MODUL
MODUL SE – 04
REKAYASA LAPANGAN DAN KAJI ULANG
DESAIN (REVIEW DESIGN)
KATA PENGANTAR
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN AHLI
TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN
JALAN (Supervision Engineer of
Roads Construction) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
BAB I PENDAHULUAN I-
1.1. Umum 1
1.2. Simplified Design I-
1.3. Full Engineering Design 1
I-
2
I-
2
IV
–
6
IV
–
7
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction) dibakukan
dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli
Teknik Supervisi Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads
Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Supervisi
Pekerjaan Jalan (Supervision Engineer of Roads Construction).
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SE – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 SE – 02 Pengendalian Lingkungan
6 SE – 06 Persiapan Pelaksanaan
9 SE – 09 Pelaporan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
KODE MODUL : SE – 04
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Waktu : 20 menit
Waktu : 35 menit
Waktu : 35 menit
Memberikan penjelasan
mengenai Mengikuti penjelasan ins- OHP.
Simplified design dengan road truktur
design system (rds) Mengajukan pertanyaan
Detailed engineering design apabila kurang jelas
BAB I
PENDAHULUAN
UMUM
Di Indonesia telah dikenal adanya dua macam perencanaan teknik jalan yaitu
Phasing Design System atau Simplified Design System dan Detailed Engineering
Design.
Disebut Phasing Design System karena sifat desain teknis jalan tersebut masih
sederhana dengan asumsi bahwa pekerjaan major item kurang lebih 70% adalah
diharapkan tidak mengalami perubahan berarti, sedangkan sisanya 30%
merupakan minor item yang masih memungkinkan adanya perubahan atau
memungkinkan adanya rekayasa lapangan pada saat pelaksanaan kemudian hari.
Oleh karena itu rekayasa lapangan pada umumnya berlaku pada pekerjaan
rehabilitasi jalan yang meliputi pekerjaan overly pengaspalan. Namun juga bisa
terjadi pada pekerjaan peningkatan jalan yang pada umumnya pekerjaan major
itemnya tidak banyak mengalami perubahan volume yang signifikan.
Pemanfaatan Simplified Design Jalan pada jalan Nasional dan jalan Propinsi di
Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1990-an sebagai bagian dari integrasi
IRMS (Integrated Road Management System) yang digunakan oleh Direktorat
Jenderal Prasarana Wilayah. Sifat desain yang sederhana memungkinkan dapat
dilaksanakan lebih cepat menghadapi beban panjang jaringan jalan di Indonesia
yang sangat besar dan biaya survey yang relative lebih murah namun sudah
dapat digunakan untuk proses pelelangan.
Hal yang penting dalam pemanfaatan simplified desain tersebut adalah
kemungkinan perubahan pekerjaan tersebut harus tertuang dalam ikatan
dokumen kontrak .
Namun dalam hal menghadapi kegiatan proyek jalan yang dibiayai oleh
pemerintah maka proses rekayasa lapangan harus mengikuti prinsip prinsip
prosedur administrasi dan birokrasi yang berlaku. Apalagi proyek jalan yang
dibiayai oleh bantuan luar negeri, untuk beberapa kondisi memerlukan tahapan
proses persetujuan kepada pemberi bantuan/loan tersebut.
Sedangkan pada proses desain yang menggunakan prinsip Detailed Engineering
Design maka kemungkinan rekayasa lapangan adalah kecil, namun dapat terjadi
tergantung pada batasan dokumen kontrak yang disepakati oleh kedua belah
pihak yang bertransaksi.
Beberapa prinsip proses dan prosedur rekayasa lapangan pada penanganan
jaringan jalan di Indonesia menjadi bagian dari Modul Rekayasa Lapangan ini.
BAB II
PROGRAM PENANGANAN JALAN
Ada beberapa tipe program penanganan jaringan jalan yang pada umumnya
menggunakan perencanaan teknis sederhana atau simplified design jalan yaitu
antara lain Program Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance) dan Program
Peningkatan Jalan (Betterment) yang disetujui oleh pemerintah dan juga oleh
Negara donor yang memberi bantuan loan untuk penanganan jaringan jalan di
Indonesia. Beberapa tipe program penanganan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
Di bawah ini diperlihatkan contoh desain perkerasan sebagai hasil keluaran RDS
(Roadwork Design System) yang dikenal sebagai sistim pemrograman
penanganan jalan yang merupakan dasar dari Road Design Modul (RDM) pada
IRMS (Inter-urban Road Management System) yang diintegrasikan dengan modul-
modul lainnya, yaitu : PIanning, Programming, Budgetting, Economical and
Construction Implementation. Sistim pemrograman tersebut berpusat secara
langsung dengan Sentra Data Base.
BAB III
PERMASALAHAN PADA REKAYASA LAPANGAN
Perubahan yang sering terjadi adalah pada kondisi perkerasan jalan yang
mengalami perubahan drastis, sehingga pada proses selanjutnya perlu pengkajian
ulang atas data-data seperti : Data lalu-lintas, Data Geometrik , Data
Drainage, Data Perkerasan, Data Jembatan, Data Bangunan Pelengkap
Pada umumnya sesuai dengan dokumen kontrak maka proses rekayasa lapangan
harus dimulai sejak tanda tangan kontrak atau berlakunya secara efektif kontrak
perjanjian kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Persiapan rekayasa lapangan pada umumnya dimulai pada saat rapat pra-
pelaksanaan atau pre-construction meeting, dimana rapat tersebut dihadiri oleh
semua unsur, baik dari pengguna jasa atau pemerintah, konsultan maupun
kontraktror yang akan melaksanakan.
Pada umumnya pada saat rapat pra-pelaksanaan maka kontraktor dan konsultan
telah melaksanakan survey pendahuluan pada ruas jalan yang akan dilakukan
program rehabilitasi atau program peningkatan.
Kajian atas survey visual/pendahuluan tersebut dan analisa awal atas desain awal
dari kontrak yang telah ditanda tangani, akan dapat diperoleh informasi sejauh
mana besaran rekayasa lapangan dapat dilakukan.
Oleh karena itu data awal kontrak terkait dengan data lalu lintas, data kondisi
jalan, data volume pekerjaan, gambar ukuran perkerasan, spesifikasi teknik dan
data terrain kiri kanan serta data sosial yang mungkin terjadi perlu dikaji ulang
agar saat pembuatan rekayasa lapangan hal-hal tersebut semuanya dapat
diantisipasi dan dapat ditangani dengan lebih baik dan optimal. Namun data ini
pada umumnya sangat terbatas adanya sehingga mengalami kesulitan dalam
mendapatkan data dasarnya.
Permasalahan dan perubahan yang terjadi pada desain awal dibanding dengan
kondisi saat persiapan rekayasa lapangan perlu dicatat dan dilbuat laporan
lengkap, secara teknis, admisnistrasi dan keuangannya.
Alternatif dan methode usulan sebagai hasil kajian awal perlu disusun dengan
lengkap jelas, dalam koridor yang disepakati dalam rapat pra –pelaksanaan.
Data kontrak awal seperti, nama kontrak, nama ruas jalan, panjang efektif,
panjang fungsional, peta lokasi proyek, waktu pelaksanaan, rencana kerja,
perbedaan kondisi desain awal dan desain usulan baru, nama kontraktor dan
konsultan, serta waktu mobilisasi kontraktor dan konsultan menjadi bagian penting
dalam proses rekayasa lapangan. Beberapa data terkait lalu lintas, sketsa
geometrik, sketsa drainase, informasi jenis dan kondisi perkerasan , data
jembatan , bangunan pelengkap menjadi bagian penting dalam proses Rekayasa
lapangan. Selain itu beberapa hal terkait ketersedian jenis bahan jalan dan harga
yang ada diwilayah tersebut menjadi bagian penting untuk dapat dilakukan
rekayasa lapangan dengan mengacu tetap pada koridor standar spesifikasi dan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak. Karena dalam proses
pelaksanan jalan masih memungkinkan adanya koridor perubahan untuk
mendapatkan optmalisasi biaya dengan produk akhir yang sama.
Kegiatan survey diarahkan pada dua kelompok besar yaitu survey atas major work
dan survey untuk kegiatan konstruksi minor work.
Survei untuk kegiatan major work antara lain yaitu pertama, survey atas
kekasaran permukaan jalan dengan menggunakan peralatan NAASRA, kedua
survey untuk mendapatkan nilai lendutan perkerasan jalan dengan peralatan
benklemen beam, ketiga survey atas perhitungan lalu-lintas dengan
menggunakan formulir standar; dalam hal terdapat kegiatan pelebaran jalan maka
perlu dilakukan pengukuran CBR tanah tempat pelebaran dengan menggunakan
peralatan DCP Direct Cone Penetrometer.
Keluaran RDS sebagai produk rekayasa lapangan adalah cetak program input
RDS, output RDS, jenis perkerasan, ukuran tebal perkerasan , volume item
pekerjaan baik major item maupun minor item serta perkiraan perubahan biaya
yang terjadi.
Revisi perkiraan kuantitas ini harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak
mengubah Jumlah Harga Kontrak secara signifikan.
Untuk itu perlu diantisipasi item pekerjaan yang pada awal kecil volumenya ,
namun pada pada saat pelaksanaan volumenya melonjak tajam. Apalagi jika
volume yang kecil tersebut pada awalnya merupakan hasil tender dengan harga
satuan yang cukup besar sehingga kenaikan volume akan mengakibatkan
perubahan harga yang cukup besar.
Dalam setiap proses perencanaan selalu dihadapkan pada beberapa opsi atau
alternative penanganan termasuk pembiayaannya.
BAB IV
SURVEI LAPANGAN, PENGUKURAN DAN MUTU BAHAN
4.1.1. URAIAN
Jenis, bentuk, ukuran, dan profil memanjang dari semua selokan samping di
sepanjang kedua sisi jalan.
Jenis, bentuk, ukuran, lokasi, panjang, dan kondisi gorong-gorong, termasuk detil
dari setiap struktur tembok kepala dan lantai apron.
Untuk daerah berbukit atau bergunung, harus dilakukan oleh Kontraktor survey
detil terhadap talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil dan
membutuhkan pekerjaan perlindungan talud.
4.1.1.5. Perlengkapan Jalan Lama dan Pengatur Lalu Lintas Yang Ada
Lokasi dan fungsi detil dari semua marka jalan lama, paku jalan (road studs),
mata kucing (cat eyes).
Lokasi dan detil semua patok kilometer, patok pengarah, kerb, trotoar, median.
Lokasi, jenis, dan dimensi detil dari semua rel pengaman.
Lokasi, jenis dan detil dari semua lampu pengatur lalu lintas (traffic light), lampu
penerangan jalan.
Kontraktor harus mempelajari Gambar asli yang terdapat dalam Dokumen Kontrak
dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan survei dimulai.
Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan kecil pada alinyemen, ruas dan
detil yang mungkin terjadi selama pelaksanaan. Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud dari Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh
mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau kekurangan dalam Gambar
atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi dan Kontraktor harus menandai
dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan, terutama yang berhubungan
dengan lebar perkerasan lama dan lokasi dan arah setiap pelebaran perkerasan
dan struktur untuk drainase. Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan
interpretasi untuk melengkapi Spesifikasi dan Gambar ini. Bilamana dimensi yang
diberikan dalam Gambar atau dapat dihitung, pengukuran berdasarkan skala tidak
boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap
penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak
terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi
Pekerjaan. Kontraktor dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap Gambar dalam
kontrak.
4.1.3.1.Umum
Lagi pula, data semua bacaan lendutan aktual, maupun berat gandar belakang
dan tekanan ban saat pengujian, harus dicatat dan dilaporkan.
Catatan dari nomor registrasi dan faktor kalibrasi dari kendaraan uji yang
digunakan maupun semua bacaan roughometer aktual harus dimasukkan ke
dalam laporan Kontraktor yang akan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan,
bersama dengan nilai rata-rata kekasaran untuk tiap kilometer dan hasil
perhitungan International Roughness Index (IRI) untuk tiap kilometer.
4.1.4.1. Umum
4.1.4.2. Pelaporan
Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah disiap-
kan harus dalam bentuk standar yang dapat diterima Direksi Pekerjaan dan
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dengan jumlah satu asli dan tiga
salinan sebagai bagian dari laporan survei Kontraktor.
Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway
surface), dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai
pekerjaan pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan perubahan kecil pada
alinemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol sementara yang akan
diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detilnya akan diserahkan
kepada Kontraktor bersama dengan semua data yang bersangkutan untuk
menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.
Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Pekerjaan maka Kontraktor
harus melakukan survei dengan akurat dan memasang “Bench Mark” (BM) pada
lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk memungkinkan peninjauan kembali
rancangan atau revisi desain, pengukuran ketinggian permukaan perkerasan
atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. Bench Mark
permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.
Kontraktor harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis
dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu, dan
drainase saluran samping sesuai dengan penampang melintang standar yang
BAB V
DESAIN ULANG
Untuk kondisi tertentu, diperlukan interval survey yang lebih rapat dari 200 m
menjadi 50 - 100 meter, sehingga kebutuhan jenis dan volume pekerjaan dapat
diperhitungkan lebih teliti. Untuk lokasi yang memerlukan penanganan khusus
seperti perbaikan geometrik harus dilakukan survey topografi dan perencanaan
jalan secara lengkap dan diperlukan juga foto lapangan.
Tabel 5.1 Perbedaan Antara Phasing Design dan Detailed Engineering Design
BAB VI
BENTUK LAPORAN REKAYASA LAPANGAN
Pada umumnya terjadinya rekayasa lapangan disebabkan adanya suatu hal yang
perlu dilaporkan sebagai dokumen legal untuk pertanggungjawaban seluruh
institusi yang terkait. Permasalahan yang muncul pada umumnya adalah
perubahan atas kondisi lapangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan desain
awal perkerasan jalan. Sebagai dijelaskan diatas bahwa kadaluarsa desain awal,
perubahan volume lalu lintas yang melonjak baik dalam jumlah maupun dalam
beban gandarnya.
Tanggapan atas desain awal, terkait dengan asumsi predikasi lalu-lintas,
kekasaan perkerasan jalan maupuan terkait dengan asumsi lendutan bisa terjadi
dan selanjutnya bisa dilakukan koreksi sebagai kontrol atas manajemen
dibidang perencanaan jalan
Beberapa data input desain awal yang perlu dicatat sebagai dasar untuk
melakukan perubahan desain adalah :
a. Input Data : data Lalu Lintas Harian, Data CBR, Data lendutan
b. Tebal perkerasan : Tebal agregat klasB, Tebal agregat klas A, Tebal Asphalt
Treated Base, Tebal Asphalt Concrete, Tebal Hot Roll Sheet
c. Daftar Volume Pekerjaan , masing masing item pekerjaan dan harga satuan
serta harga total masing maisng item perkerjaan serta biaya total kontrak.
d. Gambar skalatis atas desain perkerasan setiap segmen perkerasan jalan
dengan perincian : segmen perkerasan ST … + STA …, Jenis Perkerasan,
Tebal perkerasan, lebar perkerasan, CBR Tanah, Besaran lendutan
perkerasan hasil Test Benklemen Beam.
Masukan data sebagaimana yang ada dalam program RDS yang diperoleh
dari pemeriksaan kondisi rata-rata jalan untuk setiap 200 m jalan yang dilalui.
antara lain :
c. Rekomendasi out put review design : mencakup data data out put RDS yaitu
Traffic Analyses RDS ESA, RDS Sort, Graffic Unit Section, Pavement
Dimension dan sebagainya.
d. Out-put Grafffic tebal Perkerasan disajikan dalam bentuk :
Desain Awal
Desain Review
Alternatif-alternative kaji ulang
e. Penggambaran potongan melintang setiap segmen perkerasan dan lebar
perkerasan.
f. Rekapitulasi atas alternatif volume pekerjaan dan alternatif pembiayaannya.
g. Kesimpulan dan Rekomendasi :
Merupakan kajian singkat yang menyeluruh atas :
Latar belakang permasalahan dan alasan-alasannya.
Analisa secara teknis.
Analisa atas pembiayaan.
Sebagai kesimpulan dari beberapa kajian alternative.
Rekomendasi yang paling optimal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Desain tebal perkerasan akan menggunakan salah satu dari metoda tersebut,
jika dipandang perlu akan menggunakan satu metoda lagi dari yang
disebutkan diatas untuk kontrol perhitungan teknik.
Sedangkan rujukan yang dipakai untuk perhitungan konstruksi / tebal
perkerasan jalan kaku (rigid pavement) adalah :
a. AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993.
b. Pd.T-14-2003, Perencanaan perkerasan jalan beton semen.
c. Dan atau acuan baku lain yang disetujui oleh Pengguna Jasa.
Untuk perencanaan kapasitas jalan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum atau yang berlaku
selama ini.
2. Tipe perkerasan
Usulan tipe perkerasan akan dikaji dari salah satu atau gabungan dari tipe
perkerasan berikut :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur)
b. Rigid pavement (perkerasan kaku)
c. Gabungan flexible pavement dan rigid pavement (composite pavement)
3. Pemilihan jenis bahan material tanah
Perencanaan harus mengutamakan penggunaan bahan material sesuai
dengan masukan dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat tidak dapat
digunakan langsung sebagai bahan konstruksi, maka perencana harus
mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknik bahan, sehingga
dapat dipakai sebagai bahan konstruksi prioritas pertama dalam perbaikan
tanah sebelum pilihan cara perbaikan dengan hirarki lebih tinggi atau alternatif
lainnya.
4. Umur rencana
Umur rencana (UR) yang akan digunakan dalam perencanaan disesuaikan
dengan jenis, fungsi jalan dan penanganan jalan.
5. Parameter desain perkerasan
Parameter desain perkerasan jalan lentur dengan metoda Analisa Komponen
antara lain mencakup seperti diberikan pada Tabel 6.1..
Review desain akan menghasilkan bill of quantity yang berbeda dengan bill of
quantity yang terdapat dalam original desain. Review desain juga memungkinkan
untuk dilakukan perubahan terhadap Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Pada umumnya hasil rekayasa lapangan akan mengakibatkan kerja tambah dan
jarang sekali dijumpai kerja kurang.
a. Apabila kerja-kurang terjadi, Satuan Kerja Sementara k segera membuat
amandemen kontrak.
b. Apabila kerja-tambah yang terjadi, maka harus diadakan penelitia terlebih
dahulu oleh panitia peneliti kontrak.
RANGKUMAN
Di Indonesia telah dikenal adanya dua macam perencanaan teknik jalan yaitu
Phasing Design System atau Simplified Design System dan Detailed Engineering
Design.
Rancangan bertahap didasarkan atas filosofi khusus yaitu dapat dilaksanakan
secara cepat yang mana hanya pekerjaan mata pembayaran utama yang
ditentukan volume dan lokasinya. Dengan menggunakan software RDS (Road
Design System) sebagai bagian dari IRMS, maka mata pembayaran minor
merupakan suatu perkiraan kuantitas yang tercantum dalam dukumen lelang,
yang diperoleh berdasarkan data statistik dari kontrak-kontrak sebelumnya selama
pekerjaan perencanaan .
Rancangan rekayasa untuk pekerjaan jalan dengan rancangan lengkap
didasarkan atas detail engineering design di mana semua mata pembayaran telah
dirancang dengan akurat yang jumlah dan lokasinya sudah ditentukan.full
engineering design pada umumnya diberlakakukan pada pembangunan jalan
baru, mengingat bahwa pada kontrak pembangunan jalan jalan baru maka ketidak
pastian perubahan velume pekerjaan bisa tidak terkontrol dan memungkinkan
terjadinya pembengkakan biaya dan bahkan terjadinya manipulasi pekerjaan lebih
besar.
Ada beberapa tipe program penanganan jaringan jalan yang pada umumnya
menggunakan perencanaan teknis sederhana atau simplified design jalan yaitu
antara lain Program Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance ) dan
Program Peningkatan Jalan (Betterment) yakni:
Tipe 1 : Pekerjaan Pelapisan Ulang Saja. – Program Rehabilitasi Jalan
Tipe 2 : Pekerjaan Pelapisan Ulang Dan Pelebaran – Program Peningkatan
Jalan
Tipe 3 : Perubahan Alinyemen Horisontal dan atau Alinyemen Vertikal –
Program
Peningkatan Jalan
Permasalahan yang ditemui pada rekayasa lapangan seperti:
1. Perencanaan yang kadaluarsa yang berakibat timbulnya perubahan yang sering
terjadi adalah pada kondisi perkerasan jalan yang mengalami perubahan
drastis, sehingga pada proses selanjutnya perlu pengkajian ulang atas data-
DAFTAR PUSTAKA