Digunakan ketika terjadi situasi darurat di dalam/luar mobil yang
menyebabkan mobil harus segera menepi atau berhenti
c) Digunakan untuk memberitahu kendaraan di belakang/sekitar akan
gangguan yang terjadi pada jalan di depan/sekitar seperti adanya:
kecelakaan, tanah longsor, pemberhentian arus lalulintas mendadak di
depan, dll
d) Dinyalakan ketika hendak melakukan pengereman/pemberhentian
mendadak pada lalulintas/jalan raya khususnya Jalan toll
e) Digunakan ketika kendaraan terpaksa berjalan di luar jalan yang seharusnya
f) Dinyalakan jika pada malam hari lampu belakang/depan kendaraan tidak
menyala
g) Digunakan pada saat mengemudi untuk hal yang bersifat darurat yang
memerlukan perhatian lebih kepada pengemudi lain akan adanya prioritas
untuk kendaraan tersebut
h) Dinyalakan untuk truk/bus yang berjalan lambat di jalan raya/toll yang
mungkin perlu perhatian lebih oleh kendaraan lainya
i) Dinyalakan untuk kendaraan derek yang sedang menderek suatu kendaraan
maupun kendaraan yang sedang diderek
j) Dinyalakan ketika memundurkan kendaraan pada lalulintas/jalan raya
k) Digunakan saat kendaraan memungkinkan membahayakan kendaraan lain di
jalan
l) Digunakan saat mengemudi di daerah berbahaya (banjir, radiasi nuklir,
lapangan penerbangan, jalan off-road, dsb)
m) Digunakan untuk kendaraan patroli, polisi/TNI, ambulans, pemadam
kebakaran, dan kendaraan darurat lainya dalam menjalankan tugas
202

4.9.6 Program Inspeksi dan Audit Internal


Dalam peraturan pemerintah inspeksi tempat kerja diatur dalam Permenaker
nomor 05 Tahun 1996 tentang SMK3 pada lampiran I: Pedoman Penerapan
Sistem Manajemen K3. Dijelaskan bahwa perusahaan harus menetapkan dan
memelihara prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan
tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja, frekuensi inspeksi dan
pengujian harus sesuai dengan obyeknya.

Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki perbedaan secara konsep dengan


audit. Inspeksi lebih cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau sesaat
berupa kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman. Sedangkan audit yang
berasal dari kata audi (mendengarkan) menyelesaikan temuan secara sistemik
mulai dari kebijakan/policy, standar operasional hingga pada penerapan.

Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan
menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang dapat
muncul. (Bird, Frank E. and George L. Germain, 1990)

Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada
ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan di tempat
kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsep managemen PDCA


(Plan – Do – Check – Action).
1. Plan atau Perencanaan Inspeksi, dengan membuat persiapan-persiapan
inspeksi seperti menentukan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi, lokasi/area
tempat kerja, dan formulir inspeksi atau inspection checklist.
2. Do atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah pada area yang telah ditentukan
dan periksa bahwa seluruh isi checklist inspeksi telah diperikasa.
3. Check atau Pelaporan Inspeksi dilakukan melalui suatu alat atau sarana yang
dapat digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi yang efektif.
203

4. Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan dengan membuat skala prioritas
upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan dan memantau program
perbaikan dan anggaran biaya hingga implementasi perbaikan selesai.

4.9.7 Pelaporan dan Penyidikan Insiden


Penyelidikan insiden merupakan metode observasi, analisis dan evaluasi
terhadap peristiwa yang mengakibatkan terjadinya cidera terhadap orang dan/atau
kerusakan properti. Ditunjukkan bahwa alasan dasar untuk melakukan
penyelidikan adalah untuk menghindari terjadinya insiden yang sama di tempat
kerja. Yang lainnya adalah berisi sesuatu yang hilang yang timbul dari insiden
dibawah investigasi; meliputi dokumentasi dari peristiwa factual yang mungkin
diperlukan pada tindakan selanjutnya.

Ada lima langkah dalam penyelidikan insiden :


a) Observasi mempelajari tentang semua peristiwa factual untuk mendapatkan
gambaran
b) Analisis mempelajari gambaran tersebut untuk mengenali factor yang
memiliki hubungan
c) Evaluasi mempelajari factor yang memiliki hubungan untuk
dipertimbangkan bagaimana tindakan perbaikannya
d) Tindakan memutuskan berdasarkan tindakan perbaikan yang telah
diperkenalkan
e) Komunikasi kontrol komunikasi di area kerja atau pada lokasi lainnya

Penyelidikan harus bersifat objektif, factual, dan bebas dari segala sesuatu
yang menunjukkan kesalahan. Insiden biasanya terjadi karena kekurangan cahaya
dalam interaksi antara rancangan dari plant dan equipment, tugas yang dilakukan,
sikap dari individu dan lingkungan kerjanya.
204

Tabel 4.9 Pengendalian Resiko Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)


Kegiatan/
No Peralatan Tenaga Kerja Identifikasi Bahaya Pengendalian Resiko
Pekerjaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1) Scrapper 1) Operator 1) Terkena benda tajam 1) Penggunaan APD yang sesuai
2) Excavator 2) Mandor 2) Terkontaminasi debu, dengan standar (masker,
3) Crane 3) Tukang/ serpihan material kacamata, pelindung telinga,
4) Bulldozer pekerja 3) Jatuh ke laut kaos tangan, sepatu boat, safety
5) Dumptruk 4) Ahli K3 4) Kebisingan harenes, safety helmet, rompi,
6) Shovel 5) Security/ 5) Tersandung ear plug)
1 Pelabuhan
7) Compressor tenaga 6) Menginjak paku atau 2) Menggunakan APK yang sesuai
8) Pile drive keamanan serpihan material dengan standar (APAR, obat
hammer 6) Surveyor 7) Tertimpa material P3K, safety cone, safety line)
9) Jack Hammer 7) Pengawas 8) Paparan sinar matahari 3) Melakukan pelatihan K3
10) Crawwing drill lapangan 9) Tertabrak alat berat 4) Pemasangan rambu
11) Concrete mixer 10) Tersengat Listrik alat 5) Menyusun safety plan
1) Bulldozer 1) Operator 1) Terkena benda tajam 1) Penggunaan APD yang sesuai
2) tamping rammer 2) Mandor 2) Terkontaminasi debu, dengan standar (masker,
3) Concrete mixer 3) Tukang/ serpihan material kacamata, pelindung telinga,
4) Crawing drill pekerja 3) Tertimpa pohon kaos tangan, sepatu boat, safety
5) Jack hammer 4) Ahli K3 4) Kebisingan harenes, safety helmet, rompi,
6) vibro roller atau 5) Security/ 5) Tersandung ear plug)
2 Bendungan
sheep foot roller tenaga 6) Menginjak paku atau 2) Menggunakan APK yang sesuai
7) exacavator keamanan serpihan material dengan standar (APAR, obat
8) dumptruk 6) Surveyor 7) Tertimpa material P3K, safety cone, safety line)
7) Pengawas 8) Paparan sinar matahari 3) Melakukan pelatihan K3
lapangan 9) Tertabrak alat berat 4) Pemasangan rambu
10) Tertimbun longsor 5) Menyusun safety plan
205

Kegiatan/
No Peralatan Tenaga Kerja Identifikasi Bahaya Pengendalian Resiko
Pekerjaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1) Excavator 1) Operator 1) Terkena benda tajam 1) Penggunaan APD yang sesuai
2) Dumptruk 2) Mandor 2) Terkontaminasi debu, dengan standar (masker,
3) Concrete mixer 3) Tukang/ serpihan material kacamata, pelindung telinga,
4) Backhoe pekerja 3) Jatuh dari ketinggian kaos tangan, sepatu boat, safety
5) Roller 4) Ahli K3 4) Kebisingan harenes, safety helmet, rompi,
6) Bentonite Mixing 5) Security/ 5) Tersandung ear plug)
3 Fly Over
Plant tenaga 6) Menginjak paku atau 2) Menggunakan APK yang sesuai
7) Mixing tank keamanan serpihan material dengan standar (APAR, obat
8) Boring machine 6) Surveyor 7) Tertimpa material P3K, safety cone, safety line)
crane mounted 7) Pengawas 8) Paparan sinar matahari 3) Melakukan pelatihan K3
9) Crane lapangan 9) Tertabrak alat berat 4) Pemasangan rambu
10) Steel Holder 10) Tersengat Listrik alat 5) Menyusun safety plan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu:
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, khususnya pada pasal 20 yang
mengatur sangat jelas dan rinci mengenai Biaya Penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, tujuannya agar dapat dipahami
oleh masing-masing Unit Kerja, mulai dari Unit Kerja Eselon I sampai
dengan Eselon III, Atasan Langsung Satuan Kerja, Sastuan Kerja<Pokja
ULP, Pejabat Pembuat Komitmen serta Penyedia Jasa di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Demikian juga
kegiatan swakelola serta kegiatan konstruksi yang dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa telah diatur dalam peraturan menteri ini.
2) Setiap pelaksanaan kegiatan pekerjan konstruksi Penyedia Jasa wajib telah
mempersiapkan alokasi dana/biaya penerapan SMK3 berdasarkan RK3K
yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
3) Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, telah dijelaskan dalam lampiran I &
II, bahwa program kerja K3 yang merupakan upaya merealisasikan sasaran
K3 atas pengendalian risko K3 dari setiap bahaya yang teridentifikasi pada
setiap tahapan pekerjaan konstruksi harus diperhitungkan biaya pelaksanaan
program kerja K3 nya.
4) Pejabat Pembuat Komitmen harus melakukan pemastian bahwa penyedia
jasa konstruksi yang akan melaksanakan pekerjaannya, telah menyediakan
Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
pada saat klarifikasi dalam pre construction meeting sebelum pekerjan
dimulai untuk disetujui bersama.

206
207

5.2 Saran
Melihat fakta mengenai penerapan Sistem manajemen Keselamatan dan
Kesehatan kerja dimasa sekarang ini, saya memberika saran terkait dengan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus lebih di disiplinkan dari
segi penaatan aturan, prosedur, dan kepauhan terhadap ketentuan-ketentuan yang
berlaku untuk mewujudkan zero accident atau bebas dari kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor: 50 Tahun 2012, tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:


05/PRT/M/2014 tentang Pedoaman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Occupational Safety and Health Administration. n.d. A safe workplace is sound


business. Accessed April 15, 2020 https://www.osha.gov/shpguide lines/.

Ramlan, Djamaluddin. 2006. Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


Purwokerto: Percetakan Unsoed.

Surat Edaran Nomor: 66/SE/M/2015, Tentang Biaya Penyelenggaraan Sistem


Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum

The Centre for Occupational Safety. n.d. Occupational health and safety work is
all about cooperation. Accessed May 02, 2020. https://ttk.fi /en/well-
being at work and occupational health and safety/occupa tional
health_and_safety_work_in_the_workplace.

208
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai