Skripsi
Oleh :
PANJI RYSTHO RAMADHAN
NIM: 11150480000065
i
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
الرِح ِيم
َّ الر ْْح ِن ِ بِس ِم
َّ هللا ْ
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas
berkat dan rahmat Nya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implikasi Doktrin
Kepentingan yang Sewajarnya pada media streaming online YouTube.com”.
Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang ini .
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, berbagai hambatan, rintangan, ujian,
dan tantangan telah dilewati peneliti selama proses penyelesaian studi. Peneliti
banyak mendapatkan bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum Dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Umar Al-Haddad, M.Ag. dan Asrori S. Karni, S.Ag., M.H. pembimbing
skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti
mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini. Karena, Tanpa
bantuannya dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti, maka
skripsi ini tidak akan dapat dilanjutkan untuk diteliti oleh peneliti.
vi
5. Narasumber khususnya Deo Nathaniel selaku Youtube Partner Operations
Manager yang telah membantu dalam memberikan informasi yang memadai
untuk peneliti guna menyelesaikan skripsi ini.
6. Pihak-Pihak yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam pembuatan skripsi ini.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ............................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
D. Metode Penelitian .......................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................... 14
BAB II: KEPENTINGAN YANG SEWAJARNYA ...................................... 16
A. Kerangka Konseptual .................................................................... 16
1. Hak Kekayaan Intelektual ........................................................ 16
2. Pengertian Hak Cipta serta Fungsinya .................................... 16
3. Pengertian Kepentingan yang Sewajarnya / Fair use ............. 18
4. Perbedaan Plagiarisme dan Doktrin Kepentingan yang
Sewajarnya ............................................................................... 19
5. Perkembangan Kepentingan yang Sewajarnya / Fair use ...... 20
6. Kepentingan yang Sewajarnya di Amerika dan Indonesia ..... 21
B. Kerangka Teoritis .......................................................................... 24
1. Teori Tujuan Hukum................................................................ 24
a. Teori Keadilan Hukum ..................................................... 26
b. Teori Kepastian Hukum .................................................... 27
c. Teori Kemanfaatan Hukum................................................ 30
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 32
viii
BAB III: KEPENTINGAN YANG SEWAJARNYA MENURUT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KONVENSI
INTERNASIONAL, DAN YOUTUBE DI INDONESIA ............. 35
A. Kepentingan Sewajarnya di Indonesia ......................................... 35
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta ..... 35
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 ................................... 36
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 ................................. 37
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 ................................. 39
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 ................................. 42
B. Kepentingan Sewajarnya Menurut Konvensi Internasional ......... 43
1. Konvensi Berne ........................................................................ 43
a. Pembatasan-Pembatasan dalam Konvensi Berne .............. 43
b. Pengecualian-Pengecualian dalam Konvensi Berne .......... 43
2. Konvensi Rome ........................................................................ 46
3. TRIPs Agreement ..................................................................... 47
C. Kepentingan Sewajarnya menurut YouTube ............................... 48
BAB IV: BATASAN KEPENTINGAN YANG SEWAJARNYA PADA
YOUTUBE.COM ............................................................................. 51
A. Makna Kepentingan yang Sewajarnya Menurut Youtube di
Indonesia ...................................................................................... 51
B. Penyelesaian Sengketa Kepentingan yang Sewajarnya ................ 57
BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 66
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Rekomendasi ................................................................................. 67
Daftar Pustaka ................................................................................................. 68
Lampiran .......................................................................................................... 72
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, (Bandung: Alumni, 2008), h. 158
1
2
2
Mastur, Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dibidang Paten, (Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum QISTI Vol. 6 No. 1 Januari 2012), h. 65
3
3
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, (Yogyakarta : PT. Pustaka Yustisia,
2010), h. 49
4
Isnaini, Yusran, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 2
4
5
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, ( Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada,
2001), h. 10
6
Edwita Ristyan, “perlindungan hukum hak terkait terhadap karya siaran skysports yang
dipublikasikan melalui situs internet”, (Jurnal Hukum volume 1 nomor 1 2017), h. 4
7
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi Kedua, Cetakan ke-3, (Bandung: Alumni, 2005),
h. 114-115
5
8
Martine Courant Rife, “The fair use doctrine: History, application, and implications for
(new media) writing teachers,” Jurnal internasional Vol.24 No.2 2007, h. 164
6
3. Perumusan Masalah
Dari apa yang sudah dijelaskan dan dipaparkan oleh peneliti, jelas
bahwa semakin majunya zaman maka semakin mudahnya seseorang
dalam membajak karya orang lain dan di YouTube sendiri belum
memiliki batasan terhadap makna ‘’sewajarnya’’ pada doktrin
kepentingan yang sewajarnya yang kerap terjadi di Youtube. Masalah
utama yang jadi fokus pembahasan adalah batasan kepentingan yang
sewajarnya di Youtube.com. Dari apa yang sudah diuraikan mengenai
masalah utama yang ingin diteliti, Peneliti menyusun rincian
permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
8
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum normatif dan
tipe penelitian hukum empiris. Adapun pengertian penelitian hukum
normatif dan penelitian empiris adalah mengkaji pelaksanaan atau
implementasi ketentuan hukum positif (perUndang–Undangan) dan
kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.9
a. Pendekatan perundang-undangan
4) KUH Perdata
b. Studi kasus
9
Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), h. 53
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 93
10
c. Pendekatan konseptual
3. Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan untuk menunjang keakuratan
penelitian hukum ini adalah data hukum sekunder yang mencakuo
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. dan bahan hukum
tersier. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara
studi kepustakaan, hal itu dilakukan untuk mendapatkan landasan
teoritis berupa pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau
pihak yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik
dalam bentuk ketentuan formal maupun data-data dalam naskah resmi
yang ada. Selanjutnya peneliti akan melakukan kunjungan dan
wawancara terhadap pihak Youtube demi mendapatkan kejelasan
mengenai batasan kepentingan yang sewajarnya pada Youtube
Indonesia.
4. Sumber Penelitian
4) WTO
11
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 2007), h. 52
12
6. Subjek Penelitian
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 248
13
Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998), h. 97
14
9. Teknik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian skripsi ini disusun dan dibagi kedalam lima bab.
Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub-bab agar lebih konkret dalam
pembahasannya. Adapun urutan dan pokok pembahasan masing-masing
bab, sebagai berikut:
BAB III : Pada bab ini peneliti akan melakukan kajian terkait
kepentingan yang sewajarnya di Indonesia menurut Undang-
Undang Hak Cipta, Konvensi Internasional, dan menurut
Youtube.com.
15
A. Kerangka konseptual
1. Hak kekayaan intelektual
1
Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah,Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h.20-21
2
Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, Hak kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2004), h. 31
16
17
cipta melindungi karya sastra (literary works) dan kaya seni (artistic
work) dengan segala bentuk perkembangannya di dunia ini.3 Pemilik
hak cipta akan dilindungi hak-haknya oleh Undang-Undang dan
Negara serta dapat memonopoli ciptaannya untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atas ciptaannya selama tidak melanggar peraturan
yang berlaku di Negara Indonesia.
Pendapat ahli bernama Volmar pun berpendapat bahwa
penggunaan wewenang yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang- undang sudah pasti tidak memperoleh
perlindungan hukum.4 Seperti yang jelas diuraikan pada pasal 1 butir 1
Undang-Undang hak cipta bahwa hak cipta merupakan hak ekslusif
sang pencipta dan tidak dapat digunakan oleh orang lain kecuali
seizing pemilik hak cipta tersebut. Hak cipta itu otomatis timbul
dimulai dari ciptaan tersebut lahir.5
Pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
dijelaskan bahwa ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian
yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Jadi dapat dtarik kesimpulan
bahwa sesuatu dianggap ciptaan bila bersifat otentik dan memiliki
unsur intelektual didalamnya serta memiliki perbedaan dan keunikan
tersendiri dan yang pasti adalah ciptaan itu milik pribadi sendiri. Jika
merujuk dari Undang-Undang hak cipta Amerika serikat tahun 1976
maka tidak diatur dengan jelas bagaimana pengertian ciptaan itu
sendiri, namun perlindungan atas hak cipta memiliki unsur-unsur
ciptaan yang meliputi:
3
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan
World Trade Organization/WTO-TRIPs Agreement, (Bogor: Graha Indonesia, 2010), h. 21
4
Vollmar, HFA, terjemahan I.S. Adiwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata, (I),
(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 9
5
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 63
18
6
Paul Goldstein, Copyright, Volume I, (Canada: Little, Brown , & Company,1989), h. 61
19
seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai
karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
Menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, Plagiator
dapat terjerat pidana apabila pencipta asli melaporkannya karena
merupakan delik aduan menurut pasal 120 Undang-Undang Hak Cipta
yang memenuhi syarat seperti merugikan hak ekonomi dari pencipta
dengan pidana paling lama 4 (empat) Tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000.00,- (Satu Milyar Rupiah). Namun
sejauh ini belum ada kasus plagiarisme yang masuk dalam tuntutan
pengadilan.
Apabila dibandingkan dengan doktrin kepentingan yang
sewajarnya, maka plagiarisme sangat berbeda. Doktrin kepentingan
yang sewajarnya ini membolehkan seseorang menggunakan sebagian
karya milik orang lain dengan syarat mencantumkan sumber asli serta
tidak melanggar hak menikmati ekonomi dari pencipta asli dan sudah
mendapat persetujuan dari pencipta yang asli sebagaimana telah diatur
dalam pasal 43 sampai 49 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta. Namun, apabila pencantuman sumber merupakan
bagian substansial yang merupakan ciri khas dari pencipta asli, maka
ada kemungkinan akan terancam pelanggaran hak cipta apabila
pencipta asli merasa kepentingannya dirugikan.
8
Henry Soelistyo, “Plagiarisme: pelanggaran hak cipta dan etika”, (Yogyakarta: PT.
Kanisius, 2011), h.98
21
9
Robert Kasunic, “Fair use and the educator’s rights to photocopy copyrighted material
from classroom use”, The Journal of College and University Law, Vo. 19 No. 3 1993
10
Henry Soelistyo, “Plagiarisme: pelanggaran hak cipta dan etika”, (Yogyakarta: PT.
Kanisius, 2011), h.98
22
and (4) the effect of the use upon the potential market for or value
of the copyrighted work." (Tanpa mengesampingkan ketentuan dalam
bagian 106 dan 106A, kepentingan yang sewajarnya dari suatu ciptaan,
termasuk penggunaan dengan reproduksi dalam salinan atau media
rekaman suara atau alat lain yang dispesifikasi oleh bagian tersebut,
untuk tujuan seperti kritik, komentar, laporan berita, pengajaran
(termasuk beberapa salinan untuk penggunaan dalam kelas), keilmuan,
atau penelitian, bukanlah suatu pelanggaran dari hak cipta
B. Kerangka Teoritis
12
Setiyono, Terciptanya Rasa Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan dalam Kehidupan
Masyarakat, Jurnal Ilmiah FENOMENA, Volume XIV, Nomor 2 , November 2016, h. 1574
13
Manullang E.fernando M, menggapai hukum berkeadilan, (Jakarta: buku kompas,
2007), h.57
14
Aristoteles, Nicomachean Ethics, translated by W.D. Ross, http://bocc.ubi.pt/
pag/Aristoteles-nicomachaen.html. (Diakses pada 6 mei 2019)
27
15
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 115-116
16
Aristoteles, Nicomachean Ethics, translated by W.D. Ross, http://bocc.ubi.pt/
pag/Aristoteles-nicomachaen.html. (Diakses pada 6 mei 2019)
17
Cst Kansil, Kamus istilah Hukum, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), h. 385
28
18
Cst Kansil, Kamus Istilah Hukum…. h. 270
19
Memahami Kepastian dalam Hukum (http//ngobrolinhukum.wordpress.com diakses
pada tanggal 06-05-2019 pukul : 17:00 WIB)
29
20
L.j Van Apeldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir, (Bandung: PT.REVIKA Aditama, 2006), h. 82
21
L.j Van Apeldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir…. h. 84
30
22
L.j Van Apeldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir…. h. 85
31
23
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=20&cad=rja&u
act= 8&ve (diakses pada tanggal 06-05-2019 pada pukul : 18 : 00 wib )
32
24
Amiruddin & Zainuddin, Pengantar Metode penelitian hukum, (Jakarta: Raja grafindo
persada, 2004), h. 24
25
Adella Farah Fadhilah, Skripsi: “Penegakan Hukum Atas Pelanggaran Hak Cipta
Terhadap Vcd/Dvd Bajakan”, (Jakarta: UIN Jakarta, 2018)
33
26
Riviantha Putra, Skripsi: “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu dan Musik di
Media Internet ”, (Jakarta: UIN Jakarta, 2014)
27
Kurnialif Triono, Skripsi: “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Terhadap
Pemberian Lisensi Karya Cipta Lagu“, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015)
28
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010)
29
Retno Sari Widowati, Penerapan Prinsip Fair Use Dalam Hak Cipta Terkait Dengan
Kebijakan Perbanyakan Buku Di Perpustakaan Perguruan Tinggi (Studi Perbandingan Hukum
Berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Di Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Dan Australia),
Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, Volume I, Nomor I , Agustus 2015
34
Pada jurnal ini membahas soal bagaimana doktrin fair use mengatur
dalam undang-undang di Indonesia dan Australia namun dalam jurnal
ini tidak disebutkan bagaimana batasan dalam doktrin tersebut, serta
bagaimana sebuah doktrin kepentingan yang sewajarnya ini memberi
batasan bagi subjek yang ingin menggunakan karya tersebut dengan
mengutip sebagian lalu digunakan untuk kepentingan komersial.
BAB III
KEPENTINGAN SEWAJARNYA MENURUT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN, KONVENSI INTERNASIONAL, DAN
YOUTUBE DI INDONESIA
1
Suyud Margono, “Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
h. 53.
2
Sudjana, “Implikasi Doktrin “Fair Use” Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan1
Oleh Dosen Atau Peneliti Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta”, (Jurnal Hukum VEJ Vol. 4 nomor 2
tahun 2018), h. 497
35
36
4
Gatot Supramono, “Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya”, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 5
38
5
Soedjono Dirdjosisworo, “Kontrak Bisnis”, (Bandung: Universitas Katolik Parahyangan,
2003), h. 3
40
6
Sudjana, “Implikasi Doktrin “Fair Use” Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan1
Oleh Dosen Atau Peneliti Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta”, (Jurnal Hukum VEJ Vol. 4 nomor 2
tahun 2018), h. 503
7
Sudjana, “Implikasi Doktrin “Fair Use” Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan1
Oleh Dosen Atau Peneliti Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta”… h. 506
43
Hal ini diatur dalam Pasal 10bis Ayat (2): bahwa dalam
konvensi ini memberikan syarat dimana dengan tujuan
pelaporan kejadian-kejadian terkini melalui sarana fotografi,
sinematografi, penyiaran atau mengumumkan kepada publik
melalui kabel,dapat tidaknya karya-karya cipta sastra atau
seni yang dilihat atau didengar selama kejadian tersebut
direproduksi dan di buat untuk umum.
5. Kuliah, ceramah dan karya cipta sejenis
Hal ini diatur dalam Pasal 2bis Ayat (2): memungkinkan
negara-negara anggota peserta konvensi untuk mengatur
kondisi di mana jenis-jenis karya cipta secara lisan
disampaikan dapat digunakan untuk tujuan pelaporan
diperbolehkan untuk reproduksi oleh penerbitan, penyiar dan
dipublikasikan kepada masyarakat.
6. Penyiaran dan hak-hak yang terkait
Pasal 11bis mengatur tentang hak penyiaran dan komunikasi
umum, namun Pasal 11bis Ayat (2) memberikan
pengecualian dalam Ayat 1 Pencipta dari karya cipta sastra
dan seni memiliki hak eksklusif dalam hal:
a. penyiaran dari karya ciptanya atau mengumumkan
kepada masyarakat dengan nirkabel, suara atau
gambar;
b. setiap pengumuman kepada masyarakat dengan
kabel atau dengan penyiaran ulang dari penyiaran
karya cipta tersebut.
c. Pengumuman kepada masyarakat dengan pengeras
suara atau dengan alat transmisi yang sejenis, suara
atau gambar dan penyiaran karya cipta tersebut.
Dalam hal untuk menentukan hak–hak yang dimiliki
dalam ayat (1) dijelaskan bahwa selama tidak dalam
keadaan yang merugikan hak moral dari pencipta
46
cipta dan hal itu dikatakan sebagai tindakan eksploitasi atas suatu
karya cipta.
c. Selama tidak secara tidak wajar merugikan kepentingan
pengarang/pencipta.
Tidak diatur secara lebih rinci lagi terkait batasan penggunaan
ciptaan pihak lain untuk direproduksi, namun para negara anggota
telah bersepakat bahwa diperbolehkan untuk dilakukan reproduksi
atas suatu karya dengan tidak melanggar kepentingan yang wajar
dari pencipta. Kepentingan yang wajar dalam hal ini dikaitkan
dengan hak ekonomi, artinya, jika dalam mereproduksi suatu karya
itu ada unsur materi di dalamnya, maka pihak yang mereproduksi
wajib meminta 76 izin terlebih dulu kepada penciptanya sebagai
pemegang hak eksklusif atas suatu karya cipta.
9
https://www.youtube.com/intl/id/yt/about/copyright/fair-use/#yt-copyright-
protection diakses pada tanggal 27 mei 2019
50
51
52
pencipta dan penyanyi asli tersebut mendapatkan royalti dari cover lagu
tersebut. Namun, untuk video bertema lain selain cover lagu tidak bisa dengan
sistem bagi royalti. Namun apabila penyanyi tidak senang lagunya
dinyanyikan kembali melalui youtube dengan alasan apapun itu, maka
youtube dapat menindaklanjuti dengan menghapus atau mendemonetisasi
video yang sudah tersiar pada kanal Youtube.
Youtube dapat mengetahui apabila video seseorang menggunakan karya
yang merugikan pencipta aslinya adalah dengan teknologi bernilai milyaran
dollar milik youtube yang bernama klaim Content ID. Klaim ini dikeluarkan
oleh perusahaan yang memiliki hak atas musik, film, acara TV, video game,
atau materi lainnya yang dilindungi hak cipta. Pemilik konten dapat
menetapkan Content ID untuk memblokir materi dari YouTube saat klaim
dibuat. Mereka juga dapat mengizinkan agar video tetap ditayangkan di
YouTube dengan iklan. Pada situasi tersebut, pendapatan iklan akan diberikan
kepada pemilik hak cipta atas konten yang diklaim. Content id ini bekerja
dengan mencocokkan video yang beredar di youtube lengkap dengan suara
dan visualnya lalu mencocokkan dengan database yang dimiliki oleh youtube
untuk mengetahui apakah terdapat kecocokan dengan karya dari pemilik
aslinya dan mengkonfirmasi bahwa apakah sudah mendapatkan izin dari
pencipta aslinya. Selama proses itu, youtube akan menghentikan monetisasi
dari video yang berisi konten milik seseorang yang tidak memiliki izin dengan
pencipta aslinya. Terkadang ada pencipta yang tidak masalah video atau
lagunya digunakan oleh orang lain untuk kepentingan komersil selama
mencantumkan pencipta aslinya.
Dalam sebagian besar kasus, mendapatkan klaim Content ID tidak akan
berdampak buruk pada channel YouTube Kreator. Sederhananya, klaim
tersebut dapat diartikan seperti ini, "Halo, kami menemukan sejumlah konten
milik orang lain dalam video Anda." Keputusan ada di tangan pemilik hak
cipta, apakah ia akan mengizinkan orang lain untuk menggunakan kembali
materi orisinal miliknya atau tidak. Dari pernyataan ini sudah mulai dapat
disimpulkan bahwa batasan dari kepentingan yang sewajarnya tergantung
53
pemilik asli Hak Cipta. Dalam banyak kasus, pemilik hak cipta akan
mengizinkan penggunaan kontennya dalam video YouTube. Sebagai gantinya,
ia akan memasang iklan pada video tersebut. Iklan ini dapat diputar sebelum
atau saat video diputar (jika video tersebut berdurasi lebih dari 10 menit).
Namun apabila pemilik Hak Cipta idak ingin materinya digunakan kembali
oleh orang lain, ia dapat memilih tindakan berikut:1
1. Memblokir video: Terkadang, pemilik hak cipta dapat memblokir
video Anda sehingga orang lain tidak bisa menontonnya. Pemilik
hak cipta dapat memblokir video Anda di seluruh dunia atau hanya
di sejumlah negara.
2. Memblokir platform tertentu: Terkadang, pemilik hak cipta dapat
membatasi tampilan kontennya pada sejumlah aplikasi atau situs.
Pembatasan ini tidak akan memengaruhi ketersediaan video Anda
di YouTube.com.
Apabila content id tidak menemukan kesalahan dalam suatu video, pemilik
asli dari karya yang tidak terdeteksi oleh content id ini dapat melaporkan
langsung ke pihak youtube apabila karyanya digunakan oleh orang lain dan
youtube akan menindak lanjuti dengan memproses laporan tersebut dengan
menginvestigasi secara internal lalu apabila ditemukan dan memang benar
dengan laporan yang ada maka youtube akan menurunkan video tersebut atau
memberi penghasilan uang dari video tersebut kepada pencipta aslinya.
Namun youtube memberikan ekslusifitas pada mitra-mitra besar Youtube
seperti TV atau label musik, sehingga mereka dapat secara otomatis
mengklaim atau menurunkan video yang telah tayang jika diketahui terdapat
konten milik TV atau label music tersebut di dalamnya tanpa izin terlebih
dahulu.
Apabila seorang kreator ingin menolak klaim content ID, maka kreator
dari video tersebut dapat menolaknya dan pemilik hak cipta memiliki waktu
30 hari untuk meresponnya. Namun sebelum mengajukan penolakan klaim,
1
https://support.google.com/youtube/answer/6013276?hl=id (Diakses pada Tanggal 10
Juli 2019 Pukul 19:00WIB)
54
pastikan kreator video memahami cara kerja penggunaan yang sewajarnya dan
domain publik sebelum memutuskan untuk menolak klaim atas dasar salah
satu alasan tersebut. YouTube tidak dapat membantu menentukan apakah
kreator sebaiknya menolak suatu klaim atau tidak. Kreator dapat meminta
saran dari konsultan hukum jika tidak yakin apa yang harus dilakukan.
Penolakan hanya ditujukan untuk kasus saat kreator memiliki semua hak yang
diperlukan atas konten dalam video. Penyalahgunaan yang berulang dan
berniat jahat atas proses penolakan dapat membuat video atau channel kreator
dikenai hukuman.
Karena maraknya kasus tersebut maka banyak pembuat konten yang
merasa bahwa youtube kurang adil karena tidak memiliki batas acuan dari
kepentingan sewajarnya dengan jelas, melainkan hanya mengikuti penciptanya
itu sendiri. Karena contoh seperti kasus Pewdiepie yang merupakan youtuber
nomor satu di dunia, dia menyanyikan sebuah lagu berjudul “despacito” yang
hanya 1 bait dan tidak memiliki makna penjiplakan itu dikenakan dengan
sanksi berupa pencabutan monetisasi dari video tersebut karena pihak label
Sony melayangkan Copyright Strike lalu ditindak begitu saja oleh pihak
Youtube. Oleh karena itu para pembuat konten ingin mengetahui seberapa
batasan dari kepentingan yang sewajarnya yang di anut oleh Youtube agar
mereka tidak perlu menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk
biaya penyelesaian perkara melalui Pengadilan. Contoh lainnya adalah
Youtube seringkali keliru dalam menindaklanjuti video seseorang melalui
laporan dari pihak tidak bertanggung jawab yang bukan merupakan pencipta
asli. Disini seharusnya Youtube menganut asas kehati-hatian dikarenakan
banyak pihak yang dirugikan karena konten videonya dihapus oleh pihak yang
bukan merupakan pencipta aslinya.
Mengenai batasan dari kepentingan yang sewajarnya ini masih kurang
jelas karena di laman Youtube.com tidak dijelaskan secara spesifik, hanya
sebatas tergantung kepada pencipta aslinya karena Youtube akan mengikuti
peraturan yang ada di Indonesia. Namun, menurut hasil wawancara peneliti
dengan pihak youtube yang diwakili oleh saudara Deo Nathaniel selaku
55
2
https://support.google.com/youtube/answer/2807684?hl=id
58
3
Bambang Pratama, Fair Use VS. Penggunaan yang Wajar Dalam Hak Cipta,
http://BusinessLaw.Binus.ac.id/2015/01/31/Fair-Use-VS-Penggunaan-yang-Wajar-Dalam-Hak-
Cipta/, (diakses pada tanggal 13 september 2019)
59
4
Sudikno Mertokusomo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Cahaya
Atma Pusaka, 2014), h. 49
5
Nurul Qamar, Percikan pemikiran tentang hukum (Makassar: Pustaka Refleksi, 2011), h.
43-44
6
Shidarta, mencari jarum ‘kaidah’ di tumpukan jerami ‘Yurisprudensi’, Jurnal yudisial,
Volume 5, Nomor 3, Desember 2012, h. 337
62
pada pencarian dasar preseden atas kasus-kasus yang tengah ditangani. Dalam
hal tidak ditemukan alasan mendasar yang kuat (ratio decidendi) untuk
menyimpang dari preseden, hakim-hakim tesebut akan tetap bertahan
menjustifikasi preseden itu dan memasukkan putusan mereka sendiri ke dalam
rangkaian pembenaran atas preseden tersebut. Dalam hal ini, tingkat
prediktabilitas atau kepastian hukum akan terjaga.7
Hal yang sedikit berbeda terjadi dalam tradisi civil law. Di sini tingkat
prediktabilitas putusan hakim tidak dibangun melalui rangkaian preseden,
melainkan bersandar pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
diformulasikan secara abstrak (in abstracto). Hakim-hakim benalar dengan
menerapkan silogisme yang memposisikan premis mayornya secara konsisten,
berangkat dari pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan. Ada asumsi
bahwa dengan menggunakan basis premis mayor yang sama, kepastian hukum
akan lebih terjaga daripada menggunakan putusan hakim. Pemikiran seperti
ini sesungguhnya tidak selalu benar.
Kasus antara dua youtuber besar Amerika yang terjadi pada tahun 2016,
yaitu Ethan Klein dari H3H3 Production melawan Matt Hoss yang berakhir ke
pengadilan di Amerika Serikat. Awal mula terjadinya perkara ini yaitu Ethan
Klein membuat sebuah video kritik terhadap video milik Mat Hoss mengenai
parkour, tidak terima dengan kritikan tersebut, Matt Hoss melayangan claim
terhadap video tersebut karena dianggap telah melanggar hak cipta melalui
Youtube. Tidak lama setelah laporan tersebut, Youtube langsung menghapus
video milik Ethan tanpa alasan yang jelas semata-mata hanya ‘video tersebut
mengandung ciptaan milik orang lain’ karena Ethan tidak menerima claim
yang diajukan tersebut, Ethan coba menghubungi pihak Yourube di Amerika
Serikat untuk meminta kejelasan mengenai permasalahannya ini. Selain
menghubungi pihak Youtube, Ethan juga coba menghubungi Matt Hoss secara
personal namun tidak menghasilkan apapun. Setelah perkara tesebut masuk ke
pengadilan, Ethan menghabiskan kurang lebih $100.000 dollar Amerika untuk
7
Shidarta, mencari jarum ‘kaidah’ di tumpukan jerami ‘Yurisprudensi’, Jurnal yudisial,
Volume 5, Nomor 3, Desember 2012, h. 337-338
63
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian hasil penelitian skripsi yang sudah dijelaskan secara
terperinci dalam bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Batasan Kepentingan yang Sewajarnya menurut Youtube.com
Dari penelitian skripsi yang telah diruaikan dan dijelaskan secara
terperinci di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa Kebijakan Youtube
mengenai Hak Cipta, khususnya doktrin Kepentingan yang Sewajarnya,
Youtube memberikan batasan dari pencipta asli untuk melaporkan apabila
terdapat video yang tidak memenuhi hak ekonomi dalam ciptaannya
tersebut. Tidak perduli apabila sebenarnya video tersebut merupakan video
kritik atau komentator yang sebenarnya termaksud dalam kepentingan yang
sewajarnya sebagaimana di halaman website Youtube disebutkan
“Penggunaan yang diperkenankan merupakan doktrin hukum yang
menyatakan bahwa Anda dapat menggunakan kembali materi yang
dilindungi hak cipta di dalam situasi tertentu tanpa memerlukan izin dari
pemilik hak cipta.” Maka sangat penting untuk Youtube dalam menegakan
doktrin kepentingan yang sewajarnya ini agar dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya perkara yang harus masuk pengadilan.
66
67
B. Rekomendasi
Dengan pembahasan dan kesimpulan yang peneliti teliti pada skripsi di atas,
maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Memasukan muatan yang mengatur batasan kepentingan yang sewajarnya
terhadap segala aturan perubahannya berdasarkan konvensi internasional
kedalam Undang-Undang Hak Cipta;
2. Merevisi Kepentingan yang sewajarnya pada Pasal 44 dan 46 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan menambahkan
ketentutan batasan terhadap doktrin tersebut;
3. Memberi batasan yang pasti terhadap kata “sewajarnya” dalam doktrin
kepentingan yang sewajarnya yang dimulai dari pasal 43 sampai dengan
49 sehingga ancaman untuk terjerat pidana pada pasal 113 Undang-
Undang Hak Cipta akan ikut menurun;
4. Youtube sebagai badan hukum resmi di Indonesia memberikan batasan
yang jelas serta tahapan penyelesaian melalui jalur litigasi ataupun non-
litigasi mengenai kepentingan yang sewajarnya;
5. Youtube mengikuti aturan hukum yang ada di Indonesia apabila ada
perkara Hak Kekayaan Intelektual terhadap rekan atau Youtubernya
dengan membantu sebaik mungkin dan tidak memutuskan sepihak untuk
menghapus video yang dilaporkan oleh pihak yang mengaku sebagai
pencipta.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
Apeldoorn, L.j Van, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir,
Bandung: PT.REVIKA Aditama, 2006.
Damian, Eddy, Hukum Hak Cipta, Edisi Kedua, Cetakan ke-3, Bandung: Alumni,
2005.
Goldstein, Paul, Copyright, Volume I, Canada: Little, Brown , & Company, 1989.
Hariyani, Iswi, Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, Yogyakarta : PT. Pustaka
Yustisia, 2010.
HFA, Vollmar, terjemahan I.S. Adiwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata, (I),
Jakarta: Rajawali Pers, 2010
68
69
Margono, Suyud, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Riswandi, Budi Agus, Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta di Era Digital,
Yogyakarta: PT.Citra adiya Bakti, 2017.
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
Soelistyo, Henry, Plagiarisme: pelanggaran hak cipta dan etika, Yogyakarta: PT.
Kanisius, 2011.
70
Soemitro. Roni Hanitjo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1998.
Supramono, Gatot, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis Lisensi, Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada, 2001.
Yusran, Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009.
JURNAL
Kasunic, Robert, Fair use and the educator’s rights to photocopy copyrighted
material from classroom use, Jurnal internasional Vol. 19 No. 3 1993
Rife, Martine Courant, The fair use doctrine: History, application, and
implications for (new media) writing teachers, Jurnal internasional Vol.24
No.2 2007.
Ristyan, Edwita. Perlindungan hukum hak terkait terhadap karya siaran skysports
yang dipublikasikan melalui situs internet, Jurnal Hukum vol. 1 nomor 1
2017.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
WEBSITE
https://support.google.com/youtube/answer/2807684?hl=id
https://support.google.com/youtube/answer/6013276?hl=id
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=20&cad=
rja&uact= 8&ve (Diakses pada tanggal 06-05-2019 pada pukul : 18 : 00
WIB)
https://www.youtube.com/intl/id/yt/about/copyright/fair-use/#yt-copyright-
protection diakses pada tanggal 27 mei 2019
https://www.youtube.com/intl/id/yt/about/copyright/fair-use/#yt-copyright-
protection diakses pada tanggal 27 mei 2019
P: Peneliti
N: Narasumber
P: Halo kak Deo, sebelumnya terima kasih karena sudah mau di wawancarai untuk
menjadi narasumber skripsi saya. Sebelumnya kalau boleh saya minta kak deo
perkenalkan diri dulu ya dan posisinya sebagai apa di Youtube Asia Pasific.
N: Halo iya Panji sama-sama yaa. Perkenalkan nama saya Deo Nathaniel dan saat
ini posisi saya di YouTube adalah sebagai Youtube Partner Operation Manager
di YouTube Asia Pasific Singapur. Tapi kami menghandle juga untuk Youtube
yang di Indonesia.
P: Oke, makasih kak deo.. jadi langsung ke intinya aja nih, skripsis saya kan
membahas mengenai doktrin kepentingan yang sewajarnya nih dan kebetulan
Youtube juga menganut doktrin tersebut, Cuma tidak memberikan batasan
secara eskplisitnya.. boleh ngga di sharing batasannya dari kepentingan yang
sewajarnya di YouTube Indonesia itu apa?
N: Hmm boleh.. sebenernya semua itu jawabannya ada di website YouTube yaa,
jadi sebenernya kita tuh mengikuti hukum yang ada di Indonesia, dan kebetulan
untuk batasannya sendiri sampai saat ini pihak YouTube itu bertindak sebagai
platform aja jadi tidak melakukan enforcement langsung, sehingga laporan yang
masuk dari pencipta sendiri yang mengisi form klaim hak cipta di website
youtubenya lalu diajukan ke pihak YouTube. Apabila dirasa memang melakukan
kesalahan maka video yang diklaim tersebut akan kita turunkan dan hapus. Tapi
sebelum klaim, pencipta juga harus mengetahui apakah video tersebut termasuk
dalam kepentingan yang sewajarnya atau nggak. Nah kalau kepentingan yang
sewajarnya ini juga ada di website kita dan dikatakan yang termasuk kepentingan
yang sewajarnya ini itu kaya video berbau kritik atau react gitu loh.
P: baiklah, jadi untuk batasannya sendiri dari pencipta itu sendiri ya? Lalu kalau
seperti lagu yang dicover atau lagu yang ada dalam video react itu gimana?
N: untuk permasalahan cover lagu, biasanya dari perusahaan label dan pengcover
tersebut sudah ada perjanjian bagi royalti sehingga aman-aman aja untuk tetap
ada di YouTube, tapi untuk materi lain selain lagu maka tidak bisa seperti ini.
Maka dari itu YouTube punya sistem sendiri bernama Content ID yang bisa
langsung tau apabila terdapat konten yang dirasa melanggar hak cipta. Tapi
apabila klaim kita salah, maka pemilik video bisa melakukan keberatan dengan
mengisi form yang sudah disediakan juga di website.
72
73
P: okedeh kak, nah kalau ada kasus yang bisa masuk pengadilan itu nanti posisi
YouTube di situ menjadi apa?
N: Apabila masuk pengadilan, maka YouTube hanya sebagai pihak penyedia jasa
saja dan dapat memberikan keterangan apabila memang dirasa dibutuhkan di
pengadilan, sampai saat ini belum ada kasus yang masuk sih di pengadilan
Indonesia terkait permasalahan ini. Tapi kalau di luar negeri biasanya ada
pencipta yang menggugat youtuber sehingga masuk ke pengadilan, seperti
kasusnya H3H3 tuh kalau kamu tau. Nah itu sudah sampai masuk pengadilan
dan Youtube hanya sebagai pihak yang memberikan keterangan saja karena
semua aturan sudah kita masukkan ke website kita, namun kembali ke pencipta
aslinya.
P: ohh gitu, okedeh kak kalau begitu, mungkin cukup dari saya untuk wawancara
hari ini, berarti saya tangkep sih youtube hanya sebagai platform yang nggak
melakukan enforcement ya jadi bersifat pasif dan menunggu laporan dari
pencipta aja, tapi pencipta juga harus tau apakah video yang dilaporkan itu
memenuhi kepentingan yang sewajarnya atau enggak. Terus kalau pemilik video
tidak terima dengan klaim yang dituduhkan ke dia, dia bisa lapor keberatan ya
dengan mengajukan klaim juga.
N: Benar sekali..
P: ok deh mungkin cukup dari saya dan terima kasih ya kak karena sudah mau
meluangkan waktunya untuk saya wawancarai..
N: Iya sama sama Panji..