Anda di halaman 1dari 24

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH III


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PAKET :
PEMBANGUNAN PILE SLAB BUKIT RAWI

Panjang Target : 2,284 Km

TAHUN ANGGARAN 2020 - 2022


KERANGKA ACUAN KERJA ( K A K )

Paket : Pembangunan Pile Slab Bukit Rawi


Panjang Target : 2,284 Km
Lokasi : Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber Dana : SBSN 2020 - 2022

1. LATAR BELAKANG
1.1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan;
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa Konstruksi;
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor :
28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
: 20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
h. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor: 06/SE/Db/2019 tentang Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (revisi 1);
i. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor: 02/SE/Db/2018 tentang Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan.
j. Surat Gubernur Kalimantan Tengah kepada Menteri PUPR Nomor: 362/322/PUPR/2018 tanggal 8 Mei
2018 Perihal Permohonan Penanganan Banjir Daerah Bukit Rawi.

1.2. Gambaran Umum


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah perangkat dari Pemerintah Republik
Indonesia yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab di dalam masalah-masalah Permukiman dan
Prasarana Wilayah. Direktorat Jenderal Bina Marga adalah salah satu Direktorat Jenderal di dalam Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertanggung jawab atas pembinaan seluruh jaringan jalan yang ada.
Pembangunan jalan dan jembatan merupakan kegiatan yang bersifat melekat pada pembangunan dan
penanganan jalan dan jembatan untuk mempertahankan kondisi jalan dan jembatan sesuai umur rencana
dengan sebagai berikut :
a. Melindungi permukaan dan struktur jalan untuk mengurangi tingkat kerusakan jalan.
b. Memperkecil biaya pengoperasian kendaraan pada jalan dengan mengupayakan tercapainya permukaan
rata dan nyaman.
c. Menjaga agar jalan tetap dalam keadaan baik dan aman bagi para pengguna jalan serta memberikan kondisi
pelayanan transportasi yang handal.
d. Penanganan pembangunan jalan dan jembatan adalah pekerjaan yang mencakup pelaksanaan pekerjaan
umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan
dalam satu tahun anggaran, sehingga akan terpenuhi waktu pelaksanaan dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai jadwal yang sesuai untuk dilaksanakan didalam kontrak pekerjaan.

Ruas jalan Palangka Raya – Bagugus (044) yang berada di Koridor PPK 3.5 Provinsi Kalimantan
Tengah, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Provinsi Kalimantan Tengah, Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional XI Banjarmasin, merupakan lintas penghubung strategis antara Ibu Kota Palangka
Raya dengan Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, dan
Murung Raya, serta merupakan salah satu akses menuju Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Pada Kecamatan Kahayan Tengah, Desa Bukit Rawi sekitar km 10 sampai dengan 13 merupakan daerah rawan
banjir dengan kondisi tanah dasar berupa lapisan tanah gambut dan rawa dengan ketebalan 6 meter sampai
dengan 10 meter. Pada musim hujan, apabila debit sungai Kahayan cukup tinggi maka daerah ini merupakan
area banjir kawasan dengan tinggi genangan hingga 90 cm. Dampak genangan ini sangat vital pada aktivitas
pergerakan masyarakat dan komoditas wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Paket Pembangunan Pile Slab Bukit Rawi merupakan tindak lanjut permintaan Gubernur Kalimantan
Tengah sebagai upaya pengamanan jalur logistik Provinsi Kalimantan Tengah atas banjir kawasan pada daerah
Bukit Rawi, sehingga jalur transportasi barang dan jasa yang menghubungkan Ibukota Kalimantan Tengah
(Palangka Raya) dengan 6 Kabupaten lainnya (Pulang Pisau, Gunung Mas, Kapuas, Barito Selatan, Barito
Timur, Barito Utara, dan Murung Raya) tidak terputus pada saat musim hujan.
Paket ini dimaksudkan untuk membangun konstruksi jalan (pile slab) yang tahan banjir serta bebas dari
penurunan akibat permasalahan tanah dasar sehingga diharapkan mendukung dan meningkatkan daya saing
logistik dan mobilitas antar moda untuk menunjang pertumbuhan ekonomi serta pembangunan prasarana
infrastruktur yang berperan strategis dan penting dalam mengakomodasi pergerakan masyarakat dan komoditas
wilayah.

3. SUMBER PENDANAAN
Untuk pembiayaan penanganan jalan pada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Provinsi Kalimantan
Tengah melalui alokasi dana SBSN TA. 2020 – 2022.
4. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup penanganan sebagai berikut :
(1) Tahun Pertama : TA. 2020
Kebutuhan : Rp. 44.200.562.000,00
Pajang Target : 457 meter
Masa Pelaksaaan: 5 bulan
Cakupan pekerjaan adalah:
• Mobilisasi, manajemen dan keselamatan lalu lintas, pengamanan lingkungan hidup, K3 dan
manajemen mutu
• Penyediaan Tiang Pancang
• Pemancangan Tiang Pancang
• Pekerjaan Struktur Bangunan Bawah
(2) Tahun Kedua : TA. 2021
Kebutuhan : Rp. 85.567.800.000,00
Pajang Target : 880 meter
Masa Pelaksaaan: 12 bulan
Cakupan pekerjaan adalah:
• Manajemen dan keselamatan lalu lintas, pengamanan lingkungan hidup, K3 dan manajemen mutu
• Penyediaan Tiang Pancang
• Pemancangan Tiang Pancang
• Pekerjaan Struktur Bangunan Bawah
• Pekerjaan Struktur Bangunan Atas
(3) Tahun Ketiga 2022
Kebutuhan : Rp. 91.234.449.000,00
Pajang Target : 947 meter
Masa Pelaksaaan: 7 bulan
Cakupan pekerjaan adalah:
• Manajemen dan keselamatan lalu lintas, pengamanan lingkungan hidup, K3 dan manajemen mutu
• Penyediaan Tiang Pancang
• Pemancangan Tiang Pancang
• Pekerjaan Struktur Bangunan Bawah
• Pekerjaan Struktur Bangunan Atas
• Pekerjaan Drainase
• Pekerjaan Oprit
• Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
• Pekerjaan Aspal
• Pekerjaan Perlengkapan Jalan
• Demobilisasi
Dengan uraian mata pembayaran pekerjaan sebagai berikut :

No Uraian Pekerjaan TA. 2020 TA. 2021 TA. 2022


DIVISI 1 UMUM
1 Mobilisasi  - 
2 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas   
3 Pengujian Ph   
4 Pengujian Oksigen Terlarut (DO)   
5 Pengujian Zat Padat Terlarut (TDS)   
6 Pengujian Zat Tersuspensi (TSS)   
7 Pengujian Biological Oxygen Demand (BOD)   
8 Pengujian Chemical Oxygen Demand (COD)   
9 Pengujian Coliform   
10 Pengujian E. Coli   
11 Pengujian Destruksi Cu, Pb, Cd, Ni, Fe, Zn, Ag, Co, Mn   
12 Pengujian Temperatur (Suhu)   
Pengujian Vibrasi Lingkungan untuk Kenyamanan dan
13   
Kesehatan
14 Pengujian tingkat getaran kendaraan bermotor   
15 Pengujian NoX   
16 Pengujian Sulfurdioksida (SO2)   
17 Pengujian Karbondioksida (CO2)   
18 Pengujian Hidro Carbon (HC)-CH4   
19 Pengujian Total Partikulat (TSP) – Debu   
20 Pengujian Timah Hitam (Pb)   
21 Keselamatan dan Kesehatan Kerja   
22 Pengeboran, termasuk SPT dan Laporan  - 
23 Manajemen Mutu   
DIVISI 2. DRAINASE
1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air - - 
DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK
1 Galian Biasa - - 
2 Galian Struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter - - 
3 Timbunan Pilihan dari sumber galian - - 
4 Penyiapan Badan Jalan - - 
5 Geotekstil Separator Kelas 1 (Woven) - - 
6 Geotekstil Separator Kelas 1 (Non Woven) - - 
7 Geogrid - - 
DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN
PERKERASAN BETON SEMEN
1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A - - 
2 Lapis Pondasi Agregat Kelas S - - 
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL
1 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair - - 
2 Lapis Perekat - Aspal Cair - - 
3 Laston Lapis Aus (AC-WC) - - 
4 Laston Lapis Antara (AC-BC) - - 
5 Laston Lapis Pondasi (AC-Base) - - 
6 Bahan anti pengelupasan - - 
DIVISI 7 STRUKTUR
1 Beton mutu sedang fc’30 MPa lantai jembatan -  
2 Beton struktur fc’20 MPa -  
3 Beton fc’15 MPa   
4 Beton fc’10 Mpa   
5 Baja Tulangan Polos BjTP 280 -  
6 Baja Tulangan Sirip BjTS 420A -  
Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak
7   
ukuran 150 mm x 150 mm
Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak
8   
diameter 500 mm
Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan
9   
Pracetak ukuran 150 mm x 150 mm
Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan
10   
Pracetak diameter 500 mm
Pengujian Pembebanan Dinamis Jenis PDLT (Pile
11 Dynamic Load Testing) pada Tiangukuran / diameter  - 
500 mm
12 Pasangan Batu -  
13 Sambungan Siar Muai Tipe Asphaltic Plug, Fixed - - 
14 Landasan Karet Strip   
15 Sandaran (Railing) - - 
16 Pipa Drainase Baja diameter 75 mm -  
DIVISI 9 PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN
LAIN-LAIN
1 Marka Jalan Termoplastik - - 
Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul
2 - - 
Engineer Grade
3 Rel Pengaman - - 
4 Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mountable) - - 
Unit Lampu Penerangan Jalan Lengan Tunggal, Tipe
5 - - 
LED (Solar Cell)

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka Waktu Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan selama 24 (dua puluh empat) bulan dari 2020 s.d
2022, dengan rincian sebagai berikut :

Tahun Anggaran Target (meter) Waktu Pelaksanan (Bulan)


Tahun Anggaran 2020 457 meter 5 Bulan
Tahun Anggaran 2021 880 meter 12 Bulan
Tahun Anggaran 2022 947 meter 7 Bulan
Total 2.284 meter 24 Bulan

Untuk menjaga kesinambungan / efesiensi / efektifitas / menjaga kesatuan proses dan akuntabilitas
pelaksanaan pekerjaan diperlukan kontinuitas pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
oleh suatu penyedia jasa, serta tidak dapat diselesaikan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran akibat dari :
a. Kebutuhan masa pelaksanaan untuk Pembangunan Pile Slab Bukit Rawi selama 24 bulan;
b. Mempertimbangkan rencana pengelolaan waktu untuk proses pelelangan dan pelaksanaan konstruksi,
maka diperlukan 3 (tiga) tahun anggaran (2020, 2021 dan 2022) untuk menjamin Pembangunan Pile
Slab Bukit Rawi selesai;
7. PEMBIAYAAN
Dari hasil Reviu Perkiraan Biaya (RPB) Tingkat Direktorat, pekerjaan Pile Slab Bukit Rawi memerlukan biaya
sebesar Rp. 221.002.811.000,- (Dua Ratus Dua Puluh Satu Milyar Dua Juta Delapan Ratus Sebelas Ribu
rupiah), dengan rincian sebagai berikut :
Tahun Anggaran Target (meter) Nilai HPS (Rupiah)

Tahun Anggaran 2020 457 meter Rp. 44.200.562.000,-

Tahun Anggaran 2021 880 meter Rp. 85.567.800.000,-

Tahun Anggaran 2022 947 meter Rp. 91.234.449.000,-

Total 2.284 meter Rp. 221.002.811.000,-

8. PEKERJAAN UTAMA
Sebagai pekerjaan utama adalah sebagai berikut :
1. Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 meter
2. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
3. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
4. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
5. Lapis Perekat - Aspal Cair
6. Laston Lapis Aus (AC-WC)
7. Laston Lapis Antara (AC-BC)
8. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)
9. Beton mutu sedang fc’30 MPa lantai jembatan
10. Beton struktur fc’20 Mpa
11. Beton fc’15 MPa
12. Beton fc’10 MPa
13. Baja Tulangan Polos BjTP 280
14. Baja Tulangan Sirip BjTS 420A
15. Sambungan Siar Muai Tipe Asphaltic Plug
16. Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak ukuran 150 mm x 150 mm
17. Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak diameter 500 mm
18. Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak ukuran 150 mm x 150 mm
19. Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak diameter 500 mm

9. PERALATAN UTAMA

No Jenis Kapasitas Jumlah


1 Asphalt Mixing Plant 60 Ton/Jam 1
2 Asphalt Finisher 10 Ton 1
3 Crane 10 Ton 3
4 Dump Truck 3 M3 10
5 Dump Truck 6 M3 10
6 Excavator 80 HP 3
7 Motor Grader >100 HP 1
8 Wheel Loader 1.0 M3 1
9 Tandem Roller 6 Ton 1
10 Tire Roller 8 Ton 1
11 Vibratory Roller 5 Ton 1
12 Water Tanker 3000 Liter 2
13 Pile Driver + Hammer 5 Ton 3
14 Crane On Track 35 Ton 3
15 Asphalt Distributor 4000 Liter 1
16 Truk Mixer (Agitator) 5 M3 22
17 Batching Plant 45 M3/Jam 1

10. PERSONIL MANAJERIAL


No Jabatan dalam Pengalaman Sertifikat Kompetensi Kerja
pekerjaan yang akan Kerja (Thn)
dilaksanakan
1 Manajer Proyek 10 Ahli Teknik Jbt - Utama
2 Manajer Teknik 5 Ahli Teknik Jbt - Madya
3 Manajer Teknik (Quality 5 Ahli Teknik Jbt – Madya
Control Manager)
4 Manajer Keuangan 5 -
5 Ahli K3 Konstruksi 5 Ahli K3 Konstruksi - Madya

11. BAGIAN PEKERJAAN YANG DISUBKONTRAKKAN


No. Jenis Pekerjaan yang wajib disubkontrakkan
Pekerjaan Spesialis pada Pekerjaan Utama (kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi Spesialis)
1. Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 meter
2. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
Pekerjaan bukan Pekerjaan Utama (kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi Kualifikasi Kecil)
1. Pasangan Batu
2. Marka Jalan Thermoplastic
3. Sandaran (Railing)

12. IDENTIFIKASI BAHAYA

No. Jenis/Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya


- Kecelakaan dalam perjalanan
1. Mobilisasi - Alat berat terguling dari tronton
- Terkena manuver alat berat
Manajemen dan Keselamatan Lalu
2. - Kecelakaan saat pengaturan lalu lintas
Lintas
- Tidak adanya jalur evakuasi di sekitar lokasi proyek
dan Direksi keet
- Tidak Adanya rambu-rambu yang memadai disekitar
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
lokasi proyek
- Pekerja sedang tidak dalam kondisi sehat dan siap
untuk bekerja
- Potensi Bahaya Dari Bahan Maupun Peralatan Yang
Dipergunakan Tidak Standar/Tidak Memenuhi Syarat
4. Manajemen Mutu - Potensi Bahaya Dari Tempat Penyimpanan Material
Maupun Gudang/Bengkel Tempat Peralatan Kurang
Layak/Tidak Memenuhi Syarat
- Terjatuh ke dalam lubang galian
Galian untuk selokan drainase dan
5. - Tertimbun bahan galian
saluran air
- Terkena manuver alat berat
- Terjatuh ke dalam lubang galian
- Tertimbun bahan galian
6. Galian Biasa - Terkena manuver alat berat
- Kecelakaan karena lalu lintas kendaraan pengangkut
material galian
- Terjatuh ke dalam lubang galian
- Tertimbun bahan galian
Galian Struktur dengan kedalaman 0 -
7. - Terkena manuver alat berat
2 meter
- Kecelakaan karena lalu lintas kendaraan pengangkut
material galian
- Terkena manuver alat berat - (luka berat)
- Kecelakaan menggunakan alat - (luka berat)
8. Timbunan Pilihan dari sumber galian
- Kecelakaan karena lalu lintas kendaraan pengangkut
material timbunan - (luka berat)
- Kecelakaan lalu lintas (tabrakan lalu lintas/tertabrak
9. Penyiapan Badan Jalan mobil proyek) - (luka berat)
- Kecelakaan menggunakan alat berat - (luka sedang)
- Terkena serpihan agregat pada saat pemadatan atau
penggilasan
- Terjadi kecelakaan pada saat dump truck
menurunkan agregat
10. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
- Terluka oleh mesin penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar,
- Terjadi iritasi pada kulit dan paru-paru akibat debu
agregat yang kering
- Terkena serpihan agregat pada saat pemadatan atau
penggilasan
- Terjadi kecelakaan pada saat dump truck
menurunkan agregat
11. Lapis Pondasi Agregat Kelas S
- Terluka oleh mesin penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar,
- Terjadi iritasi pada kulit dan paru-paru akibat debu
agregat yang kering
- Terluka oleh percikan aspal panas
- Terjadi iritasi pada mata, kulit dan paru-paru akibat
12. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair uap dan panas dari aspal
- Terluka oleh mesin, tangki dan pompa aspal

- Terluka oleh percikan aspal panas


- Terjadi iritasi pada mata, kulit dan paru-paru akibat
13. Lapis Perekat - Aspal Cair
uap dan panas dari aspal
- Terluka oleh mesin, tangki dan pompa aspal
- Kecelakaan akibat arus lalu lintas
- Kecelakaan menggunakan alat (alat berat) sewaktu
menghampar, memadatkan campuran aspal panas
14. Laston Lapis Aus (AC-WC) - Terluka oleh percikan aspal panas
- Terjadi iritasi terhadap mata, kulit, dan paru-paru
akibat uap dan panas dari aspal
- Terkena manuver alat berat
- Kecelakaan akibat arus lalu lintas
- Kecelakaan menggunakan alat (alat berat) sewaktu
menghampar, memadatkan campuran aspal panas
15. Laston Lapis Antara (AC-BC) - Terluka oleh percikan aspal panas
- Terjadi iritasi terhadap mata, kulit, dan paru-paru
akibat uap dan panas dari aspal
- Terkena manuver alat berat
- Kecelakaan akibat arus lalu lintas
- Kecelakaan menggunakan alat (alat berat) sewaktu
menghampar, memadatkan campuran aspal panas
16. Laston Lapis Antara (AC-Base) - Terluka oleh percikan aspal panas
- Terjadi iritasi terhadap mata, kulit, dan paru-paru
akibat uap dan panas dari aspal
- Terkena manuver alat berat
- Mata terkena percikan air semen
- Terluka karena alat kerja
Beton mutu sedang fc’30 MPa lantai - Tertimpa atau tertusuk besi
17.
jembatan - Terjatuh dari tempat pengecoran
- Luka akibat penggunaan vibrator
- Kecelakaan akibat lantai kerja pengecoran roboh
- Mata terkena percikan air semen
- Terluka karena alat kerja
- Tertimpa atau tertusuk besi
18. Beton mutu sedang fc’20 MPa
- Terjatuh dari tempat pengecoran
- Luka akibat penggunaan vibrator
- Kecelakaan akibat lantai kerja pengecoran roboh
- Mata terkena percikan air semen
- Terluka karena alat kerja
- Tertimpa atau tertusuk besi
19. Beton mutu sedang fc’15 MPa
- Terjatuh dari tempat pengecoran
- Luka akibat penggunaan vibrator
- Kecelakaan akibat lantai kerja pengecoran roboh
- Mata terkena percikan air semen
- Terluka karena alat kerja
- Tertimpa atau tertusuk besi
20. Beton mutu rendah fc’10 Mpa
- Terjatuh dari tempat pengecoran
- Luka akibat penggunaan vibrator
- Kecelakaan akibat lantai kerja pengecoran roboh
- Terkena peralatan kerja
- Terkena percikan bunga api
21. Baja Tulangan Polos BjTP 280 - Tertimpa, terjepit atau tertusuk besi
- Luka akibat kawat bendrat
- Terjatuh pada saat pemasangan besi
- Terkena peralatan kerja
- Terkena percikan bunga api
22. Baja Tulangan Sirip BjTS 420A - Tertimpa, terjepit atau tertusuk besi
- Luka akibat kawat bendrat
- Terjatuh pada saat pemasangan besi
- Kecelakaan akibat tiang pancang terjatuh saat
Penyediaan Tiang Pancang Beton
pengangkutan
23. Pratekan Pracetak ukuran 150 mm x
- Kecelakaan saat tiang sedang dibawa ke posisi
150 mm
pemancangan
- Kecelakaan akibat tiang pancang terjatuh saat
Penyediaan Tiang Pancang Beton pengangkutan
24.
Pratekan Pracetak diameter 500 mm - Kecelakaan saat tiang sedang dibawa ke posisi
pemancangan
- Kecelakaan akibat mesin pancang,
Pemancangan Tiang Pancang Beton - Kecelakaan pada saat penyambungan tiang pancang,
25. Pratekan Pracetak ukuran 150 mm x - Gangguan pendengaran akibat suara pemancangan,
150 mm - Melesetnya palu/hammer pancang,
- Kecelakaan pada saat pemotongan tiang pancang.
- Kecelakaan akibat mesin pancang,
- Kecelakaan pada saat penyambungan tiang pancang,
Pemancangan Tiang Pancang Beton
26. - Gangguan pendengaran akibat suara pemancangan,
Pratekan Pracetak diameter 500 mm
- Melesetnya palu/hammer pancang,
- Kecelakaan pada saat pemotongan tiang pancang.
- Luka akibat tertimpa batu
- Luka akibat adukan mortar
27. Pasangan Batu
- Terjatuh dari ketinggian
- Terluka oleh alat kerja
Sambungan Siar Muai Tipe Asphaltic - Kecelakaan akibat peralatan kerja
28.
Plug, Fixed - Terkena tumpahan material asphaltic
29. Landasan Karet Strip - Terjatuh dari ketinggian
- Terkena peralatan kerja pada saat pemotongan dan
perakitan
30. Sandaran (Railing)
- Mata terkena percikan bunga api saat pengelasan
- Terjatuh dari ketinggian
- Terkena peralatan kerja pada saat pemasangan
- Terkena peralatan kerja pada saat pemotongan dan
31. Pipa Drainase Baja diameter 75 mm perakitan
- Mata terkena percikan bunga api saat pengelasan
- Terjatuh dari ketinggian
- Tertabrak kendaraan
- Gangguan pernafasan dan penglihatan akibat debu
32. Marka Jalan Termoplastik
- Luka bakar pada kulit akibat terkena material panas
- Terluka akibat alat penyemprotan
- Terkena peralatan kerja pada saat pemotongan dan
perakitan
33. Rel Pengaman
- Mata terkena percikan bunga api saat pengelasan
- Terjatuh dari ketinggian
Kerb Pracetak Jenis 1 - Terluka karena alat kerja
34.
(Peninggi/Mountable) - Terjatuh dari ketinggian
- Terjatuh dari ketinggian
Unit Lampu Penerangan Jalan Lengan - Tertimpa tiang lampu penerangan
35.
Tunggal, Tipe LED (Solar Cell) - Tertabrak kendaraan
- Tersengat arus listrik
13. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Uraian singkat metode pelaksanaan :
DIVISI I
1.2 MOBILISASI
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam pekerjaan ini harus memenuhi sebagai berikut:
 Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia Jasa dan
kegiatan pelaksanaan;
 Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa;
 Mobilisasi dan pemasangan instalasi konstruksi dan semua peralatan yang diperlukan selama
pelaksanaan Pekerjaan
 Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa;
 Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium uji mutu bahan dan pekerjaan di lapangan;
 Pembongkaran tempat kerja pada saat akhir Masa Pelaksanaan.
Mobilisasi juga meliputi demobilisasi dari tempat kerja oleh kontraktor pada akhir kontrak, kontraktor
harus menyerahkan program mobilisasi kepada konsultan pengawas untuk diperiksa dan kemudian diajukan
ke pemimpin proyek untuk disetujui dan akan dinyatakan (persetujuannya).

A. Sewa Tanah
Sewa tanah pada masyarakat untuk pembuatan base camp, kantor kerja, barak karyawan, gudang dan
lain-lain.

B. Peralatan
Peralatan utama yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini:
No Jenis Kapasitas Jumlah
1 Asphalt Mixing Plant 60 Ton/Jam 1 Unit
2 Asphalt Finisher 10 Ton 1 Unit
3 Crane 10 Ton 3 Unit
4 Dump Truck 3 M3 10 Unit
5 Dump Truck 6 M3 10 Unit
6 Excavator 80 HP 3 Unit
7 Motor Grader >100 HP 1 Unit
8 Wheel Loader 1.0 M3 1 Unit
9 Tandem Roller 6 Ton 1 Unit
10 Tire Roller 8 Ton 1 Unit
11 Vibratory Roller 5 Ton 1 Unit
12 Water Tanker 3000-4500 L. 3000 Liter 2 Unit
13 Pile Driver + Hammer 5 Ton 3 Unit
14 Crane On Track 35 Ton 3 Unit
15 Asphalt Distributor 4000 Liter 1 Unit
16 Truk Mixer (Agitator) 5 M3 22 Unit
17 Batching Plant 45 M3/Jam 1 Unit

Semua peralatan seperti yang tercantum pada tabel di atas dimobilisasi menuju site (lokasi kerja),
mobilisasi sebagian menggunakan LCT/Ponton dan sebagian peralatan dengan Self Loader atau Trailer,
sedangkan yang lain selain peralatan semua personil pekerja juga dimobilisasi ke lokasi kerja.

C. Mobilisasi Fasilitas Kontraktor


1. Camp
Pembuatan Base Camp kerja di sekitar lokasi kerja, di mana konstruksi yang digunakan adalah
konstruksi dari kayu kls II dan penutup atap seng Bjls 0,30, lantai berupa rabat beton dilengkapi dengan pintu
dan jendela. Base camp dibuat sebagai tempat tinggal para karyawan selama pekerjaan berjalan. Base Camp
harus juga dilengkapi kantor Direksi dan di isi dengan meja, kursi lipat, kotak P3K dan papan nama proyek.
2. Kantor
Pembuatan Kantor kerja di sekitar lokasi kerja, di mana konstruksi yang digunakan adalah konstruksi
dari baja ringan dan penutup atap spandek, lantai rabat beton dilapis karpet. Kantor kerja dibuat sebagai
ruang kerja, rapat proyek, dan kelengkapan administrasi proyek selama pekerjaan berjalan.

3. Gudang dan Lain-lain


Pembuatan Gudang dan lain-lain di sekitar lokasi kerja, di mana konstruksi yang digunakan adalah
konstruksi dari kayu kls II dan penutup atas seng Bjls 0,30. Gudang dan lain-lain dibuat sebagai tempat
penyimpanan material dan peralatan kerja dan juga sebagai fasilitas penunjang pekerjaan selama pekerjaan
dikerjakan.

D. Lain-Lain
1. Komunikasi Lapangan
Alat komunikasi lapangan perlu disiapkan untuk kelancaran pekerjaan dan komunikasi antar pelaksana
lapangan dan penyedia jasa, maupun pengawas.

2. Asbuilt Drawing
Pembuatan As-Built Drawing dibuat setelah pekerjaan selesai, pembuatan as-built drawing dibuat
berdasarkan hasil pengukuran akhir dan dibuat sebagai laporan gambar terakhir kepada penyedia jasa
bahwa pekerjaan telah selesai.

3. Papan Nama Proyek


Papan nama proyek digunakan sebagai identitas atau informasi mengenai proyek. Papan nama dibuat
dua buah dan ditempatkan pada awal dan akhir proyek, papan nama terbuat dari plywood dan kayu kaso
dengan pondasi adukan semen, pasir dan split.

G. Demobilisasi
Semua alat kerja yang digunakan pada akhir pelaksanaan pekerjaan segera dilakukan demobilisasi
kembali.

1.8 MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS


Penyedia jasa harus menyediakan perlengkapan jalan sementara sesuai Rencana Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas (RMKL), perlengkapan jalan/jembatan sementara dapat berupa:
1. Rambu panah berkedip.
2. Rambu tetap informasi pengalihan/pengatur lalu lintas.
3. Rambu portable informasi pengalihan/pengaturan lalu lintas.
4. Rambu penghalang lalu lintas jenis plastil.
5. Rambu peringatan.
6. Rambu petunjuk.
7. Peralatan Komunikasi dan lainnya.

1.17 PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP


Untuk Pengamanan lingkungan penyedia jasa harus mengambil langkah layak untuk melindungi
lingkungan (air, udara dan kebisingan) penyedia jasa juga harus memastikan bahwa pengangkutan dan
kegiatan sumber bahan dilaksanakan dengan cara yang berwawasan lingkungan.
Penyedia jasa harus membuat/menyiapkan Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(RKPPL) berdasarkan Dokumen Lingkungan dan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL) dan / atau
Izin Lingkungan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup (IPPLH) lainnya yang telah tersedia pada
saat rapat persiapan pelaksanaan (PCM) untuk dilakukan pembahasan bersama PPK dan direksi teknis.
Bentuk RKPPL sebagai mana dalam lampiran 1.17 spesifikasi ini harus menggambarkan rona awal kondisi
lapangan, potensi dampak dari kegiatan pekerjaan, dan rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan
lingkungan setiap perubahan rona awal kondisi lapangan.
Berdasarkan RKPPL tersebut, konsultan pengawas harus melakukan pemantauan sesuai periode yang
ditentukan dalam dokumen lingkungan dari lokasi kegiatan dilapangan, lokasi quarry dan lokasi base camp
termasuk jalan akses terkait tindak lanjut penanganan pengelolaan lingkungan.
1.18 MANAJEMEN MUTU
Pekerjaan harus dilaksanakan melalui proses manajemen mutu memanfaatkan sumber daya Pengguna
Jasa, Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa, dan pihak ketiga sebagaimana diperlukan. Pengendalian Mutu
(Quality Control, QC): Proses memeriksa mutu hasil produk atau jasa pelayanan tertentu dari Penyedia Jasa
untuk menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi standar mutu terkait yang dipersyaratkan di dalam
spesifikasi teknis, memperbaiki kesalahan-kesalahan atas mutu yang diperoleh lebih rendah serta cara-cara
mengidentifikasi untuk menghilangkan sebab-sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang tidak memenuhi
syarat. Proses pemeriksaan dan persetujuan/penolakan mutu produk atau kinerja jasa pelayanan tertentu ini
dilakukan oleh Manajer Kendali Mutu (QCM) yang disiapkan oleh Penyedia Jasa mengontrol dan menjamin
secara internal mutu hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh wakil Penyedia Jasa (General
Superintendent/GS) sesuai yang dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini. Laporan hasil QC dari QCM
disampaikan kepada Penyedia Jasa dengan tembusan kepada Pengawas Pekerjaan. Jaminan Mutu (Quality
Assurance, QA): Proses mengevaluasi prosedur standar dan instruksi kerja seluruh produk atau jasa
pelayanan, yang dievaluasi oleh Pengawas Pekerjaan untuk dapat menjamin bahwa mutu hasil pekerjaan
yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dapat diterima atau ditolak sebagai dasar persetujuan pembayaran
pekerjaan yang memenuhi syarat kontrak. Tiap komponen dari program harus dialamatkan pada bahan,
proses, kecakapan-kerja produk, dan dokumentasi yang harus dituangkan ke dalam Rencana Mutu Kontrak
(RMK) RMK disusun dan kemudian disajikan oleh Penyedia Jasa pada saat diadakan rapat persiapan
pelaksanaan (PCM). Penyedia Jasa harus menyediakan akses yang tidak dibatasi terhadap semua kegiatan
dan dokumentasi Pengendalian Mutu yang dihasilkan oleh atau atas nama Penyedia Jasa dan hanłs
memberikannya kepada Pengawas Pekerjaan untuk mendapat akses sepenuhnya pada setiap saat.

DIVISI II
2.1.(1) GALIAN UNTUK SELOKAN DRAINASE DAN SALURAN AIR
Sebelum melaksanakan galian selokan drainase perlu dilakukan pengukuran guna penentuan patok-
patok dan titik elevasi serta arah galian selokan drainase dan saluran air. Excavator menggali selokan
drainase dan saluran air sesuai dengan gambar rencana, atau sesuai petunjuk konsultan, dan pengawas
lapangan. Tanah hasil galian Excavator diangkat ke atas Dump truck dan dibuang keluar lokasi pekerjaan,
setelah saluran terbentuk maka sekelompok pekerja merapikan galian selokan drainase dan saluran air
dengan menggunakan alat bantu.

Bahan / Material: Tidak ada


Peralatan: Excavator, Dump truck, Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

DIVISI III
3.1.(3) Galian Biasa
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau
bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau
ditunjukkan oleh Pengawas Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan dalam
bentuk apapun yang dijumpai.

3.1.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 -2 Meter


Galian struktur untuk kedalaman 0-2 meter dilaksanakan dengan menggunakan alat mekanis
Excavator. Sebelum dilakukan penggalian terlebih dahulu dilaksanakan pengukuran dan pemasangan
bouwplank untuk menentukan kedalaman galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur
dengan mempedomani gambar rencana atau atas petunjuk dari konsultan pengawas/direksi lapangan.
Penggalian menggunakan alat berat ( Excavator) kemudian hasil galian digusur keluar lokasi dengan
menggunakan motor grader atau dimuat ke atas dump truck dan dibuang keluar lokasi. Perapian galian
dilaksanakan oleh sekelompok pekerja. Setelah struktur beton sudah selesai selanjutnya ditimbun dengan
urugan pilihan pada samping struktur dengan menggunakan excavator.
Bahan / Material: Tidak Ada
Peralatan: Excavator, Dump Truck, Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja
3.2.(1a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian

Timbunan Pilihan dari sumber galian adalah pekerjaan penimbunan di mana timbunan diambil dari
sumber galian (Quarry) yang memenuhi syarat teknis dan sudah disetujui oleh direksi untuk menjadi timbunan
Pilihan. Material diangkut ke dump truck oleh excavator kemudian dibawa ke lokasi penimbunan kemudian
dihampar oleh motor grader dan dipadatkan dengan vibrator roller, dan pada saat pemadatan material
timbunan disiram air dengan menggunakan water tanker truck secukupnya untuk mendapatkan kepadatan
maksimal. Sekelompok pekerja merapikan pekerjaan dengan menggunakan alat bantu.
Bahan / Material: Timbunan Biasa dari Sumber Galian (Quarry)
Peralatan yang digunakan: Excavator, Dump Truck, Motor Grader, Vibrator Roller, Water, Tanker Truck, Alat
Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

3.2. GEOTEKSTIL SEPARATOR KELAS 1 (WOVEN)

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pemasokan dan pemasangan bahan geotekstil filter (seperti
drainase bawah permukaan), separator dan stabilisator.
Lokasi pemasangan geotekstil harus diratakan dengan cara membersihkan, memangkas dan menggali
atau menimbun hingga mencapai elevasi rencana. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mengupas tanah
penutup permukaan dan memangkas rerumputan. Geotekstil harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan
atau lipatan pada tanah dasar yang telah disiapkan searah dengan lalu lintas alat berat. Tepi dari gulungan-
gulungan geotekstil yang bersebelahan harus ditumpang-tindihkan (overlap), dijahit atau digabungkan sesuai
dengan Gambar. Tumpang tindih harus dibuat pada arah yang sesuai dengan Gambar. Pada bagian
lengkungan jalan, geotekstil dapat dilipat atau dipotong untuk menyesuaikan dengan bentuk lengkungan.
Lipatan atau tumpang tindih harus searah dengan lalu lintas alat berat dan ditahan dengan jepit, staples atau
gundukan tanah ataupun batu.
Sebelum penimbunan, geotekstil harus diperiksa untuk memastikan bahwa geotekstil tidak mengalami
kerusakan (misalnya berlubang, robek atau terkoyak) selama pemasangan. Pemeriksaan harus dilakukan
oleh Pengawas Pekerjaan. Geotekstil yang rusak harus segera diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Tutup daerah
yang rusak dengan tambalan geotekstil. Lebar tambalan harus melebihi daerah yang rusak minimal sama
dengan syarat tumpang tindih.
Penghamparan lapis fondasi bawah di atas geotekstil harus dilakukan dengan cara penumpahan ujung
atau lend dumping dari tepi geotekstil atau di atas agregat lapis fondasi bawah yang telah terhampar
sebelumnya. Alat berat tidak diperbolehkan melintas langsung di atas geotekstil. Lapis fondasi bawah harus
dihamparkan sedemikian rupa sehingga sekurang-kurangnya suatu lapisan setebal syarat penghamparan
minimum berada antara geotekstil dan roda atau track alat sepanjang waktu. Alat berat tidak diperbolehkan
berbelok pada hamparan pertama di atas geotekstil.

3.2. GEOTEKSTIL SEPARATOR KELAS 1 (NON WOVEN)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pemasokan dan pemasangan bahan geotekstil filter (seperti
drainase bawah permukaan), separator dan stabilisator.
Lokasi pemasangan geotekstil harus diratakan dengan cara membersihkan, memangkas dan menggali
atau menimbun hingga mencapai elevasi rencana. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mengupas tanah
penutup permukaan dan memangkas rerumputan. Geotekstil harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan
atau lipatan pada tanah dasar yang telah disiapkan searah dengan lalu lintas alat berat. Tepi dari gulungan-
gulungan geotekstil yang bersebelahan harus ditumpang-tindihkan (overlap), dijahit atau digabungkan sesuai
dengan Gambar. Tumpang tindih harus dibuat pada arah yang sesuai dengan Gambar.
Pada bagian lengkungan jalan, geotekstil dapat dilipat atau dipotong untuk menyesuaikan dengan
bentuk lengkungan. Lipatan atau tumpang tindih harus searah dengan lalu lintas alat berat dan ditahan
dengan jepit, staples atau gundukan tanah ataupun batu.

DIVISI V
5.2. LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemrosesan, pengakutan, penghamparan, pembasahan dan
pemeadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah disetujui dan telah diterima sesuai
dengan detail yang ditunjukan dalam gambar, toleransi dan elavasi harus sesuai dengan gambar. Pada
permukaan lapis fondasi agregat A tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua
punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukan dalaam gambar, tebal minimum
lapis fondasi agregat A tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang diisyaratkan.

5.2. LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS S


a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
c. Material lapis pondasi berbutir agregat kelas S tersebut akan disiapkan/dicampur dengan bantuan
menggunakan wheel loader dilokasi base camp supplier dan apabila campuran telah memenuhi
persyaratan spesifikasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan tersebut akan diangkut
dengan menggunakan dump truck ke lokasi pekerjaan.
d. Bila diperlukan, akan dilakukan uji penghamparan dan pemadatan untuk mempelajari efektifitas alat yang
digunakan.
e. Penghamparan bahan agregat S dilakukan dengan menggunakan motor grader (bila lokasi
memungkinkan).
f. Setelah terhampar dengan sempurna sesuai ketebalan dan rentang toleransi yang diijinkan, maka
akan dilakukan pemadatan pada lapis agregat S dengan menggunakan vibratory roller (bila lokasi
memungkinkan) dengan terlebih dahulu memeriksa kadar air dari bahan agregat tersebut agar dapat
dipadatkan pada kadar air optimumnya.
g. Water tanker akan digunakan untuk menambahkan kadar air apabila bahan agregat tersebut tidak
masuk kedalam rentang yang diijinkan.
h. Apabila pemadatan pada bahan agregat kelas S telah selesai, maka akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan derajat kepadatannya dengan menggunakan alat uji sandcone.

DIVISI VI
6.1.1. LAPIS RESAP PENGIKAT - ASPAL CAIR
Pekerjaan ini mencakup penyedian dan penghamparan bahan pada permukaan yang telah disiapkan
sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal. Lapis resap pengikat harus dihampar di atas permukaan
LPA. Lapis resap pengikat harus disemprotkan hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering.

6.1.2. LAPIS PEREKAT - ASPAL CAIR


Pekerjaan ini mencakup penyedian dan penghamparan bahan pada permukaan yang telah disiapkan
sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya.

6.3.5.(a) Laston Lapis Aus (AC-WC)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis padat yang awet berupa lapis aus campuran beraspal panas
yang terdiri dari agregat, bahan aspal, bahan anti pengelupasan, yang dicampur secara panas di AMP, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas permukaan aspal yang telah disiapkan sesuai
dengan spesifikasi 2018 dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukan dalam
gambar.

6.3.6.(a) Laston Lapis Antara (AC-BC)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis padat yang awet berupa lapis antara campuran beraspal
panas yang terdiri dari agregat, bahan aspal, bahan anti pengelupasan, yang dicampur secara panas di AMP,
serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas permukaan aspal yang telah disiapkan
sesuai dengan spesifikasi 2018 dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukan
dalam gambar.

6.3.7.(a) Laston Lapis Pondasi (AC-Base)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis padat yang awet berupa Lapis pondasi beraspal panas yang
terdiri dari agregat, bahan aspal, bahan anti pengelupasan, Yang dicampur secara panas di AMP, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas permukaan aspal yang telah disiapkan sesuai
dengan spesifikasi 2018 dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukan dalam
gambar.
6.3.8 Bahan anti pengelupasan
Stabilitas Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan di
timbangan AMP dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) sesaat sebelum dilakukan proses
pencampuran basah di pugmil.

DIVISI VII
7.1.(5)a Beton Mutu Sedang fc’ 30 MPa Lantai Jembatan
Beton mutu sedang pada pekerjaan ini digunakan untuk pada lantai jembatan. Sebelum melaksanakan
pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan DMF dan JMF campuran beton kepada Konsultan
Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 30 MPa yang terdiri atas agregat kasar, pasir beton,
semen, air dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui
oleh direksi lapangan dan konsultan pengawas. Campuran beton mutu sedang fc’ 30 MPa kemudian diangkut
dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai perlu diperhatikan lahan, bekisting
dan pembesian lantai jembatan telah terpasang atau siap dengan baik sesuai gambar rencana pada
dokumen kontrak. Selama proses pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan
dengan concrete vibrator.
Bahan / Material: Semen, Pasir, Agregat Kasar, Kayu Perancah/Multiplex, Paku
Peralatan: Concrete Pan Mixer/Batching Plant, Truck Mixer, Water Tanker Truck, Concrete Vibrator, Alat
Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

7.1.(7)a Beton Mutu Sedang fc’ 20 Mpa Dinding dan Trotoar


Beton mutu sedang f’c 20 Mpa digunakan pada concrete barrier dan trotoar jembatan. Sebelum
melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan DMF dan JMF campuran beton kepada
Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 30 MPa yang terdiri atas agregat kasar, pasir
beton, semen, air dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang
disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan pengawas. Campuran beton mutu sedang fc’ 30 MPa kemudian
diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai perlu diperhatikan lahan,
bekisting dan pembesian lantai jembatan telah terpasang atau siap dengan baik sesuai gambar rencana pada
dokumen kontrak. Selama proses pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan
dengan concrete vibrator.
Bahan / Material: Semen, Pasir, Agregat Kasar, Kayu Perancah/Multiplex, Paku
Peralatan: Concrete Pan Mixer/Batching Plant, Truck Mixer, Water Tanker Truck, Concrete Vibrator, Alat
Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

7.1.(10) Beton Mutu Rendah fc’ 10 Mpa


Beton mutu rendah f’c 10 Mpa digunakan pada lantai kerja. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini,
penyedia jasa harus menyerahkan DMF dan JMF campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi
Lapangan. Agregat beton fc’ 30 MPa yang terdiri atas agregat kasar, pasir beton, semen, air dicampur dalam
concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui oleh direksi lapangan dan
konsultan pengawas. Campuran beton mutu sedang fc’ 30 MPa kemudian diangkut dengan truck mixer ke
lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai perlu diperhatikan lahan, bekisting dan pembesian lantai
jembatan telah terpasang atau siap dengan baik sesuai gambar rencana pada dokumen kontrak. Selama
proses pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.
Bahan / Material: Semen, Pasir, Agregat Kasar, Kayu Perancah/Multiplex, Paku
Peralatan: Concrete Pan Mixer/Batching Plant, Truck Mixer, Water Tanker Truck, Concrete Vibrator, Alat
Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

7.3.(1) Baja Tulangan Polos BjTP 280


Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh konsultan pengawas dan direksi lapangan.
1. Baja Tulangan Polos BjTP 280 diangkut ke lokasi kerja selanjutnya dipotong sesuai dengan gambar
rencana, kemudian dirakit dan diikat dengan kawat bendrat atau kawat beton
2. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan lumpur, kotoran, kerak,
dan lain-lain.
3. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton
minimum yang diisyaratkan
4. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat.
Bahan / Material: Baja Tulangan Polos BjTP 280, Kawat Bendrat (Pengikat)
Peralatan: Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Tukang Besi

7.3.(3) Baja Tulangan Sirip BjTS 420A


Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh konsultan dan direksi lapangan.
1. Baja Tulangan Sirip BjTS 420A diangkut ke lokasi kerja selanjutnya dipotong sesuai dengan gambar
rencana, kemudian dirakit dan diikat dengan kawat bendrat atau kawat beton
2. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan lumpur, kotoran, kerak,
dan lain-lain.
3. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton
minimum yang diisyaratkan
4. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat.
Bahan / Material: Baja Tulangan Sirip BjTS 420A, Kawat Bendrat (Pengikat)
Peralatan: Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Tukang Besi

7.6.(12) Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak uk 150 mm x 150 mm


Tiang Pancang ukuran ini digunakan pada bagian oprit dan abutmen pile slab. Pada waktu kedatangan
material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan
spesifikasi teknis pekerjaan harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang
dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik
angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang
pancang. Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :
 Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan
untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan,
 Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar
konstruksi.
Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan
dulu dan ditunggu sebelum dipakai.

7.6.(12) Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak diameter 500 mm


Tiang Pancang ukuran ini digunakan pada bagian struktur utama pondasi pile slab. Pada waktu
kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang
diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill
sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik
angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang
pancang. Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :
 Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan
untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan
 Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar
konstruksi
Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan
dulu dan ditunggu sebelum dipakai.

7.6.(18) Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak ukuran 150 mm x 150 mm
Setelah Tiang pancang telah tiba di lokasi pekerjaan, sebelum memulai pemancangan terlebih dahulu
kita harus mengecek titik-titik lokasi yang akan dipancang. Apakah lahannya sudah siap dan alat-alat yang
digunakan telah ready. Setelah semuanya telah siap maka tiang pancang kemudian diangkat dengan crane
on track kemudian didirikan tegak lurus dengan pile driver, selanjutnya dipancang dengan menggunakan
hammer sampai tiang pancangnya mendapatkan titik keras tanah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :
1. Persiapan tiang untuk pemancangan.
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan
pada saat pemancangan dilakukan :
 Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.
 Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
 Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung.
 Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang dikerjakan –
supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan penyambungan.

2. Pemantauan pelaksanaan pemancangan


Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah
(X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan
spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi
angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil).
b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang jika tidak sejajar,
berpotensi tiang akan pecah atau patah dan dipantau berkala oleh operator alat pancang dan
helper counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
c. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper
operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus
dihentikan dulu pemancangannya :
 Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali.
 Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian
sumbu.
d. Jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah
semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.
e. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m
kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3 m dalam
segala kondisi pelaksanaan.
f. Penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
g. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus dengan tidak
mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
h. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set yaitu:
 Harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer).
 dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer.
i. Pengambilan final set harus dilakukan :
 Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy).
 Dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena
air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal
sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik.
 Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.
 Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter.
 Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring.
 Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan.
 Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan
diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang ditetapkan.

3. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).


Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang,
akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan,
yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah
terjadi pile heaving atau tidak :
a) Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving
pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok
tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun
jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.
b) Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top
of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan
pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas
yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak
memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur).
c) Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan
pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak
terjadi pile heaving
d) Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk
mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal –
untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi
e) Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang
dalam satu kelompok tiang selesai dipancang.
f) Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus
mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan Konsultan Pengawas --
direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile.
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
a) Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang –
ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut,
maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang
pancang atau tidak.
b) Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar
keluar.

4. Penghentian Pekerjaan Pemancangan.


Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai final set
(end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile), sudah
mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang, telah mencapai batas kelangsingan tiang
pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan harus dilakukan penambahan titik
pondasi tiang jika diperlukan, terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb).
5. Pencatatan data pelaksanaan.
Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :
o Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai.
o Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.
o Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set).
o Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang
ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi.
o Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran
titik pancang.
o Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama pemancangan, dicatat dan
ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar konstruksi.
o Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi,
dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA Test atau
Static Loading Test.
o Kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.
Bahan / Material: Tiang Pancang
Peralatan: Crane on Track, Ponton, Pile Driver + Hammer
Tenaga Kerja: Mandor

7.6.(18) Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak diameter 500 mm


Setelah Tiang pancang telah tiba di lokasi pekerjaan, sebelum memulai pemancangan terlebih dahulu
kita harus mengecek titik-titik lokasi yang akan dipancang. Apakah lahannya sudah siap dan alat-alat yang
digunakan telah ready. Setelah semuanya telah siap maka tiang pancang kemudian diangkat dengan crane
on track kemudian didirikan tegak lurus dengan pile driver, selanjutnya dipancang dengan menggunakan
hammer sampai tiang pancangnya mendapatkan titik keras tanah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :
1. Persiapan tiang untuk pemancangan.
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan
pada saat pemancangan dilakukan :
 Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.
 Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
 Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung.
 Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang dikerjakan –
supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan penyambungan.

2. Pemantauan pelaksanaan pemancangan


Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
j. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah
(X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan
spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi
angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil).
k. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang jika tidak sejajar,
berpotensi tiang akan pecah atau patah dan dipantau berkala oleh operator alat pancang dan
helper counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
l. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper
operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus
dihentikan dulu pemancangannya :
 Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali.
 Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian
sumbu.
m. Jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah
semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.
n. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m
kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3 m dalam
segala kondisi pelaksanaan.
o. Penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
p. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus dengan tidak
mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
q. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set yaitu:
 Harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer).
 dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer.
r. Pengambilan final set harus dilakukan :
 Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy).
 Dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena
air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal
sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik.
 Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.
 Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter.
 Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring.
 Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan.
 Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan
diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang ditetapkan.

3. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).


Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang,
akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan,
yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah
terjadi pile heaving atau tidak :
g) Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving
pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok
tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun
jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.
h) Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top
of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan
pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas
yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak
memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur).
i) Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan
pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak
terjadi pile heaving
j) Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk
mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal –
untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi
k) Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang
dalam satu kelompok tiang selesai dipancang.
l) Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus
mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan Konsultan Pengawas --
direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile.
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
c) Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang –
ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut,
maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang
pancang atau tidak.
d) Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar
keluar.

4. Penghentian Pekerjaan Pemancangan.


Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai final set
(end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile), sudah
mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang, telah mencapai batas kelangsingan tiang
pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan harus dilakukan penambahan titik
pondasi tiang jika diperlukan, terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb).
5. Pencatatan data pelaksanaan.
Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :
o Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai.
o Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.
o Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set).
o Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang
ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi.
o Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran
titik pancang.
o Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama pemancangan, dicatat dan
ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar konstruksi.
o Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi,
dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi dengan pengujian PDA Test atau
Static Loading Test.
o Kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.
Bahan / Material: Tiang Pancang
Peralatan: Crane on Track, Ponton, Pile Driver + Hammer
Tenaga Kerja: Mandor

7.9.(1) PASANGAN BATU


Pasangan batu digunakan pada struktur dinding penahan di bagian oprit. Dalam Hal ini pasangan batu
pada pelaksanaan pekerjaan ini berperan sebagai talud.
Uraian pelaksanaanya antara lain:
1. Dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia .
2. Bahan diterima di lokasi pekerjaan.
3. Semen, Pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan concrete mixer, air
diambil dengan menggunakan water tanker.
4. Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang.
5. Pasang benang pada sisi luar profil sesuai dengan hasil pengukuran dan gambar rencana.
6. Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan
sesaat sebelum penempatan masing masing batu pada lapisan pertama.
7. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut sudut. perhatian harus diberikan
untuk menghindar pengelompokan batu yang ukuran sama.
8. Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang
sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
9. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan sulingan. Kecuali ditunjuk lain pada gambar atau
diperintahkan oleh direksi lapangan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antar tidak lebih
dari 2m dari sumbu satu ke sumbu yang lain dan harus berdiameter 50 mm.
10. Melakukan penyelesaian dan perapian setelah pemasangan oleh sekelompok pekerja.
Bahan / Material: Batu Kali/Gunung, Semen, Pasir
Peralatan: Concrete Mixer, Water Tanker, Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Tukang Batu, Pekerja

7.12.(3) LANDASAN KARET STRIP


Material dan peralatan disiapkan, Perletakan Karet Strip ukuran dipasang dengan seksama.
Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan. Pekerjaan dilakukan secara mekanik dengan urutan
perletakan harus ditandai dengan jelas tentang jenis dan tempat pemasangan pada saat tiba ditempat kerja.
Alat – alat pengamanan yang cocok harus disediakan sebagaimana diperlukan. Alat – alat penjepit sementara
harus digunakan untuk menjaga orientasi bagian-bagian dengan tepat
Bahan / Material: Karet Strip
Peralatan: Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

DIVISI VIII
8.4 MARKA JALAN TERMOPLASTIK
Pekerjaan ini berupa pengecatan marka jalan dengan termoplastik. Metode kerja dari pekerjaan marka
jalan termoplastik adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.
b. Permukaan jalan dibersihkan dari debu dengan menggunakan air compressor.
c. Pemberian tanda pada lokasi yang akan di marka (Pre-Marking).
d. Setelah bahan cat dan material glass bit dicampur dan dipanaskan dengan alat marka, kemudian di
hampar sesuai tanda yang telah ditentukan.
e. Peralatan beserta bahan dibawa oleh truck.
f. Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

8.4.(10.b) RAMBU JALAN TUNGGAL DENGAN PERMUKAAN PEMANTUL ENGINEER GRADE


Rambu jalan ini dipasang pada lokasi-lokasi yang memerlukan perhatian khusus dari pengendara, yaitu
penunjuk tikungan, tanjakan/turunan, persimpangan, keramaian, bangunan-bangunan fasilitas umum, penunjuk
kecepatan, jembatan dsb. Rambu-rambu ini dipasang dengan ukuran dimensi, jumlah dan ketentuan lainnya
sesuai dengan spesifikasi, gambar kontrak dan petunjuk direksi. Sebelum pemasangan terlebih dahulu dibuat
request pekerjaan. Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Areal rambu digali sampai kedalaman tertentu sesuai dengan rencana kedalaman pondasinya.
b. Beton yang digunakan untuk pondasi rambu jalan harus dari kelas K175 (fc’15 MPa).
c. Rambu disupply oleh supplier dan diterima di lokasi pekerjaan, untuk pemasangannya dilakukan dengan
menggali tanah untuk pondasi lalu bahan beton dicor dan merapihkan kembali tanah agar patok dapat
berdiri dengan benar.
d. Penyelesaian dan perapihan kembali setelah pemasangan
8.4.(10.b) KERB PRACETAK JENIS 2 (PENGHALANG/BARRIER)
Urutan Pelaksanaan Pekerjaan ini ialah sebagai berikut :
1. Kerb Pracetak dipesan melalui penyedia/penyuplai kerb jenis ini,
2. Beton yang digunakan untuk kerb pracetak harus sesuai spesifikasi/persetujuan direksi lapangan,
3. Lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan, dan landasan kerb ini harus dipadatkan
sampai suatu permukaan yang rata,
4. Semua bahan yang lunak dan tidak sesuai dibuang dan diganti dengan bahan yang memenuhi serta
harus dipadatkan sampai merata,
5. Kerb harus dipasang dengan teliti, garis dan elevasi yang ditunjukkkan dalam gambar atau yang
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan,
6. Semua kerb yang akan dipasang pada suatu kurva dengan radius kurang dari 20 meter harus dibuat
dengan menggunakan cetakan lengkung atau unit-unit pracetak yang melengkung,
7. Unit-unit kerb dan jenis-jenis pracetak lainnya harus dipasang dengan sambungan yang serapat
mungkin,
8. Setelah pekerjaan pemasangan kerb telah dipasang sebagai mana yang diperintahkan oleh direksi
lapangan, maka sekelompok pekerja merapikannya.
Bahan / Material: Kerb Pracetak, Semen, Pasir
Peralatan: Alat Bantu
Tenaga Kerja: Mandor, Pekerja

14. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA


(Terlampir)

Palangka Raya, 2 Juli 2020

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 3.5


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ILHAM BADANI, ST.


NIP. 19840203 200912 1 001

Anda mungkin juga menyukai