(Studi Pada Kantor Notaris – PPAT Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H.
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
PRAMONO JATI
NIM : 191010200589
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN
(Studi Pada Kantor Notaris – PPAT Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H.
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
PRAMONO JATI
NIM : 191010200589
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
i
DAFTAR ISI
F. Orisinalitas Penelitian...................................................................... 16
A. Perpajakan Di Indonesia................................................................... 19
2. Fungsi Pajak.......................................................................... 22
3. Pengelompokan Pajak........................................................... 22
9. Pajak Daerah......................................................................... 30
ii
B. Tinjauan Umum Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)........................................................................ 31
UUPA............................................................................................... 42
Kewenangannya................................................................................ 49
Akta Tanah............................................................................ 53
iii
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 56
A. Jenis Penelitian................................................................................ 56
B. Spesifikasi Penelitian....................................................................... 57
D. Lokasi Penelitian.............................................................................. 58
BAB V PENUTUP...................................................................................... 82
A. Kesimpulan....................................................................................... 82
B. Saran................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 85
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1................................................................................................... 24
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1................................................................................................. 5
Gambar 1.2................................................................................................. 6
Gambar 1.3.................................................................................................. 7
Gambar 4.1.................................................................................................. 65
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Agraria menegaskan bahwa seluruh bumi, air, dan ruang angkasa termasuk
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini selaras dengan Falsafah yang
dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
Tugas negara dengan hak yang dimilikinya tersebut di atas pada prinsipnya
Untuk itu negara tampil ke depan dan turut campur tangan, bergerak aktif dalam
negara tersebut, negara mencari pembiayaan antara lain dengan cara menarik
pajak. Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus
1
2
akan lumpuh terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,
masyarakat bentuk manfaat yang bisa dinikmati oleh warga negara adalah
umum seperti: jalan, jembatan, pelabuhan dan segala sesuatu yang berkaitan
dan cara pembayaran pajak. Dengan demikian diharapkan beban pajak akan
semakin adil dan wajar sehingga di satu pihak mendorong wajib pajak
pihak menutup lubang-lubang yang selama ini masih terbuka bagi mereka yang
barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian benda ialah segala sesuatu yang
dapat di HAKI atau dijadikan objek hak milik”2. Benda cakupannya sangat luas,
oleh karena itu di samping istilah benda (Zaak), di dalamnya terdapat istilah
1
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak. PT. Eresco. Bandung, 1992, hlm. 23-
24.
2
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang memberi Kenikmatan,
cet. 3, (Jakarta : Ind-Hil-Co, 2005), hlm. 32.
3
barang (Goed) dan hak (Recht). Hukum benda (Zakenrecht) adalah hukum
tentang benda, yaitu kumpulan segala macam aturan hukum tentang benda.
Sistem yang dianut oleh hukum benda adalah tertutup, artinya seseorang tidak
dapat mengadakan hak-hak kebendaan yang baru selain yang diatur dalam Buku
II KUHPerdata. Berikut adalah benda yang dapat dibedakan atas dasar, yaitu
sebagai berikut:
3. Benda dapat dipakai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505
KUHPerdata).
4. Benda yang sudah ada dan benda yang akan ada (Pasal 1334 KUHPerdata).
5. Benda dalam perdagangan dan diluar perdagangan (Pasal 537, 1444 dan Pasal
1445 KUHPerdata).
6. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUHPerdata).
Fidusia).
8. Benda atas nama dan tidak atas nama (Pasal 613 KUHPerdata IS UUPA dan
Hak Kebendaan adalah suatu hak absolut, artinya hak yang melekat pada
suatu benda, memberikan kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat
3
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum Keluarga,
(Bandung:Nuansa Aulia, 2005), hlm. 4-5.
4
Frieda Husni Hasbullah, Op Cit, hlm. 52-53.
4
Transaksi jual beli tanah dan bangunan merupakan suatu aktivitas yang
dalam jumlah yang relatif besar bagi negara. Karena jual beli merupakan suatu
akan tersedianya tanah dan atau bangunan. Sedangkan tanah dan atau bangunan
Maka sudah sewajarnya jika orang pribadi atau badan hukum yang
mendapatkan nilai ekonomis serta manfaat dari tanah dan atau bangunan karena
adanya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan dikenakan pajak oleh
negara. Pajak yang dimaksud adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau
ini pelaksanaan aspek perpajakan dalam jual beli tanah atau bangunan perlu
Negara. Selain itu terdapat beberapa pihak yang terkait dalam pelaksanaannya,
seperti: masyarakat, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) selaku Pejabat Umum
yang berwenang untuk membuat Akta Peralihan Hak Tanah, dan Kantor
pajak.
5
Budi Ispriyarso, Aspek Perpajakan dalam Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
karena Adanya Transaksi Jual Beli, Masalah-masalah Hukum. Volume 34, No. 4 Oktober-Desember
2005, hlm. 227.
5
Gambar 1.1
Target dan Realisasi Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kota DKI Jakarta Bulan Januari –Desember Tahun 2014-2015
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mengalami penurunan, hal ini
terlihat dari tingkat presentase penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan Pada Tahun 2014 tingkat presentase terhadap Pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berada pada posisi 70,20%, akan tetapi
berbeda dengan Tahun 2015. Pada Tahun 2015 tingkat presentasi terhadap Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan mengalami penurunan menjadi
61,42% dan terlihat realisasi penerimaanya pun tidak sesuai dengan target yang
ditentukan.
6
Gambar 1.2
Target dan Realisasi Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kota DKI Jakarta Bulan Januari –Desember Tahun 2019
Pada tahun 2019 terkumpul pajak daerah sebesar 40,20 Triliun Rupiah,
meningkat 7% dari tahun lalu, mayoritas dari Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar
rakyat untuk negara dan menjadi salah satu pendapatan negara dan daerah yang
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung,
pribadi. Pemasukan DKI Jakarta dari pajak sejumlah Rp 40,20 Triliun atau
pada bulan September yakni Rp 6,57 Triliun dan terendah pada bulan Februari
yakni Rp 2,03 Triliun. Tren naik bermulai dari bulan Juni dan puncaknya pada
bulan September.
7
Gambar 1.3
Realisasi Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kota DKI Jakarta
Tahun 2019
Sumber pendapatan pajak terbesar berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan
Kendaraan Bermotor (PKB) Rp 8,84 Triliun (naik 3%), Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) Rp 5,72 Triliun (kenaikan terbesar 21%), Bea
3,60 Triliun, Pajak Hotel Rp 1,75 Triliun, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor Rp 1,26 Triliun, dan terendah dari Pajak Air Tanah Rp 124 Miliar
(naik 17%). Satu-satunya pajak yang mengalami penurunan dibanding tahun lalu
adalah Pajak Rokok (turun 4%). PPAT memiliki peranan yang signifikan dalam
pemungutan BPHTB karena terkait dengan transaksi jual beli tanah yaitu PPAT
8
akan menandatangani akta otentik setelah BPHTB tersebut dibayar lunas oleh
Wajib Pajak. Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya dapat menandatangani akta
pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan
para pihak untuk melakukan pembayaran pajak-pajak terhutang. Hal ini juga
pengalihan atas hak atas tanah dan/bangunan yang terjadi di lapangan adalah
dilakukan oleh PPAT dalam menghadapi kendala yang ada di lapangan adalah
dilakukannya transaksi pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan sehingga
para pihak yang awam sekalipun dapat mengetahui adanya kewajiban membayar
S.H., Sp.N., M.H. yang beralamat di Jalan Guru Mughni No. 20 Gatot Subroto,
RT. 002/ RW. 005, Kel. Kuningan Timur. Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta
Jakarta Selatan).
B. Rumusan Masalah.
diajukan oleh penulis melalui rumusan masalah adalah, yaitu sebagai berikut:
dalam pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di Wilayah
Jakarta Selatan?
C. Tujuan Masalah.
M.H. dalam pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di
strategi yang dilakukan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
D. Manfaat Penelitian.
1. Secara Teoritis.
2. Secara Praktis.
a. Bagi Masyarakat.
yang terkait dalam perpajakan transaksi jual beli tanah atau bangunan.
c. Bagi Perpustakaan.
d. Bagi Penulis.
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan pada Badan Pengelola Pajak
dan Retribusi daerah Kota Jakarta Pusat dan untuk mendapatkan gelar
E. Kerangka Teori.
teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem), yang menjadi bahan
Pertumbuhan penerimaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dengan target yang telah ditetapkan, karena jika semakin besar realisasi yang dapat
daerah dan sebaliknya jika realisasi tidak mencapai target maka dapat di indikasikan
Peraturan Daerah (PERDA), sumber pendapatan daerah dari Pajak Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut dapat dipungut sesuai dengan ketetapan
6
Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta. Salemba Empat, 2011, hlm. 84.
12
pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Namun kondisi yang terjadi di
Kota Jakarta tidak sesuai dengan yang diharapkan. Peranan PPAT dalam transaksi
jual beli tanah merupakan suatu bagian penting ditinjau dari aspek perpajakan
BPHTB. Kerangka teori adalah penentuan tujuan dan arah penelitian dalam
umum7. Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya
yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut8. Teori Hierarki atau
norma yang dibuat inferior. Pembuatan yang ditentukan oleh norma yang lebih
7
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 134.
8
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis, Andi, Yogyakarta,
2006, hlm. 6.
9
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, Theory Hans Kelsen Tentang Hukum, Cetakan I,
Sekretariat Jendreral & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hlm. 110.
13
tinggi menjadi alasan validitas keseluruhan tata hukum yang membentuk kesatuan.
Norma hukum yang dimuat dalam suatu peraturan tidak boleh bertentangan dengan
norma hukum yang diatur pada peraturan yang secara hierarki berada diatasnya.
Secara garis besar ajaran norma hukum berjenjang berkisar pada pemahaman
bahwa suatu norma hukum yang berada di bawah tidak boleh bertentangan dengan
Sebuah norma absah (valid) karena apabila diciptakan dengan cara tertentu
yaitu cara yang ditentukan oleh norma lain di atasnya10. Teori Hans Kelsen yang
mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang
mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky.
satzung)11.
1945.
10
Imam Soebechi, Judicial Review Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012, hlm. 9.
11
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998,
hlm. 25.
14
Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota. Teori hierarki
digunakan dalam penelitian untuk menjawab tentang letak atau posisi dari
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta
Tanah.
dan sub delegasi) serta atas dasar penugasan (mandate). Pendapat ini juga
1. Atributie:
2. Delegatie:
Overdracht van een bevoegdheid van he teen bestuurorgan aan een ander
3. Mandate:
Een bestuurorgan lat zijn bevoegdheid names hues uitoefenen door een
Dalam menghitung besar Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
dilakukan pemungutan dan dilaporkan dan dicatat harga transaksi, dengan adanya
pelaporan dan pencatatan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan maka
dapatlah realisasi penerimaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang telah ada dengan jumlah
target penerimaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang telah
selalu bertujuan memberi keadilan, dan di samping itu hukum sebagai alat
12
. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Penerbit Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2010. hal. 25.
16
F. Orisinalitas Penelitian.
Tata Cara Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pada Dinas
BPHTB di Kota Bitung. Perbedaannya, bahwa tata cara pemungutan BPHTB yang
dikelola oleh Dinas Pendapatan Kota Bitung dan aparatur pemerintah telah
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Berbasi Potensi dan Target di Kota
BPHTB yang dilakukan Pemerintah Kota Makassar pada tahun 2015-2016, baik
dari segi potensi maupun target masih rendah. Hal ini terjadi karena tingginya target
yang ditetapkan oleh pemerintah, adanya kecurangan yang dilakukan wajib pajak
Pemungutan Dan Kontribusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pada
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Bitung, Persamannya, prosedur
13
Muhaling, E. N., Ilat, W., dan Elim.I. Analisis Efektivitas Tata Cara Pemungutan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bitung. Jurnal
EMBA. Vol.5 No.2 Juni 2017: 1213-1225. (2017). ISSN 2303-1174.
14
Thosal, M. Analisis Efektivitas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Berbasis
Potensi Dan Target Di Kota Makassar Tahun 2015-2016. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin. Makassar, 2017.
17
BP2RD di Kota Bitung berjalan dengan lancar walaupun masih ada kendala dalam
menghitung pajak BPHTB yang dilakukan oleh wajib pajak. Sedangkan untuk
kontribusi pajak BPHTB dapat diambil kesimpulan bahwa kontribusi pajak BPHTB
dinilai masih kurang, walaupun tingkat penerimaan pajak BPHTB setiap tahun
melampaui target15.
G. Sistematika Penulisan.
BAB I PENDAHULUAN.
Pada Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum landasan teori tentang
pemungutan pajak, dan tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
15
Damanik, C. H.,. Sabijono, H., dan Pontoh, W. Analisis Prosedur Pemungutan Dan
Kontribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pada Badan Pengelola Pajak dan
Retribusi Daerah Kota Bitung. Jurnal Riset Akuntansi On Going Concern 13(3). (2018). 205-215.
18
penentuan sampel, teknik pengumpulan data dan analisa data. dan juga
data.
BAB V PENUTUP.
Dalam bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perpajakan Di Indonesia.
pembiayaan pembangunan16.
sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan
bersama17.
16
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 1999,
hlm.1.
17
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Ibid, hlm. 1.
18
Chidir Ali, Hukum Pajak Elementer, Eresco, Bandung, 1993, hlm.19.
19
20
pelaksanaannya.
19
Chidir Ali, Ibid, hlm. 19-20.
20
Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco,
Bandung, 1990, hlm. 5.
21
Rochmat Soemitro, Op.cit, hlm. 7.
21
daerah.
mengatur.
Karena pajak menyangkut nasib rakyat banyak, oleh karena itu menurut
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu segala pajak untuk keperluan
Undang-Undang Pajak adalah produk hukum dan oleh karena itu harus
tunduk pada norma-norma hukum, baik yang mengenai pembuatannya,
pelaksanaannya, maupun mengenai materinya. 22
Hukum selalu bertujuan memberi keadilan, dan disamping itu hukum
sebagai alat digunakan untuk mengatur tata tertib/ tertib hukum23. Pembuatan
22
Rochmat Soemitro, Ibid, hlm. 5.
23
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 1999,
hlm. 21.
22
2. Fungsi Pajak.
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
3. Pengelompokan Pajak.
24
Mardiasmo, Andi, Perpajakan, Yogyakarta, 2000, hlm. 2.
25
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm. 101-
102.
23
a. Menurut Golongan26.
Penghasilan (PPh)
pada orang lain. Contohnya yaitu Bea Materai, Bea Lelang, Pajak
lain sebagainya.
b. Menurut Sifat27.
Mewah.
26
Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco,
Bandung, 1990, hlm. 61.
27
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 1999,
hlm. 6-7.
24
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
Penerangan Jalan.
28
Mardiasmo, Andi, Perpajakan, Yogyakarta, 2000, hlm. 6-7.
29
Mardiasmo, Andi, Ibid, hlm. 8-9.
25
negara sendiri. Justru karena hal itulah maka harus disertai dengan
a. Asuransi Teori.
pribadi.
b. Teori Kepentingan.
pajak.
d. Teori Bakti.
a. Falsafah Hukum.
b. Yuridis.
30
Yogia S. Melinda, Capita Selecta Perpajakan di Indonrsia, Armico, Bandung, 1982,
hlm. 2-3.
29
c. Ekonomis.
d. Finansial.
awal tahun.
31
Yogia S. Melinda, Ibid, hlm. 8-9.
30
c. Stelsel campuran.
21 ayat (1) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006
9. Pajak Daerah.
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
B. Tinjauan Umum Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).
pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan32. Sesuai
berbunyi Bumi, dan air, dan kekayaan, dan yang terkandung di dalamnya
rakyat33. Tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa, di samping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan
pemiliknya. Oleh Karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak atas
tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian dari nilai ekonomi yang
ini adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)34.
Tahun 1997 di samping Pajak Bumi dan Bangunan yang diatur dalam
32
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, Andi Offset, 2001, hlm. 272.
33
Undang-Undang Dasar 1945 Tentang UUPA.
34
Penjelasan Umum Undang-Undang No.21 Tahun 1997, hlm. 30.
32
Subjek Pajak dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) adalah orang pribadi atau badan hukum yang memperoleh hak-
Nomor 21 Tahun 1997, ada pemungutan pajak dengan nama Bea Balik
Nama yang diatur dalam Ordonasi Bea Balik Nama Staatssblaad 1924
Nomor 291. Bea Balik Nama ini dipungut atas setiap ada perjanjian
pemindahan hak atas harta tetap yang ada di Wilayah Indonesia, termasuk
barang tetap dan hak-hak kebendaan atas tanah, yang pemindahan haknya
2735.
Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
35
Ibid, hal. 31.
33
Kena Pajak.
36
Elly Sunandi, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2000, hlm. 271.
34
rendah sebesar Rp. 60.000.000.00,- untuk setiap wajib pajak. Akan tetapi,
apabila perolehan hak berasal dari waris atau hibah wasiat yang diterima
mengalihkan tarif dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) setelah dikurangi
keseluruhan sebidang tanah kosong, yaitu seluas 1.000 M2. Jumlah Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP), yaitu Rp. 1.000.000,00/ Meter. Kemudian Nilai
Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), yaitu Rp. 80.000.000,00
Kemudian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), nilai transaksi yaitu 1.000
Diketahui:
a. PPh = 5%.
c. BPHTB = 5%.
Rp.80.000.000,00
Ditanya:
Nilai Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).
Dijawab:
Rumus:
PPh= 5% X NJOP
(BPHTB).
Rumus:
Tanah dan Bangunan sudah selesai dalam transaksi jual beli tanah atau
rumah.
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak). Pajak yang terutang
dibayar ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) atau Bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
atau tempat pembyaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
Validasi dan pembayaran BPHTB saat ini bisa melalui online, terdapat
kantor pajak. Layanan ini dapat digunakan oleh Wajib Pajak Perorangan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah salah
a. Objek Pajak.
pelepasan hak.
37
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2001, Yogyakarta, Andi Offset, 2001, hlm. 273.
38
nama.
5) Karena Wakaf.
c. Subjek Pajak38.
Pajak BPHTB.
38
Mardiasmo, Op.cit, hlm. 273.
39
Ibid, hal. 275.
39
b. Tempat Pembayaran.
Pajak yang terutang dibayar ke kas Negara melalui Kantor Pos dan
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau tempat pembayaran lain
yang ditunjuk oleh Menteri dengan surat setoran Bea Perolehan Hak atas
Nilai Objek Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) yang akan
Jika tidak ada tagihan PBB-P2, Wajib Pajak atau Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) dapat isi form SSPD BPHTB. Kemudian pada
6) Proses Pembayaran.
kode bayar melalui kanal pembayaran yang telah bekerja sama dengan
Beli (AJB) yang sudah ditandatangani dan diberi tanggal Akta Jual Beli
(AJB).
Berikut adalah beberapa dasar aturan dari Bea Perolehan Hak atas
secara Elektronik.
Tanah ialah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas. Yang dapat
mendirikan bangunan disebut tanah bangunan. Di dalam tanah garapan itu dari atas
pembentukan humus dan lapisan dalam40. Sedangkan selaku fenomena yuridis, c.q.
hukum positif kita, tanah itu dikualifikasikan sebagai permukaan bumi, sedangkan
di dalam pengertian bumi itu termasuk pula tanah dan tubuh bumi di bawahnya
serta yang berada di bawah air (UUPA Pasal 4 ayat 1 jo Pasal 1 ayat 4). Sehubungan
dengan itu, penjelasan umum bagian II (1) menegaskan bahwa dalam pada itu hanya
permukaan bumi saja, yaitu disebut tanah, yang dapat dimiliki oleh seseorang 41.
Selanjutnya mengenai pengertian jual beli tanah menurut Harun Al Rasyid, pada
hakekatnya merupakan salah satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak atau
dalam hukum agraria, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih
berlaku dua macam hukum yang menjadi dasar bagi hukum pertanahan kita,
yaitu hukum adat dan hukum barat. Sehingga terdapat juga dua macam
tanah yaitu tanah adat (Tanah Indonesia) dan tanah barat (Tanah Eropa)43.
40
Imam Sudiyat, Beberapa Masalah Penguasaan Tanah di berbagai masyarakat sedang
berkembang, BPHN, 1982, hlm. 1.
41
Y. W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Pembaharuan Hukum Agraria (Beberapa
Pemikiran), Jakarta, PT. Dina Aksara, 1988, hlm. 8.
42
Harun Al Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah (Berikut Peraturan-Peraturannya),
Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987, hlm. 50.
43
A. P. Perlindungan, Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, Bandung, Alumni, 1973. hlm.
40.
44
suatu perbuatan hukum, yang mana pihak penjual menyerahkan tanah yang
penjual. Sejak itu, hak atas tanah telah beralih dari penjual kepada pembeli.
Dengan kata lain bahwa sejak saat itu pembeli telah mendapatkan hak milik
atas tanah tersebut. Jadi, jual beli menurut hukum adat tidak lain adalah
suatu perbuatan pemindahan hak antara penjual kepada pembeli. Maka bisa
dikatakan bahwa jual beli menurut hukum adat itu bersifat tunai (kontan)
pemindahan hak atas tanah, dengan pembayaran harganya pada saat yang
kepada pembeli dan pembayaran harganya kepada penjual dan pada saat
jual beli dilakukan perbuatan jual beli itu selesai, dala arti pembeli telah
sistem BW, Jual Beli hak atas tanah dilakukan dengan membuat akta
saling berjanji untuk melakukan suatu prestasi berkenaan dengan hak atas
44
K. Wantijik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1973, hlm.
30.
45
Boedi Harsono, Penggunaan dan Penerapan Asas-asas Hukum Adat pada hak
milik Atas Tanah, Paper disampaikan pada simposium Hak Milik atas Tanah menurut
UUPA, Bandung-Jakarta, 1983.
45
tanah yang menjadi objek jual beli itu, yaitu pihak penjual untuk menjual
dalam Pasal 145 KUHPerdata menyatakan bahwa Jual Beli Tanah adalah
tentang benda dan harganya, walaupun benda itu belum diserahkan dan
46
Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaannya, Bandung , Alumni, 1993, hlm. 86.
47
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke-8. Bandung , Citra Aditya Bakti, 1989, hlm
11.
48
Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Bandung, Sumur, 1974, hlm. 13.
49
Hartono Soerjopratiknjo, Aneka Perjanjian Jual Beli, Cetakan 1, Yogyakarta, Seksi
Notariat FH UGM, 1982, hlm. 5.
46
Kemudian dikatakan oleh Pasal 1459 BW “Hak milik atas barang yang
menurut Pasal 612, 613, dan 616”. Berkaitan dengan hal tersebut, K. Wantijik Saleh
berpendapat bahwa jual beli menurut hukum barat terdiri atas dua bagian.
“Perjanjian jual belinya dan penyerahan haknya, yang keduanya itu terpisah
satu dengan yang lainnya, sehingga walaupun yang pertama sudah selesai,
biasanya dengan suatu Akta Notaris. Tetapi kalau yang kedua belum
dilakukan, maka status tanah masih milik penjual, karena disini Akta
Notaris hanya bersifat obligatoir”.50
perjanjian jual beli itu pun tidak menggunakan kedua sistem tersebut bersama-
sama. Apabila dilihat ketentuan dalam UUPA, tidak disebutkan secara jelas
“Hukum Agraria sekarang ini memakai sistem dan asas-asas Hukum Adat,
maka pengertian jual beli tanah sekarang harus pula diartikan sebagai
perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak milik/ penyerahan tanah
untuk selama-lamanya oleh penjual kepada pembeli, yang pada saat itu juga
menyerahkan harganya kepada penjual”.52
50
K. Wantj Saleh, Op. Cit, hlm. 32.
51
Achmad Chulaemi, Op, cit, hlm. 89
52
Boedi Harsono, UUPA, Sejarah Penyusunan, Isi, Pelaksanaan Hukum Agraria, Bagian
I dan II jilid I, Jakarta, Djembatan, 1972.
47
Dengan berdasarkan Pasal 5 UUPA, maka jual beli tanah setelah UUPA
mempergunakan sistem dan asas dalam hukum adat. Berbeda dengan pendapat
“Bilamana kita perhatikan jual beli menurut hukum adat sebelum UUPA
berlaku, maka dari saat terjadinya persetujuan jual beli sampai kepada si
pembeli menjadi pemilik penuh adalah berbeda sekali caranya berserta
formalitas lainnya adalah lebih mirip kepada jual beli eigendom dari jual
beli tanah dengan hak milik Indonesia”.53
PP No. 10/ 1961 yang menyebut perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas
tanah harus dibuktikan dengan akta. Maka dapat disimpulkan bahwa persetujuan
jual beli tanah merupakan persetujuan yang konsensuil, karena dipisahkan secara
dalam hukum adat kontruksi kalimat demikian adalah tidak cocok dengan sistem
hukum adat yang kontan ini54. Dalam jual beli tanah, obyeknya (yang diperjual
belikan) pengertian dalam praktek adalah tanahnya, sehingga timbul istilah jual beli
tanah hak atas tanah, karena obyek jual belinya adalah hak atas tanah yang akan di
jual. Memang benar bahwa tujuan membeli hak atas tanah ialah supaya pembeli
secara sah menguasai dan mempergunakan tanah. Tetapi yang dibeli (dijual) itu
bukan tanahnya, tetapi hak atas tanahnya55. Sesuai dengan pernyataan tersebut.
53
Saleh Aditwinata, Pengertian Hukum Adat Menurut UUPA, Bandung, Alumni, 1976
54
Achmad Chulaimi, Op.Cit, hlm. 91.
55
Effendi Peranginagin, Praktek Hukum Agraria, (Esa Studi Club), hlm. 9.
48
“Objek dari suatu perjanjian jual beli tidak hanya barang berwujud akan
tetapi juga barang tidak berwujud. Pada umumnya semua hak dapat dijual,
akan tetapi ada juga perkecualian. Perkecualian itu ada yang berdasarkan
Undang-Undang dan ada yang berdasarkan sifat haknya. Yang dapat dijual
adalah hak-hak kebendaan (Erfpacht, Opstal , dan Sebagainya), hak absolut
(hak cipta, pengarangan hak atas merek) dan selanjutnya hak-hak
Persoonlijk (Pribadi).56
Hak atas tanah menurut Pasal 16 UUPA ialah hak milik, Hak Guna
Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka
Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan, Hak Guna Air, Hak Pemeliharaan, dan
Penangkapan Ikan, Hak Guna Ruang Angkasa, dan hak-hak lain yang bersifat
dihubungkan dengan Pasal 6 UUPA merumuskan Hak Milik adalah hak turun
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan
“Hak Milik adalah hak untuk menguasai tanah dengan cara yang seluas-
luasnya dan memungut hasil dari tanah itu dengan sepenuhnya, dengan
mengindahkan Peraturan-peraturan Pemerintah dan Hukum Adat setempat.
Unsur-unsur yang terpenting dari Hak Milik adalah menguasai tanah,
artinya si pemilik tanah dapat menyewakan, mengadakan, meminjamkan,
menukarkan, menjual, menghadiahkan tanah menurut kehendak si pemilik
dan memungut hasil.57
bersifat “Zakelijk”.
56
Hartono Soerjopratinjo, Op. Cit, hlm. 45.
57
R. Susanto, Hukum Pertanahan (Agraris), Cetakan I, Jakarta, Pradya Paramita, 1980,
hlm. 26.
49
Sehingga karena tidak bersifat pribadi (Persoonlijk) maka hak ini dapat
dialihkan dan beralih pada pihak lain58. Peralihan beralihnya hak milik atas tanah
apabila dilihat dari segi hukum dapat terjadi karena suatu tindakan hukum (istilah
lain adalah perbuatan hukum) atau karena suatu peristiwa hukum. Tindakan Hukum
pewarisan59.
Jadi dapat dikatakan bahwa peralihan hak karena tindakan hukum adalah
peralihan hak yang dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut berpindah pada
hak lain. Sedangkan karena peristiwa hukum, terjadi apabila seseorang yang
mempunyai salah satu hak meninggal dunia, sehingga secara otomatis haknya
atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah, yang disebut
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bisa disingkat PPAT adalah Pejabat Umum yang
diberikan wewenang untuk membuat Akta pemindahan hak atas tanah, Akta
pembebanan hak atas tanah dan akta pemberi kuasa pembebanan hak tanggungan
58
Sudargo Guatarma, Tafsiran UUPA, Bandung, Alumni, 1973, hlm. 124.
59
Harun Al Rasyid, Op. Cit. hlm. 51.
60
K. Wantijk Saleh, Op.Cit. hlm. 19.
50
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, yang disebut PPAT adalah Pejabat
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 371/ 1998 ini. Juga memuat PPAT sementara dan
PPAT khusus. PPAT sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dan membuat akta di daerah yang
belum cukup PPAT61. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Camat. Sedangkan
PPAT khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
dibidang pendaftaran tanah, karena itu pembuatan Akta Tanah dilakukan dengan
sukarela.
Dari pengertian PPAT diatas, maka akan dilihat betapa pentingnya fungsi
dan peranan PPAT dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam hal pertanahan
baik pemindahan hak atas tanah, pemberian hak baru, atau hak yang lainnya yang
berhubungan dengan hak atas tanah. Mengingat pentingnya fungsi dan tugas
ini maka Pemerintah menetapkan juga kriteria-kriteria dan syarat-syarat dari PPAT.
Sedangkan orang yang dapat diangkat menjadi PPAT adalah sebagai berikut :
Melawan Hukum.
PPAT di Daerah tersebut belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani
Menteri dapat menunjuk PPAT sementara dan PPAT khusus. Pejabat yang
menjadi PPAT sementara ini adalah Camat atau Kelurahan (Kepala Desa) di
Wilayah tersebut untuk melayani pembuatan Akta. Di Daerah yang belum cukup
PPAT, sedangkan pejabat yang ditunjuk untuk menjadi PPAT khusus adalah
Kepala Kantor Pertanahan. PPAT khusus ini melayani pembuatan Akta PPAT
a. Meninggal Dunia.
62
Ibid, hlm. 678-679.
52
Daerah Tingkat II yang lain dari pada Daerah kerjanya sebagai Pejabat
Untuk PPAT sementara dan PPAT khusus berhenti sebagai PPAT bila tidak
oleh Menteri. Khusus untuk PPAT yang tidak memegang jabatannya karena
menjadi Notaris di luar Wilayah kerjanya sebagai PPAT, dapat diangkat menjadi
PPAT di Wilayah kerja Notaris yang baru apabila formasi Pejabat Pembuat Akta
oleh Menteri adalah permintaan sendiri, tidak lagi mampu untuk menjalankan tugas
karena keadaan kesehatan badaan atau kesehatan jiwa setelah dinyatakan oleh tim
pemeriksa kesehatan yang berwenang atas permintaan Menteri atau pejabat yang
pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai Pejabat Pembuat Akta
63
Ibid. hlm. 679.
64
Ibid. hlm. 679.
53
pembunuhan atau pidana yang diancam dengan hukuman kurungan atau penjara
selama-lamanya lima tahun atau lebih berat berdasarkan putusan pengadilan yang
peraturan tersendiri mengenai tugas yang harus dijalankan oleh seorang Notaris
dalam pelaksanaannya sebagai PPAT. Hal ini dapat dilihat dimana peraturan tugas-
Dalam Pasal 5 Peraturan Menteri dalam Negeri SK. 59/ DDA Tahun 1970,
Berdasarkan PP No. 37/ 1998, maka dapat penulis jelaskan bahwa wilayah
Daerah tingkat II. Sedangkan untuk wilayah kerja PPAT Sementara dan PPAT
Khusus meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang menjadi dasar
penunjuknya. Apabila sebelum berlakunya PP No. 37/ 1998 ini seorang PPAT
mempunyai wilayah kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada PP
No. 37/ 1998 ini (Wilayah kerjanya melebihi satu wilayah kerja Kantor
Pertanahan).
65
AP. Perlindungan, Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria dan Tata
Cara PPAT, Mandiri Maju , Bandung,, 1999, hlm. 228.
54
Maka PPAT tersebut harus memilih salah satu dari wilayah kerja tersebut
atau setelah satu(1) Tahun wilayah kerja PPAT tersebut sesuai denah tempat kantor
PPAT tersebut berada. Daerah kerja PPAT telah diatur Pasal 1 ayat (1) PP No. 37/
1998 tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah Pasal 12 ayat (1) Daerah
Kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kotamadya
dan juga diatur pada Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) PP No. 37 Tahun 1998 adalah
sebagai berikut66.:
atau lebih wilayah Kabupaten/ Kotamadya, maka dalam satu tahun sejak
tersebut tidak dilakukan pada waktunya, maka mulai 1 (satu) Tahun sejak
bersangkutan.
66
Peraturan Pemerintah No. 37/ 1998, Pasal 13 ayat satu (1) dan dua (2).
55
yang baru. Serta diatur juga di dalam Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 PP No. 37/
Pertanahan Nasional. Apabila formasi PPAT untuk suatu daerah kerja Pembuat
Akta Tanah sudah terpenuhi maka Menteri Agraria/ Badan Pertanahan Nasional
ayat 2 tersebut diatas adalah dengan adanya penetapan formasi ada suatu daerah
PPAT pada suatu daerah, sehingga daerah lain yang masih tersedia lowongannya
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara
metode-metode ilmiah67.
memperoleh data yang telah teruji kebenaran ilmiahnya. Namun untuk mencapai
kebenaran ilmiah tersebut ada dua pola pikir menurut sejarahnya, yang berfikir
secara rasional dan berfikir secara empiris. Oleh karena itu untuk menemukan
empiris.
67
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Andi, Yogyakarta, 2000, hlm. 4.
68
Rony Hanitijo, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 36.
56
57
pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di kota Jakarta.
B. Spesifikasi Penelitian.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil
perolehan hak atas bumi dan bangunan. Hal tersebut kemudian dibahas atau
dianalisis menurut ilmu dan teori-teori atau pendapat penelitian sendiri dan
terakhir menyimpulkannya.
1. Data Primer.
2. Data Sekunder.
primer dan dapat membantu menganalisa bahan hukum primer dan dapat
D. Lokasi Penelitian.
Lokasinya adalah seluruh objek atau seluruh gejala atau seluruh unit yang
akan diteliti. Oleh karena lokasi biasanya sangat luas, maka kerapkali tidak
mungkin untuk meneliti seluruh lokasi itu tetap cukup diambil sebagian saja untuk
diteliti sebagai sampel yang memberikan gambaran tentang objek penelitian secara
tepat dan benar69. Adapun mengenai jumlah lokasi yang akan diambil pada
prinsipnya tidak ada peraturan yang tetap secara mutlak menentukan berapa persen
untuk diambil dari lokasi. Lokasi dalam penelitian ini adalah PPAT di Wilayah
69
Rony Hanitijo Soemitro, Op. cit, hlm. 44.
59
1. Tempat Penelitian.
S.H., Sp.N., M.H. yang beralamat di Jalan Guru Mughni No. 20 Gatot
Subroto, RT. 002/ RW. 005, Kel. Kuningan Timur. Kecamatan Setiabudi.
2. Waktu Penelitian.
Waktu pengajuan judul Proposal Skripsi ini dilakukan mulai dari bulan
Oktober 2022.
Tabel III. 1
Penelitian Terdahulu
teknik yang biasa dipilih karena alasan biaya, waktu dan tenaga sehingga tidak
dapat mengambil dalam jumlah besar. Dengan teknik seperti ini pengambilan
tertentu yang merupakan ciri-ciri utamaa dari obyek diteliti dan penentuan
Dalam penelitian ini Teknik Analisis Data yang digunakan adalah metode
analisis kualitatif. Maka dari data yang akan dikumpulkan disaat melakukan
1. Reduksi Data adalah data yang diperoleh di lapangan ditulis/ diketik dalam
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang, dicari
2. Mengambil kesimpulan dan Verifikasi, yaitu data yang telah terkumpul telah
70
Nasution S, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1992, hlm. 52.
BAB IV
atau Bangunan (BPHTB) Terhadap Transaksi Jual Beli Tanah dan atau
Bangunan.
tanah dan atau bangunan tersebut dalam kehidupan, maka sudah sewajarnya jika
orang pribadi atau badan hukum yang mendapatkan nilai ekonomis serta manfaat
dari tanah dan atau bangunan karena adanya perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan dikenakan pajak oleh negara. Pajak yang dimaksud adalah Bea Perolehan
Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau bangunan (BPHTB)
adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, perolehan hak atas tanah dan
lelang.
hadiah.
61
62
Dasar hukum pelaksanaan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan atau Bangunan. Undang-Undang ini menggantikan Ordonasi
Bea Balik Nama (Staatsblad) 1924 No. 291. Untuk melakukan pemungutan pajak,
dasar hukum memang penting agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
mengenai subyek dan objek pajak, bentuk dan besarnya pembayaran, saat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan atau Bangunan menganut beberapa prinsip perpajakan yaitu Pemungutan Pajak
71
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris, Jakarta
Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
63
pelaksanaan pemungutan pajak BPHTB ini menuntut Wajib Pajak mengerti serta
sistem Self Assessment ini tidak menutup kemungkinan Wajib Pajak akan
menuntut juga kesiapan dari pejabat pajak untuk bersedia membantu Wajib Pajak
folmulir pembayaran pajak. Folmulir perpajakan yang tidak begitu mudah untuk
karena sistem perpajakan yang baru menerapkan atas sistem Self Assessment
terhadap Wajib Pajak. Dengan demikian rasa tanggung jawab Wajib Pajak tetap
Sebagaimana, data berikut mengenai Pajak Bumi dan Bangunan atau Data
PBB-P2 Jakarta Selatan yaitu, Rekapitulasi Data PBB-P2 Jakarta Selatan. Yang
berjumlah dari bagian tanah kosong adalah 3,3 %, kemudian untuk Fasilitas Umum
adalah 1,8%, dan untuk Tanah dan atau Bangunan yaitu 94,9%. Keterangaan
1. Kecaamatan Setiabudi tanah kosong 545 bidang 3,5%, Fasilitas umum 336
umum 262 bidang 1,2%, kemudian Tanah dan Bangunan 20.963 bidang
96,2%.
umum 372 bidang 1,5%, kemudian Tanah dan Bangunan 24.121 bidang
94,2%.
umum 531 bidang 1,5%, kemudian Tanah dan Bangunan 33.963 bidang
94,2%.
umum 705 bidang 1,6%, kemudian Tanah dan Bangunan 41.235 bidang
94,8%.
484 bidang 1,5%, kemudian Tanah dan Bangunan 29.577 bidang 93,7%.
1.141 bidang 1,8%, kemudian Tanah dan Bangunan 60.627 bidang 94,1%.
65
umum 1.079 bidang 2,2%, kemudian Tanah dan Bangunan 46.882 bidang
94,6%.
9. Kecamatan Pancoran Tanah Kosong 297 bidang 1,1%, Fasilitas umum 612
10. Kecamatan Tebet Tanah Kosong 473 bidang 1,2%, Fasilitas umum 685
Gambar 4.1
Data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Jakarta Selatan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kota DKI Jakarta
Tahun 2022
Sebagaimana pajak yang relatif baru, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
pajak yang terutang tanpa pemberitahuan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan (KPPBB).
Pajak terutang terjadi karena adanya perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena pemindahan hak
yang disebabkan adanya jual beli harus dilunasi sebelum akta pemindahan hak atas
tanah dan atau bangunan ditandatangani oleh PPAT/ Notaris. Risalah lelang untuk
pembeli sebelum ditandatangani oleh Kepala kantor lelang/ Pejabat lelang, apabila
dilakukan pendaftaran hak, maka sebelum sertifikat hak atas tanah ditandatangani
wewenang dalam hal pemberian hak baru dan pemindahan hak karena pelaksanaan
Wajib Pajak memperoleh hak atas tanah tersebut karena adanya pemindahan
hak dan pemberian hak baru. Pemindahan hak yang sering terjadi dalam masyarakat
karena adanya jual beli dengan objek tanah dan atau bangunan, dalam jual beli yang
perlu diperhatikan adalah objek pajak tersebut tidak sedang dalam sengketa. Jual
beli tanah dan atau bangunan didasarkan pada nilai transaksi, yaitu harga yang
terjadi dan telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Selain didasarkan
oleh nilai transaksi, khusus diluar jual beli didasarkan pada nilai pasar, yaitu harga
rata-rata dari transaksi jual beli secara wajar yang terjadi disekitar letak tanah dan
atau bangunan.
67
Orang pribadi atau badan hukum melakukan transaksi jual beli di hadapan
PPAT/ Notaris, setelah ada kata sepakat dari para pihak dan melalui perhitungan
sesuai harga transaksi, ternyata diperoleh bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak
(NPOP) lebih besar atau tidak sama dengan NPOPTKP ataupun hasilnya tidak nihil
setelah dikurangi dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NPOPTKP) sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), maka orang pribadi
atau badan hukum tersebut dikenakan pajak BPHTB sesuai yang terutang.
menganut prinsip asas keadilan, dalam asas keadilan ini salah satu yang diutamakan
adalah sikap perlakuan yang sama terhadap semua Wajib Pajak, dalam pemungutan
pajak BPHTB ini terdapat batasannya yaitu Wajib Pajak yang Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) di bawah Rp. 20.000.000.00 (dua puluh juta rupiah) tidak dikenakan
Wajib Pajak BPHTB harus sudah membayar pajak yang terutang sebelum
akta jual beli tersebut diterbitkan atau ditandatangani oleh PPAT/ Notaris. Akta
disini sebagai bukti telah terjadi jual beli tanah dan atau bangunan. Jika akta tersebut
Notaris tersebut akan terkena sanksi sesuai peraturan yang berlaku, yaitu Disiplin
72
Iyan, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris, Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul.
14.40 WIB.
73
Muhammad Rizky, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris, Jakarta Selatan, 20 Januari
2023. Pukul. 15.20 WIB.
68
Disini yang perlu diperhatikan adalah pada saat terjadinya kata sepakat
diantara para pihak dalam jual beli, kemungkinan dikhawatirkan terjadi kecurangan
perhitungan NPOP objek pajak BPHTB, bahkan tidak mungkin terjadi, sebab dasar
pengenaan BPHTB adalah luas tanah dan atau bangunan yang dihitung
permeternya, selain itu nantinya Nilai Perolehan Objek Pajak tersebut akan dihitung
atau dicocokan sesuai harga transaksi letak tanah dan atau bangunan. Jika Nilai
Perolehan Objek Pajak tidak diketahui, maka Menteri Keuangan dapat menetapkan
Surat Setoran BPHTB (SSB). SSB dapat diperoleh di KPPBB pada saat akan
melunasi pajak BPHTB yang terutang, SSB juga tersedia di setiap kantor PPAT/
sebagai alat untuk melakukan pembayaran/ penyetoran BPHTB yang terutang dan
alat untuk melakukan pembayaran/penyetoran BPHTB yang terutang dan alat untuk
melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. SSB ini terdiri dari 3
Oprasional V.
Jika Pajak BPHTB yang terutang nihil, maka Wajib Pajak tetap harus
mengisi SSB dengan keterangan nihil (SSB nihil). Penyampaian SSB ke KPPBB
oleh Wajib Pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak
tanggal pembayaran atau perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
perpajakan sangat penting, sebab prosedur perpajakan ini yang akan mengarahkan
penting, mengingat prosedur adalah alat yang digunakan untuk memungut dan
1. Wajib Pajak.
lembar SSB.
70
Persepsi akan menerima SSB yang telah dibubuhi register kas dari
Pajak ke KPPBB.
2. PPAT/Notaris.
akta.
Kota.
KPPBB.
Setoran.
pengantar ke:
dari Bank/ Kantor Pos Presepsi setiap hari jumat atau hari kerja
hari rabu atau hari kerja berikutnya apabila hari rabu libur dan
Mingguan.
DA.08.03.
penerimaan BPHTB.
BPHTB.
sebagai berikut:
RK Bulanan.
tugasnya.
setiap hari atau hari kerja berikutnya apabila hari selasa libur.
M.H. dalam pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan di
penting dalam pelaksanaan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
peristiwa yang harus dikenakan pajak. Untuk memperoleh data tersebut KPPBB
kejadian ataupun peristiwa yang harus dikenakan BPHTB, misalnya perolehan hak
atas tanah dan bangunan karena jual beli. Seperti yang diketahui bahwa perolehan
hak atas tanah dan atau merupakan objek yng dikenakan pajak BPHTB, maka untuk
memperoleh data mengenai peristiwa jual beli tersebut perlu dijalin kerjasama
berlaku. Hal ini dilakukan Notaris karena sudah memperoleh ketentuan Undang-
Undang ditegaskan untuk membuat akta otentik yang dikehendaki oleh Undang-
Undang.
74
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris, Jakarta
Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
77
hanya hukum perdata, melainkan juga hukum adat, hukum publik, hukum
Asing (PMA), PMA menyebabkan terbukanya modal luar negeri untuk Indonesia,
memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah sebagai
tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan
BPHTB karena PPAT/Notaris adalah pejabat umum yang terkait dengan transaksi
BPHTB tersebut dibayar lunas oleh Wajib Pajak. Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT)/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan
atau bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran Pajak. Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT)/ Notaris yang melanggar ketentuan tersebut diatas
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah). Selain itu PPAT/Notaris juga berperan dalam membantu Wajib Pajak
75
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Iyan, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris,
Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
76
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Muhammad Rizky, S.H., Wawancara Pribadi,
PPAT/Notaris, Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
77
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Iyan, S.H., Muhammad Rizky, S.H., Wawancara
Pribadi, PPAT/Notaris, Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
78
KPPBB untuk membantu menghitung besarnya pajak BPHTB yang terutang, serta
dapat pula membantu Wajib Pajak untuk menghitung dan menyetorkan pajak yang
pajak ini tidak dapat berbohong, perhitungan tersebut akan dihitung kembali oleh
pemberitahuan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Dalam PP No. 34 Tahun 1997 ditentukan bahwa PPAT/Notaris harus
melaporkan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan setiap bulan. Laporan
tersebut mengenai jumlah SSB yang dikeluarkan, jumlah akta yang dibuat. Akta
tersebut baru bisa ditandatangani oleh PPAT/Notaris setelah pajak BPHTB yang
terutang dilunasi oleh Wajib Pajak. Namun jika terdapat SSB nihil (perhitungan
pajak yang terutang nol) tidak perlu dilaporkan, apabila dilaporkan juga boleh saja.
Laporan ini dilaksanakan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. Laporan
b. Status hak.
c. Letak tanah.
d. Luas tanah.
78
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Iyan, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris,
Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
79
e. Luas bangunan.
h. Nama dan Alamat pihak yang mengalihkan dan yang memperoleh hak serta
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, apabila Wajib Pajak ternyata sama
sekali tidak melunasi pajak yang terutang, maka Wajib Pajak tersebut dapat
dikenakan sanksi. Sebagai pejabat yang memiliki kode etik profesi, PPAT/Notaris
data yang terbatas pada perolehan hak atas tanah dan bangunan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Oleh karena itu sebagai pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk
lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
menghitung dan menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang bagi Wajib
pemungutan pajak BPHTB antara lain, yaitu membantu klien (relasi) dalam hal ini
Wajib Pajak untuk segera melunasi pajak BPHTB yang terutang, setiap Wajib Pajak
79
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Iyan, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris,
Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
80
BPHTB dibantu untuk menghitung serta menyetorkan pajak yang terutang, selain
itu PPAT/Notaris juga harus melaporkan perolehan hak atas tanah dan bangunan,
serta menyetorkan SSB. Bukti setoran digunakan sebagai alat untuk Balik Nama
terdapat kendala mengenai BPHTB yang dibayarkan oleh Wajib Pajak datanya
berbeda dengan bukti nyata dilapangan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
mengenai surat Nilai Jual Objek Pajak berikut PBB berkendala dengan unit pajak
daerah dan hasil lapangan berbeda. Kemudian selama dalam pembayaran BPHTB
masih terdapat loket pembayaran BPHTB pada Bank yang tutup sebelum watunya.
Sehingga Wajib Pajak mengalami kesulitan untuk membayar pajak. Tindakan lain
membayarkan sesuai dengan isi surat jualbeli fakta dilapangan (hasil ukur) lahan
disesuaikan dengan isi surat AJB dan Pemerintah Daerah untuk mengatasi masalah
80
Suparman Hasyim, S.H., Sp.N., M.H., Iyan, S.H., Wawancara Pribadi, PPAT/Notaris,
Jakarta Selatan, 20 Januari 2023. Pukul. 14.00 WIB.
81
BPHTB dan Nomor Sertifikat, sehingga Pejabat KPPBB (Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan) mengalami kesulitan pada saat akan mencocokan data Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB). Dalam hal ini peranan
instansi terkait yang mengeluarkan SSB, agar lebih teliti dalam membuat ataupun
atas tanah dan atau bangunan PPAT/ Notaris yang tidak menyampaikan laporan
tersebut sebaiknya ditindak tegas sesuai peraturan yang berlaku, sebab apabila hal
PENUTUP
A. Kesimpulan
atau lebih rendah dari NJOP, maka dasar pengenaan pajak adalah NJOP
Tahun 1997 sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Apabila
Pajak Bumi dan Bangunan terdapat hubungan, namun hubungan itu tidak
hanyaa sekali pada saat perolehan hak atas tanah dari atau bangunan,
82
83
otentik setelah pajak BPHTB tersebut dibayar lunas oleh Wajib Pajak.
pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan setelah Wajib Pajak
lima ratus ribu rupiah), sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat (1)
Tanah dan atau Bangunan. Selain itu PPAT/Notaris juga berperan dalam
B. Saran.
pemungutan BPHTB.
Buku:
Budi Ispriyarso, Aspek Perpajakan dalam Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan kaena Adanya Transaksi Jual Beli, Masalah-masalah Hukum.
Volume 34, No. 4 Oktober-Desember 2005.
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum
Keluarga, (Bandung:Nuansa Aulia).
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang memberi
Kenikmatan, cet. 3, (Jakarta : Ind-Hil-Co, 2005).
Imam Soebechi, Judicial Review Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Theory Hans Kelsen Tentang Hukum,
Cetakan I, Sekretariat Jendreral & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
Jakarta, 2006.
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis, Andi,
Yogyakarta, 2006.
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta,
1998.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Nasution S, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1992.
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco. Bandung, 1992.
Rony Hanitijo, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.dan
Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Penerbit Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2010
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Andi, Yogyakarta, 2000.
Waluyo, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2011.
85
86
Jurnal:
Damanik, C. H.,. Sabijono, H., dan Pontoh, W. Analisis Prosedur Pemungutan Dan
Kontribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Pada Badan
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Bitung. Jurnal Riset Akuntansi
On Going Concern 13(3). (2018). 205-215.
Elvira, Ulfa Sari. Analisis Perhitungan dan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli
Daerah Pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan. Diss.
2018.
Harjawati, Tri. "Analisis Pertumbuhan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan (BPHTB) Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah." Sos. sciece
Educ. J 3.1 (2016): 50-61.
Muhaling, E. N., Ilat, W., dan Elim.I. Analisis Efektivitas Tata Cara Pemungutan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah
Kota Bitung. Jurnal EMBA. Vol.5 No.2 Juni 2017: 1213-1225. (2017). ISSN
2303-1174.
Ngamelubun, Meylania Yutta, Herman Karamoy, and Hendrik Gamaliel.
"ANALISIS MEKANISME PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI
KOTA MANADO." Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi 8.4 (2020).
Rizkina, Miftha. "Pengaruh Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan
Jumlah Penduduk Sebagai Variabel Moderating." Jurnal Perpajakan 1.1
(2019): 80-94.
Thosal, M. Analisis Efektivitas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Berbasis Potensi Dan Target Di Kota Makassar Tahun 2015-2016. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Hasanuddin. Makassar. 2017.
Warsa, Surya. "Dampak Pelimpahan Wewenang Pemungutan BPHTB dari
Pemerintah Pusat terhadap PAD Kota Pontianak." Jurnal REP (Riset
Ekonomi Pembangunan) 5.2 (2020): 179-192.
87