Anda di halaman 1dari 37

 TEORI MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA

Indonesia merupakan negara kesatuan dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam
(muslim), dan merupakan negara dengan mayoritas terbesar ummat muslim di dunia.
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 87,18 % atau 207
juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam.

Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit
masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat
Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan.

Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun
mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut
yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah
pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.

Indonesia sebagai salah satu wilayah yang memiliki banyak pelabuhan, merupakan salah satu
tujuan para saudagar asing untuk memperoleh barang dagang yang laku di pasaran internasional,
terutama rempah-rempah.  

pada akhirnya agama islam menyebar hingga ke Asia Tenggara dan Asia Timur disebabkan
dibukanya Bandar Hurmuz di Teluk Persia. 

 Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia dapat dibagi
menjadi:

1. Teori Gujarat:

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran
dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari
Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di
Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke

7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang
Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia
timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan
disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam
telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat
telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang
Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan


argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan
yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut
diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut
masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

2. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia
atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Kesamaan budaya ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain:
 Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai sebagai hari suci kaum
Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang
berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut”
(keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
 Kedua, Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya
antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari
Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena
ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan
membahayakan stabilitas politik dan sosial.
 Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja bahasa Arab, untuk
tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal. Huruf Sin
yang ridak bergigi berasal dari Persia, sedangkat Sin bergigi berasal dari Arab.
 Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim
(1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini, Teori Persia memiliki
kesamaan mutlak dengan teori Gujarat.
 Kelima, Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori
Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang
dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat
Islam Indonesia menganut mazhab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
Namun, teori ini sukar untuk diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri sebagai salah satu
peserta seminar (1963). Alasan yang dikemukakannya adalah jika kita berpedoman
kepada masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada
masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik,
ekonomi, dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan
Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad, Jadi belum mungkin
Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam.

3. Teori cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru
berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan,
menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam
pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.

Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan
hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja
Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.
Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta
leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban
Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan
merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.

Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang
pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama
oleh para pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori
tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia
datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan
tidak dalam waktu yang bersamaan.

4. Teori Arab (Mekkah)

Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Makkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh
yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang
ulama sekaligus sastrawan Indonesia.

Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies
natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para
sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan
sumber Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi,
melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka,
jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia.
Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan
keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan
tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama.
Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang-
orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini
hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa
para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum
Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau
perguruan tarekat.
Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold.
Dinyatakan bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai perdagangan
di Ceylon. Jika kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan
Al-Hind berarti India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun
disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah
sampai ke Indonesia.
Hanya penyebutannya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar telah ada
hubungan antara bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab
merupakan bangsa asing pertama yang datang ke Nusantara. Islam dipercaya tiba di Indonesia
langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.
Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam
perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka
berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat
Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.[1] Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah
Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai
Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah
tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah
naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah
bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus).[2] Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke
wilayah kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-
656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke
tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini
adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.[3] Namun menurut Hamka
sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.[4]
Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz
sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di
istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap
terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut.[5] Dalam hal ini,
Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten
Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang
dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas
candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan
Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa
Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.[6]
Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi
Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari
daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M
diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.[7]
Teori yang didukung oleh  Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka ini
mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 Masehi melalui para musafir Arab
yang memiliki semangat menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Terdapat 3 bukti utama.
Pertama, di Pantai Timur Sumatera terdapat perkampungan Islam khas dinasti Umayyah. Kedua,
Mazhab Samudera Pasai sama dengan Mazhab di Arab yaitu Mazhab Syafii. Ketiga, adanya
penggunaan gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang lazim ditemui pada budaya
Islam di Mesir. Kelemahan teori ini hanya sedikit sehingga teori ini dianggap menjadi teori yang
paling kuat. Kelemahannya adalah kurangya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa
Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.

Selain berdasarkan teori yang ada agama islam tentunya masuk berdasarkan dari interaksi anar
penduduk yang menggunakan beberapa pola kegiatan yang dilakukan

1. Teori Gujarat

Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari
daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa
kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan
Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada
tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.

2. Teori Persia

Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke


Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah
sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.Teori ini tercetus karena pada
awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13,ajaran yang marak saat itu adalah ajaran
Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia
dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.Contohnya adalah peringatan 10
Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di
beberapa wilayah Sumatera(Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).

3. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby,mereka berpendapat bahwa
sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim
China.Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam
ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak)
adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan
yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara.

4. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari
Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal
ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampunganArab di Barus, Sumatera Utara yang
dikenal dengan nama Bandar Khalifah.Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal
adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian
yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya
Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti,Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

 PERDAGANGAN

PERDAGANGAN Dimulai pada abad ke 7 M yang melibatkan pedagang -pedagang arab, presia
dan India. Proses ini sangat menguntungkan, sebab bisa dilaksanakan pada saat mereka
berdagang. Dalam agama Islam, semua orang Islam adalah penyampai ajaran Islam

 PERKAWINAN

PERKAWINAN Para pedagang mulai membentuk keluarga dengan cara menikahi para
penduduk lokal, misalnya antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila. Adanya
proses ini menyebabkan penyebaran agama islam berjalan lancar karena keluarga hasil
perkawinan akan membentuk keluarga muslim.

 PENDIDIKAN
PENDIDIKAN Para tokoh Islam menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi
para santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengahtengah
masyarakat.

 TASAUWF

TASAWUF merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga
memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah swt dan memperoleh ridaNya.
Buktibukti mengenai hal ini dapat kita ketahui dari Sejarah Banten, Babad Tanah Jawi, dan
Hikayat Raja-raja Pasai.

 POLITIK

POLITIK Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung biasanya
rakyat mengikuti jejak rajanya. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di
masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti
dengan penyebaran agama.

 KEBUDAYAAN INDONESIA
Budaya Islam adalah istilah yang banyak digunakan dalam akademi sekuler untuk
mendeskripsikan praktik budaya orang islam. Karena agama Islam muncul pada abad ke-
6 di Arab, bentuk awal budaya Muslim kebanyakan merupakan budaya Arab. Dengan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, Muslim saling berhubungan dan berasimilasi
dengan budaya Persia, Turkik, Mongol, India, Melayu,Berber dan Indonesia.

MACAM MACAM KEBUDAYAAN ISLAM DINUSANTARA

I. SENI BUDAYA

Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Nusantara sudah mengenal
berbagai kepercayaan dan memiliki beragam tradisi lokal. Melalui kehadiran Islam maka
kepercayaan dan tradisi di Nusantara tersebut membaur dan dipengaruhi nilai-nilai Islam.
Karenanya muncullah tradisi Islam Nusantara sebagai bentuk akulturasi antara ajaran Islam
dengan tradisi lokal Nusantara. Tradisi Islam di Nusantara digunakan sebagai metode dakwah
para ulama zaman itu. Para ulama tidak memusnahkan secara total tradisi yang telah ada di
masyarakat. Mereka memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi tersebut, dengan harapan
masyarakat tidak merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat diterima. Seni budaya, adat, dan
tradisi yang bernapaskan Islam tumbuh dan berkembang di Nusantara. Tradisi ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran Islam di Nusantara. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda Islam
harus mampu merawat, melestarikan, mengembangkan dan menghargai hasil karya para ulama
terdahulu. Mengingat zaman modern sekarang ini ada sebagian kelompok yang mengharamkan
dan ada sebagian yang menghalalkan. Mereka yang mengharamkan beralasan pada zaman
Rasulullah saw. tidak pernah ada. Mereka yang membolehkan dengan dasar bahwa tradisi
tersebut digunakan sebagai sarana dakwah dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kita
sebagai generasi penerus Islam kita harus bijaksana dalam menyikapi tradisi tersebut. Memang
harus diakui ada tradisi-tradisi lokal yang tidak sesuai dengan Islam. Tradisi seperti ini harus kita
tolak, dan buang supaya tidak ditiru oleh generasi berikutnya. Para ulama dan wali pada zaman
dahulu tentu telah mempertimbangkan tradisi-tradisi tersebut dengan sangat matang baik dari
segi madharatmafsadat maupun halal-haramnya. Mereka sangat paham hukum agama, sehingga
tidak mungkin mereka menciptakan tradisi tanpa pertimbanganpertimbangan tersebut. 

1.WAYANG

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terbuat dari sebuah kayu,wayang banyak
berkembang di Indonesia terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Kesenian wayang di
Nusantara merupakan hasil karya seorang ulama yang terkenal, yaitu Sunan Kalijaga sebagain
sarana dakhwah menyebarkan agama Islam di Nusantara.

2. Musik Gambus dan Rebana

Alatnya kecapi petik, gambus, rebana kecil dan marwas ( marawis ). Penyanyinya melantunkan
kasidah Al-Barzanji atau syair lain .Dikenal musik marawis di Jakarta, Banten dan Cirebon.

3. Hadrah dan salawat nabi

Hadrah adalah suatu kesenian suara rebana dalam bentuk seni tari dan nyanyian yang beyang
diiringi degan rnafaskan Islam. Lagu-lagu yang berisi ajaran Islam, sedangkan
musiknyamenggunakan rebana dan genjring.

Tradisi dan Budaya Islam di Nusantara


Sejarah tentu pastilah ada yang mengawalinya dan bisa saja sejarah tersebut dirubah, baik itu
untuk hal-hal yang negatif atau bisa juga sejarah tersebut dirubah menjadi sesuatu yang positif
dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Begitu pula dengan sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini. Tentunya ulama-ulama
atau sunan-sunan zaman dahulu yang sudah mendalami ilmu-ilmunya sudah mengetahui
berbagai tradisi dan budaya yang ada pada suatu masyarakat. Apakah itu baik untuk tetap
dilakukan oleh suatu masyarakat, atau memang perlu adanya suatu perubahan dalam tradisi atau
budaya tersebut.
Sehingga dengan ilmu-ilmu yang telah mereka dalami para ulama dan para sunan terdahulu bisa
meluruskan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat tersebut serta digunakannya sebagai
sarana dakwah kepada umat yang ada di bumi tercinta ini. Misalnya di pulau Jawa, yang mana
masyarakatnya begitu kental dengan seni dan budaya Jawanya. Seperti wayang, kemudian musik
(gending), seni bangunan, ukiran kayunya, dan lain sebagainya.

Para ulama dan para sunan terdahulu sering menggunakan tradisi yang sudah melekat pada suatu
masyarakat tersebut, untuk tujuan dakwah. Mereka menyebarkan agama Islam melalui kesenian-
kesenian yang sudah ada, artinya para ulama’ dan para sunan terdahulu tetap memperhatikan
suatu kesenian yang sudah ada, kemudian sedikit demi sedikit mereka memasukkan ajaran
dakwah pada sebuah acara atau kebudayaan tersebut.

Macam – Macam Sejarah Tradisi dan Budaya Islam di Nusantara


Dari sekian banyak budaya dan tradisi yang ada pada negeri tercinta ini ada beberapa budaya
lokal yang ada pada sebuah masyarakat masih merupakan bagian dari tradisi dan budaya Islam.
Tradisi dan budaya Islam di nusantara ini  terdiri dari berbagai macam seni. Mulai dari kesenian
dan budaya lokal itu sendiri, seni bangunan, seni ukir atau seni lukis, seni musik dan seni tari,
kemudian seni sastra atau aksara.

Berikut penjelasan mengenai macam-macam peninggalan sejarah tradisi dan budaya Islam  yang
masih bisa kita lihat atau kita teruskan hingga saat ini:

Pertama, Upacara Adat Sekaten


Sekaten ini merupakan tradisi dan budaya yang dilaksanakan tiap tahunnya.  Ibarat tempat
berkumpul dan berdagang secara bersama-sama baik di siang  atau di malam hari. Acara ini
dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Namun, pada waktu
itu masyarakat di daerah tersebut masih sedikit yang mengenal Islam.

Akhirnya, melalui acara tersebut diselingi dan dimasukkanlah ajaran-ajaran Islam di dalamnya
oleh Sunan Kalijaga. Kata ‘sekaten’ sendiri awalnya adalah berasal dari bahasa Arab yakni
‘syahadatain’ (dua kalimat syahadat), yang artinya dalam acara tersebut masyarakat Jawa
diberikan materi-materi untuk senantiasa belajar Islam diantaranya mengucapkan dua kalimat
syahadat:
‫س ْو ُل هللا‬ ْ ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلهَ اِالّ هللا َوأ‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح ّمدًا ّر‬ ْ َ‫ا‬
Artinya kurang lebih:

“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa
nabi Muhammad adalah utusan (rasul) Allah”
Namun, karena saat itu orang Jawa belum bisa mengucapkan dengan fasih apa itu ‘syahadatain’,
maka pengucapannya pun menjadi agak berbeda ‘sekaten’. Acara sekaten ini juga berisikan
pertunjukan gamelan-gamelan yang dimainkan.

Kedua, Kesenian Bangunan


Sebelum agama Islam datang, banyak kerajaan-kerajaan yang mempunyai tanah yang begitu
luas, sebut saja alun-alun. Acara adat sekatenan diadakan di lokasi tersebut. alun-alun tersebut
dikelilingi dengan berbagai tempat penting mulai dari bangunan kerajaan (kraton), pasar, tempat-
tempat penting yang dijadikan sarana pemujaan serta bangunan-bangunan penting lainnya.

Tempat-tempat tersebut tersebut merupakan rangkaian budaya lokal setempat yang mana pada
bangunan-bangunan tersebut masih asli dan belum mengalami perubahan. Setelah agama Islam
datang, seni-seni yang ada bangunan tersebut (arsitektur) masih dipertahankan dan tentunya 
mengalami sedikit perubahan. Sehingga bentuk aslinya masih tetap terjaga.

Misalnya saja tempat ibadah yang ada di sekitar alun-alun tersebut yang saat ini sudah menjadi
masjid, namun nilai seni (arsitek) lokalnya masih terjaga. Mulai dari bentuk meru-nya (atap yang
bertingkat), yang masih dipertahankan karena selain menambah keelokan sebuah masjid
kemudian pintunya yang banyak yang memiliki arti setiap orang bisa memasuki dari arah mana
saja,  sehingga menjaga saluran udara yang ada di dalam masjid.

Ditambah lagi dengan hiasan kaligrafi pada dinding masjid serta ruang tersendiri (mihrab) yang
berada di bagian depan makmum yang berfungsi sebagai tempat imam masjid memimpin shalat
lima waktu. Kemudian adanya pendopo yang mana di waktu itu belum banyak yang memeluk
Islam, sehingga pendopo ini digunakan untuk sarana belajar untuk belajar mengaji. Serta adanya
kentongan atau bedug yang dibunyikan sebagai pertanda untuk dikumandangkannya adzan
karena masuknya waktu shalat.
Selain masjid, seni bangunan yang lain adalah adanya bangunan kraton (istana kerajaan) yang
mana dalam kraton tersebut terdapat berbagai paduan corak agama, baik Hindu, Islam kemudian
kepercayaan warga setempat. Sehingga menjadikan bentuk dan bangunan kraton tersebut lebih
bagus dan punya ciri khusus. Seperti Kraton Ngayogyakarta, Kraton Surakarta, Kraton
Kasepuhan, Istana Mangkunegaran, Istana Raja Gowa, dan lain sebagainya.

Dari seni bangunan, tentunya akan kita dapati bahwa begitu banyak peninggalan tradisi dan
budaya Islam yang ada di Nusantara ini.

Ketiga, Seni Ukir atau Kaligrafi


Faktor ketiga yang sudah menjadi tradisi dan budaya Islam yang sudah ada di nusantara ini
adalah masih berkaitan tentang seni juga. Tetapi untuk yang satu ini sering kita jumpai di tempat-
tempat ibadah atau biasanya menjadi keistimewaan sendiri bagi seseorang yang di rumahnya ada
seni ukir atau kaligrafi ini.
Selain bentuknya yang yang indah, seni ukir atau kaligrafi ini biasanya menjadi nilai tersendiri
bagi tempat ibadah atau sebuah rumah. Hal ini dikarenakan biasanya seseorang bisa memilih
atau memberikan pilihan ayat yang akan di ukir atau yang akan dijadikan kaligrafi. Sehingga
dengan ayat tersebut tidak hanya terpukau dengan keindahan seni tersebut melainkan ayat-ayat
al-Qur’an yang di ukir tersebut mempunyai makna yang mendalam dan bisa mengingatkan kita
akan kebesaran-kebesaran Allah swt.

Seni ukir atau kaligrafi ini juga sering kita jumpai pada tembok-tembok, atap, mihrab juga di
mimbar-mimbar masjid. Tentunya semua ini adalah hasil akulturasi budaya, baik dari budaya
Arab dan budaya Jawa.
Begitu pula dengan seni ukir yang ada pada kulit binatang atau lebih dikenal dengan istilah
kesenian wayang. Wayang ini juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat terdahulu yang
mana masyarakat Jawa sangat ramai menonton pertunjukan wayang ini.

Dari sinilah kemudian ada seorang sunan (Sunan Kalijaga) yang berusaha untuk mengubah
kesenian tersebut menjadi sebuah kesenian yang mana penontonnya diajak untuk mengucapkan
syahadat serta mengenal sejarah-sejarah dan nama-nama pahlawan Islam.

Makna dari seni budaya lokal yang bernafaskan Islam adalah segala macam bentuk kesenian
yang berasal dan berkembang dalam masyarakat Indonesia serta telah mendapat pengaruh dari
agama Islam.

Islam adalah agama yang mencintai kesenian. Karena Islam bukanlah agama yang hanya
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk lain dan manusia
dengan Allah swt. Jika hubungan tersebut terjalin secara komperehensif dan sehat, maka seluruh
aspek kehidupan umat Islam akan teratur dan islami. Sebagaimana seni adalah perpaduan antara
berbagai jenis suara, olah tubuh ataupun hal lainnya.

Seni dalam Islam bukan sesuatu yang diharamkan. Karena dengan seni, kehidupan akan indah
dan nyaman untuk dinikmati. Namun satu hal yang harus diketahui bersama, bahwa seni
memiliki dampak yang luas bagi perkembangan jiwa umat Islam. Untuk itu diperlukan sikap
hati-hati dan waspada terhadap maraknya seni yang berkembang di Indonesia.

Hasil-hasil Kesenian dari Kebudayaan Islam

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta artinya buddayah bentuk jamak dari kata budhi yang


berarti perilaku, budi atau akal. Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk yang berkaitan
dengan budi pekerti dari hasil pemikiran. Kesenian termasuk dalam unsur kebudayaan. Sebab
perwujudan dari kebudayaan tidak terlepas dari hasil olah pikir dan perilaku manusia lewat
bahasa, sarana kehidupan dan organisasi sosial. Kesemuanya itu sangat membantu manusia
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Kesenian adalah salah satu media yang paling mudah diterima dalam penyebaran agama Islam.
Salah satu buktinya adalah menyebarnya agama Islam dengan menggunakan wayang kulit dan
gamelan oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan yang dimaksud dengan tradisi adalah suatu adat
istiadat yang biasa dilakukan namun didalamnya mengandung ajaran-ajaran Islam. Diantara seni
budaya nusantara yang telah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam adalah :

Wayang

Dalam bahasa berarti ”ayang-ayang” atau bayangan. Karena yang terlihat adalah bayangannya


dalam kelir (tabir kain putih sebagai gelanggang permainan wayang). Bisa juga diberi penjelasan
wayang adalah pertunjukkan yang disajikan dalam berbagai bentuk, terutama yang mengandung
unsur pelajaran (wejangan). Pertunjukan ini diiringi dengan teratur oleh seperangkat gamelan.

Wayang pada mulanya dibuat dari kulit kerbau, hal ini dimulai pada zaman Raden Patah.
Dahulunya lukisan seperti bentuk manusia. Karena bentuk wayang berkaitan dengan syariat
agama Islam, maka para wali mengubah bentuknya. Dari yang semula lukisan wajahnya
menghadap lurus kemudian agak dimiringkan.

Pada tahun 1443 Saka, bersamaan dengan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka wujud
wayang geber diganti menjadi wayang kulit secara terperinci satu persatu tokoh-tokohnya.
Sumber cerita dalam mementaskan wayang diilhami dari Kitab Ramayana dan Mahabarata.
Tentunya para Wali mengubahnya menjadi cerita-cerita keislaman, sehingga tidak ada unsur
kemusyrikan didalamnya. Salah satu lakon yang terkenal dalam pewayangan ini adalah jimad
kalimasada yang dalam Islam diterjemahkan menjadi Jimad Kalimat Syahadat. Dan masih
banyak lagi istilah-istilah Islam yang dipadukan dengan istilah dalam pewayangan.

Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad saw

Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi
dengan rebana (perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-lagu yang
dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan
sanjungan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam menyelenggarakan pesta musik yang diiringi
rebana ini juga menampilkan lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang
kesenian hadrah masih eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman sekarang kesenian hadrah
biasanya hadir ketika acara pernikahan, akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini
dijadikan lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah.

Qasidah

Qasidah artinya suatu jenis seni suara yang menamilkan nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu
dan syairnya banyak mengandung dakwah Islamiyah yang berupa nasehat-nasehat, shalawat
kepada Nabi dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi dengan musik rebana. Kejadian pertama
kali menggunakan musik rebana adalah ketika Rasulullah saw disambut dengan meriah di
Madinah.

Kesenian Debus

Kesenian debus difungsikan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam
melawan penjajah. Oleh karena itu, debus merupakn seni bela diri untuk memupuk rasa percaya
diri dalam menghadapi musuh.

Pengertian lain dari debus adalah gedebus atau almadad yaitu nama sebuah benda tajam yang
digunakan untuk pertunjukan kekebalan tubuh. Benda ini terbuat dari besi dan digunakan untuk
melukai diri sendiri. Karena itu kata debus juga diartikan dengan tidak tembus. Filosofi dari
kesenian ini adalah kepasrahan kepada Allah swt yang menyebabkan mereka memiliki kekuatan
untuk menghadapi bahaya, seperti yang dilambangkan dengan benda tajam dan panas.

Tari Zapin

Tari Zapin adalah sebuah tarian yang mengiringi musik qasidah dan gambus. Tari Zapin
diperagakan dengan gerak tubuh yang indah dan lincah. Musik yang mengiringinya berirama
padang pasir atau daerah Timur Tengah. Tari Zapin biasa dipentaskan pada upacara atau
perayaan tertentu misalnya : khitanan, pernikahan dan peringatan hari besar Islam lainnya.

Suluk

Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa dengan huruf jawa maupun huruf arab yang berisikan
pandangan hidup masyarakat jawa. Suluk berisi ajaran kebatinan masyarakat jawa yang
berpegang teguh pada tradisi jawa dan unsur-unsur Islam.

Suluk sewelasan tergolong ritual yang sudah langka dalam tradisi budaya Islam di Jawa.
Berbagai bentuk seni budaya Islam yang berkembang di Jawa tak terdapat di Arab sana Tradisi
yang dibawa dari Persia ini untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul Qadir Jaelani, tokoh sufi
dari Baghdad, Irak, yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk dalam bahasa Jawa dan Arab,
terdiri dari salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan zikir sirri (batin). Ketika zikir mereka
terdengar mirip dengungan, orang-orang itu seperti ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir
tasbih. Ketika jari berhenti, zikir dilanjutkan di dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
dengan Yang Maha Esa. Lewat suluk ini akan mempertebal keyakinan kepada Allah swt.

Seni Bangunan

Peninggalan Islam yang berupa fisik adalah arsitektur bangunan masjid, seni ukir dan seni
kaligrafi. Masjid yang di bangun di Indonesia tidak serta merta melambangkan keislaman.
Arsitektur yang digunakan adalah perpaduan antara Islam dan Hindu atau Jawa. Diantara
bangunan masjid yang memadukan dua unsur tersebut adalah :

Arsitektur Masjid
Pada masjid agung Demak bentuk atapnya memiliki ciri atap yang berbentuk tumpang. Atap
tersebut tersusun ke atas semakin kecil dan tingkat teratas disebut dengan limas. Jumlah tumpang
biasanya gasal. Bentuk masjid seperti ini disebut dengan meru. Masjid lain yang memiliki corak
hampir sama dengan masjid Demak adalah Masjid Agung Banten, Masjid Raya Baiturrahman
dan masjid Ternate. Berbeda dengan masjid Kudus, dimana menara masjid Kudus memiliki ciri
khas Hindu sangat kuat dan tercermin dari bentuk menara seperti candi.

Makam-makam para Raja

Hasil seni bangunan lainnya dapat terlihat dengan jelas pada bentuk makam-makam para tokoh
Islam di berbagai tempat. Di beberapa wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera
terdapat nisan yang terpengaruh oleh adat setempat. Pengaruh budaya arab dapat terlihat dari
beaneka ragam hiasan pada nisan. Selain itu, bentuk gapura makam para Sunan atau tokoh Islam
lainnya berbentuk Candi bentar atau kori agung merupakan corak pintu yang dikenal pada zaman
sebelum Islam ke Indonesia.

Seni kaligrafi

Ditunjukkan dalam bentuk hiasan yang berbentuk manusia atau hewan yang bertuliskan arab.
Dalam kaligrafi tersebut selain diperindah bentuknya, juga berisi tentang kalimah-kalimah suci
yang menyangkut tentang Tauhid. Perkembangan hasil kesenian pada masa kerajaan Islam baik
di Jawa maupun di luar Jawa menunjukkan bahwa melalui aspek-aspek tersebut proses islamisasi
dapat diterima secara damai. Karya sastra juga ikut mewarnai perkembangan Islam di Indonesia.
Seni sastra yang berkembang dipengaruhi oleh hasil budaya dari Persia dan seni sastra pra-Islam.
Karya sastra pada masa kerajaan Islam adalah Hikayat, babad, syair dan suluk.

Hikayat berisi tentang cerita atau dongeng tentang peristiwa yang menarik dan hal yang tidak
masuk akal. Diantara hikayat yang terkenal adalah hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat 1001 malam,
Hikayat Bayan Budiman dan lain-lain. Sedangkan babad adalah tulisan yang menyerupai sejarah,
namun isinya tidak selalu berdasarkan fakta. Babad merupakan campuran antara fakta sejarah,
mitos dan kepercayaan. Contoh babad adalah Babad Tanah jawi, Babad Cirebon, Babad
Mataram dan Babad Surakarta.

Syair adalah karya sastra yang berupa sajak atau pantun. Contoh syair yang ada terdapat di batu
nisan makam Putri Pasai di Minje Tujoh. Sedangkan yang dimaksud dengan suluk adalah karya
sastra yang berupa kitab. Kitab ini hasil karangan para ahli tasawuf. Isinya berupa uraian mistik
yang berbentuk tembang dan berupa tanya jawab. Contoh suluk adalah Suluk sukarsa, Suluk
Wujil dan Suluk Malang Sumirang.

 Tradisi lokal yang bernafaskan Islam

Banyak tradisi-tradisi lokal bangsa Indonesia sudah mengandung nilai-nilai keislaman. Diantara
tradisi-tradisi tersebut adalah :
Penanggalan hijriyah

Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak langsung membawa pengaruh pada sistem
penanggalan. Agama Islam menggunakan perputaran bulan, sedangkan kalender sebelumnya
menggunakan perputaran matahari. Perpaduan antara penanggalan Islam dengan penanggalan
jawa adalah sebagai berikut :

No Nama bulan dalam Islam Nama bulan dalam Jawa

1 Muharram Sura
2 Safar Sapar
3 Rabiul awwal Mulud
4 Rabiul akhir Ba’da mulud
5 Jumadil awal Jumadil awal
6 Jumadil akhir Jumadil akhir
7 Rajab Rajab
8 Sya’ban Ruwah
9 Ramadhan Pasa
10 Syawal Syawal
11 Zulqaidah Kapit
12 Zulhijjah Besar
Mauludan

Setiap bulan Rabi’ulawwal tahun Hijriyah, sebagian besar umat Islam Indonesia
menyelenggarakan acara mauludun. Maksud dari acara tersebut adalah untuk mengenang hari
kelahiran Rasulullah saw. Dalam acara tersebut diadakan pembacaan sejarah hidup Nabi
Muhammad saw melalui kitab Al- Barzanji atau Situddurar. Puncak acara biasanya terjadi pada
tanggal 12 rabiulawwal, dimana tanggal tersebut Rasulullah saw dilahirkan. Di Aceh
tradisi mauludun adalah sebagai pengganti upeti atau pajak bagi kerajaan Turki, karena Kerajaan
Aceh memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan Turki.

Grebek

Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebek pertama kali diselenggarakan
oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwana ke-1. Grebek dilaksanakan saat Sultan
memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di
selenggarakan 3 tahun sekali yaitu : pertama grebek pasa, syawal diadakan setiap tanggal 1
Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, kedua grebek besar,
diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban dan ketiga grebek
maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw.
Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebek adalah kota Solo, Cirebon dan
Demak.
Sekaten

Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau
Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh
Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-
lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan
membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud
dari sekaten adalah syahadatain.

Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah
keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton.
Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak
dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang
dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.

Selikuran

Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan. Tradisi
tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari
kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut datangnya malam
lailatul qadar, yang menurut  ajaran Islam lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan ramadhan.

Megengan atau Dandangan

Upacara untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan utamanya adalah menabuh
bedug yang ada di masjid sebagai tanda bahwa besok hari sudah memasuki bulan Ramadhan dan
semua wajib melaksanakan puasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah Kudus dan
Semarang.

Pesta Tabot

Upacara untuk memperingati gugurnya Husen bin Ali ra. Husein gugur saat mempertahankan
haknya sebagai pewaris tahta ayahnya yang pro pada khalifah Ali bin Abi Thalib. Pesta tabuik
diselenggarakan di Sumatera dengan pertunjukan berbentuk prosesi benda ritual.

Suranan

Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan tersebut masyarakat
berziarah ke makam para wali. Selain itu mereka membagikan makanan khas berupa bubur
sura yang melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.

Apresiasi terhadap seni budaya dan tradisi lokal yang bernafaskan Islam

Seni budaya dan tradisi lokal yang bernafaskan Islam sangat banyak dan memiliki manfaat
terhadap penyebaran agama Islam. Untuk itulah sebagai generasi Islam, maka kamu harus
mampu mengapresiasikan diri terhadap permasalahan tersebut. Bentuk dari apresiasi terhadap
seni budaya dan tradisi tersebut adalah dengan merawat, melestarikan, mengembangkan, simpati
dan menghargai secara tulus atas hasil karya para pendahulu.

Pada zaman sekarang, ada sebagian kelompok umat Islam yang mengharamkan dan yang
membolehkan seni budaya dan tradisi yang ada. Mereka mengharamkan karena pada zaman
Rasulullah saw tidak pernah diajarkan seni dan tradisi tersebut. Yang membolehkan dengan
dasar bahwa semua tersebut adalah sebagai sarana dakwah penyebaran agama Islam. Sebagai
generasi Islam, kamu harus mampu mensikapi secara bijaksana dan penuh toleransi.

Para ulama’ dan wali pada zaman dahulu bukanlah manusia yang bodoh dan tidak tahu hukum
agama. Mereka mampu menerjemahkan pesan Islam ke dalam seni budaya dan tradisi yang ada
pada masyarakat Indonesia. Sehingga dengan mudah praktek keagamaan umat Islam dapat
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Untuk itulah perlu adanya
pemahaman secara bersama, bahwa seni budaya dan tradisi tidak harus diharamkan secara total
karena memang mengandung nilai-nilai keislaman.

Umat Islam adalah umat yang tidak hanya memikirkan urusan akherat, tetapi juga memikirkan
kehidupan dunia. Kehidupan di dunia tidak hanya kebutuhan yang bersifat fisik. Manusia juga
membutuhkan sentuhan-sentuhan rohani dan kebutuhan tersebut bisa melalui musik atau seni.
Karena seni yang baik mengandung keindahan.

Tradisi lokal juga ada yang baik dan yang buruk. Tradisi yang baik kita pelihara sehingga
menjadi warisan budaya nasional. Dan tradisi yang buruk dibuang agar tidak ditiru oleh generasi
berikutnya. Kamu bisa memperhatikan bentuk paduan antara budaya lokal dan budaya Islam
berikut ini.

Pernikahan

Pelaksanaan acara akad nikah atau ijab qabul biasanya diselenggarakan dengan syariat Islam.
Tetapi dalam upacara pernikahan atau resepsi menggunakan budaya jawa. Sebagaimana bisa
kamu lihat, ketika ada pengantin perempuan sebelum akad nikah diadakan siraman kembang
setaman, kemudian dalam rumah untuk resepsi ada hiasan dekorasi yang berisi bunga-bunga.
Didepan gapura juga ada janur kuning dan lain sebagainya.

Kamu tidak perlu khawatir hal itu meninggalkan syariat agama Islam. Kamu dapat mencari nilai
filosofi yang ada dalam simbol-simbol jawa tersebut. Siraman kembang setaman artinya supaya
wanita yang akan menikah mandi taubat dengan bunga, bunga dilambangkan sebagai kesucian
dan harum, jadi wanita yang hendak menikah benar-benar dalam keadaan suci dan harum ketika
hendak ijab kabul. Sedangkan dekorasi bunga-bunga adalah wujud dari kasih sayang sepasang
pengantin, bunga sebagai perlambang bahwa pernikahan adalah kebahagiaan suami dan istri.
Untuk janur kuning yang dipasang di depan rumah adalah dengan tujuan agar acara resepsi
mendapatkan cahaya barakah dari Allah swt. Janur berasal dari lafadz bahasa arab ja a
nurun artinya telah datang cahaya. Dan masih banyak lagi adat-adat yang perlu kalian ketahui
dan mengambil hikmah dari sana.  Demikian simbol-simbol yang perlu kamu ketahui. Hal ini
bukanlah musyrik, semuanya adalah simbol sebagai bentuk ungkapan kebahagiaan dari pasangan
pengantin.

Lelayu atau kematian

Kewajiban umat Islam terhadap orang Islam yang meninggal ada empat yaitu memandikan,
mengkafani, menshalati dan menguburkan. Keempat ini harus segera dikerjakan agar si mayit
merasa tenang dialamnya.

Tradisi di Indonesia ketika ada kematian atas seorang Islam, maka akan diadakan pembacaan
talqin dan tahlil. Hal ini bertujuan untuk mendoakan agar arwah yang meninggalkan dunia
selamat dan diterima disisi-Nya. Tradisi selanjutnya adalah menyelenggarakan upacara
selamatan atau mendoakan pada waktu tertentu, seperti 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari sampai
1000 harinya. Tradisi ini oleh para ulama’ diselaraskan dengan agama Islam. Pada upacara
selamatan biasanya hanya duduk-duduk, minum dan makan-makan, maka setelah Islam datang
ditambah dengan memperdengarkan ayat Al- Qur’an, dzikir-dzikir kepada Allah swt. Maksud
dan tujuannya adalah untuk menghibur keluarga dan mendoakan mayyit. Kamu harus
mengetahui bahwa kewajiban mendoakan saudara bukan yang masih hidup saja tetapi yang
sudah meninggal pun harus didoakan.Sedangkan dalam tradisi ziarah juga mengalami perpaduan,
orang Islam pergi ziarah hanya mendoakan mayit, sedangkan dalam tradisi jawa kuno
menggunakan bunga atau sesaji lainnya.

Kelahiran

Tradisi kelahiran di Jawa ada istilah ngapati, mitoni . artinya upacara itu diadakan ketika
kandungn seorang wanita mencapai umur 4 bulan. Dalam upacara 4 bulan seorang wanita
melakukan adat siraman untuk melindung bayi dan ibunya. Hal ini adalah kepercayaan dalam
adat Jawa, namun Islam mengikuti tradisi ini karena pada saat kandungan 4 bulan itulah calon
bayi akan ditiupkan rohnya oleh Allah swt, dan ditentukan takdirnya baik rejeki, jodoh dan
kematiannya. Sehingga pada tradisi 4 bulanan ini diadakan sedekah dan pembacaan doa-doa atau
dibacakan ayat suci al- Qur’an.

Kemudian pada usia kandungan 7 bulan, masa ini adalah masa dimana kandungan sudah siap
untuk menerima segala proses kehidupan di dunia. untuk itulah diadakan tradisi pembagian
sedekah, karena sedekah adalah salah satu cara untuk menolak balak. Berikutnya ketika bayi
sudah lahir diadakan upacara sepasaran atau lima hari, dengan tujuan untuk keselamatan bayi
dan membagikan masakan kudapan kepada tetangga. Dalam Islam sebelum makanan dibagikan
ada tradisi membacakan doa. Setelah itu pada hari ke tujuhnya diadakan akikah, hal ini
bersumber dari ajaran Islam. Akikah artinya menyembelih hewan kambing untuk anak yang baru
saja dilahirkan. Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang memegang tradisi perpaduan
Islam dan Hindu. Hal ini tidaklah mengapa, karena sekali lagi masyarakat jawa terkenal dengan
simbol-simbol yang dapat melambangkan makna kehidupan yang sejati. Hal ini bukanlah bentuk
kemusyrikan. Karena tradisi tersebut adalah upaya untuk menyiarkan Islam secara damai.

Perwujudan Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia

Serta Peninggalan Seni Kebudayaan Islam di Indonesia

Budaya di Indonesia telah berpengaruh dalam segala aspek kehidupan bangsa Indonesia. Namun
dalam perkembangannya, pola dasar kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat,
sehingga terdapat suatu wujud dan bentuk perpaduan seni tradisional asli Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Perubahan itu disebut akulturasi kebudayaan, yang meliputi ;

A. Seni Bangunan pada Masjid

     Dipandang dari sudut arsitekturnya, masjid di Indonesia terutama masjid kuno berbeda
dengan

     masjid di negeri lain. Salah satu contoh dari masjid ini adalah Masjid Agung Demak.
Kekhasan

     masjid tersebut terdapat pada beberapa aspek sebagai berikut.

     1. Bentuk Atap

         Atap masjid yang terdapat pada masjid ini berupa atap tumpang atau bersusun, semakin ke
atas

         maka semakin kecil. Tingkatan paling atas membentuk limas. Jumlah tumpang selalu
ganjil,

         biasanya berjumlah tiga namun ada pula yang berjumlah lima seperti pada Masjid Banten.

         Atap tumpang dianggap sebagai bentuk perkembangan dari dua unsur berlainan, yaitu atap
candi

         yang denahnya bujur sangkar dan selalu berundak undak, dan puncak stupa yang ada
kalanya

         berbentuk susunan payung payung terbuka.


Masjid Raya Demak

     2. Menara

            Meskipun menara bukan harus ada, namun dalam seni bangunan Islam menara adalah

         penambah keindahan pada masjid. Contohnya adalah Menara Masjid Kudus dan Menara
Masjid

         Banten yang berbentuk unik. Menara Masjid Kudus berciri khas yakni menampilkan
pengaruh

         Hindu dalam bangunannya. Sedangkan Menara Masjid Banten adalah tambahan yang

         diusahakan oleh pelarian Belanda bernama Cardeel. Bentuk menara ini seperti mercusuar
yang

         terdapat di Eropa.


Menara Masjid Banten dan Menara Masjid Kudus

B. Bentuk Bangunan Makam

         Makam sebagai tempat kediaman yang terakhir dan abadi, diusahakan pula menjadi
perumahan

      yang sesuai dengan orang yang akan dikubur di situ. Kuburan atau makam biasanya
diperkuat

      dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing. Di atas jirat ini sering pula didirikan

      sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah. Sebenarnya hal ini bertentangan dengan
Islam

      karena Islam melarang untuk menembok kubur apalagi membuat rumah di atasnya.

          Cungkup atau kubah didirikan untuk mengenang orang penting. Untuk pemakaman para
raja

      atau keluarga beserta pembesar terdekat, makamnya merupakan suatu komplek yang terdiri
atas

      gugusan cungkup dan jirat. Gugusan ini dibagi lagi dalam berbagai halaman menurut
kelompok

      kekeluargaan. Masing masing gugus dipisahkan oleh tembok, tetapi dihubungkan oleh
gapura.

      Pada umumnya, letak makam berada pada sebuah bukit.

          Makam tertua di Indonesia adalah makam Fatimah binti Maimun yang lebih dikenal
dengan

      nama Putri Suwari di Leran, Gresik (1802 M). Sedangkan makam kuno lainnya diantaranya

      Komplek Pemakaman Sendang Duwur di Tuban, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di
Gresik

      dan Makam Sultan Malikul Saleh di Samudera Pasai.


Komplek Pemakaman Sendang Duwur di Pantai Utara Jawa Timur

Motif pada Gapura dan Nisan Menunjukkan Bahwa Bangunan Tersebut

Berasal dari Masa Islam Awal di Indonesia, Sekitar Abad ke-14 M

                                                           

C. Kaligrafi

          Penulisan huruf Arab di Indonesia, biasanya dipadukan dengan seni Jawa yang dimiliki
bangsa

     Indonesia. Huruf Arab yang ditulis dengan indah itu disebut dengan seni kaligrafi
(seni Kath dan

     Kholt). Seni kaligrafi ini turut serta mewarnai perkembangan seni rupa Islam di Indonesia.
Kalimat

     yang ditulis bersumber dari ayat Al-Qur’anul Karim maupun Hadis Rasulullah SAW.

          Perkembangan seni kaligrafi di Indonesia pada awalnya dinilai masih kurang pesat. Hal itu

     dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut ;

     1. Penggunaan kaligrafi Arab di Indonesia masih sangat terbatas

     2. Bangunan kuno pada permulaan berdirinya kerajaan Islam kurang memberikan peluang
bagi

         penerapan seni kaligrafi

     3. Bangunan masjid kuno seperti Masjid Banten, Masjid Demak dan Masjid Kudus kurang
         memperhatikan penggunaan seni kaligrafi

Kaligrafi Kutipan Surah Yasin dan Ayat Kursi pada

Nisan Ratu Nahrasiyah di Samudera Pasai

D. Seni Sastra

            Perkembangan awal seni sastra Indonesia pada zaman Melayu berkisar di sekitar Selat
Malaka

     (daerah Melayu) dan di Jawa. Di daerah Melayu sebagai pertumbuhan baru dan di Jawa
sebagai

     perkembangan lebih lanjut dari sastra zaman Hindu.

            Dibandingkan seni sastra zaman Hindu, hasil-hasil seni sastra zaman Islam tidak terlalu
banyak

     yang sampai kepada kita. Hal ini disebabkan seni sastra daerah belum mampu sebagai tempat

     menyimpan, mengabadikan, melangsungkan dam meneruskan hasil-hasil karangan sastra


zaman

     Islam kepada kita, seperti halnya Pulau Bali meneruskan hasil karya sastra zaman Hindu. Lagi
pula

     kebanyakan dari hasil-hasil karya sastra sampai kepada kita sudah diubah bentuk dan
susunannya

     sehingga menjadi gubahan baru.


            Seni sastra zaman Islam yang berkembang di Indonesia sebagian besar mendapat
pengaruh

     Persia, seperti cerita-cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman, 1001 Malam (Alif Laila
wa Laila)

     dan sebagainya.

            Seni sastra zaman Hindu pun tidak kurang peranannya dalam perkembangan seni sastra
Islam

     di Jawa. Seni sastra yang muncul pada zaman Hindu disesuaikan perkembangannya dengan

     keadaan pada zaman Islam. Di antara seni sastra tersebut antara lain Mahabarata,
Ramayana, dan

     Pancatantra diubah menjadi Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat

     Maharaja Rahwanan, Hikayat Pancatantra. Hikayat sendiri adalah cerita atau dongeng yang

     ceritanya penuh dengan keajaiban dan keanehan.

            Kemudian, dalam seni sastra zaman Islam juga terdapat babad. Babad adalah dongeng
yang

     sengaja diubah sebagai cerita sejarah. Dalam babad, tokoh, tempat dan peristiwa hampir
semua

     ada dalam sejarah, tetapi penggambarannya dilakukan secara berlebihan. Contohnya Babad


Tanah

     Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti, dan Babad Pakepung. Babad dikenal dengan nama
sejarah

     sarasilah (silsilah), yang juga diberi judul hikayat. Contohnya Hikayat Raja-Raja Pasai.
Naskah Hikayat Raja-Raja Pasai yang disusun sekitar

abad ke-15 M

            Di samping seni sastra di atas juga terdapat suluk. Suluk adalah kitab-kitab yang
menguraikan

     soal tasawuf. beberapa contoh dari kitab suluk adalah Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, Suluk
Malang

     Sumirang, Syair Perahu, Syair Dagang dan Syair Si Burung Pingai.

Syair Karya Hamzah Fansuri, Naskah tersebut


kini berada di Bodleian Library, Oxford

A.LATAR BELAKANG

Pada bulan Desember-Maret di sebelah utara katulistiwa bertiup lah angin musim timur laut,
yang memungkinkan kapal-kapal dagang India dan negeri Cina berlayar ke perairan Selat
Malaka, Setelah perdagangan semakin ramai di Selat Malaka, maka pedagang-pedagang pun
menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak. Kitab Negarakertagama menyebut negeri itu
dengan nama Parlak.

Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis Setelah perdagangan semakin ramai di
Selat Malaka, maka pedagang-pedagang pun menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak.

Sebelum berdirinya  Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan bercorak
Hindu-Buddha yang sederhana bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa di kerajaan ini
bergelar Meurah yang berarti maharaja.

A.LATAR BELAKANG

Pada bulan Desember-Maret di sebelah utara katulistiwa bertiup lah angin musim timur laut,
yang memungkinkan kapal-kapal dagang India dan negeri Cina berlayar ke perairan Selat
Malaka, Setelah perdagangan semakin ramai di Selat Malaka, maka pedagang-pedagang pun
menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak. Kitab Negarakertagama menyebut negeri itu
dengan nama Parlak.

Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis Setelah perdagangan semakin ramai di
Selat Malaka, maka pedagang-pedagang pun menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak.

Sebelum berdirinya  Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan bercorak
Hindu-Buddha yang sederhana bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa di kerajaan ini
bergelar Meurah yang berarti maharaja.

E.Keruntuhan kesultanan Perlak


SAMUDARAA PASAI

A. Cakra Donya

Cakra Donya satu lonceng yang berupa stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M. Ukurannya

setinggi 125 cm dan lebarnya 75 cm. Di bagian luar Cakra Donya ada banyak hiasan dan

beberapa simbol kombinasi aksara Cina serta Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat

Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab telah tak terbaca lagi.

B. Makam Sultan Malik Al-Shaleh

Makam ini terdapat di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17 km sebelah

timur kota Lhokseumawe.

C. Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir


Malik Al-Zahir yaitu putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan Samudera Pasai

pada tahun 1287 hingga 1326 M. letak makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik

Al-Saleh.

D. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah

Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah serta beliau adalah cicit dari khalifah

Al-Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai. Makam ini

terdapat di Gampong Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi kaligrafi.

E. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Terdapat sebuah komplek yang ada makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai

yang dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam ini

terdapat di Gampong Beuringen Kec Samudera. Pada nisan itu juga bertuliskan kaligrafi surat

Ali Imran ayat 18.


F. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Yaitu puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terdapat di Gampong Meunje Tujoh

Keca Matangkuli. Batu nisannya berhiasakan kaligrafi berbahasa Kawi serta Arab.

G. Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan

Islam. Di temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Ketika ditemukan

stempel dalam kondisi patah di bagian gagangnya.

H. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Yaitu surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923 H atau 1518 M, naskah atau surat ini

ditujukan pada Kapitan Moran.


ACEH DARUSSALAM

1. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahma, seperti yag ditulis di sejarah Kerajaan Aceh, merupakan peninggalan
Kerajaan Aceh yang paling terkenal dan terletak di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini juga
termasuk dalam peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia. Masjid ini dibangun oleh Sultan
Iskandar muda pada tahun 1612 dan masjid yang megah ini sempat dibakar oleh agresi militer
Belanda. Tetapi dibangun kembali oleh mereka untuk meredam amarah rakyat Aceh. Masjid ini
juga sempat berjasa ketika tsunami besar yang melanda Aceh pada 2004 lalu karena masjid ini
merupakan satu-satunya bangunan yang berdiri kokoh saat tsunami terjadi.

2. Taman Sari Gunongan

Taman Sari Gunongan merupakan salah satu peninggalan Aceh yang dibangun oleh keraton pada
dulunya. Tetapi karena tidak terselamatkan dari serangan Belanda, taman ini dibangun kembali
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah dari tahun 1607 – 1636. Taman
ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda karena cintanya yang begitu besar terhadap Putri
Boyongan dari Pahang. Maka keinginan Putri Boyongan terpenuhi untuk membangun sebuah
taman sari yang indah dan dilenkapi dengan Gunongan. Simak juga sejarah Kesultanan Aceh
Darussalam.

3. Masjid Tua Indrapuri

Masjid Tua Indrapuri dulunya merupakan sebuah candi sekaligus benteng ketika Aceh dikuasai
oleh Hindu. Pada tahun 1300 Masehi, agama Islam diperkirakan telah menyebar di Aceh dan
penduduknya perlahan-lahan mengenal Islam. Maka candi yang berbentuk segi empat sama sisi
ini berubah fungsi menjadi sebuah masjid. Perubahan ini juga terjadi pada masa kuasa Sultan
Iskandar Muda dari tahun 1607 – 1637 Masehi yang masuk dalam silsilah Kerajaan Aceh.

4. Benteng Indra Patra

Ketika Kerajaan Islam muncul setelah Kerajaan Hindu di Aceh, Benteng Indra Patra digunakan
sebagai tempat pertahanan melawan penjajah Portugis. Sultan Iskandar Muda memberikan tugas
kepada Laksamana Malahayati, yang merupakan laksamana perempuan pertama di dunia, untuk
memimpin pasukan di wilayah benteng ini. Benteng ini dahulunya dibangun oleh Kerajaan
Lamuri, sebuah Kerajaan Hindu pertama di Aceh. Meskipun pada akhirnya Aceh dikuasai oleh
Kerajaan Islam, para sultan serta ratu yang memimpin Aceh tidak ada niat untuk menghancurkan
jejak peninggalan nenek moyang mereka.

5. Pinto Khop

Pinto Khop adalah pintu gerbang berbentuk kubah yang didirikan pada masa Sultan Iskanda
Muda. Pinto ini digunakan sebagai tempat peristirahatan putri Pahang ketika selesai berenang
dengan posisinya yang tidak jauh dari gunongan. Disana, para dayang akan membersihkan
rambut permaisuri. Selain itu, didalamnya juga terdapat sebuah kolam yang digunakan
permaisuri kerajaan untuk mandi bunga. Tidak hanya itu, Pinto Khop juga menjadi pintu
penghubung antara istana dan taman putri Pahang. Sekarang, Pinto Khop berada di Kelurahan
Sukaramai, Kecamatan, Baiturahman, Konta Banda Aceh.

6. Meriam Kesultanan Aceh

Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, beberapa pembuat senjata dan teknisi dari Turki
dikirimkan. Aceh belajar dari mereka dan menyerap kemampuan ini dan pada akhirnya mampu
membuat meriam sendiri yang terbuat dari kuningan. Meriam buatan Aceh ini juga digunakan
pada saat perang melawan Belanda dan mempertahankan Aceh dari serangan penjajah.

7. Makam Sultan Iskandar Muda

Peninggalan Kerajaan Aceh terkenal yang berikutnya adalah makam dari Sultan Iskandar Muda,
yaitu Raja Kerajaan Aceh yang paling terkenal dan hebat. Makam ini terletak di Kelurahan
Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh dengan nuansa Islami yang sangat kental.
Ukiran dan pahatan kaligrafi pada batu nisan beliau yang sangat indah menjadi salah satu bukti
sejarah masuknya Islam ke tanah air Indonesia.

8. Uang Emas Kerajaan Aceh

Lokasi Aceh berada pada jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis, dimana berbagai
komoditas datang dari segala penjuru Asia yang berkumpul di sana. Hal inilah yang memancing
Kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang dijadikan mata
uang Aceh ini terbuat dari 70% emas murni dan dicetak lengkap dengan nama raja yang
memerintah Aceh. Koin ini menjadi harta karun yang sangat diburu oleh banyak orang dan
menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang berjaya pada masa itu.
9. Stempel Cap Sikureung

Stempel cap sikureung merupakan stempel kerajaan yang mulai dikenal pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda. Stempel kesultanan Aceh yang terbuat dari batu ini merupakan stempel
kebanggaan Kesultanan Aceh. Cap ini diberi nama Cap Sikureung karena stempel tersebut
tertera Sembilan lingkaran yang diberi nama sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh.
Stempel dibuat berbeda dari generasi ke generasi pada setiap pergantian Sultan dengan mode
yang sama.

10. Pedang Aman Nyerang

Pada dahulu, seorang warga bernama Aman Nyerang, memiliki sebuah pedang yang sempat
direbut oleh pasukan Belanda. Aman Nyerang memilih untuk hidup mengembara di hutan
selama 2o tahun. Namun pada tanggal 3 Oktober 1922, tempat persembunyiannya ditemukan dan
ia pun disergap dan dibunuh. Letnan Jordans, tentara pasukan Belanda, membawa pedangnya ke
Belanda.

Lalu menjelang kematiannya, Letnan Jordans berpesan kepada putrinya untuk mengembalikan
pedang ini ke Aceh dan disimpan di museum seperti sejarah Museum Aceh. Pada tahun 2000,
Letnan Jordans pun meninggal dan putrinya melaksanakan keingginannya untuk mengembalikan
pedang ini melalui Pengurus Yayasan Dana Peucut di Belanda kepada Gubernur Aceh pada
tanggal 14 Maret 2003.

11. Kerkhof

Kerkhof merupakan makam militer Belanda yang digunakan untuk mengubur tentara Belanda
yang tewas selama peperangan dengan Kerajaan Aceh. Terdapat sekitar 2.200 prajurit, termasuk
Jenderal Kohler. Nama-nama mereka yang tewas terera dengan jelas di pintu gerbang Kerkhof
dan kompleks kuburan ini telah menjadi objek wisata menarik, terutama bagi wisatawan
Belanda.

12. Karya Sastra

Pada masa Kerajaan Aceh, ada tiga karya sastra peninggalannya yang masih diabadikan, yaitu
sebagai berikut:
 Hikayat Melayu: merupakan karya sastra yang bercerita tentang Panji Damar Wulan,

pernikahan seorang Sultan Malaka Mansur Syah dengan putri China dan Jawa, dan cerita

serangan Portugis atau Peringgi ke Malaka pada tahun 1511.

 Hikayat Raja-Raja Pasai: merupakan karya sastra peninggalan Kerajaan Aceh yang

bercerita mengenai asal mula Kesultanan Samudra Pasai yang didirikan oleh puter bangsawan

Pasai, Merah Gajah yaitu Sultan Malik al-Saleh.

 Hikayat Prang Sabi: berisi seputar jihad yang ditulis oleh beberapa ulama yang mengajak,

menasehat, dan menyerukan untuk berjihad demi menegakkan Agama Allah dari para kaum kafir

yang menyerang

 Masjid Raya Baiturrahman

 Masjid Raya Baiturrahma, seperti yag ditulis di sejarah Kerajaan Aceh,

 merupakan peninggalan Kerajaan Aceh yang paling terkenal dan terletak di pusat Kota

Banda Aceh. Masjid ini juga termasuk dalam peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia. Masjid

ini dibangun oleh Sultan Iskandar muda pada tahun 1612 dan masjid yang megah ini sempat

dibakar oleh agresi militer Belanda. Tetapi dibangun kembali oleh mereka untuk meredam

amarah rakyat Aceh. Masjid ini juga sempat berjasa ketika tsunami besar yang melanda Aceh

pada 2004 lalu karena masjid ini merupakan satu-satunya bangunan yang berdiri kokoh saat

tsunami terjadi.

 2. Taman Sari Gunongan

 Taman Sari Gunongan merupakan salah satu peninggalan Aceh yang dibangun oleh

keraton pada dulunya. Tetapi karena tidak terselamatkan dari serangan Belanda, taman ini

dibangun kembali pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah dari tahun
1607 – 1636. Taman ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda karena cintanya yang begitu besar

terhadap Putri Boyongan dari Pahang. Maka keinginan Putri Boyongan terpenuhi untuk

membangun sebuah taman sari yang indah dan dilenkapi dengan Gunongan. Simak juga sejarah

Kesultanan Aceh Darussalam.

 3. Masjid Tua Indrapuri

 Masjid Tua Indrapuri dulunya merupakan sebuah candi sekaligus benteng ketika Aceh

dikuasai oleh Hindu. Pada tahun 1300 Masehi, agama Islam diperkirakan telah menyebar di

Aceh dan penduduknya perlahan-lahan mengenal Islam. Maka candi yang berbentuk segi empat

sama sisi ini berubah fungsi menjadi sebuah masjid. Perubahan ini juga terjadi pada masa kuasa

Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607 – 1637 Masehi yang masuk dalam silsilah Kerajaan Aceh.

 4. Benteng Indra Patra

 Ketika Kerajaan Islam muncul setelah Kerajaan Hindu di Aceh, Benteng Indra Patra

digunakan sebagai tempat pertahanan melawan penjajah Portugis. Sultan Iskandar Muda

memberikan tugas kepada Laksamana Malahayati, yang merupakan laksamana perempuan

pertama di dunia, untuk memimpin pasukan di wilayah benteng ini. Benteng ini dahulunya

dibangun oleh Kerajaan Lamuri, sebuah Kerajaan Hindu pertama di Aceh. Meskipun pada

akhirnya Aceh dikuasai oleh Kerajaan Islam, para sultan serta ratu yang memimpin Aceh tidak

ada niat untuk menghancurkan jejak peninggalan nenek moyang mereka.


 5. Pinto Khop

 Pinto Khop adalah pintu gerbang berbentuk kubah yang didirikan pada masa Sultan

Iskanda Muda. Pinto ini digunakan sebagai tempat peristirahatan putri Pahang ketika selesai
berenang dengan posisinya yang tidak jauh dari gunongan. Disana, para dayang akan

membersihkan rambut permaisuri. Selain itu, didalamnya juga terdapat sebuah kolam yang

digunakan permaisuri kerajaan untuk mandi bunga. Tidak hanya itu, Pinto Khop juga menjadi

pintu penghubung antara istana dan taman putri Pahang. Sekarang, Pinto Khop berada di

Kelurahan Sukaramai, Kecamatan, Baiturahman, Konta Banda Aceh.

 6. Meriam Kesultanan Aceh

 Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, beberapa pembuat senjata dan teknisi dari

Turki dikirimkan. Aceh belajar dari mereka dan menyerap kemampuan ini dan pada akhirnya

mampu membuat meriam sendiri yang terbuat dari kuningan. Meriam buatan Aceh ini juga

digunakan pada saat perang melawan Belanda dan mempertahankan Aceh dari serangan

penjajah.

 7. Makam Sultan Iskandar Muda

 Peninggalan Kerajaan Aceh terkenal yang berikutnya adalah makam dari Sultan Iskandar

Muda, yaitu Raja Kerajaan Aceh yang paling terkenal dan hebat. Makam ini terletak di

Kelurahan Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh dengan nuansa Islami yang

sangat kental. Ukiran dan pahatan kaligrafi pada batu nisan beliau yang sangat indah menjadi

salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke tanah air Indonesia.

 8. Uang Emas Kerajaan Aceh

 Lokasi Aceh berada pada jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis, dimana

berbagai komoditas datang dari segala penjuru Asia yang berkumpul di sana. Hal inilah yang

memancing Kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang

dijadikan mata uang Aceh ini terbuat dari 70% emas murni dan dicetak lengkap dengan nama
raja yang memerintah Aceh. Koin ini menjadi harta karun yang sangat diburu oleh banyak orang

dan menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang berjaya pada masa itu.

 9. Stempel Cap Sikureung

 Stempel cap sikureung merupakan stempel kerajaan yang mulai dikenal pada masa

pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Stempel kesultanan Aceh yang terbuat dari batu ini

merupakan stempel kebanggaan Kesultanan Aceh. Cap ini diberi nama Cap Sikureung karena

stempel tersebut tertera Sembilan lingkaran yang diberi nama sultan yang pernah memerintah di

Kerajaan Aceh. Stempel dibuat berbeda dari generasi ke generasi pada setiap pergantian Sultan

dengan mode yang sama.

 10. Pedang Aman Nyerang

 Pada dahulu, seorang warga bernama Aman Nyerang, memiliki sebuah pedang yang

sempat direbut oleh pasukan Belanda. Aman Nyerang memilih untuk hidup mengembara di

hutan selama 2o tahun. Namun pada tanggal 3 Oktober 1922, tempat persembunyiannya

ditemukan dan ia pun disergap dan dibunuh. Letnan Jordans, tentara pasukan Belanda, membawa

pedangnya ke Belanda.

 Lalu menjelang kematiannya, Letnan Jordans berpesan kepada putrinya untuk

mengembalikan pedang ini ke Aceh dan disimpan di museum seperti sejarah Museum Aceh.

Pada tahun 2000, Letnan Jordans pun meninggal dan putrinya melaksanakan keingginannya

untuk mengembalikan pedang ini melalui Pengurus Yayasan Dana Peucut di Belanda kepada

Gubernur Aceh pada tanggal 14 Maret 2003.

 11. Kerkhof
 Kerkhof merupakan makam militer Belanda yang digunakan untuk mengubur tentara

Belanda yang tewas selama peperangan dengan Kerajaan Aceh. Terdapat sekitar 2.200 prajurit,

termasuk Jenderal Kohler. Nama-nama mereka yang tewas terera dengan jelas di pintu gerbang

Kerkhof dan kompleks kuburan ini telah menjadi objek wisata menarik, terutama bagi wisatawan

Belanda.

 12. Karya Sastra

 Pada masa Kerajaan Aceh, ada tiga karya sastra peninggalannya yang masih diabadikan,

yaitu sebagai berikut:

 Hikayat Melayu: merupakan karya sastra yang bercerita tentang Panji Damar Wulan,

pernikahan seorang Sultan Malaka Mansur Syah dengan putri China dan Jawa, dan cerita

serangan Portugis atau Peringgi ke Malaka pada tahun 1511.

 Hikayat Raja-Raja Pasai: merupakan karya sastra peninggalan Kerajaan Aceh yang

bercerita mengenai asal mula Kesultanan Samudra Pasai yang didirikan oleh puter bangsawan

Pasai, Merah Gajah yaitu Sultan Malik al-Saleh.

 Hikayat Prang Sabi: berisi seputar jihad yang ditulis oleh beberapa ulama yang mengajak,

menasehat, dan menyerukan untuk berjihad demi menegakkan Agama Allah dari para kaum kafir

yang menyerang

Anda mungkin juga menyukai