Oleh :
HALENDRADES
No BP: 1810003600010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2022
ABSTRAK
Pemutusan hubungan kerja merupakan hal yang sering terjadi dalam dunia
kerja. Menurut Pasal 151 angka 2 dan angka 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa : “Dalam hal segala upaya
telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka
maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan
pekerja/buruh”,”Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud Ayat(2) benar
benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial”. Namun ada kalanya
pemutusan hubungan kerja dilakukan secara sepihak oleh pihak perusahaan
sehingga merugikan pihak pekerja. Terjadi PHK terhadap Pekerja yang diputus
hubungan kerjanya secara sepihak oleh pihak Perusahaan tanpa menerima hak-
haknya atau pesangon dari pihak Perusahaan. Pada putusan Nomor 1/Pdt.Sus-
PHI/2022/PN.Pdg.
Perumusan masalah yang diteliti adalah Pertama, Bagaimana
pertimbangan hakim dalam memutus perkara perselisihan hubungan kerja sepihak
pada putusan Nomor 1/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.Pdg ?. Kedua, Bagaimana akibat
hukum dari putusan Nomor 1/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.Pdg terhadap para pihak
yang berperkara?
Spesifikasi Penelitian ini bersufat Deskriptif Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian dilakukan
terhadap permasalahan dengan memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku
dan menganalisis kaidah-kaidah hukum masalah dalam hubungan kerja yang
berkaitan dengan pemutusan. Sumber data yang digunakan data sekunder yang
diperoleh dengan penelitian pustaka/studi dokumen, data yang sudah diperoleh
dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif analitis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :
Pertama, Pertimbangan hakim dalam memutus perkara perselisihan hubungan
kerja sepihak pada putusan Nomor 1/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.Pdg adalah Majelis
hakim memiliki dua pertimbangan Yuridis dan Non-Yuridis, Dalam kasus ini
Hakim dalam menjatuhkan putusan didasarkan pada pertimbangan yuridis, Hakim
Menimbang, bahwa yang menjadi gugatan pokok Penggugat adalah menuntut
sejumlah uang sebagai kompensasi atas pemutusan hubungan kerja menjadi
kontradiktif. Alasan pemutusan hubungan kerja Tergugat adalah karena
Penggugat tidak memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Kedua,
Akibat Hukum Putusan Nomor 1/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.Pdg, Mengabulkan
gugatan Penggugat untuk sebagian ,Menghukum Tergugat untuk membayar hak
hak Penggugat sebesar Rp.3.179.572,48 (tiga juta seratus tujuh puluh sembilan
ribu lima ratus tujuh puluh dua rupiah koma empat delapan sen), Memerintahkan
Tergugat untuk memberikan rekomendasi berupa Surat Pengalaman Bekerja
kepada Penggugat, Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya,
Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Negara sebesar
Rp.460.000,00 (empat ratus enam puluh ribu rupiah).
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat Rahmat dan
kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Samsuwir dan Ibunda Desi Onastari tercinta atas kasih sayang yang tulus,
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, oleh karena itu, pada kesempatan ini
Padang.
Universitas Ekasakti.
Universitas Ekasakti.
iii
5. Ibu Yenni Fitria, S.H.,M.H, Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Ekasakti.
7. Ibu Dra. Hj. Yunimar, S.H.,M.H, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas
Hukum.
10. Bapak Suroso, S.E sebagai Kepala Tata Usaha beserta Staf Fakultas
11. Kepada sahabat Rio Elman Julian, Irwan Wahyuda, Rani Ramadhani, Egi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan pengetahuan, waktu serta literatur yang penulis miliki. Oleh karena
itu semua kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
pihak yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini selesai. Semoga Allah
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................60
B. Saran-saran ......................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua, karena tujuan dari pekerja melakukan
dengan yang lain, terutama untuk dapat melengkapi kebutuhan hidup. Dalam
baik itu pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja dengan orang lain.
Majunya suatu Negara diikuti dengan majunya masyarakat yang terdapat dalam
yang berkembang.
1
FX Djumialdji, Perjanjian Kerja, Pustaka belajar, Jakarta, 2005, hlm. 44.
2
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm.23.
1
2
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kerja merupakan input yang terpenting selain bahan baku dan juga modal. Di
beberapa negara, tenaga kerja juga dijadikan aset terpenting karena memberikan
negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, karena negara tersebut
Tenaga kerja juga merupakan sebagai salah satu elemen utama dalam
suatu sistem kerja, sehingga tenaga kerja masih sangat di butuhkan oleh setiap
perusahaan. Salah satu permasalahan yang sedang marak saat ini adalah dampak
krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 masih dapat dirasakan sampai saat ini
dan berimbas kepada tenaga kerja dampak yang terjadi terhadap tenaga kerja
adalah Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan dengan sangat tidak terencana.
keluarganya, karena itu semua pihak yang terlibat dalam hubungan industrial
3
segala upaya harus diusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja
malah diharuskan dengan segala upaya agar jangan sampai terjadi PHK Jika
segala upaya telah dilakukan tetapi PHK tetap tidak terhindarkan maka maksud
Segala upaya yang dimaksudkan dalam Pasal 151 Ayat (1) Undang-
undang Ketenagakerjaan memiliki arti bahwa setiap kegiatan yang positif yang
tindakan terakhir yang dapat dilakukan pengusaha. Bila segala upaya pencegahan
telah gagal, baru pemutusan hubungan kerja boleh dilakukan. Akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia yang dampaknya masih dapat dirasakan sampai
dan diikuti oleh meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak yang
negara dunia ketika memilih berprofesi di sektor apa saja salah satunya adalah
3
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cet. 11, PT. RajaGrafindo,
Jakarta, 2012, hlm. 195.
4
tidak adil terhadap tenaga kerja akan senantiasa membayangi para tenaga kerja.
yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam
Pasal 27 Ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, dan Pasal 33 Ayat
sebagai usaha bersama atas kekeluargaan”. Pelanggaran terhadap hak dasar yang
sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal sebagaimana
sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat
umum hukum perjanjian, juga dikuasai oleh apa yang secara khusus disepakati
oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
yang telah dimulai sewaktu para pihak akan memasuki perjanjian tersebut dengan
4
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2007, hlm. 1
5
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Abadi, Jakarta. 1992.
Hlm.77.
5
Asas kemitraan mengharuskan adanya sikap dari para pihak bahwa yang
mitra yang berjanji, terlebih lagi dalam pembuatan perjanjian kerjasama, asas
untuk waktu tidak tertentu dan juga diadakan untuk jangka waktu tertentu.
Adapun bentuk perjanjian kerja dalam praktik dikenal dua bentuk perjanjian,
yaitu:
yang mengatur hubungan antara orang satu dengan orang lain, dengan
Hak dan Kewajiban dalam hidup bermasyarakat disebut “Hukum Perdata Materil”
dapat disamakan begitu saja dengan konsepsi yang lama tentang penguasaan
manusia atas barang dan sejumlah perubahan lain dalam pengorganisasian dalam
masyarakat.7
karena hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
pengusaha.
hidupnya dan merasakan derita akibat dari PHK itu. Mengingat fakta dilapangan
Angkatan kerja terus bertambah dan kondisi dunia usaha yang selalu fluktuatif,
7
Zaeni Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial, Pustaka Belajar, Jakarta, 2010. hlm.2.
8
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta,2009, hlm.65
7
kerja itu9.
dengan pemutusan hubungan kerja pada intinya dengan alasan yang tidak jelas.
Nomor 1/Pdt.Sus-PHI/2022/PN.Pdg)”
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini sebagai
berikut :
9
Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung. 2014, hlm.175.
8
PHI/2022/PN.Pdg
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoristis
perjanjian.
2. Secara Praktis
Tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak baik penegak
E. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
pengertian dari deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang berfungsi untuk
data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Putusan sidang tentang
2. Metode Pendekatan
Yuridis normatif, disebut juga hukum doktrinal pada jenis ini, seringkali hukum
(Law In Books).
hidup dalam Hubungan kerja atau hukum positif yang tertulis dan berkaitan
3. Sumber Data
a. Data Sekunder
merupakan dokumen tidak resmi. Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder
hanya sebagai penjelas dari bahan hukum primer seperti buku hukum perdata,
tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, data penjelas dari
pendapat orang tertentu tentang isi data sekunder dalam penelitian ini.
a. Data sekunder
yang diperoleh penulis, kemudian akan dihubungkan dengan data data yang secara
sistematis serta menguraikan dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidak teliti, baik,dan cermat, maka putusan hakim yang
Tinggi/Mahkamah Agung.10
pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan
terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat
10
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2004, hlm.140
12
13
a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak
disangkal.
b. Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek
menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.
c. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus
dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat
menarik kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat
dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.
kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil
penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah
merupakan aparat penegak hukum melalui putusannya dapat menjadi tolak ukur
kehakiman yang bebas. Hal ini tegas dicantumkan dalam Pasal 24 terutama dalam
Nomor 48 Tahun 2009, yaitu kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang
11
Ibid,hlm.141
12
Ibid,hlm.142
14
dalam melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah mahkamah
konstitusi.
Kebebasan hakim perlu pula dipaparkan posisi hakim yang tidak memihak
(impartial jugde) Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009. Istilah
13
Ibid,hlm.142
14
Ibid,hlm.95
15
tidak memihak. Hakim dalam memberi suatu keadilan harus menelaah terlebih
yang berlaku. Setelah itu hakim baru dapat menjatuhkan putusan terhadap
peristiwa tersebut. Seorang hakim dianggap tahu akan hukumnya sehingga tidak
kepadanya. Hal ini diatur dalam Pasal 16 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35
Tahun 1999 juncto. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 yaitu pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk
bercermin pada yurisprudensil dan pendapat para ahli hukum terkenal (doktrin).
hukum yang hidup dalam masyarakat, hal ini dijelaskan dalam Pasal 28 Ayat (1)
baiknya. Sebab dengan putusan hakim tersebut pihak- pihak yang bersengketa
mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka
hadapi.15
sebenarnya, serta peraturan hukum yang mengaturnya yang akan diterapkan, baik
hukum yang tidak tertulis16 seperti hukum kebiasaan. Karenanya dalam Undang-
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
nilai-nilai keadilan; kebenaran hakiki; hak asasi manusia; penguasaan hukum atau
15
Moh. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, PT.Rineka Cipta, Jakarta
2004, hlm.124
16
Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka
Kartini, Jakarta:1998, hlm. 83
17
fakta secara mapan, mempuni dan faktual, serta cerminan etika, mentalitas, dan
dengan Putusan Hakim adalah putusan akhir dari suatu pemeriksaan persidangan
di pengadilan dalam suatu perkara. Putusan akhir dalam suatu sengketa yang
mengandung sanksi berupa hukuman terhadap pihak yang dikalahkan dalam suatu
persidangan di pengadilan.18 Sanksi hukuman ini baik dalam hukum acara perdata
hak tanpa pandang bulu, hanya saja bedanya dalam hukum acara perdata
hukumannya berupa pemenuhan prestasi dan atau pemberian ganti rugi kepada
pihak yang telah dirugikan atau dimenangkan dalam persidangan pengadilan suatu
17
Lilik Mulyadi, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana,Indonesia,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm.129
18
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 100.
18
tentang keabsahan anak angkat menurut hukum, putusan ahli waris yang sah,
putusan pemilik atas suatu benda yang sah dan lain sebagainya. 19
4) Putusan Preparatoir
19
Ucuk Agiyanto, Penegakan Hukum Eksploitasi Konsep Keadilan Berdimensi
Ketuhanan,Hukum Ransendental, Universitas Muhammadiyah Ponogoro, Jawa Timur, 2018. hlm.
2.
19
5) Putusan Interlocutoir
ada pada para pihak yang sedang berperkara dan para saksi yang
6) Putusan Insidentil
7) Putusan Provisionil
yang sangat mendesak demi untuk kepentingan salah satu pihak. Misalnya:
persidangan beralangsung.
8) Putusan Contradictoir
Tergugat atau para Tergugat pernah hadir dalam persidangan, tetapi dalam
persidangan selanjutnya tergugat atau para tergugat atau salah satu dari
20
tergugat tidak pernah hadir walaupun telah dipanggil dengan patut. Dan
atau salah satu dari tergugat tidak pernah hadir, sedangkan putusan verstek
adalah putusan diberikan oleh hakim karena tergugat tidak pernah hadir
dipersidangan.
tergugat dalam suatu perkara setelah dipanggil oleh pengadilan dengan patut
tidak pernah hadir dalam persidangan dan tidak menyuruh wakilnya atau
oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
Tahun 1945.20 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar hukum, dipidana
20
Jonaedi Efendi, Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim, PT Prenadamedia
Group, Depok, 2018. hlm. 11.
21
suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (Asas Ius Curia).21
Beberapa tugas dan kewajiban pokok hakim dalam bidang peradilan secara
21
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta, 2006. hlm. 16.
22
Ibid, hlm. 126.
22
Adapun secara konkrit tugas hakim dalam mengadili suatu perkara melalui
a. Molenaar
Hukum ketenagakerjaan adalah bagi hukum yang berlaku yang pada
pokoknya mengatur hubungan antara pekerja dengan majikan antara
pekerja dengan pekerja dan antara pekerja dengan pengusaha.
b. Mole
Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan dengan
keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerja itu.
c. Profesor Iman Soepomo,SH
Hukum ketenagakerjaan adalah himpunan peraturan baik tertulis
maupun himpunan tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian di mana
seorang bekerja pada orang lain dengan orang lain dengan menerima upah.
23
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, PT Rafika Aditama, Bandung, 2007. hlm.
2.
24
CG.Karta Sapoetra dan RG.Widianingsih,Pokok-Pokok Hukum Perburuhan ,
Armico,Bandung, 1982,hlm.2
23
d. Soetikno
Hukum Ketenagakerjaan adalah keseluruhan peraturan-peraturan
hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara
pribadi ditempatkan dibawah perintah atau pimpinan orang lain atau
mengenai keadaan-keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut
dengan hubungan kerja tersebut.
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja. Menurut Undang- Undang ini, tenaga kerja adalah “setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
“Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
25
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2013,
hlm.46
26
Subijanto, Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga Kerja Indonesia , Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan , Jakarta, 2011, hlm.78
24
Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya
mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
27
Sendjun H Manululang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT
Rineka Citra, Jakarta,1998, hlm.03
28
https://elvira.rahayupartners.id/id/know-the-rules/manpower- Diakses pada tanggal 10,
Agustus, 2022, Pukul 20:30 WIB.
29
https://www.bphn.go.id/data/documents/ketenagakerjaan.pdf Diakses pada tanggal
,10,Agustus, 2022, Pukul 20:40 WIB.
25
penghasilan. Oleh sebab itu, istilah pemutusan hubungan kerja bisa menjadi
kerja itu. Mengingat fakta di lapangan bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah
bertambah dan kondisi dunia usaha yang selalu fluktuatif, sangatlah wajar jika
tersebut. 30
hubungan kerja.
30
Abdul Khakim, Loc.Cit.
27
karena harus melepas pekerja/buruh yang selama ini sadar sudah dilatih dengan
mengeluarkan ongkos yang banyak dan sudah mengetahui cara kerja yang
dengan baik apabila kedua belah pihak yang saling membutuhkan tersebut dapat
Perjanjian Kerja Bersama yang menjadi dasar pengusaha dan pekerja/buruh dalam
menjalankan hubungan kerja yang melindungi hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Kesalahan atau pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh salah satu pihak,
hubungan kerja adalah pemutusan hubungan kerja itu sendiri yang mengakibatkan
Pekerja/buruh yang bekerja pada pihak lain dalam hal ini pengusaha berada di
31
Broto Suwiryo, Hukum Ketenagakerjaan, Lakbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm
97
28
hubungan kerja yang terjadi setelah adanya hubungan kerja dan perjanjian kerja
berarti hak pekerja/buruh harus dipenuhi oleh pengusaha sesuai dengan aturan
1371096407900004, dalam hal ini diwakili oleh Sahnan Sahuri Siregar S.H., M.H.
dkk, Kesemuanya adalah Advokat pada Rumah Bantuan Hukum (RBH) Padang,
yang beralamat kantor di Jl. Bandar Purus Nomor 52 Padang, Sematera Barat,
Telp/Fax (0751) 35943. Dalam hal ini bertindak baik sendiri-sendiri maupun
2021 yang telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Klas
Jalan Raya By Pass KM 7 Nomor49, Kota Padang – Sumatera Barat, Telp. (0751)
74955 Fax. (0751) 74454, Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Desember 2021 yang
telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Klas IA pada hari
29
30
B. Duduk Perkara
dilampiri anjuran atau risalah penyelesaian Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
Pengadilan Negeri Padang pada tanggal 13 Januari 2022 dalam Register Nomor
sebagai karyawan tetap (pekerja tetap) dengan masa kerja mulai bulan
Desember 2019 sampai dengan 14 Juni 2021 atau terhitung selama 1 (satu)
ratus delapan puluh empat ribu empat puluh satu rupiah) setiap bulannya;
setiap minggunya, dengan jadwal masuk dari jam 09.00 Wib sampai
dengan jam 17.00 Wib dan Penggugat diwaktu tertentu bekerja lembur;
hubungan kerja sejak tanggal 14 Juni 2021, Penggugat telah dipanggil oleh
31
belum diambil;
2021.
I, SP II, dan SP III, sehingga tidak ada alasan yang sah dari Tergugat
32
Peraturan
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat, Dan
diatas adalah merupakan tindakan tidak sah menurut ketentuan Pasal 164
Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu
(satu) kali ketentuan Pasal 40 Ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja 1
(satu) kali ketentuan Pasal 40 Ayat (3) dan Uang Penggantian Hak sesuai
6), Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Padang telah memanggil
secara Tripartit sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada tanggal 16 Agustus 2021
tercapai kesepakatan;
11. Bahwa terhadap anjuran Mediator pada Dinas Tenaga Kerja dan
tersebut;
tetap (inkraht van gewijde) yang jumlahnya akan ditentukan oleh Majelis
Hakim dalam perkara a quo. Namun jika dihitung sejak Penggugat di PHK
belas juta sembilan ratus empat dua ratus empat puluh enam rupiah),
13. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidup Penggugat berserta dan anak-
sejak tanggal 14 Juni 2021 tidak lagi bekerja karena telah dilakukan PHK
Rp. 14.904.246,- (empat belas juta sembilan ratus empat dua ratus empat
Penggugat dan menghindari timbulnya kerugian yang lebih besar lagi bagi
Tergugat;
Pengadilan Negeri Padang Kelas IA, untuk memanggil kami kedua belah pihak
yang berperkara dalam suatu hari persidangan yang akan ditentukan kemudian,
serta selanjutnya memeriksa dan memutus perkara ini dengan putusan yang dapat
C. Pertimbangan Hakim
karena dalam jawabannya Tergugat hanya membantah pokok perkara saja tanpa
mengajukan eksepsi;
dan teliti jawaban Tergugat sebagaimana diuraikan diatas, ternyata Tergugat sama
dapat diterima;
DALAM PROVISI
setiap bulannya sampai dengan perkara a quo memiliki kekuatan hukum tetap
hubungan industrial sebagai jawaban tuntutan provisionil dan mengenai hak upah
proses bagi pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja, sebagai berikut:
ketentuan Pasal 96 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004
Ayat (1) dapat dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari
tetap wajib membayar upah serta hak-hak lainnya yang biasa diterima
39
pekerja yang sedang dalam proses PHK namum secara nyata tidak membayar
upah serta hak- hak lainnya yang biasa diterima oleh pekerja/buruh; Bahwa
bukti tertulis maupun keterangan saksi saksi tidak ditemukan fakta bahwa
Penggugat tersebut;
kerja, Majelis Hakim berpendapat tidak semua pekerja yang di PHK berhak
atas upah proses tersebut, hal mana pekerja yang berhak menerima upah
proses pemutusan hubungan kerja adalah pekerja yang di PHK namun alasan
tidak terbukti menurut hukum, sehingga apakah pekerja yang di PHK berhak
atau tidaknya atas upah proses dapat ditentukan setelah seluruh proses
pokok perkara;
40
D. Putusan
gugatan antara:
MENGADILI:
DALAM EKSEPSI
DALAM PROVISI
Rp.3.179.572,48 (tiga juta seratus tujuh puluh sembilan ribu lima ratus
tujuh puluh dua rupiah koma empat delapan sen) dengan perincian sebagai
berikut :
7. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Negara sebesar
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Padang Kelas 1A, pada
hari Kamis, tanggal 31 Maret 2022, oleh kami, Yuzaida, S.H.,M.H., sebagai
Hakim Ketua , Eko Pramono, S.H. dan Abdul Rahman Lubis, S.P. masing-masing
Kamis, tanggal 7 April 2022, diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum
oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, Winda
Gustina, S.H., Panitera Pengganti, kuasa Penggugat, tanpa dihadiri oleh kuasa
Tergugat;
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
memutus suatu perkara atau masalah yang terjadi di dalam masyarakat yang di
kenal sebagai Hakim. Tugas hakim sesunguhnya adalah sebuah tugas yang
pergulatan batin serta gejolak dalam jiwanya ketika harus membuat suatu pilihan
yang tidak mudah dalam membuat suatu Putusan dalam perkara yang
diadilinya,dan lebih dari itu semua seorang hakim juga harus meletekan
telinganya pada pendapat dan rasa keadilan yang di harapkan oleh masyarakat.
Pengalaman seorang hakim dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini
43
44
wetboek (BW) disebut juga sekarang ini dengan KUHPerdata yang terdiri dari
undang 1945 (amandemen) masih berlaku hingga saat ini. KUHPerdata berlaku
dan tambahan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1917 – 129. Mereka
kekecualian dan penjelasan seperti termuat dalam Lembaran Negara tahun 1924 –
556. Sementara itu untuk golongan Bangsa Indonesia Asli berlaku hukum adat
yang sejak dahulu telah berlaku di kalangan rakyat, yang sebagian besar masih
belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai segala soal
yang telah kita ketahui pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan
alat bukti dan penerapan ketentuan hukum pada peristiwa yang telah dikemukakan
para pihak atau dengan kata lain yaitu pertimbangan hakim yang diterapkan dalam
kasus ini.
yakni bukti surat-surat yang sah serta dihubungkan dengan keterangan tergugat.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sebuah putusan
Penggugat tersebut adalah karyawan atau pekerja pada perusahaan tergugat yang
telah mengajukan replik pada tanggal 20 September 2021 dan terhadap replik
Penggugat tersebut, Replik dan Duplik mana tidak termuat dalam putusan ini,
bukti, berupa bukti surat P-1A sampai dengan P-5D yang telah dibubuhi meterai
c. Bukti P-1C : foto copy slip gaji bulan Mei 2021, bukti 1A, 1B dan 1C
d. Bukti P-2 : foto copy kartu BPJS atas nama Penggugat, bukti ini pada
f. Bukti P-4 : foto copy Surat Pernyataan, bukti ini pada pokoknya
g. Bukti P-5A : foto copy Surat Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota
Panggilan Mediasi I;
2021;
j. Bukti P-5D : foto copy Anjuran Mediator Hubungan Industrial pada Dinas
Tergugat mengajukan bukti lawan berupa fotocopy bukti-bukti surat yang telah
dibubuhi materai secukupnya yakni bukti T-1 sampai dengan T-6 dan bukti bukti
a. Bukti T-1 : foto copy Akte Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
2021, bukti ini pada pokoknya menerangkan bahwa Rico Kurniadi telah
disahkan di Kemenkumham;
c. Bukti T-3 : foto copy bukti tanda terima gaji karyawan PT. Farrel
Februari 2021;
d. Bukti T-4 : foto copy bukti tanda terima gaji karyawan PT. Farrel
2021;
e. Bukti T-5 : foto copy bukti tanda terima gaji karyawan PT. Farrel
Atharhesa Pratama bulan April 2021, bukti ini pada pokonya menerangkan
f. Bukti T-6 : foto copy bukti tanda terima gaji karyawan PT. Farrel
Atharhesa Pratama bulan Mei 2021, bukti ini pada pokonya menerangkan
dan bahwa tuntutan itu harus terang dan tertentu. Meskipun peristiwa atau
faktanya itu disajikan oleh para pihak, hakim harus tahu pasti akan peristiwa yang
peristiwa yang bersangkutan. Dan kebenaran peristiwa ini hanya dapat diperoleh
dengan pembuktian.
49
yang menuntut hak tersebut, sedang peristiwa yang menghapuskan hak harus
penyelesaian kepada para pihak yang berperkara atau bersengketa. Jadi putusan
hakim sangat diperlukan dalam memberikan penyelesaian akhir yang adil bagi
PHK, Majelis Hakim berpendapat tidak semua pekerja yang di PHK berhak atas
upah proses, karena pekerja yang berhak menerima upah proses pemutusan
hubungan kerja adalah pekerja yang di PHK namun alasan PHK tersebut
menurut hukum, dengan perkataan lain bahwa tuntutan terhadap upah proses telah
kebenarannya oleh Tergugat, maka berdasarkan ketentuan Pasal 283 RBg, adalah
bewijst).
mengajukan bukti berupa bukti P-1A sampai dengan P-5D, serta menghadirkan 2
33
R. Subekti, Op.Cit, hlm. 82.
50
telah mengajukan bukti berupa bukti T-1 sampai dengan T-6, akan tetapi tidak
untuk itu;
diajukan kedua belah pihak di dalam persidangan tidak ada relevansinya dengan
bahwa oleh karena Penggugat mendalilkan lamanya masa kerja Penggugat adalah
1 (satu) tahun 6 (enam) bulan sejak bulan Desember 2019 sampai dengan 14 Juni
2021, namun hal tersebut disangkal oleh Tergugat, maka Majelis Hakim perlu
mempertimbangkan terlebih dahulu bukti bukti yang diajukan para pihak yang
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 identik dengan bukti T-4, bukti
P-2 identik dengan bukti T-5 dan bukti P-3 identik dengan bukti T-6, berupa slip
gaji pada perusahaan PT. Farrel Atharhesa Pratama (i.c Tergugat) untuk dan atas
menerima upah dari Tergugat sebesar Rp.2.484.041,- untuk bulan Maret 2021,
bulan April 2021 dan bulan Mei 2021; Menimbang, bahwa berdasarkan
Putnas Persada sebagai Tenaga Administrasi sejak bulan Desember 2019 sampai
kantor pada gedung yang sama dengan PT.Farrel Atharhesa Pratama, keterangan
mana bersesuaian dengan yang sampaikan saksi Loli Nisrina Putri yang
mengatakan bahwa Penggugat adalah karyawan PT. Harapan Putnas Persada yang
Persada pada bulan September 2020 sampai bulan Nopember 2020, disamping itu
pemilik daripada kedua perusahaan tersebut adalah orang yang sama yakni
saudara Beni, namun saksi tidak dengan jelas mengetahui apakah saudara Beni
perusahaan tersebut;
bulan Februari 2021 Penggugat juga telah menerima upah dari Tergugat, hal mana
menurut kebiasaan upah yang diterima bulan Februari adalah merupakan hasil
Desember 2019 dan pada bulan Januari 2021 di PT. Farrel Atharhesa Pratama
juta empat ratus delapan puluh empat ribu empat puluh satu rupiah) / bulan;
Putnas Persada sampai dengan bulan Desember 2020 dan selanjutnya sejak bulan
Pratama adalah bentuk usaha yang berbadan hukum yakni Perseroan Terbatas
kerja atau peralihan hubungan kerja seorang pekerja dari satu perseroan ke
perseroan yang lain, maka masa kerja pekerja tersebut tidakdapat diakumulasi
meskipun owner atau pemegang saham kedua perusahaan tersebut adalah orang
yang sama, kecuali alasan peralihan hubungan kerja mana disebabkan terjadinya
perubahan status perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 154A Ayat (1) huruf
perkara a quo hanya ditujukan kepada PT.Farrel Atharhesa Pratama dan tidak
lamanya masa kerja antara Penggugat dengan PT.Harapan Putnas Persada (sejak
Desember 2019 sampai dengan bulan Desember 2020) tidak dapat diperhitungkan
untuk menjadi tanggung jawab PT.Farrel Atharhesa Persada (i.c Tergugat) apabila
hubungan kerja selama 6 (enam) bulan, yaitu terhitung sejak bulan Januari 2021
sampai dengan Juni 2021 dan Penggugat menerima upah terakhir sebesar
Rp.2.484.041,00 (dua juta empat ratus delapan puluh empat ribu empat puluh satu
rupiah).
kerja antara para pihak telah diakui Tergugat, dan didukung bukti- bukti surat
dinyatakan dikabulkan;
pemutusan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat tidak sah menurut
Penggugat dengan Tergugat; Bahwa agar putusan a quo tidak menjadi kontradiktif
haruslah dinyatakan sah sejak tanggal 14 Juni 2021 sebagaimana yang telah
Tergugat telah dinyatakan sah, maka petitum tersebut menjadi tidak relevan dan
haruslah dikesampingkan;
berikut:
Indonesia Nomor 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja,
Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, oleh karena masa kerja Penggugat
sebagai berikut:
mengeluarkan surat pengalaman kerja, maka menurut Majelis Hakim adalah wajar
Hakim menyatakan sah dan berharga (van waarde verklaad) sita jaminan yang
sita jaminan dalam perkara a quo maka permohonan ini tidak berdasar dan
melaksanakan putusan ini, menurut Majelis Hakim bahwa setiap putusan perdata
dapat pula disertai suatu dwangsom apabila hal tersebut memang diminta oleh
Penggugat kecuali salah satunya yang ditetapkan dalam Pasal 611 a Ayat 1 (Rv)
Februari 1973 yang menentukan bahwa dwangsom dapat dijatuhkan oleh Hakim
meskipun ada upaya hukum, oleh karena gugatan Penggugat tidak memenuhi
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 191 Ayat (1) RBg jo. SEMA RI
Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta dan Provisionil, Majelis Hakim
dinyatakan dikabulkan dan ada pula yang dinyatakan ditolak maka terhadap
Hubungan Industrial biaya yang timbul dalam perkara a quo dibebankan kepada
PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki dua pertimbangan Yuridis dan Non-Yuridis, Dalam kasus ini Hakim
hak hak Penggugat sebesar Rp.3.179.572,48 (tiga juta seratus tujuh puluh
sembilan ribu lima ratus tujuh puluh dua rupiah koma empat delapan sen),
dan selebihnya, Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada
58
59
B. Saran-saran
dapat berlaku adil seperti halnya dalam memutus perkara ini, disini Hakim
tidak membebankan semua kepada para pihak dan terus mengkaji dan
antara pihak Penggugat dan pihak Tergugat yang berdampak pada Pemutusan
Hubungan Kerja Sepihak diatas, diharapkan tidak ada kasus-kasus yang sama
seperti ini lagi, sebaiknya dengan adanya hubungan kerja para pihak dapat
A. Buku-buku
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Abadi, 1992.
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP,Rineka Cipta, Jakarta, 1996,
Lilik Mulyadi, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana,Indonesia,
Bandung,2010
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2007.
B. Peraturan Perundang-Undangan
D. Website/internet