Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR – RI

KE PROVINSI LAMPUNG
PADA MASA RESES PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018 – 2019
TANGGAL 2 NOPEMBER 2018

I
I
II
II
II
II
II
II
II
II
II
I
I

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA

1
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR – RI
KE PROVINSI LAMPUNG
PADA MASA RESES PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018 – 2019
TANGGAL 2 NOPEMBER 2018

I. PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN KERJA
Komisi II DPR RI telah melakukan kunjungan kerja pada masa reses ke
Provinsi Lampung. Rencana semula rapat dilakukan di Kantor Gubernur
Provinsi Lampung sebagai salah satu langkah pengawasan Komisi II DPR RI
terhadap pelaksanaan Persiapan dan Kesiapan Pemilu 2019, pelaksanaan
reformasi birokrasi dan pelayanan publik, serta pelaksanaan program kerja
mitra Komisi II DPR RI. Namun, mengingat Gubernur, Wakil Gubernur dan
Sekda dinyatakan berhalangan hadir dalam acara tersebut, maka rapat
dipindahkan ke Kantor Wilayah BPN Lampung.
Pada kunjungan kerja Komisi II DPR RI ini dihadiri oleh mitra kerja Komisi
II DPR RI, diantaranya Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI,
Arsip Nasional RI, Kementerian Sekretaris Kabinet, Ombusdman RI,
Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian ATR/BPN, KPU, Bawaslu.
Saat ini, beberapa isu penting yang menjadi perhatian Komisi II DPR RI
adalah mengenai persiapan pelaksanaan Pemilu 2019, Kualitas Pelayanan
Publik, Penyelesaian Konflik Pertanahan, serta Pelaksanaan penataan tanah
di daerah. Persiapan pelaksanaan Pemilu terus dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelaksanaan Pemilu 2019. Sesuai dengan Arah
Kebijakan yang diamanatkan dalam UU no 7 tahun 2017 mengenai Pemilu,
Persiapan dan Kesiapan Pemilu 2019 yang dilakukan oleh Penyelenggara
Pemilu merupakan prasyaratt untuk dapat menghasilkan Pemilu yang
berkualitas. Pemilu 2019 merupakan Pemilu serentak yang pertama kali
diselenggarakan di Indonesia, berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 14/PUU-XI/2013 yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya UU no. 7
tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Rumitnya pelaksanaan Pemilu
serentak ini tentu saja memerlukan persiapan yang lebih matang dan
terstruktur dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah harus dapat bersinergi agar dapat mewujudkan pelaksanaan Pemilu
yang Jujur, Adil dan Rahasia. Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 7
Tahun 2017 tentang Pemilu bahwa setiap warga negara berhak
menggunakan hak pilihnya, maka focus utama dalam Persiapan dan
Kesiapan Pemilu 2019 adalah besaran prosentase masyarakat yang telah
mendapatkan KTP E, serta keseuaian DPT dengan data yang dimiliki
Dukcapil.

2
Paralel dengan hal tersebut, reformasi birokrasi terus dilaksanakan dan
diperluas terutama dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sesuai dengan Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi 2015-2019 sasaran
reformasi birokrasi antara lain: Birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi
yang efektif dan efisien, dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik yang
berkualitas. Selain itu, pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut
birokrasi pemerintahan untuk melakukan reformasi agar dapat disesuaikan
dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah harus dapat melakukan perubahan mind set, budaya, dan
struktur kelembagaan agar dapat mewujudkan reformasi birokrasi yang
bersih, kompeten, dan melayani. Sesuai dengan amanah Undang-Undang
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pelayanan publik dari penyelenggara pelayanan publik.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai penyelenggara pelayanan
publik harus dapat melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Tim kunjungan kerja kerja Komisi II DPR RI ke Provinsi Lampung
berjumlah 14 orang anggota yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI
B. WAKTU KUNJUNGAN KERJA
Kunjungan kerja dilaksanakan pada tanggal 2 Nopember s/d 4 Nopember
2018. Komisi II DPR RI telah melakukan kunjungan kerja kerja ke Kantor
Wilayah BPN Provinsi Lampung dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi
pengawasan DPR RI terhadap pelaksanaan Persiapan dan Kesiapan Pemilu
2019, Pelayanan Publik, dan Penataan Tanah.
II. HASIL KUNJUNGAN
a. Kunjungan ke Kantor Wilayah BPN Provinsi Lampung
 Pemaparan Tertulis Gubernur Provinsi Lampung
1. Provinsi Lampung merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak ke-2 di Sumatera setelah Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan data BPS jumlah penduduk Provinsi Lampung tercatat
lebih dari 8,2 juta jiwa, bahkan jika berdasarkan data registrasi
penduduk jumlah penduduk Provinsi Lampung telah mencapai 9,5 juta
jiwa.

2. Arah kebijakan pembangunan Provinsi Lampung diselaraskan untuk


pencapaian Visi Provinsi Lampung yang tertuang dalam RPJMD 2015-
2019 yaitu “Lampung Maju dan Sejahtera 2019” dengan
mengedepankan beberapa program strategis berupa pembangunan
infrastruktur, pembangunan pertanian untuk mendukung kedaulatan
pangan, kemandirian energi, pembangunan dan pengembangan

3
kawasan industri dan pariwisata, serta peningkatan pelayanan publik
melalui pendidikan dan kesehatan.

3. Tahun 2017 Provinsi Lampung mampu memperbaiki daya saing


menjadi peringkat ke 14 yang sebelumnya ditahun 2015 peringkat ke
25 dan tahun 2016 peringkat ke 18. Berdasarkan hasil riset ACI pada
desember 2017, bahwa daya saing Provinsi Lampung untuk tahun
2018 meningkat lagi menjadi peringkat ke 11.

4. Terkait tentang Persiapan Pemilu 2019; Implementasi Undang-Undang


Pemerintah Daerah; Perda terkait tata Ruang; Pemerintahan Desa/
Implementasi Undang-Undang Desa; Pelaksanaan Program KTP
Elektronik; Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Provinsi Lampung;
Penataan dan Pengelolaan Arsip; Pelaksanaan PTSL dan Penerimaan
CPNS. Selain itu, berdasarkan agenda Komisi II DPR RI juga akan
mengadakan pertemuan dan kunjungan dengan Instansi Vertikal
Provinsi Lampung.

5. Oleh karena itu, kepada Komisi II DPR RI yang terhormat agar


sepenuhnya memberikan dukungan serta partisipasi aktif sesuai tugas
serta kewenangannya. Pada sisi lain, kiranya data maupun informasi
akurat yang diperoleh melalui kunjungan kerja ini, baik yang
menyangkut aspirasi masyarakat maupun dari instansi terkait di
lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung, dapat dijadikan bahan
masukan untuk memperjuangkan daerah dan masyarakat Lampung di
forum Nasional. Karena pembangunan yang telah, sedang dan yang
akan kami laksanakan ke depan, tujuannya tidak lain dalam rangka
mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus
kemajuan bagi daerah “Sai Bumi Ruwa Jurai” yang kita cintai.

 Sambutan Pimpinan Rombongan Komisi II DPR RI


1. Komisi II DPR RI sangat bersungguh-sungguh dalam melakukan
Kunjungan Kerja ini mengingat berbagai agenda pengawasan yang
dilakukan sangat penting, terkait dengan kesiapan pelaksanaan
Pemilu, Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, serta
pelaksanaan kegiatan program kerja mitra Komisi II lainnya. Sehingga
sikap saling menghormati dan menghargai merupakan wujud itikad
masing-masing pejabat negara dalam memperjuangkan kepentingan
rakyat
2. KPU merupakan mesin yang didesain untuk menghasilkan
kepemimpinan Nasional maupun daerah. UU dan Peraturan-
Peraturannya didiskusikan di Komisi II DPR RI. Meski berdasarkan
keputusan MK bahwa tidak harus mendapat persetujuan Komisi II DPR
RI, namun sejauh ini KPU dan Bawaslu selalu mendiskusikannya
dengan Komisi II DPR RI.
4
3. Komisi II DPR RI juga mengawasi tentang pelaksanaan PTSL, bukan
hanya persoalan administrasi per tanahannya saja, tetapi juga
mengenai anggarannya
4. Kami juga mencermati persoalan penerbitan HGU, untuk melihat
sejauh mana nilai kemanfaatannya bagi rakyat. Lampung merupakan
provinsi yang banyak menerbitkan HGU untuk perkebunan
5. Persoalan penerimaan CPNS yang jauh dari rasa keadilan karena
formasi yang tersedia hanya 380 ribu.
6. Kesiapan KPU, Bawaslu dalam pelaksanaan Pemilu, kesiapan Provinsi
dalam hal kepemilikan KTP Elektonik. Semua hal ini harus
dipresentasikan.
7. Kami akan berkunjung ke KPU dan Bawaslu, selanjutnya ke PT. PN
VII.
 Pemaparan Kakanwil BPN Lampung
1. Profil pertanahan di Provinsi Lampung, berdasarkan data BPN terlihat
bahwa 59,6% dari 3,36 juta Ha lahan belum terdaftar.

5
2. KEMAJUAN PENANGANAN KONFLIK PERTANAHAN DI PROVINSI
LAMPUNG:
a. Penanganan konflik sudah mengalami kemajuan yang signifikan
dan bahkan beberapa kasus sudah dapat diselesiakan;
b. Bersama-sama instansi terkait seperti Pemda, Polres dan
Kodim melakukan upaya sosialisasi keapada warga masyarakat
dan perusahaan pemegang HGU agar dapat menjaga suasana
kondusif dan tidak melakukan tindakan anarkhi yang
menimbulkan konflik fisik sambil menunggu upayaupaya
penyelsaian konflik;
3. Beberapa kasus yang sudah dapat diselesaikan:

a. Konflik antara TNI AU dengan Warga Kampung Astra Ksetra dan


antara TNI-AU dengan Sugar Group Companies di Kabupaten
Tulang Bawang:

1). Berdasarkan surat Direktur Jenderal Penanganan Masalah


Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah Nomor
561/37.3800/IX/2018 tanggal 25 September 2018 yang
ditujukan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara,
Kementerian Keuangan RI, maka dalam rangka penyelesaian
permasalahan tanah Astra Ksetra yang sudah berlangsung
cukup lama akan tetapi terkait juga dengan aspek tata kelola
pengadministrasian Barang Milik Negara, maka sekiranya
dapat dipertimbangkan untuk tanah Astra Ksetra dilepaskan
atau dihapuskan oleh TNI AU sehingga dapat menyelesaikan
konflik antara masyarakat dengan TNI AU dan memberikan
kepastian hukum terhadap kepemilikan tanah masyarakat serta
kepastian dalam mengusahakan tanah tersebut;

2). Status kasus: Tindak lanjut Penghapusan Aset oleh Direktur


Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan RI.

b. Permasalahan Tanah Milik Masyarakat Desa Madukoro yang


dikuasai TNI Angkatan Laut (Prokimal/Proyek Pemukiman
Angkatan Laut) di Lokasi Desa Madukoro, Kecamatan Kotabumi
Utara, Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung:

1). Berdasarkan surat Direktur Jenderal Penanganan Masalah


Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah Nomor
571/37.3800/IX/2018 tanggal 25 September 2018 yang
ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan
agar tanah seluas 106 Ha yang telah diterbitkan SHM

6
sebanyak 87 bidang kiranya dapat dipertimbangkan untuk
dikeluarkan dari aset TNI AL/Prokimal

2). Status kasus: Tindaklanjut Penghapusan Aset oleh Direktur


Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan RI.

c. Masalah Dampak Normalisasi Way Cibakaran oleh Balai Besar


Wilayah Sungai Mesuji Sekampung Tahun Anggaran 2015 di Desa
Tri Tunggal, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur:

1). Berdasarkan surat Direktur Jenderal Penanganan Masalah


Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah Nomor
476/37.3800/VIII/2018 tanggal 24 Agustus 2018 yang ditujukan
kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk ditindaklanjuti
dan diselesaikan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku;

2). Pihak Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung sudah


pernah melakukan mediasi untuk penyelsaian tuntutan tersebut
dengan kuasa masyarakat yang bernama Sdr. Medi Mulya
yang bertindak dan mewakili masyarakat pemilik lahan yang
terkena dampak pekerjaan penanggulangan banjir Way
Cibakaran-Way Sekampung. Pihak Balai Besar Wilayah
Sungai Mesuji-Sekampung menyampaikan bahwa dalam
pelaksanaan pekerjaan penanggulangan banjir tidak ada ganti
rugi lahan dan tanam tumbuh sebagaimana Berita Acara
tanggal 4 Mei 2015, yang bersangkutan menerima baik
penjelasan tersebut 4). Status kasus: Tuntas

d. Permasalahan Mengenai Permohonan Sertipikat Hak Atas


Tanah Desa Margosari, Kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten
Pringsewu, Provinsi Lampung:

1). Berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan


Tata Lingkungan Kementerian LHK Nomor
S.1011/PKTLKUH/PKHW.1/PLA.2/X/2016 tanggal 18 Oktober
2016 menyatakan bahwa batas Kawasan Hutan Lindung Way
Waya Register 22 di wilayah Desa Margosari, Kecamatan
Pagelaran Utara, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung
mengikuti hasil tata batas sebagaimana Peta Lampiran Berita
Acara Tata Batas tanggal 25 Maret 2014 yang telah disahkan
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian LHK tanggal 12 April 2016, sehingga berdasarkan

7
hasil tata batas tersebut BPN dapat menerbitkan sertipikat
kepemilikan tanah di luar batas dimaksud;

2). Selanjutnya berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi


Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor S.1277/PKTL/PLA.2/9/2017
tanggal 18 September 2017 yang ditujukan kepada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Pringsewu perihal mohon
konfirmasi dan klarifikasi batas kawasan hutan lindung di
wilayah Desa Margosari, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten
Pringsewu sebagai tindak lanjut surat Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Pringsewu Nomor
276/40018/PS/V/2017 tanggal 24 Mei 2017 antara lain
menyatakan bahwa Desa Margosari telah dikeluarkan dari
Kawasan Hutan Lindung Way Waya Register 22;

3). Berdasarkan surat Kakanwil BPN Provinsi Lampung Nomor


92/18-400/VII/2018 tanggal 24 September 2018 yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Pringsewuperihal status penguasaan tanah Desa Margosari,
kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten Pringsewu ditegaskan
bahwa permohonan pensertipikatan tanah yang terletak di
Desa Margosari, Kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten
Pringsewu yang terletak di luar kawasan hutan Provinsi
Lampung sebagaimana hasil tata batas dalam Berita Acara
Tata Batas tanggal 25 Maret 2014 yang telah disahkan Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan
tanggal 16 April 2016 dan Lampiran Peta surat Kepala Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XX Bandar Lampung
Nomor S.177/BPKH.XX-3/2018 tanggal 5 Juli 2015 perihal
Peta Kawasan Hutan Provinsi Lampung dapat dipenuhi;

4). Dengan demikian tuntutan Masyarakat Desa Margosari untuk


memperoleh sertipikat hak atas tanah dapat dipenuhi pada
Tahun Anggaran 2019;

5). Status kasus: Tuntas

e. Permasalahan tanah seluas 1.142 Ha terletak di Desa Neglasari,


Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan:

1). Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh


Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan antara lain
disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengukuran terhadap
8
batas Desa Neglasari sebagian terletak dalam kawasan Hutan
Produksi dan Hutan Lindung, oleh karena itu untuk
penyelesaianpenguasaan masyarakat yang beradadi dalam
kawasan hutan produksi dan hutan lindung menjadi
kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI.

2). Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan,Direktur
Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang
dan Tanah berdasarkan surat Nomor 572/37.3-800/IX/2018
tanggal 25 September 2018 yang ditujukan kepada Direktur
Jenderal Planologi yang pada intinya menyerahkan
penyelesaian tuntutan masyarakat atas tanah kawasan hutan
kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

3). Status kasus: Rekomendasi ke Instansi Berwenang

4. Beberapa kasus yang sedang diupayakan diselesaikan:

Permasalahan tanah antara PT. Barat Selatan Makmur Investindo


(PT. BSMI) dan PT. Lampung Indah Pertiwi (PT. LIP) dengan Warga
Desa Kagungan Dalam, Desa Sri Tanjung, dan Desa Tanjung
Harapan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Provinsi
Lampung: 1). Diupayakan penyelesaian damai melalui mediasi oleh
instansi terkait yaitu: Kanwil BPN Provinsi Lampung, Pemda Mesuji,
Polres Mesuji dan Polda Lampung, Kementerian Koordinator Bidang
Politik Hukum dan Keamanan dan Kantor Staf Presiden; 2). Para pihak
bersedia untuk dimediasi, dengan kesepakatan awal: a). Agar
dilakukan pengukuran ulang terhadap lahan HGU milik PT. BSMI dan
PT. LIP dengan biaya pengukuran yang dialokasikan pada APBN,
dengan tujuan untuk menentukan dan memastikan luas dan batas-
batas HGU (Inti) serta luas dan batas-batas lahan plasma; b).
Penegakan hukum secara menyeluruh terhadap para pelaku
penyerobotan tanah, pencurian buah sawit, peredaran sejata api ilegal,
peredaran Narkoba, okupasi warga Kabupaten OKI Provinsi Sumatera
Selatan ke Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung; c). Penegakan hukum
dan penutupan pabrik CPO ilegal dan banyak berdiri di Kabupaten
Mesuji yang menjadi tempat penampungan buah sawit hasil curian; d).
Pihak PT. BSMI dan PT. LIP bersedia: - Melaksanakan program
plasma dengan warga masyarakat dengan terlebih dahulu dilakukan
pendataan dan verifikasi kepada masyarakat dan bidang tanah yang
akan diikutsertakan dalam program Plasma; - Memenuhi kewajiban
CSR dan kewajiban-kwajiban lainnya; - Melakukan koordinasi dengan
9
Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dan instansi terkait dalam
rangka penyelesaian konflik; b. Permasalahan tanah antara PT.
Perkebunan Nsuantara VII (PTPN VII) dengan Warga Desa
Pancabakti, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Lampung Selatan
atas nama DJANI, dkk. (173 Orang) menuntut agar tanah seluas ± 571
Ha: 1). Diupayakan penyelesaian damai melalui mediasi oleh instansi
terkait yaitu: Kanwil BPN Provinsi Lampung dan Pemda Provinsi
Lampung; 2). Para pihak belum bersedia untuk dimediasi, dengan
alasan: a). Warga masyarakat menutut dilakukan pengukurna ulang
lahan HGU PTPN VII, namun PTPN VII menolak; b). PTPN VII
menyarankan agar warga masyarakat melakukan upaya hukum
dipengadilan;

B. TERKAIT HPL YANG DIKELUARKAN KEMENTERIAN AGRARIA


DAN TATA RUANG/BADAN PERETANAHAN NASIONAL:

1. Sertipikat Hak Pengelolaan (HPL) No. 01/SI, No. 02/SI dan No.
03/SI, atas nama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung:

a. Kasus dimaksud ditangani oleh: Kanwil BPN Provinsi Lampung,


Dirjen Penanganan Masalah Agraria Pemanfaatan Ruang dan
Tanah, Ombudsman RI, DPD RI, dan Komisi II DPR-RI:

b. Gubernur Lampung dalam rangka pelepasan aset tanah HPL, maka


berkirim surat ke DPRD Provinsi Lampung dengan surat:

1) Untuk Melakukan Pemindahtanganan Barang Milik Nomor:


028/2576/10/100, tanggal 14 Oktober 2010, perihal:
Rekomendasi Pelepasan Aset Tanah HPL Pemerintah Provinsi
Lampung seluas 386.272 M²;

2) Nomor: 028/4754/10/100, tanggal 30 Oktober 2010, perihal:


Persetujuan Daerah;

c. Keputusan DPRD Provinsi Lampung Nomor:


27/DPRD.LPG/13.01/2015, tanggal 19 Nopember 2015, tentang
Persetujuan Atas Pemindahtanganan Hak Pengelolaan Lahan
Pemerintah Provinsi Lampung di Kelurahan Way Dadi Baru
(Sebelumnya Kelurahan Way Dadi) dan Kelurahan Korpri Raya
(Sebelumnya Kelurahan Harapan Jaya), Kecamatan Sukarame,
Kota Bandar Lampung;

d. Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/6/B.XI/HK/2016, tanggal


08 Januari 2016, tentang Penetapan Pelepasan Hak Pengelolaan
Lahan Pemerintah Provinsi Lampung di Kelurahan Way Dadi Baru
10
(Sebelumnya Kelurahan Way Dadi) dan Kelurahan Korpri Raya
(Sebelumnya Kelurahan Harapan Jaya), Kecamatan Sukarame,
Kota Bandar Lampung kepada Masyarakat;

e. Surat Gubernur Lampung tanggal 08 Januari 2016, Nomor:


028/3/11/2016, perihal Izin Pengalihan Hak Pengelolaan Lahan
(HPL) Pemprov. Lampung, yang ditujukan kepada Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;

f. Surat Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional, tanggal 23 Maret 2016, Nomor: 1319/15.2/III/2016, perihal
Izin Pengalihan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) Pemerintah Provinsi
Lampung, yang ditujukan kepada Gubernur Lampung, yang pada
initnya menyetujui pelepasan Hak Pengelolaan Nomor:
01/Sukarame I, Nomor: 2/Sukarame I, dan Nomor: 3/Sukarame I,
sepanjang penggunaan tersebut sesuai dengan Tata Ruang Wilayah
Kota Bandar Lampung dan tidak terdapat sengketa dengan pihak
lain;

g. Kegiatan pendataan subyek yaitu Warga Penggarap pada tanah


Hak Pengelolaan milik Pemerintah Provinsi Lampung, Pengukuran
Keliling terhadap Sertipikat Hak Pengelolaan No. 1//S.I, No. 2/S.I,
dan No. 3/S.I atas nama Pemerintah Provinsi Lampung dengan luas
total: 886.272 M2 dan Pengukuran bidang/rincikan terhadap
bidangbidan tanah yang dikuasai dan digarap oleh warga
masyarakat, dengan total 1.700 bidang, yang hasilnya sudah
diserahkan ke Pemerintah Provinsi Lampung dengan: 1). Berita
Acara Nomor: 1068/BA.18.71/XI/2016, tanggal 28 Nopember 2016
2). Berita Acara Nomor: 1069/BA.18.71/XI/2016, tanggal 28
Nopember 2016 3). Berita Acara Nomor: 1068/BA.18.71/XI/2016,
tanggal 28 Nopember 2016 yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Sekretaris Daerah Provinsi
Lampung. h. Pemda Provinsi Lampung bersedia melepaskan hak
dengan dilakukan pembayaran kompensasi kepada negara dengan
nominal sesuai hasil penilaian Tim Penilai Tanah (Tim Appraisal)
Rp. 550.000,- (Lima Ratus Lima puluh Ribu Rupiah) per meter
persegi, sedangkan warga masyarakat belum bersedia;

i. Ombudsman RI menyampaikan alternatif penyelesaian konflik


secara parsial yaitu kepada warga masyarakat yang bersedia
membayar kompensasi agar membayar kompensasi dan segera
diterbitkan Sertipikat Hak Milik;

j. Status kasus: Rekomendasi ke Instansi Berwenang


11
2. Permasalahan tanah Warga Lingkungan II dan Lingkungan III,
Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung dengan PT Pelindo II (Persero) - 1/Way Lunik
seluas 105 Ha atas nama PT Pelabuhan Indonesia II (PT Pelindo II
Persero) Cabang Panjang:

a. Berdasarkan Berita Acara Paparan Kasus tanggal 26 Januari 2018


disimpulkan sebagai berikut:

1). Penerbitan Hak Pengelolaan Nomor 1/Way Lunik atas nama PT


Pelindo II terdapat kesalahan administrasi karena sebagian
berada di atas tanah Hak Milik Nomor 449/Teluk Betung, Hak
Milik Nomor 764/Way Lunik dan Hak Milik Nomor 954/Panjang
Utara;

2). Bahwa dengan adanya kesalahan administrasi dalam penerbitan


Sertipikat Hak Pengelolaan Nomor 1/Way Lunik terdapat
beberapa alternatif penyelesaian yang bisa dilakukan: - PT
Pelindo II membayar ganti rugi kepada pemilik tanah Hak Milik
Nomor 449/Teluk Betung, Hak Milik Nomor 764/Way Lunik dan
Hak Milik Nomor 954/Panjang Utara dan kemudian Sertipikat Hak
Milik tersebut dimatikan, selanjutnya tanahnya menjadi bagian
dari Hak Pengelolaan Nomor 1/Way Lunik; - Hak Milik Nomor
449/Teluk Betung, Hak Milik Nomor 764/Way Lunik dan Hak Milik
Nomor 954/Panjang Utara di-enclave dari Hak Pengelolaan
Nomor 1/Way Lunik atas nama PT Pelindo II; - Hak Pengelolaan
Nomor 1/Way Lunik dibatalkan, kemudian diproses ulang sesuai
ketentuan yang berlaku.

3). Bahwa tanah yang dimohonkan hak oleh Masyarakat Lingkungan


II dan Lingkungan III, Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang,
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung statusnya adalah Hak
Pengelolaan Nomor 1/Way Lunik atas nama PT Pelindo II, maka
apabila hendak dimohonkan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari PT Pelindo II (Persero) sebagai pemegang Hak
Pengelolaan.

b. Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Penanganan Masalah Agraria,


Pemanfaatan Ruang dan Tanah Nomor 571/37.3-800/IX/2018
tanggal 25 September 2018 yang ditujukan kepada Direktur Utama
PT Pelindo II (Persero) yang intinya menawarkan alternatif
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut sebagai berikut :
12
1). Agar PT Pelindo II Persero memberikan ganti rugi kepada pemilik
tanah SHM Nomor 449/Teluk Betung, SHM Nomor 764/Way
Lunik dan SHM Nomor 954/Panjang Utara, selanjutnya ketiga
SHM dimatikan dan tanahnya menjadi bagian dari HPL Nomor
1/Way Lunik atas nama PT Pelindo II Persero;

2). Melakukan enclave terhadap ketiga SHMdari HPL Nomor 1/Way


Lunik atas nama PT Pelindo II Persero c. Status kasus:
Tindaklanjut oleh PT. Pelindo II dan Menteri Badan Usaha Milik
Negara

C. TERKAIT PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP (PTSL):

a. Jumlah Bidang

1. Sertipikasi Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL)


Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung
Tahun 2018 dengan target sebanyak 260.000 bidang tanah
dengan total anggaran sebesar Rp. 42.026.400.200,-.

2. Lokasi Kegiatan Sertipikasi Tanah - Pendaftaran Tanah


Sistematik Lengkap (PTSL) tersebar di 13 Kabupaten/Kota se
Provinsi Lampung meliputi:

a) Kegiatan Legalisasi Aset sebanyak : 247.195 bidang;


b) Kegiatan Sertipikasi Tanah Pertanian sebanyak : 6.800
bidang;
c) Kegiatan Sertipikasi Tanah Nelayan sebanyak : 1.495
bidang;
d) Kegiatan Sertipikasi Tanah UKM sebanyak : 2.600 bidang;
e) Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi sebanyak : 1.910
bidang.

b. Anggaran

1) Alokasi anggaran yang disediakan oleh APBN (Pemerintah)


dalam rangka Kegiatan Sertipikasi Tanah - Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap (PTSL) adalah biaya sertipikasi tanah
sebesar Rp. 337.440,- per bidang (Provinsi Lampung masuk
Zona IV) yang terdiri dari Biaya Infrastruktur Pertanahan (Satuan
Tugas A) sebesar Rp. 175.800,- dan Biaya Hubungan Hukum
Pertanahan (Satuan Tugas B) sebesar Rp. 161.640,-

13
2) Sementara biaya pembuatan dan kelengkapan alas hak/bukti
perolehan tanah serta kewajiban pembayaran pajak (BPHTB
dan PPh) menjadi tanggung jawab pemilik tanah/pemohon.

3) Sehubungan dengan kewajiban dari pemegang hak terkait


dengan pembuatan dan kelengkapan alas hak/bukti perolehan
tanah telah diatur dengan Keputusan Bersama Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 25/SKB/V/2017; 590-3167A
Tahun 2017; 34 Tahun 2017, dimana untuk Provinsi Lampung
sebesar Rp. 200.000,-. Namun dalam pelaksanaannya tidak
diterima dengan baik oleh para Kepala Desa/Lurah sehingga
menjadi hambatan dan kendala tersendiri yang dihadapi BPN di
lokasi Sertipikasi Tanah - Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkap (PTSL). Peta sebaran PTSL disajikan pada gambar 1.
Berkut:

4. Sampai dengan bulan Okotber 2018, Rincian Realisasi Jumlah


Bidang, Lokasi dan Sebaran Kabupaten/Kota serta Alokasi Anggaran
pelaksanaan Kegiatan Sertipikasi Tanah - Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap (PTSL) di Provinsi Lampung dapat dilihat pada
table 1. berikut:
14
4. Jumlah Petugas Ukur (ASN) yang tersedia di Kantor Wilayah Badan
Peretanahan Nasional Provinsi Lampung seluruhnya sebanyak 66
orang dengan wilayah pelayanan pada 15 Kabupaten/Kota. Adapun
pendistribusian Petugas Ukur pada Satuan Kerja disajikan pada table
2. Berikut.

5. Sarana dan prasarana pendukung Kegiatan Sertipikasi Pendaftaran


Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Lampung:

15
Sedangkan sarana dan prasarana gedung Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kota dapat dilihat pada table
3.

6. Sosialisasi Program PTSL Kepada Masyarakat

a. Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan merupakan tahapan awal dari


Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL). Kegitan
penyuluhan dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyuluhan langsung dilaksanakan dengan tatap muka
dan penyuluhan tidak langsung melalui korespodensi. Di samping itu

16
juga dilaksanakan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.

b. Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Penyuluhan kepada Instansi Terkait, penyuluhan yang


dilaksanakan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah
Desa maupun SKPD/Instansi lainnya yang mempunyai
hubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan PTSL;

2) Peserta Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL),


merupakan penyuluhan langsung dengan cara melaksanakan
tatap muka dengan para Peserta PTSL yang pada intinya
menyampaikan hal ikwal PTSL, hak dan kewajiban Peserta.
Dalam pelaksanaannya biasanya melibatkan Instansi terkait
lainnya seperti Pemerintah Kabupaten/Kota, Kepolisian,
Kejaksaan.

7. Kebijakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

a. Bahwa sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kewenangan
penentuan BPHTB ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, masih
mengacu pada Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(BPHTB) sebesar Rp. 60.000.000,- belum ada Perda yang mengatur
secara khusus BPHTB bagi kegiatan strategis Sertipikasi Tanah -
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL).

b. Kebijakan mengenai keringanan atau pembebasan Bea Perolehan


Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam mendukung
Program PTSL di Provinsi Lampung belum ada Perda yang
diterbitkan, baik oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota.

c. Dalam rangka pelaksanaan percepatan Pendaftaran Tanah


Sistematik Lengkap (PTSL), Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah melaksanakan deregulasi
dalam pendaftaran tanah dengan menerbitkan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
6 Tahun 2018 (Pasal 33): Dalam hal penerima Sertipikat Hak atas
Tanah tidak atau belum mampu membayar BPHTB dan/atau masih
adanya tunggakan pembayaran PPh oleh pihak lain atas tanah yang
bersangkutan maka tetap dapat diterbitkan Sertipikat Hak atas
Tanah, dengan syarat yang bersangkutan harus membuat Surat

17
Penyataan BPHTB Terhutang dan/atau Surat Keterangan PPh
Terhutang.

8. Kendala yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan Kegiatan


Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) di Provinsi Lampung,
dapat dikategorikan ke dalam 2 kelompok, yaitu kendala intern dan
ekstern, yaitu:

a) Belum terbitnya Perda mengenai keringanan pembayaran BPHTB;

b) Tingginya rasio target sertipikat dan sumber daya manusia


pelaksana kegiatan Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkap (PTSL);

c) Kurangnya dukungan aparat Pemerintah Desa dalam rangka


pelaksanan kegiatan PTSL;

d) Belum tersedianya jaringan internet yang baik di lokasi; e). Kondisi


geografis wilayah;

e) Kurangnya data dan informasi mengenai subyek dan obyek tanah di


aparat desa dalam rangka kegiatan PTSL;

f) Belum tersedianya citra satelit yang up to date.

g) Perlunya dukungan yang nyata dari Pemerintah Kabupaten/Kota


dalam rangka kelancaran dan percepatan PTSL.

9. Pemaparan Asisten Daerah


10. Pelaksanaan Undang-undang Tentang Desa
1. Pemerintah Provinsi Lampung melakukan sosialisasi terhadap
pemberlakuan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa:
a. Sosialisasi langsung yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
kepada desa sangat terbatas karena anggaran yang sangat
terbatas, tahun 2018 Sosialisasi yang dilaksanakan hanya
sosialisasi terhadap pengurus BUMDes yaitu Bimbingan Rakernis
Manajemen Pengelolaan BUMDes, yang dilaksanakan pada
tanggal 2 mei s.d 4 mei 2018 dengan jumlah peserta 52 orang dari
13 Kabupaten.
b. Sosialisasi yang dilakukan kepada tokoh masyarakat adalah Focus
Group Discusion dalam pelestarian dan pengembangan adat dan
nilai-nilai sosialisasi budaya masyarakat yang dilaksanakan pada
18
tanggal 29 November s.d 30 November 2017 dengan jumlah
peserta 40 orang dari perwakilan tokoh adat dari 15
kabupaten/kota dari Dinas PMD Kabupaten/Kota
c. Sosialisasi yang dilaksanakan adalah Rpat Koordinasi dengan
Kabupaten tentang UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa serta
peraturan-peraturan lain turunannya.
2. Hasil evaluasi terkait proses pencairan dana desa hingga saat ini di
Provinsi Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Secara umum pencairan Dana Desa di Provinsi Lampung tidak ada
masalah yang berarti, dapat dilihat dari data tahun 2017 prosentase
pencairan sebesar 99,94% atau dengan alokasi sebesar
Rp.1.957.487.721.123 dicairkan Rp.1.956.404.926.385 dan hanya 2
desa yang tidak dicairakan 100 % yaitu Desa Karya Cipta Abadi
Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang dikarenakan
Jumlah Penduduk tidak memenuhi syarat (Hanya 30KK) dan Desa
Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung
Selatan dikarenakan Kepala desa sedang mengalami proses hukum.
b. Pencairan Dana Desa Tahun 2018 dengan alokasi
Rp.2.088.401.374.000 telah dicairkan sebesar Rp. 1.347.719.934.760
dengan prosentase sebesar 64,5%.
c. Secara umum permaslahan yang ada di provinsi Lampung dalam
pencairan dana desa adalah keterlambatan penyaluran tiap tahap
dikarenakan proses penyusunan perencanaan desa (RKPdes dan
APBdes serta Evaluasi RKPdes) tidak tepat waktu sebagiamana yang
diatur dalam PMK Nomor 225/PMK.07/2017 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Keunagan Nomor 50/PMK.07/2017
Tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dengan
ketentuan sebagai beikut :
I. Tahap I paling cepat bulan januari dan paling lambat minggu
ketiga bulan juni sebesar 20%
II. Tahap II Paling cepat bulan Maret dan paling lambat bulan juni
sebesar 40%
III.Tahap III paling cepat bulan juli sebesar 20 %
19
IV. Tahaan-tahapan ini belum bisa ditepati
d. Proses rekrutmen pendamping desa pertama kali dilaksanakan
tahun 2015 sepenuhnya merupakan kewenangan pusat, proses
rekrutmen yang kedua tahun 2016 dilaksanakan oleh KEMENDES
yang berkerjasama dengan perguruan Tinggi Negeri, proses
rekrutmen yang ketiga tahun 2017 Pemeirntah Pusat sudah
melibatkan Pemerintah Provinsi yang berkerjasama dengan
Perguruan Tinggi Negeri.
3. Mengenai koordinasi yang dilakukan oleh Kementeran Desa, PDT dan
Transmigrasi dengan Kementerian Dalam Negeri maupun pihak
Pemerintah Provinsi Lampung dalam upaya meningkatkan kapasitas
pendamping desa, dapat kami uraikan sebagai berikut:
a. Pendamping professional desa dibiayai oleh dana dekonsentrasi
kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi dengan Jumlah kuota
pendamping desa di Provinsi Lampung sebanyak 1209 orang dan
yang terisi sampai bulan oktober 2018 berjumlah 1084 orang yang
terdiri dari :
i. Tenaga Pendamping Lokal Desa (PLD) : 596 Orang
ii. Tenaga Pendamping Desa (PD) : 416 Orang
iii. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masayrakat (TAPM) : 72 Orang
b. Secara umum proses pendampingan dan kondisi pendamping
desa 85% sudah ideal dan layak, kelemahan terbesar adalah
kemampuan pendamping desa yang masih terbatas dalam
mendampingi desa .
c. Kekurangan utama adalah rekrutmen Pendamping Desa Tehnik
Infrastruktur yang masih sedikit peminatnya, sehingga terjadi
kekurangan sebanyak 87 orang.
d. Solusinya adalah peningkatan kapasitas bagi pendamping desa
yang bersifat umum maupun tematik terus dilaksanakan dengan
mengikuti perubahan peraturan perundang-undangan.
4. Sedangkan mengenai Sistem keuangan desa (Siskeudes) dapat kami
jelaskan sebagai berikut :

20
a. Pemerintah Provinsi Lampung berkerja sama dengan BPKP
Perwakilan Lampung telah meminta kepada seluruh desa untuk
dapat mengunakan sistem aplikasi siskeudes yang dibuat oleh
BPKP.
b. Pemerintah Provinsi Lampung telah membentuk dan melatih
Satuan Tugas Siskeudes di tiap Kabupaten .
c. Sampai saat ini dari 2.435 desa di Provinsi Lampung sudah 2.157
desa yang sudah melaksanakan sosilaisasi siskuedes, hanya
sebanyak 278 desa yang belum melaksanakan sosialisasi
siskeudes.
5. Adapun sistem pengawasan dana desa yang selama ini dilakukan oleh
Pemerintah Desa, Pemeritah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi
Lampung dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemerintah Provinsi Lampung telah membentuk dan melatih
Satuan Tugas Siskeudes di tiap Kabupaten .
b. Pemerintah Provinsi melakukan pengawasan :
1) Proses pencairan diupayakan agar sesuai dengan tahapan
2) Melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengambil sampel
dari tiap kabupaten
3) Melaksanakan rapat evaluasi rutin dengan kabupaten tentang
proses dana desa
4) Kabupaten membentuk tim evaluasi dan monitoring dimasing-
masing kabupaten

11. Diskusi
12. Pertanyaan dari Bpk. Henry Yosodiningrat. FPDIP:
a. Konflik lahan antara rakyat dengan TNI AU telah selesai kami
perjuangkan, dan saat ini sedang dalam proses sertipikasi.
b. Beberapa waktu lalu saya didatangi sekelompok masyarakat dari
Lampung, yang berasal dari 3 desa:Bantar Negeri, 90% telah
diterbitkan sertipikat tanah. Kemudian oleh Kemenhut, dgn alas an
abrasi, mematok 300 m dari garis pantai secara sepihak. Oleh
karena itu saya mengharap dilakukan pengukuran ulang.
Berdasarkan hal itu kami sebagai wakil masyarakat
memperjuangkan kepemilikan lahan ini.

21
c. Ada tanah 150 Ha, dalam hal ini saya mengutip surat dari Kakanwil
BPN Lampung, milik keluarga besar di Lampung yang dikuasai
rakyat melalui tratib seluas 100 ha. Saya melakukan pengukuran
ke lokasi untuk melakukan pengukuran. Namun, kakan Lampung
Utara meminta bukti pajak kepada pemilik lahan.
d. Saya menanggapi terkait dengan KTP El ada perangkat KTP El
yang rusak di beberapa kabupaten. Dari 12 perangkat, hanya 2
yang berfungsi dengan baik. sehingga jika dihubungkan dengan
upaya percepatan perekaman data, maka perlu dicari solusi untuk
memperbaiki perangkat KTP El yang rusak.
13. Jawaban:
a. Mengenai Astra kesetra, kementerian BPN telah mengirimkan
surat,
b. Kasus lampung Timur, akan kami pelajari dulu dgn
berkoordinasi dgn PPKH
c. Tanah keluarga ini, memang sdh ada yang jadi perkampungan.
Usul yang bisa disertipikatkan adalah Kawasan yang masih
dikuasai pemilik dulu.
14. Pertanyaan dari Bpk H. Zulkifli Anwar, FDemokrat:
a. Sudah sering kali kami berkomunikasi dengan BPN dalam hal
pertanahan. Dapil 1 ini kursial sekali. Contoh, ini akan terjadi
keributan besar, karena Jalan Tol sumatera ada di Dapil 1.
Banyak kades yang ditangkap karena menerbitkan sporadic,
namun disyahkan BPN, yang diklaim oleh perusahaan. Contoh
PT. Lamtoro Gung. 500 Ha lahan diklaim oleh penusaha
lainnya.
b. HGU yang telah berakhir masanya, harusnya dikembalikan
kepada rakyat, tetapi tetap dikuasai pengusaha.
c. BPN bisa diadukan dan dipenjarakan jika terbukti melakukan
penympangan kewenangan
d. HGU yang diberikan pada Pelindo II adalah milik rakyat,
e. Di Teginanang, Kanwil BPN yang menghalangi ganti rugi
diberikan pada rakyat.
f. Pak Taufik merupakan Bupati tahun 2005. 25 maret 2005
menandatangani perpanjangan pt. PN VII yang HGUnya habis
desember 2004.

22
15. Jawaban
a. Kebetulan untuk kasus jalan tol ini ada 15 ribu bidang, dan 700
bidang bersengketa yang uangnya dititipkan di pengadilan.
Kami berupaya lebih pro pada masyarakat
b. Syarat perpanjangan HGU dilakukan 2 thn sebelum berakhir.
Masyarakat dapat menggunakan HGU yang diterlantarkan.
16. Pertanyaan dari Bpk. Ir. H. Endro Suswantoro, FPDIP
a. Saran kami Kanwil BPN berkomunikasi aktif dengan BPN kantor
Kabupaten/kota. Karena banyak sekali kepala desa tidak
mengetahui mengenia PTSL,
b. Desa Sumber agung, pengukurannya banyak yang meleset.
c. Pesawaran,
d. Kaitannya dengan adanya PTSL ini, perlu dipikirkan juga
Gudang arsip.
e. Saya berkeliling Lampung dan melihat sosialisasinya memang
rendah sekali.
f. Di bandar Lampung KTP Elnya invalid,
17. Jawaban
a. Biasanya kades memang selalu diikutsertakan dalam sosialisasi
PTSL
b. Mengenai pemilik Sumber Agung, nanti kami tanyakan pada
kakannya
c. Kalau biaya di luar SKB yang menetapkan nilainya 200 ribu,
kami tidak dapat melakukannya.
d. Mengenai info saat Prona lahan sudah diikutsertakan, lalu saat
PTSL ditolak, nanti kami pelajari.
e. GK jalan kereta api, penduduknya sdh ribuan/
f. Desa Margosari di Pringsewu tahun depan akan dilaksanakan
PTSL
g. Mengenai Sukapura, nanti dicek dulu. Untuk arsip,
h. Program PTSL dilaksanakan bertahap hingga tahun 2019
i. Terkait dengan anggaran, memang perlu pengawasan intensif
j. Terkait dengan alih fungsi Kawasan, nanti akan ditentukan
dengan Perda tata ruang.

23
18. Pertanyaan dari Bpk Tamanuri, F-Nasdem
a. Memperhatikan misi menjadikan Lampung sebagai lumbung
padi, bendungan di Way Rarum yang ada saat ini hanya
mampu mengairi 8000 ha
b. Beberapa desa di Lampung berada dalam penguasaan KLHK
19. Jawaban :
a. Lampung telah ditetapkan menjadi lumbung padi nasional,
namun kami menghadapi permasalahan ketersediaan air karena
catchment areanya buruk dan alih fungsi lahan.
b. Daerah tingkat 2, harusnya membuat perda untuk melindungi
Kawasan pertanian.
20. Jawaban Dinas Dukcapil Prov. Lampung
a. Perekaman di kabupaten-kota telah dilakukan terhadap….jiwa.
b. Total sudah 91% penduduk Lampung yang telah terekam KTP
El
c. Perbedaan data KPU dengan Disdukcapil sebesar 1,2 jt orang.
d. Yang sdh terekam itu artinya mereka sdh memiliki KTP el,
e. 9 perangkat ini rusak, hanya pada bagian tertentu. Namun
statusnya menjadi rusak
f. 605 perangkat baik jika digabungkan
21. Kemendagri
a. Pengadaan alat dilakukan pusat dan didistribusikan ke daerah,
dan menyediakan anggaran pemeliharaan. Klo perrangkat baru
penganggarannya ada di pemerintah daerah.

Kunjungan ke KPU Lampung


1. Pemaparan Ketua KPU Lampung
a. Kurang dari 1% yang harus dicermati kembali. Namun untuk
mengakomodir data pemilih yang pindah domisili, maka KPU harus
intensif bekerja sama dgn Dukcapil hingga H-30.
b. Pada table berikut dapat terlihat bahwa selisih data pada DPT per
Agustus 2018 dengan hasil pencermatan per September 2018 totalnya
adalah 35.076 jumlah pemilih yang harus dihilangkan dari DPT karena
berbagai sebab. Sehingga jumlah DPT di Provinsi Lampung yang
semula 5, 914 juta jiwa dikoreksi menjadi 5, 879 juta jiwa.
24
c. Namun, jika memperhatikan data DPT Pilgub Lampung, maka selisih
jumlah pemilih pada DPT per September 2018 masih di atas 118 ribu
suara lebih besar dari data DPT Pilgub Lampung.

2. Pemaparan Ketua Bawaslu Lampung


a. Evaluasi terhadap pelaksanaan pilgub Lampung, terkait dengan
netralitas ASN, sangat baik
b. Untuk persiapan Pelaksanaan Pemilu, Bawaslu Lampung membentuk
pengawas PPDP (Petugas Pemutakhiran Data Pemilih)
c. Melaksanakan bintek terpadu dengan PanwasCam

25
d. Pertanyaan kepada komisi II DPR RI, menjanjikan dan memberikan
materi, tidak termasuk barang pemberian yang merupakan atribut
kampanye, serta biaya/uang makan, transport, biaya pertemuan dan
uang hadiah. Apakah harus dalam bentuk barang atau bisa uang tunai.
3. Pimpinan Tim Kunker
a. 1,6 juta masyarakat yang memiliki hak pilih belum terekam KTP El.
Kekhawatiran Komisi II DPR RI adalah hilangnya hak pilih warga.
Tensi pemilu di Lampung dan dinamika politiknya cukup tinggi.
Sehingga KPU dan Bawaslu jangan berseberangan. Karena hal ini
berbahaya.
b. Terkait dengan pasal 286 mengenai uang makan dan transport dalam
bentuk uang. Mohon bantuan Pak Rambe untuk menjawabnya
c. Terkait dengan pengawasan Bawaslu, karena tidak disebutkan dalam
UU, maka dilaporkan di Bukit Tinggi bahwa Bawaslu melarang
menampilkan foto caleg.
d. Pemasangan atribut kampanye sebelum masa kampanye. Hanya di
Bandar Lampung yang tidak bisa dieksekusi
4. Penjelasan Pak Rambe Kamarulzaman, FPG:
a. Masa kampanye adalah 23/9/2018- April 2019
b. Kampanye dinyatakan dalam pertemuan terbatas, pasal 286 ini
menyangkut yang boleh diberikan pada seseorang. Bahan kampanye
60 ribu. jenisnya harus jelas dan waktunya kapan dilakukan
c. Bagaimana Parpol silaturahmi, Pendidikan politik adalah subtantif.
d. Biaya makan dalam bentuk makanan, tetapi biaya transportasi dalam
bentuk uang
e. Iklan foto kampanye, ditentukan zonanya, tetapi kalau di dalam
pekarangan rumah pribadi, boleh.
f. Kpu membuat jukni terkait dgn psl2 yg normanya menjadi abu2 atau
pasal karet. (HK, ketua)

Kunjungan ke PT. PN VII


 Direksi PT. PN VII menjelaskan profil singkat perusahaan dan permasalahan
yang dihadapi.sampai 2018 rugi 200 M.
 Ketua Tim:
a. kami ingin mendapatkan informasi lebih jauh mengenai HGU. ORI
dapat mendalami performa perusahaan. Mengapa tanah milik negara
yang dikuasai BUMN, jangankan memberikan manfaat pada rakyat
26
malah menjadi beban negara. Jika tidak bermanfaat, BPN dapat
mempertimbangkan apakah memperpanjang HGU atau tidak. PT. PN
VII menguasai 127 ribu Ha dgn 32 HGU. Aneh, saya 8 tahun di komisi
IV semua PT PN mengaku rugi.
b. Negara menyiapkan lahan, menyiapkan infrastruktur, tetapi malah
menjadi beban bagi negara. BPN turut bersalah dalam hal ini.
Sehingga harus segera dilakukan evaluasi untuk menilai apakah perlu
dilakukan perpanjangan HGU atau sebaiknya diserahkan untuk
dikelola rakyat saja.
c. Kami ingin mendapatkan informasi needsnya PT. PN itu sebenarnya
yang terbaik berapa luasan HGU yang diperlukan.
 Diskusi
a. ORI
i. Di dalam laporan ke Ombusdman, masyarakat
mempertanyakan mengenai angka 2 tahun.
ii. Seringkali juga kami temukan bahwa PT. PN mengeluhkan
mereka kesulitan mendapatkan HGU dibandingkan dengan
perusahaan swasta. Izin lokasi lebih sering perusahaan swasta
mendapatkannya lebih dulu.
 PT. PN VII,
a. Beberapa lahan yang diidentifikasi menjadi sebab inefisiensi, dan hasil
tidak optimal. Maka kami melibatkan masyarakat, KSO utk
mengoptimalkan asset-aset PT. PN VII. Kelemahan PT. PN VII adalah
pasar. PT. PN keluar dari KBB, dua pabrik gula yang menjadi anak
usaha kami adalah salah satu strategi untuk menambah penetrasi psar
dan nilai tambah produk perkebunan
b. Soal konflik lahan, kami melakukan mediasi. Hanya saja yang telah
dalam proses pengadilan, kami ikuti saja keputusannya
III. CATATAN RAPAT
Komisi II DPR RI mendorong Pemerintah Provinsi Lampung, untuk
meniindaklanjuti dalam raker dgn KPU dan Dukcapil mengenai perbedaan
data yang signifikan terhadap jumlah penduduk yang sudah terekam KTP
El. KPU menyatakan ada 1,6 juta penduduk yang belum terekam
datanya, sementara Dukcapil Lampung menyatakan bahwa hanya 400
ribu yang belum terekam. Semoga dapat ditindaklanjuti dan bermanfaat
bagi semua pihak. Kepada semua pihak yang membantu
terselenggaranya kunjungan kerja ini, kami ucapkan terima kasih.

KOMISI II DPR RI

27
28

Anda mungkin juga menyukai