Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK

NAMA KELOMPOK :

Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
1. Muhammad Nur Afiansyah (1302018007)

melalui Jalur Peradilan


2. Bela Milenia Marsianda (1302018125)

3. Afidhatul Charirin (1302018032)

4. Putri Nurhasanah (1302018026)

5. Annisa Ashari (1302018008)

6. Jihan Farah S. (1302018049)

7. Sakinah (1302018140)
A. Kedudukan Pengadilan Hubungan Industrial Dalam Struktur
Organisasi Penyelenggara Cabang Kekuasaan Kehakiman

Struktur Komponen adalah kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum dengan
berbagai macam fungsinya dalam mendukung bekerjanya
sistem hukum (dalam hal ini PHI) yang memberikan pelayanan kepada
pencari keadilan (pengusaha dan pekerja/buruh) dengan menyelenggarakan
proses penerimaan, pemeriksaan dan memutus perkara Penyelesaian perselisihan
hubungan industrial (PPHI).
Perselisihan Hubungan Industrial (UU NO 2 TAHUN 2004)

 perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pen-
gusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihanantar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
 Selain pekerja dan pengusaha, terdapat pula organisasi pengusaha dan serikat pekerja yang
diberi kemungkinan untuk mengajukan penyelesaian sengketa pada pengadilan hubungan
industrial, dalam hal terjadi perselisihan hubungan industrial.
Jenis-Jenis perselisihan hubungan Pasal 2 UU NO.2/2004
1. Perselisihan Hak
perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusa-
haan, atau perjanjian kerja bersama.
2. Perselisihan kepentingan
adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja
perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubun-
gan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelak-
sanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan.
Mekanisme Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
(PPHI)
 Ada beberapa bentuk penyelesaian perkara perselisihan hubungan industrial menurut
paradigma normatif ketentuan UU No. 2 Tahun 2004, yaitu dapat dilakukan melalui perundingan Bipartit,
Tripartit (Non Ligitasi), dan dapat pula melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHl).
• Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
• Perundingan Tripartit adalah perundingan antara pekerja, pengusaha dengan melibatkan pihak ketiga se-
bagai fasilitator dalam penyelesaian PHI diantara pengusaha dan pekerja. Perundingan tripartit bisa melalui
mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

 Penyelesaian di Luar Pengadilan (Non litigasi)


Dalam UU PPHI, perundingan bipartit ini substansial imperatif sifatnya sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 3 ayat (1).
 Penyelesaian melalui Pengadilan Hubungan Industrial
merupakan lembaga terakhir dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial setelah
Konsiliasi dan Mediasi selain melalui Arbitrase.
Pengadilan Hubungan Industrial
• Pengadilan hubungan industrial merupakan salah satu bentuk sistem
penyelesaian sengketa berdasarkan yurisdiksi khusus (spesific jurisdiction)
• Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada
lingkungan peradilan umum.
• Pengadilan hubungan industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
(pasal 56):
a. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja;
d. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh dalam satu perusahaan.
B. Kompetensi Pengadilan Hubungan Industrial

Kompetensi atau kewenangan terbagi menjadi dua macam, yakni


 Kewenangan absolut
 Kewenangan relatif.
1. Kewenangan Absolut

• kewenangan absolut dari pengadilan hubungan industrial adalah hanya untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus perselisihan hubungan industrial saja

• memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain , baik
dalam lingkungan peradilan yang sama, maupun dalam lingkungan peradilan lain (Mertokusumo, 2009:
86).

• Problematik dari kewenangan mengadili secara absolut ini, digunakan untuk menjawab pertanyaan berupa
peradilan macam apa yang berwenang untuk mengadili suatu perkara
(Retnowulan, Sutantio & Oeripkartawinata, 2005: 15).

• Kewenangan absolut akan berbeda tergantung pada jenis atau lingkup peradilannya.
(Pasal 55-56 UU 2/2004)

• Pada dasarnya, kewenangan absolut tersebut ditentukan dalam suatu undang-undang (Subekti, 1977: 13).
Undang-undang tersebutlah yang akan menentukan karakteristik perkara yang seperti apa yang dapat
diperiksa, diadili, dan diputus oleh suatu lingkup peradilan tertentu
2. Kewenangan Relatif

 Pengaturan mengenai kewenangan relatif dalam HIR diatur pada Pasal 118, Kewe-
nangan relatif ini menggunakan asas actor sequitor forum rei yang berarti yang
berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal Tergugat.

 berdasarkan Pasal 81 UU No. 2 Tahun 2004 secara hukum telah meniadakan keten-
tuan yang diatur dalam Pasal 118 ayat (1) HIR/ Hukum Acara Perdata karena Pasal
81 UU No. 2 Tahun 2004 telah mengatur secara khusus mengenai kewenangan re-
latif dari Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

 Pasal 81 UU No.2 Tahun 2004 bersifat limitatif dan khusus. Dengan demikian Kom-
petensi Relatif dari Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) yang berwenang
memeriksa dan mengadili suatu gugatan perselisihan hubungan industrial saat ini
terbatas pada wilayah tempat dimana pekerja/buruh bekerja, bukan lagi berdasarkan
pada wilayah dimana Tergugat bertempat tinggal/ berdomisili sebagaimana sebelum-
nya diatur dalam ketentuan pasal 118 HIR.
Kewenangan Khusus PHI Memeriksa dan Memutus
 Kewenangan memeriksa dan memutus ini hanya mengatur tentang objek PHI dan upaya hukum
yang dapat dilakukan, akan tetapi belum mencakup seluruh subjek hukum pekerja/buruh dan
pengusaha.

 Menurut Juanda Pangaribuan, dalam bukunya Seluk Beluk Hukum Acara Pengadilan Hubungan
Industrial (hal. 145), limitasi kewenangan itu memastikan bahwa PHI tidak berwenang mengadili
perkara lain seperti, perbuatan melawan hukum dan Perbuatan ingkar janji.

 Ia juga menjelaskan bahwa hak dalam hubungan kerja yang disebut perselisihan Hak, jenisnya
bermacam-macam, misalnya kekurangan upah, upah lembur tidak dibayar atau kurang bayar,
tidak menyertakan pekerja sebagai peserta Jamsostek (sekarang BPJS), dan sebagainya.
SELESAI…

Anda mungkin juga menyukai