Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
MUHAMMAD YUSUF
NIM : 11150480000189
v
KATA PENGANTAR
ِ َّللاِ ال هر ْح َم ِن ال هر ِح
يم س ِم ه
ْ ِب
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP DEBITUR PADA LAYANAN PINJAMAN UANG BERBASIS
FINANCIAL TECHNOLOGY”. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkankan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta para keluarga,
sahabat yang telah membawa kita ke luar dari zaman kegelapan menuju zaman
yang beradab saat ini. Semoga kita diberikan syafaat nya pada yaumil akhir kelak.
Aamiin.
Dalam proses penulisan skripsi ini, mungkin tidak akan sempurna dan
tidak dapat dicapai dengan maksimal tanpa adanya bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya sebagai peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi dan
Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hidayatulloh, M.H. Dosen pembimbing skripsi peneliti, saya ucapkan
banyak terima kasih atas kesempatan waktu, arahan, dan kritik, serta saran
yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
sebaik-baiknya
4. Direktorat Pengaturan, Perizinan, Pengawasan Financial Technology (DP3F)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah memberikan kesempatan kepada
vi
peneliti untuk melakukan audiensi dan wawancara, sehingga skripsi ini dapat
di selesaikan dengan baik
5. Pimpinan dan staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. yang telah
memberikan fasilitas dan layanan yang sangat baik, sehingga peneliti dapat
memperoleh referensi untuk melengkapi data studi kepustakaan pada
penulisan skripsi ini.
6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Demikian, peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala
dukungan semua pihak yang membantu dalam proses penelitian skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkhusus peneliti.
Muhammad Yusuf
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. .. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
viii
B. Kerangka Teori..................................................................... 36
1. Teori Perlindungan Hukum ............................................ 36
2. Teori Kepastian Hukum ................................................. 38
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu................................... 39
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan Keuangan ( Yogyakarta :
Gathering Mitra Linkage Bank Syariah Mandiri, 2016), h. 6-7
2
Reynold Wijaya, P2P Lending Sebagai Wujud Baru Inklusi Keuangan, diterima dari:
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/26/060000226/.p2.lendingsebagai-
wujudbaru.inklusi.keuangan diakses pada 19 November 2018
3
bermodalkan foto KTP dan mengisi data pribadi saja, setiap orang dapat
dengan mudah mendapatkan dana secara cepat, namun dari kemudahan
tersebut debitur dapat terjebak dalam jerat bunga pinjaman yang tinggi, hal
ini disebabkan belum adanya aturan mengenai batas atas bunga yang
ditetapkan terhadap layanan ini, serta tindakan penagihan pinjaman yang
dilakukan secara intimidatif yang saat ini menimbulkan keresahan di
masyarakat.
Banyaknya aduan terkait tindakan intimidasi dan teror yang dialami
debitur pada proses penagihan pinjaman oleh perusahaan penyelenggara
Fintech P2PL kini menjadi sorotan publik dan menuai persoalan serius yang
harus segera ditangani. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta maupun
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sudah menerima banyak
pengaduan dari debitur sebagai konsumen jasa keuangan yang menjadi
korban. Dari banyaknya laporan yang masuk didominasi oleh laporan terkait
kasus penagihan secara intimidatif, penyalahgunaan dan penyebaran data
pribadi, hingga mencekiknya tingkat bunga pinjaman.3 Tidak cermatnya
debitur dalam memperhatikan risiko pada saat mengajukan pinjaman seperti
tidak membacanya klausula baku secara seksama, memahami besaran suku
bunga, denda apabila melewati tempo pembayaran maupun mengecek
legalitas izin perusahaan penyelenggara Fintech P2PL menjadi faktor
banyaknya aduan terkait permasalahan layanan berbasis Fintech ini. Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menghimbau masyarakat agar
berhati-hati dalam melakukan pinjaman dari perusahaan Fintech berbasis
aplikasi ini dikarenakan banyaknya aduan debitur terkait cara penagihan
pinjaman yang sering dilakukan adalah dengan cara mengancam, pelecehan
hingga penyalahgunaan data pribadi debitur dengan mengkases kontak dan
menagih lewat orang yang nomornya disimpan di kontak debitur.4
3
Mochammad Januar Rizki, Mari Kenali Mekanisme Penagihan yang terdapat di
Perusahaan Fintech, diterima dari : https://www.hukumonline.com/berita/baca/l-
t5b98fc52d2e40/mari-kenali-mekanisme-penagihan-yang-tepat-di-perusahaan-fintech diakses
pada 19 November 2018
4
Danang Sugianto, YLKI Sebut Banyak Aduan Soal Aplikasi Utang Online, diterima dari :
https://finance.detik.com/moneter/d-4105636/ylki-sebut-banyak-aduan-soal-aplikasi-utang-online
diakses pada 19 November 2018
4
5
Mochammad Januar Rizki, Mari Kenali Mekanisme Penagihan yang terdapat di
Perusahaan Fintech, diterima dari :
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b98fc52d2e40/mari-kenali-mekanisme-penagihan-
yang-tepat-di-perusahaan-fintech/ diakses pada 19 November 2018,
5
bagi para pegawai dan anggota asosiasi, antara lain berupa program sertifikasi
di bidang penagihan pinjaman.6
Semakin berkembangnya layanan Fintech khususnya terkait Peer To
Peer lending (P2PL) atau pinjamanan secara online turut membawa manfaat
terutama kemudahan dalam mendapatkan pinjaman dana secara cepat, guna
turut serta dalam membangun pertumbuhan ekonomi namun disisi lain turut
membawa permasalahan-permasalahan baru yang muncul. Banyaknya aduan
terkait tidakan intimidatif, pelecehan, penyalahgunaan data pribadi debitur
maupun tindak pidana lainnya menjadikan latar belakang peneliti untuk
mengkaji lebih dalam mengenai aspek perlindungan hukum terkait
permasalahan ini dan menuangkannya dalam sebuah penelitian dalam bentuk
skripsi yang berjudul : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
DEBITUR PADA LAYANAN PINJAMAN UANG BERBASIS
FINANCIAL TECHNOLOGY
6
Fintech Lending langgar aturan lakukan persekusi digital, diterima dari
https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=fintech-lending-persekusi-digital diakses pada 20
November 2018
7
2) Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat berguna sebagai dasar pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dibidang hukum bisnis terutama sektor
keuangan berbasis Financial Technology khususnya Peer To Peer
Lending yang hingga saat ini terus berkembang.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum
bagi peneliti khususnya mengenai Fintech yang terus berkembang di
Indonesia, serta diharapkan dapat membantu jika suatu saat di
hadapkan pada kasus serupa dengan permasalahan hukum yang
terkait dengan layanan berbasis Fintech.
D. Metode Penelitian
Penelitian (research) sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan
suatu masalah atau mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi secara
ilmiah, menggunakan cara berpikir reflektif, berpikir keilmuan dengan
prosedur yang sesuai dengan tujuan dan sifat penyelidikan.7
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
normatif. Pendekatan tersebut mengacu kepada norma-norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan
pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.8
Maka pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Perundang-
undangan (statue approach) yakni pendekatan dengan menggunakan
7
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta : Kencana, 2014), h. 24
8
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, cet.2, … h. 105
9
3. Data Penelitian
Data penelitian adalah satuan informasi yang dibutuhkan untuk
menjawab masalah penelitian. Maka oleh karena itu data yang peneliti
gunakan untuk menjawab semua permasalahan yang ada dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
a) Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah
dalam pembuatan perundang-undangan.
9
Soerjono soekanto, Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta : Rajawali Pers, 2006) h. 13
10
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat beberapa sumber data yang
digunakan diantaranya adalah:
a. Data Primer
Dalam hal penelitian ini yang termasuk data primer ialah :
1) Undang-Undang:
a) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas
Jasa keuangan;
b) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik;
2) Peraturan Lain:
a) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77/
POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi;
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat Cet.3, (Jakarta : Rajawali Press, 1990),h.1
11
b. Data Sekunder
Data sekunder antara lain mencakup audiensi dan wawancara
dengan Otoritas Jasa Keuangan selaku regulator pada
penyelenggaraan layanan pinjaman uang berbasis Financial
Technology, dan didukung dokumen resmi, buku-buku, hasil
penelitian yang berwujud laporan,11 atau berupa publikasi tentang
hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.
Data primer diperoleh melalui hasil studi kepustakaan yaitu
pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari
berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan
dalam penelitian dan data sekunder yaitu melakukan wawancara dan
serangkaian kegiatan studi dokumentasi dengan cara membaca dan
mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
c. Data Tersier
Berupa sumber-sumber yang digunakan sebagai pelengkap dari
bahan sekunder dan bahan primer diantaranya, kamus, ensiklopedia
dan sumber-sumber sejenis yang diakses melalui Internet.
7. Pedoman Penelitian
Pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini
berpacu dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.
E. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang masing-
masing bab terdiri dari sub bab guna memperjelas cakupan permasalahan
yang menjadi objek penelitian. Urutan masing-masing bab dijabarkan sebagai
berikut :
13
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan, dan daftar
pustaka.
BAB II TINJAUAN UMUM FINANANCIAL TECHNOLOGY
Pada bab ini, akan diuraikan dua pokok pembahasan yang
mendukung penulisan skripsi ini, diantaranya pembahasan terkait
tinjauan umum tentang Financial Technology dan teori-teori yang
berkaitan dengan pembahasan yang tertuang dalam penelitian ini.
Selanjutnya akan dijelaskan terkait review (tinjauan ulang) studi
terdahulu, agar tidak ada persaman terhadap materi muatan dan
pembahasan dalam skripsi ini dengan apa yang ditulis oleh pihak
lain.
BAB III REGULASI DAN PELAKSANAAN LAYANAN PINJAMAN
UANG BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY DI
INDONESIA
Pada bab ini peneliti akan menguraikan beberapa data yang
berhubungan erat dengan apa yang menjadi titik fokus pembahasan
dalam tulisan ini, yakni penulis akan menjabarkan terkait regulasi
atau aturan terhadap layanan pinjaman uang berbasis Fintech di
Indonesia, selain itu peneliti juga akan memaparkan mengenai
kondisi pelaksanaannya yang saat ini mulai mendapatkan perhatian
dari berbagai pihak.
BAB IV PERLINDUNGAN DAN PENYELESAIAN HUKUM SERTA
TINDAKAN PREVENTIF TERHADAP DEBITUR PADA
LAYANAN PINJAMAN UANG BERBASIS FINANCIAL
TECHNOLOGY
Pada bab ini peneliti akan membahas dan menjawab permasalahan
pada penelitian ini diantaranya menjelaskan serta menganalisis
terkait ketentuan-ketentuan perlindungan hukum, penyelesaian
14
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan
rekomendasi. Kesimpulan merupakan hasil dari penyederhanaan
dari hasil analisis atau jawaban terhadap inti dari masalah
penelitian berdasarkan data yang diperoleh. Rekomendasi
merupakan masukan atau saran yang dijabarkan oleh peneliti.
BAB II
TINJAUAN UMUM FINANCIAL TECHNOLOGY
A. Kerangka Konseptual
Adapun yang menjadi kerangka konseptual peneliti sebagai berikut :
1. Financial Technology (Fintech)
Perkembangan teknologi digital turut serta mengubah pola hidup
masyarakat termasuk dalam hal bertransaksi, kini masyarakat dapat
menikmati layanan jasa keuangan dimana saja dan kapanpun hanya
dalam satu genggaman melalui smartphone, dimana masyarakat dapat
melakukan beragam hal seperti pembayaran, melakukan investasi,
asuransi hingga mengajukan pinjaman uang. Hadirnya produk layanan
jasa keuangan berbasis teknologi ini kini mulai populer dimasyarakat
dengan istilah Financial Technology yang selanjutnya di singkat dengan
istilah Fintech.
a. Pengertian Fintech
Fintech atau singkatan dari Financial Technology dapat
diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi teknologi finansial atau
teknologi keuangan. Secara sederhana, Fintech merupakan wujud
pemanfaatan dari perkembangan teknologi informasi untuk
meningkatkan layanan di industri keuangan. Definisi lainnya dari
Fintech adalah variasi model bisnis dan perkembangan teknologi
yang memiliki potensi untuk meningkatkan industri layanan
keuangan.1
Menurut Stein dan Dhar, definisi dari Fintech merupakan
sebuah inovasi dari sektor finansial yang melibatkan model bisnis
yang terintegrasi dengan teknologi yang dapat memfasilitasi
pengguna tanpa perantara orang lain, mengubah cara perusahaan
yang sudah ada dalam menyediakan produk dan layanan dan sisi lain
1
International Organization of Securities Commissions, IOSCO Research Report On
Financial Technologies (Fintech), 2017. h.4
15
16
b. Perkembangan Fintech
Fintech telah berevolusi dalam 3 (tiga) periode, seperti yang
dapat diilustrasikan melalui tabel berikut:4
Date 1866-1967 1967-2008 2008 - Current
Era Fintech 1.0 Fintech 2.0 Fintech 3.5 Fintech 3.5
Geogra Global/Developed Global/Devel Developed Emerging/Deve
phy oped loping
Key Infrastructur/Comput Traditional/In Mobile/Start-up/New Entrans
Elemen erisation ternet
t
Shift Linkages Digitaliztion 2008 Last mover
Origin Financial advantage
crisis/Smart
phone
2
Dhar, V., Stein, R. M. (2017). FinTech platforms and strategy. Communications of the
ACM, (10), 32-35. diterima dari https://doi.org/10.1145/3132726 di akses pada 6 Maret 2019
3
Edukasi Financial Technology, diterima dari https://www.bi.go.id/id/edukasi-
perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx di akses pada 6
Maret 2019
4
Arner, Professor Doughlas. “Fintech: Evolution And Regulation”. 2017. Presentation,
Diterima dari http://law.unimelb.edu.au/__data/assets/pdf_file/0011/1978256/D-ArnerFintech-
Evolution-MelbourneJune-2016.pdf diakses pada 6 Maret 2019
17
c. Jenis-Jenis Fintech
Berkembangnya teknologi infomasi dan komunikasi turut serta
membawa perkembangan terhadap layanan Fintech, jenis-jenis
Fintech pun semakin beragam dalam menawarkan layanan jasa
keuangan hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang
semakin banyak terhadap layanan keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membedakan jenis Fintech,
yaitu Fintech 2.0 dan Fintech 3.0. Sebenarnya, bank pun juga
menawarkan produk dan layanan Fintech, yaitu jenis layanan
Fintech 2.0. dimana perbedaanya yaitu :6
5
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, (Jakarta : Departemen Perlindungan Konsumen - Otoritas
Jasa Keuangan, 2017) h.9 -10
6
Reynold Wijaya, Fintech dan Bank: Pesaing atau Masa Depan Keuangan, diterima dari
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/fintech/17/12/21/p1aftp408-fintech-dan-bank-
pesaing-atau-masa-depan-keuangan diakses pada 17 Maret 2019
19
3) Market Aggregator
Fintech Market Aggregator memiliki simpanan data
tentang berbagai produk keuangan yang tersedia di pasar. Portal
Market Agregator akan membantu masyarakat untuk
menentukan pilihan pada satu produk keuangan tertentu.
Caranya dengan menyajikan data olahan tentang berbagai aspek
produk keuangan sepeerti harga, fitur, dan manfaat.
Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuat kartu
kredit, maka bisa mengunjungi portal Cekaja, KreditGogo, atau
Cermati, memasukkan data pribadi yang dibutuhkan. Kemudian,
Market Aggregator tersebut akan menampilkan seluruh
penyedia layanan kartu kredit, dan memberikan data aspek
setiap kartu kredit. Dengan begitu, pengguna bisa menimbang
dan memilih produk yang tepat sesuai kebutuhan.
21
d. Manfaat Fintech
Keberadaan Fintech sangat mempengaruhi gaya hidup
masyarakat ekonomi. Perpaduan antara efektivitas dan teknologi
memiliki dampak positif bagi masyarakat pada umumnya.
Terdapat beberapa manfaat adanya Fintech di lingkungan
masyarakat yakni :9
1) Manfaat bagi konsumen
Dampak Fintech turut membawa iklim usaha semakin
ketat, terkhusus perusahaan penyedia jasa keuangan, maupun
perbankan mulai bersaing dalam menawarkan produknya
kepada konsumen. kondisi ini tentu akan menguntungkan bagi
konsumen dalam mendapatkan layanan yang lebih baik, selain
itu konsumen juga akan di untungkan dengan semakin
banyaknya pilihan karena tumbuhnya pemain baru atau Start-
up yang hadir menawarkan produk yang kompetitif, serta
harga yang relatif lebih murah dan terjangkau.
8
Eka Utami, Jenis-Jenis Usaha Fintech Yang Ada Di Indonesia, diterima dari
https://www.qerja.com/journal/view/12876-jenis-jenis-usaha-fintech-yang-ada-di-indonesia-eu01/
diakses pada 13 Maret 2019
9
Ellen Chandra, Definisi Fintech, diterima dari https://www.finansialku.com/definisi-
fintech-adalah/ , diakses pada 20 Maret 2019
22
10
Bank Indonesia, Edukasi Financial Technology, diterima dari
https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-
sp/fintech/Pages/default.aspx diakses pada 21 Maret 2019
23
11
Ratna H., Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending,
(Yogyakarta : Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018) h. 322
24
12
Peer to Peer Lending: Potensi Crowdfunding yang Belum Tersentuh, diterima dari
https://www.investree.id/blog/marketplace-lending/peer-to-peer-lending-potensi-crowdfunding-
yang-belum-tersentuh diakses pada 20 Maret 2019
25
13
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
h. 242
14
Jonker Sihombing, Penjaminan Simpanan Nasabah Perbankan, PT Alumni, Bandung,
2010, h. 58.
15
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
26
16
Ratna H., Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending,
(Yogyakarta : Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018) h. 322
28
17
Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/11/PBI/2001 tentang Perubahan Atas
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan Rekening
Giro Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern
30
18
“Mandiri Virtual Account” diterima dari : https://www.bankmandiri.co.id/virtual-
account diakses pada tanggal 20 Maret 2019
31
Transaksi Perjanjian
19
Ernasari,dkk. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology (
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77/POJK.01/2016), Diponogoro law
Journal Vol.6, 2017
20
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
32
B. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Pengertian perlindungan adalah tempat untuk berlindung, hal
(perbuatan dan sebagainya),25 sedangkan pengertian hukum adalah
keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia
dalam masyarakat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban serta
meliputi berbagai lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya
kaidah sebagai suatu kenyataan dalam hukum.26 Secara sederhana
perlindungan hukum merupakan bentuk aturan atau kaidah yang
bertujuan melindungi atau memberikan perlindungan berupa hukum.
sedangkan Terkait dengan teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli
yang menjelaskan bahasan ini, antara lain yaitu Fitzgerald, Satjipto
Raharjo, Phillipus M Hanjon dan Lily Rasyidi
Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari
Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyrakat karena dalam
suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu
24
Walter Pinem, Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Peer to Peer Lending (P2P
Lending), diterima dari https://koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-peer-lending/ di akses
pada 21 Maret 2019
25
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008) h.841
26
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung : Alumni, 2002, h. 2
37
27
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53
28
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, … h. 54
29
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, … h. 69
30
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung : Remaja
Rusdakarya, 1993), h. 118
38
31
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta : Kencana, 2000), h. 158
39
32
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1999), h. 23
33
Alfhica Rezita Sari, Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam
Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia (Yogyakarta
: Universitas Islam Indonesia, 2018)
40
34
Muilyati, Aspek Perlindungan Hukum Atas Data Pribadi Nasabah Pada
Penyelenggaraan Layanan Internet Banking (Studi Kasus Pada Pt. Bank Syariah Mandiri Cabang
Ulee Kareng), (Banda Aceh : UIN Ar-Raniry, 2017)
35
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011)
41
36
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, (Jakarta : Departemen Perlindungan Konsumen - Otoritas
Jasa Keuangan, 2017)
BAB III
REGULASI DAN PELAKSANAAN PINJAMAN UANG BERBASIS
FINTECH DI INDONESIA
1
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, (Jakarta : Departemen Perlindungan Konsumen - Otoritas
Jasa Keuangan, 2017) h.48
42
43
2
Otoritas Jasa Keuangan, diterima dari https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-
Keuangan.aspx diakses pada 25 Maret 2019
3
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia Grup,
2005),h.221
44
4
Otoritas Jasa Keuangan, diterima dari https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-
Keuangan.aspx diakses pada 25 Maret 2019
45
2) Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi
yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.
3) Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
4) Inklusif
Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan
serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap
industri keuangan.
5) Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan
(Forward looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of
The Box Thinking).
f. Asas OJK
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa
Keuangan berlandaskan asas-asas sebagai berikut:5
1) Asas Independensi, yakni independen dalam pengambilan
keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK,
dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2) Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan;
3) Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta
memajukan kesejahteraan umum;
5
Otoritas Jasa Keuangan, diterima dari https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-
Keuangan.aspx diakses pada 25 Maret 2019
48
6
Otoritas Jasa Keuangan, diterima dari https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-
Keuangan.aspx diakses pada 25 Maret 2019
50
51
7
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.53-54
52
8
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.56
54
9
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan :
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.57
55
10
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.58
56
11
Profil Kominfo, diterima dari https://www.kominfo.go.id/profil diakses pada 1 April
2019
12
Tugas & Fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika, diterima dari
https://kominfo.go.id/tugas-dan-fungsi diakses pada 1 April 2019
57
13
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.62-63
59
meningkat 46.48% dari Triwulan IV 2018 .14 Selain itu, Jumlah perusahaan
penyelenggara kegiatan Fintech P2PL yang berizin atau terdaftar di OJK
juga meningkat, pada data publikasi OJK per Mei 2019 terdapat 113
perusahaan P2PL yang terdaftar.15
Berikut merupakan profil dan perkembangan Fintech P2PL di
Indonesia yang dirilis Direktorat Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan
Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan:16
14
Ikhtisar Data Keuangan Fintech (Peer To Peer Lending) Otoritas Jasa Keuangan Periode
2018-2019, diterima dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/fintech/Pages/Statistik-Fintech-Lending-Periode-Maret-2019.aspx, diakses pada 30 April
2019
15
Data Penyelenggara Fintech (Peer To Peer Lending) terdaftar di OJK per 1 Mei 2019,
diterima dari https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-Fintech-
Terdaftar-di-OJK-per-15-Mei-2019.aspx2019.aspx diakses pada 16 Mei 2019
16
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
60
61
18
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
62
20
Laporan LBH Jakarta Terkait Tindak Pidana Korban Pinjaman Online, diterima dari
https://www.bantuanhukum.or.id/web/laporan-tindak-pidana-korban-pinjol/ diakses pada 3 April
2019
21
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
BAB IV
PERLINDUNGAN DAN PENYELESAIAN HUKUM SERTA TINDAKAN
PREVENTIF TERHADAP DEBITUR PADA LAYANAN PINJAMAN
UANG BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY
1
Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, diterima dari
https://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ diakses pada 4 Juni
2019
2
Hakikat Pentingnya Perlindungan dan Penegakan Hukum, diterima dari
https://www.slideshare.net/Lisastwt/hakikat-pentingnya-perlindungan-dan-penegakkan-hukum
diakses pada 10 Juni 2019
65
66
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Lebih jelas Pasal 6 menyatakan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan
dan pengawasan terhadap : (a) kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
(b) kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan (c) kegiatan jasa
keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Apabila mengacu pada kedua pasal
tersebut, OJK adalah instansi yang melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap tumbuh kembangnya industri Fintech, salah satunya layanan
pinjaman uang berbasis Fintech atau Fintech P2PL yang merupakan bagian
Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) yang diawasi oleh OJK.3
Perlindungan hukum terhadap debitur pada layanan pinjam uang
berbasis Financial Technology atau bisa disebut Fintech P2PL saat ini
menjadi sorotan seiring dengan banyaknya aduan di masyarakat. Pada
dasarnya layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi ini diharapkan
dapat membantu masyarakat dalam mengajukan pinjaman secara mudah,
cepat dan praktis, serta turut membantu perekonomian dengan percepatan
inklusi keuangan berbasis teknologi.
Dalam hal upaya perlindungan konsumen terhadap penyelenggaraan
Fintech P2PL di Indonesia saat ini terdapat peraturan yang mengatur terhadap
penyelenggaraan kegiatan ini, pelaku usaha atau penyelenggara Fintech P2PL
wajib memperhatikan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan pada Peraturan
OJK Nomor 77/POJK.07/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan OJK ini meliputi kelembagaan,
pendaftaran, perizinan, batasan pemberian pinjaman dana, tata kelola
teknologi informasi penyelenggara, batasan kegiatan, manajemen resiko,
laporan serta edukasi perlindungan konsumen.
3
Ernasari,dkk. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology (
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 ), Diponogoro law Journal Vol.6,
2017
67
4
Laporan LBH Jakarta, Tindak Pidana Korban Pinjaman Online, diterima dari
https://www.bantuanhukum.or.id/web/laporan-tindak-pidana-korban-pinjol/ diakses pada 9 Mei
2019
68
pinjaman perlu mencari tahu terlebih dahulu mengenai izin usaha dari
penyelenggara Fintech P2PL yang akan dipilih, apakah legal atau tidak.5
OJK melalui Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi bekerjasama
dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus
melakukan pemantauan terhadap penyelenggara Fintech P2PL dan
melakukan pemblokiran secara berkala terhadap situs dan aplikasi Fintech
P2PL ilegal yang beroperasi, hal ini dalam rangka upaya perlindungan
terhadap konsumen jasa keuangan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), sejak 2018 hingga Maret 2019, sebanyak 803 Fintech P2PL telah
diblokir. Pemblokiran ini dilakukan melalui Kemenkominfo.6
Dari hasil audiensi dan wawancara peneliti bersama Direktorat
Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech (DP3F) Otoritas Jasa
keuangan (OJK) menjelaskan kepada peneliti bahwa OJK sebegai regulator
terus berupaya dan berkomitmen khususnya direktorat DP3F yang menaungi
kegiatan industri keuangan non bank sektor Fintech dalam memberikan
edukasi dan perlindungan konsumen.
Menanggapi permasalahan pada Fintech P2PL yang saat ini ramai
diperbincangkan, OJK telah melakukan penelusuran untuk mengetahui
penyebab dari banyaknya laporan yang merasa menjadi korban terhadap
layanan Fintech P2PL ini, dan hasilnya dari laporan tersebut yang masuk di
OJK adalah debitur yang menggunakan aplikasi pinjaman ilegal atau yang
tidak berizin. Adapun penyebab banyaknya korban Fintech P2PL ilegal
tersebut berawal dari banyak debitur yang tergiur ketika mendapatkan SMS
Spam maupun iklan pada saat browsing internet yang menawarkan pinjaman
online yang menggiurkan, dari hal ini biasanya debitur penasaran melakukan
coba-coba untuk mengajukan pinjaman tetapi tidak memperhartikan syarat
dan ketentuan pinjaman maupun resiko yang akan diterima. Dari hasil coba-
5
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
6
Pemerintah Pastikan Fintech P2P Lending Ilegal Kena Blokir, Diterima dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190509194845-78-393543/pemerintah-pastikan-
fintech-p2p-lending-ilegal-kena-blokir diakses pada 9 Mei 2019
69
7
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
70
8
Jamin Perlindungan Data Pribadi, Kominfo Beri Sanksi Terhadap Penyalahgunaan oleh
Pihak Ketiga diterima dari : https://kominfo.go.id/content/detail/12865/siaran-pers-no-
85hmkominfo042018-tentang-jamin-perlindungan-data-pribadi-kominfo-beri-sanksi-terhadap-
penyalahgunaan-oleh-pihak-ketiga/0/siaran_pers diakses pada 10 Juni 2019
72
seluruh biaya lain maksimum 100% dari nilai prinsipal pinjaman. Contohnya,
bila melakukan pinjaman Rp1 juta, maka maksimum jumlah yang
dikembalikan adalah Rp2 juta. Besar bunga yang telah disepakati anggota
AFPI adalah 0,8% per hari dan batasan sebesar 0,8% ini terdiri dari bunga,
biaya transfer antar bank, biaya verifikasi, denda dan lainnya.10
Biaya pinjaman dan bunga pada Fintech P2PL bila dibandingkan
dengan jenis-jenis pinjaman lainnya memang cenderung lebih tinggi, hal ini
wajar mengingat risiko pada penyelenggaraan Fintech P2PL cukup tinggi.
Perjanjian pada pinjaman Fintech P2PL adalah perjanjian perdata antara
pemberi dan penerima pinjaman. Apabila tidak sepakat dengan besarnya
bunga (biaya pinjaman), sebaiknya tidak melakukan transaksi. Tetapi apabila
sudah sepakat, maka ada kewajiban dari masing-masing pihak.
Selain mengatur dan menyepakati besaran bunga dengan
penyelenggara Fintech P2PL Mulai Februari 2019 lalu, Asosiasi Fintech
Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) juga telah melakukan sertifikasi tenaga
penagihan atau debt collector. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya
pelanggaran-pelanggaran dalam proses penagihan pinjaman pada Fintech
P2PL yang beberapa waktu lalu sempat ramai diadukan masyarakat.
Tidak hanya melakukan sertifikasi kepada tenaga penagih atau debt
collector, AFPI juga akan melakukan pembekalan kepada seluruh stakeholder
pelaku bisnis pinjaman berbasis Fintech P2PL, mulai dari jajaran direksi,
komisaris, pemegang saham, serta pihak lain yang terlibat.11
OJK saat ini melakukan pengawasan terhadap Penyelenggara Fintech
P2PL melalui 3 (tiga) metode, yaitu:12
10
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
11
Mutia Fauzia, Hindari Pelanggaran, Penagih Utang Pinjaman Online Akan Disertifikasi
diterima dari : https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/04/164716126/hindari-pelanggaran-
penagih-utang-pinjaman-online-akan-disertifikasi diakses pada 9 Juni 2019
12
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
76
Ayat (1)
Penyelenggara wajib menggunakan istilah, frasa, dan/atau
kalimat yang sederhana dalam bahasa Indonesia yang mudah
dibaca dan dimengerti oleh Pengguna dalam setiap Dokumen
Elektronik.
Ayat (2)
Bahasa Indonesia dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) dapat disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan.
Penjelasan
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “mudah dibaca dan dimengerti”
meliputi penggunaan huruf, tulisan, simbol, diagram, tanda,
istilah, frasa, kalimat dan/atau simbol, diagram yang dapat
memberikan kemudahan, kejelasan, dan pemahaman bagi
Pengguna.
Kewajiban penggunaan istilah, frasa, dan/atau kalimat yang
sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah dibaca dan
dimengerti dilakukan atas dokumen yang:
a. memuat hak dan kewajiban Pengguna;
b. dapat digunakan Pengguna untuk mengambil keputusan; dan
c. memuat persyaratan dan dapat mengikat Pengguna secara
hukum.
Ayat (2)
14
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.66-68
82
15
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.72-73
16
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.73-74
83
17
Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan:
Perlindungan Konsumen Pada Fintech, ... h.75
18
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2006), h 221.
84
19
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2006), h. 5
85
20
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1999), h. 23
86
21
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta : Kencana, 2000), h. 158
22
Data Audiensi dan Wawancara Bersama Direktorat Pengaturan, Perizinan dan
Pengawasan Financial Techonolgy (DP3F) Otoritas Jasa keuangan
87
23
Diterima dari https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190219155915-37-
56416/terganggu-fintech-ilegal-bos-ojk-lapor-polisi diakses pada 10 Juni 2019
24
Revitalisasi pelaksanaan tugas Satgas Waspada Investasi, diterma dari
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Download/375, diakses pada 11 Juni 2019
25
Artikel Genk157 Edisi 1/2019, Pinjam Online Itu Mudah, Tapi Harus Teliti dan Bijak,
Kajian Perlindungan Konsumen OJK, 2019
89
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti kaji
pada setiap sub bab pembahasan, maka dalam hal ini peneliti memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam hal upaya Perlindungan Hukum terhadap debitur pada layanan
pinjaman uang berbasis Financial Technology atau Fintech P2PL
terdapat peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tehadap
penyelenggaraan kegiatan ini, pelaku usaha atau penyelenggara Fintech
P2PL wajib memperhatikan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan pada
Peraturan OJK Nomor 77/POJK.07/2016 Tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Dalam peraturan ini
meliputi; kelembagaan; pendaftaran; perizinan; batasan pemberian
pinjaman dan;, tata kelola teknologi informasi penyelenggara; batasan
kegiatan; manajemen risiko; laporan, serta edukasi perlindungan
konsumen. Menurut ketentuan Pasal 29 POJK 77/2016 Penyelenggara
wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan Pengguna yaitu:
a. Transparansi;
b. Perlakuan yang adil;
c. Keandalan;
d. Kerahasiaan dan keamanan data dan;
e. Penyelesaian sengketa Pengguna secara sederhana, cepat, dan biaya
terjangkau. Selain itu wajib juga memperhatikan ketentuan Peraturan
perundang-undangan lainnya seperti Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, POJK Perlindungan Konsumen dan POJK Layanan
Pengaduan Konsumen.
91
92
B. Rekomendasi
Kompleksnya permasalahan pada penyelenggaraan pinjaman uang
berbasis Financial Technology atau Fintech P2PL dikarenakan masih
barunya layanan ini hadir di masyarakat serta belum adanya aturan yang kuat
dan komprehensif dalam mengatur penyelenggaraan kegiatan ini, serta
kurangnya edukasi di masyarakat dalam memanfaatkan dan menggunakan
93
BUKU
94
95
JURNAL
INTERNET
Data Penyelenggara Fintech (Peer To Peer Lending) terdaftar di OJK per 1 Mei
2019, diterima dari : https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-Fintech-Terdaftar-di-OJK-per-15-
Mei-2019.aspx2019.aspx. diakses pada 16/5/2019
Ikhtisar Data Keuangan Fintech (Peer To Peer Lending) Otoritas Jasa Keuangan
Periode 2018-2019. diterima dari :
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/fintech/Pages/Statistik-Fintech-Lending-Periode-Maret-2019.aspx.
diakses pada 30/4/2019
Laporan LBH Jakarta Terkait Tindak Pidana Korban Pinjaman Online. diterima
dari : https://www.bantuanhukum.or.id/web/laporan-tindak-pidana-korban-
pinjol/. diakses pada 3/4/2019
97
Pemerintah Pastikan Fintech P2P Lending Ilegal Kena Blokir, Diterima dari :
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190509194845-78-
393543/pemerintah-pastikan-fintech-p2p-lending-ilegal-kena-blokir.
diakses pada 9/5/2019
Pinem, Walter. Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Peer to Peer Lending
(P2P Lending). diterima dari : https://koinworks.com/blog/ketahui-
tentang-peer-peer-lending/. diakses pada 21/3/2019
Sugianto, Danang. YLKI Sebut Banyak Aduan Soal Aplikasi Utang Online.
diterima dari : https://finance.detik.com/moneter/d-4105636/ylki-sebut-
banyak-aduan-soal-aplikasi-utang-online. diakses pada 19/11/ 2018
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LAMPIRAN
100
101
102
ini diatur oleh POJK Nomor 12 tahun 2018 Tentang Perbankan Digital jadi
kurang lebih peraturan tersebut memuat tentang layanan jasa keuangan berbasis
teknologi informasi
Jenis selanjutnya adalah capital market yakni layanan sekuritas pasar
modal atau saham yang berbasis internet hal ini sebenarnya sudah sangat lama di
implementasi karena dengan menggunakan layanan berbasis internet atau digital
akan memudahkan dalam melakukan trading saham atau kegiatan lainnya dipasar
modal
Selanjutntya ada insurrance technology termasuk layanan Fintech yang
bergerak dibidang asuransi dimana layanan kegiatan dari penyedia jasa asusansi di
lakukan secara teknologi termasuk dari pemasaran maupun hal lainnya termasuk
klaim dan lainnya dan di indonesia terdapat marketplace yang memuat banyak
penyedia jasa asuransi seperti pasarpolis.com
Fintech Peer To Peer Lending
1. Dari segi model Fintech P2PL hanya mempertemukan saja secara perdata
(melakukan perjanjian antara lender dengan borrower) dimana dalam hal
ini lender setelah melakukan registrasi akan mendapatkan form untuk
melakukan pemilihan akan meminjamkan dana kepada siapa yang
tentunya dengan beberpa pertimbangan resiko. Sehingga setelah
melakukan pemberian pinjaman si lender tidak bisa mengambil uangnya
104
kapan saja, harus sesuai dengan tenor waktu dan di tentukan, beda dengan
bank dimana kita bisa menyimpan uang dan mengambil kapanpun
2. Bank dijamin oleh LPS karena bank merupakan lembaga simpanan
sedangkan Fintech P2PL tidak, namun retun dari Fintech P2PL lebih
tinggi karena resikonya juga lebih tinggi
3. Dalam POJK 77 Finteh disebut sebagai lembaga jasa keuangan lainnya,
berbeda dengan perbankan yang merupakan lembaga jasa keuangan yang
diatur oleh undaang-undang Fintech P2PL saat ini baru diatur oleh
Peraturan OJK saja
Tahun 2018 Fintech P2PL menjadi ramai dan booming karena terdapat
banyak pemberitaan mengenai permasalahan bocornya data debitur maupun
ancaman dan intimidasi padasaat penagihan pinjaman hingga bunga yang tinggi
hal ini atau kasus ini yang di amati dan selidiki OJK adalah kasus kasus dari
debitur yang menggunakan aplikasi pinjaman Fintech P2PL yang Ilegal yang
tidak terdaftar di OJK
Cara sistem kerja dari Fintech P2PL yang ilegal memang bianya
melakukan kegiatannya dengan menawarkan pinjaman melalui blast sms atau
adsense yang menarik sehingga banyak yang tergiur untuk mendapatkan dana
secara cepat, mereka memberikan suku bunga yang sangat tinggi sebenarnya hal
ini menjadikan si Fintech P2PL ilegal ini walaupun dana pinjaman macet dari 20-
30 persen mereka masih tetep akan untung, dan dia biasanya menyamarkan
identitasnya
Sebenarnya peran OJK dalam hal menerima pengaduan Fintech P2PL
yang terdaftar tentu OJK akan melayaninya dan apabila ditemukan hal hal yang
melanggar ketentuan dan etik akan OJK tindak dan berikan sanksi, pengaduan
pengaduan terkait Fintech P2PL bisa disampaikan melalui
1. Pintu Edukasi dan Perlindungan Konsumen kita mempunyai EPK melalui
call center OJK di 157
105
Lampiran Tanya-Jawab
Atas akses dan perolehan data tersebut, data pribadi digital yang diperoleh
Fintech P2PL ilegal banyak disalahgunakan, umumnya dalam banyak kasus
penagihan dimana data pribadi Pengguna digunakan untuk (i) menyebarkan atau
menviralkan berbagai informasi negatif Pengguna kepada seluruh daftar kontak
yang ada di handphone Pengguna dan/atau (ii) melakukan penagihan kepada
seluruh pihak yang ada dalam daftar kontak tersebut.
Berkenaan dengan hal trsebut, dalam menanggulangi Fintech ilegal, OJK
telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) dan Satgas Waspada Investasi (SWI).
Hingga pertengahan Maret
B. Pertanyaan Kategori PenyelenggaraTentang Layanan Pinjaman Uang
Berbasis Fintech atau Fintech P2PL
1. Bagaimana untuk menjadi Penyelenggara dan apa saja syarat-
syarat menjadi Penyelenggara?
Persyaratan untuk menjadi Penyelenggara sebenarnya ada di POJK
77/2016, dan untuk memudahkan Perusahaan dalam menyiapkan
dokumen-dokumen persyaratan administrasi, kami telah menyediakan
checklist dokumen yang harus dipenuhi dalam mengajukan
permohonan pendaftaran dan perizinan bagi penyelenggara LPMUBTI
dan dapat diakses pada website OJK.
111
a. peringatan tertulis;
b. denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha; dan
d. pencabutan izin.
8. Apakah OJK mengatur besarnya bunga atau biaya pinjaman?
OJK tidak mengatur besaran bunga dan biaya pinjaman. Biaya
pinjaman diatur oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia
(AFPI). Jumlah total biaya pinjaman tidak melebihi suku bunga flat
0,8% per hari. Juga adanya ketentuan bahwa jumlah total biaya, biaya
keterlabatan, dan seluruh biaya lain maksimum 100% dari nilai
prinsipal pinjaman. Ketentuan ini wajib diiukuti oleh seluruh
penyelenggara yang terdaftar/berizin di OJK. Apabila ada yang
melanggar, maka AFPI dapat memberikan sanksi kepada anggotanya
yang akan dipertimbangkan OJK
dalam pengawasan, termasuk pemberian sanksi kepada penyelenggara
Fintech Lending.
9. Apa asosiasi Penyelenggara Fintech P2PL yang ditunjuk oleh
OJK?
OJK menunjuk Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia
(AFPI) sebagai asosiasi Fintech peer To Peer Lending di Indonesia.
Penunjukan dilakukan melalui surat S-5/D.05/2019 tanggal 17 Januari
2019. Pada tanggal 8 Maret 2019 dilakukan persemian AFPI oleh
OJK.
10. Berapa batas maksimum pemberian pinjaman oleh Fintech P2PL
kepada setiap Peminjam?
OJK mengatur batasan maksimum pinjaman kepada setiap Penerima
pinjaman, yakni sebesar Rp. 2 Milyar (Pasal 6 POJK 77/2016).
11. Apa saja kegitan usaha yang dapat dilakukan oleh penyelenggara
Fintech P2PL ?
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan penyelenggara terbatas pada :
115
Selain itu para pihak harus memiliki akses atau menerima salinan atas
kedua perjanjian tersebut.
15. Apakah Penyelenggara harus memiliki Pusat Data dan Pusat
Pemulihan Data?
Sesuai dengan Pasal 25 POJK 77/2016, Penyelenggara wajib
menggunakan pusat data dan pusat pemulihan bencana dan wajib
ditempatkan di Indonesia.
16. Bagaimana ketentuan mengenai perlindungan Pengguna?
Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 POJK 77/2016, Penyelenggara
wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan Pengguna yaitu:
a. transparansi;
b. perlakuan yang adil;
c. keandalan;
d. kerahasiaan dan keamanan data; dan
e. penyelesaian sengketa Pengguna secara sederhana, cepat, dan
biaya terjangkau.
20. Apakah ada sanksi bagi saya apabila melanggar Peraturan OJK
77/2016?
Sesuai dengan ketentuan dalam POJK 77/2016, atas pelanggaran
kewajiban dan larangan, OJK berwenang mengenakan sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha; dan
d. pencabutan izin
C. Pertanyaan Kategori Konsumen Tentang Layanan Pinjaman Uang
Berbasis Fintech atau Fintech P2PL
1. Siapa pengguna Fintech P2PL
Penggunanya adalah pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Bisa
individu atau badan hukum yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan oleh Penyelenggara Fintech P2P Lending sebagaimana
ketentuan yang berlaku.
2. Apa keuntungan meminjam melalui Fintech P2PL?
Fintech P2PL dapat memberikan penyaluran pendanaan yang cepat,
(sebagian besar) tanpa agunan, dan syarat/proses lebih mudah karena
dapat dilakukan secara remote dengan menggunakan smartphone.
3. Amankah meminjam melalui Fintech P2PL
Debitur atau penerima pinjaman harus senantiasa membaca syarat dan
ketentuan perjanjian yang disepakati. Penerima pinjaman hendaknya
mengajukan pinjaman pada Fintech P2PL yang terdaftar atau berizin
di OJK dan telah melalui proses pemeriksaan SOP keamanan
pengguna sesuai standar yang diberlakukan oleh OJK.
4. Apa yang harus diperhatikan debitur sebelum mengajukan
pinjaman ?
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah apakah Penyelenggara
Fintech P2PL tersebut telah terdaftar/berizin di OJK, ajukan pinjaman
hanya pada penyelenggara yang telah terdaftar/berizin di OJK.
Penerima pinjaman juga harus memperhatikan syarat dan ketentuan
120