Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Masuknya Islam di Jawa dan tahap da’wah dan


jalur islamisasi
Dosen Pengampu : Prof. Dr.Sri Suhandjati

Disusun oleh:
KHOLID SHOLIHUL AHMAD (1904046070)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2019
A. Latar Belakang
Kedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan kubur
bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran
Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan,
kesenian, dan politik. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
Bagaimanakah proses Islam masuk ke tanah Jawa?, Dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan masyarakat Jawa sebelum Islam datang, peran Wali Songo di tanah Jawa dan metode
pendekatannya, serta keadaan Islam di Jawa paska Wali Songo.
Fakta sejarah membuktikan bahwa kebudayaan Jawa mampu berkolaborasi indah
dengan Islam, lepas dari pengaruh Hinduisme dan Budhisme yang telah ada lebih dulu
daripada kedatangan Islam. Bahkan negeri yang sudah didatangi Islam seperti Mesir, Siria,
Palestina, dan Persia sudah lama mengenal ajaran filsafat Yunani. Ajaran Hindu, Budha,
Majusi, Kristen telah lama dikenal di sekitar Jazirah Arab (Simuh, 1995:69). Hal tersebut
berarti islam yang tersebar senantiasa mengalami penyesuain dengan lingkungan peradaban
dan kebudayaan setempat Begitu pula yang terjadi di Indonesia atau Nusantara. Islam dan
kebudayaan Jawa mampu untuk saling menyesuaikan dengan apik. 1

Tentang masuknya Islam ke Nusantara tidak terlepas dari sejarah awal masuknya,
siapa yang membawa islam ke Nusantara dan masuknya islam di jawa. Secara singkat dan
sistematis dalam makalah ini akan dijelaskan

B. Rumusan Masalah
1. Masuknya islam di jawa
2. tokoh-tokoh yang menyebarkan islam di jawa
3. Jalur masuk islam di jawa

1 https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/
C. Pembahasan
1. Masuknya islam di jawa
Masuknya islam di jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang
sangat beragam. Ada yang mengatakan islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke
Sumatra, yang diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Setidaknya pendapat
ini disokong oleh Hamka, dengan alasan adanya berita Cina yang mengisahkan kedatangan
urusan raja Ta Cheh kepada ratu sima. Adapun Raja Ta Cheh, menurut Hamka adalah Raja
Arab, dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu terjadi pada saat
Muawiyah melaksanakan pembangunan kembali armada Islam. Ruben Levy menyatakan
bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh Muawiyah pada 34 Hatau 654/655 Madalah sekitar
5000 buah. Tentu armada kapal ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh
karena itu, tidaklah mustahil pada tahun 674 M Muawiyah dapat mengirimkan dutanya ke
kalingga.
Kisah Cempa berhubungan dengan orang-orang suci yang telah menyebarkan agama
Islam di Surabaya dann Gresik. Konon mereka berasal dari dari cempa. Dalam sejarah dalem
nama-nama mereka ialah sayid Ngali Murtala dan Sayid Ngali Rahmad, dan konon kedua
orang ini mempunyai saudara sepupu namanya Abu Hurairah. Menurut Dr.Rouffouur da Dr.
Cowan menyatan bahwa Campa atau Jeumpa atau Pasai adalah sama. 2

Selanjutnya dalam kitab tembang babat Demak  bahwa istri Kartawijaya Campa yang
bernama Ratu Darawati beragana islam mempunyai saudara Raden Rahmat.  Kemudian
beliau diijinkan untuk mendirikan pesantren di desa Ampel. Kemudian beliau dijiluki Sunan
Ampel. Sunan Ampel mempunyai 4 putri yaitu Nyai Ageng Maloka yang menjadi isteri
Raden Fatah, Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Masih Munat (Sunan Derajat), dan
puterinya yang bernama Siti Khafsah yang menjadi istri Sunan Kalijaga. Ini hasil
pernikahannya dengan dengan putri Tuban, Nyai ageng Manila, yang merupakan anak dari
Aria Teja, bupati Tuban. Disini dapat disimpulkan bahwa penyebaran agama Islam di Jawa
yang kemudian dapat mendirikan kerajaan Bintara adalah dipimpn oleh para bangsawan
Tuban dan ampel.
Ada empat teori mengenai kapan masuknya Islam ke Jawa, yaitu:
1. Teori Gujarat

2 Mengislamkan jawa M.C Ricklefs


Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah
a.   Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Jawa
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan
Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa
di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam
dari India yang menyebarkan ajaran Islam
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa
pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi
Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri
kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Jawa terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke
7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Jawa seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
Di Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syur
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran
yaitu Al – Hallaj
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah
nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A.
HusseinJayadiningrat.
4. Teori China
Para pedagang dan angkatan laut China, mengenalkan Islam di pantai dan
pedalaman Jawa, dengan bukti antar lain :
a. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
b. Beberapa makam China muslim. 
c. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari Keempat teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahan. Maka, berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Jawa
dengan jalan damai pada abad ke – 7 (teori Makkah/ teori Arab) dan mengalami
perkembangan pada abad ke - 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah
bangsa Arab, bangsa Persia, Gujarat (India), dan Cina
2. Tokoh-tokoh Pembawa Islam di  Jawa
Jauh sebelum Islam masuk ke daerah tanah Jawa, mayoritas masyasarakat di tanah
jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut
masyarakat Jawa juga sudah dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha yang
berasal dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemudian Islam mulai masuk ke
Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab,
terutama pedagang dari timur tengah.
Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya
Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik
bertahun 1082[1], serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.
Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara
sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima
wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di
Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam
mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang
yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini
dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah
tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau
susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa
pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik,
Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
3. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar
Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di
Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan
Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama
dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura,
Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli
seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria,
terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.

para tokoh dalam kajian islam di jawa ini adalah salah satunya yang seperti kita
ketahui yaitu WALISONGO atau sembilan wali.Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai
penyebar agama islam di tanah jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga wilayah
penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-
Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah
dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para
ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya
setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga
mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. 3

3. Jalur masuk islam di jawa


Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang
dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para
ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256

ِ ُ‫الر ْش ُد ِمن الْغَي ۚ فَمن ي ْك ُفر بِالطَّاغ‬


‫وت َويُ ْؤ ِم ْن‬ ُّ َ ‫اَل إِ ْكَر َاه يِف الدِّي ِن ۖ قَ ْد َتَبنَّي‬
ْ َ ْ َ ِّ َ
‫يم‬ِ‫بِاللَّ ِه َف َق ِد استمسك بِالْعرو ِة الْو ْث َقى اَل انِْفصام هَل ا ۗ واللَّه مَسِ يع عل‬
ٌ َ ٌ ُ َ َ ََ ٰ ُ َ ُْ َ َ ْ َ ْ
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui (Q.S. al-Baqarah ayat 256). 4

3 Atlas Walisongo, Agus Sunyoto


4 Referensi: https://tafsirweb.com/1022-quran-surat-al-baqarah-ayat-256.html
Secara umum, penyebaran islam di Indonesia, melalui jalur-jalur sebagai berikut:
1. Perdagangan
Jalur ini melibatkan banyak pihak, mulai dari rakyat, bangsawan, raja dan para
pedagang. Karena perdagangan merupakan jalur yang menguntungkan banyak pihak,
dan islamisasi berjalan dan damai. Bupati- bupati di pesisir pantai utara jawa yang
berada di wilayah kekuasaan Majapahit, banyak yang masuk islam. Mereka pada
umumnya mempunyai hubungan ekonomi dengan para pedagang muslim, dan ketika
para penguasa daerah tersebut berhasil menguasai perdagangan di daerahnya,
kemudian mereka melepaskan diri dari kekuasaan majapahit. 5

2. Perkawinan
Pedagang- pedagang muslim yang datang ke jawa, pada umumnya mempunyai
status sosial yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki pribumi, sehingga banyak
putri bangsawan maupun putri raja yang tertarik untuk menjadi istri dari pedagang
muslim. Dari pernikahan pedagang muslim dengan perempuan pribumi, lahirlah
keturunan-keturunan muslim dan terbentuk keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya
berdiri kampung-kamung, dan daerah-daerah yang penduduknya mayoritas muslim,
yang kemudian berdiri pula kerajaan islam .
Di sisi lain, islamisasi melalui perkawinan ini juga diperlancar dengan adanya
pernikahan antara wanita muslimah dengan bangsawan atau raja. Status sosial.
Ekonomi, dan politik raja maupun bangsawan menguntungkan penyebaran islam,
karena agama yang dipelik raja atau bangsawan akan diikuti pula oleh rakyat.
3. Tasawuf
Penyebaran islam tidak bisa dilepaskan dari peran guru-guru tasawuf . Mereka
adalah pengembara yang sudah menjelajah ke beberapa negeri, sehingga mudah
menyesuaikan dengan alam dan budaya masyarakat. Demikian pula di jawa, mereka
telah mengetahui bahwa sebagian masyarakat punyakepercayaan yang singkretis,
sehingga para sufi menyampaikan ajaran teosofi yang singkretik.
4. Pendidikan

5 Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya Abadi Jaya,2015)
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan
Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk
Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah
keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau
seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan
sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia
5. Kesenian
Penyebaran islam di pulau jawa, mengunakan pula media kesenian yang telah
tumbuh di masyarakat sebelum islam. Antara lain seni budaya masa hindu yang
menggunakan gamelan, wayang dan sastra sebagai media untuk menyampaikan
penjelasan tentang kepercayaan, ajaran moral atau ritual agama. Sebagaian kesenian
tersebut berasal dari masa Hindu itu yang kemudian digunakan oleh para mubaligh
seperti Walisongo untuk menyampaikan ajaran islam ke tengah masyarakat.
Bentuknya ada yang dirubah, ada pula yang tetap, namun sudah dimasuki unsur-unsur
islam, seperti gamelan, wayang,sastra, tembang, seni bangunan dan seni rupa. Cerita
wewayangan yang bersumber dari Mahabarata, dan yang ditambah, atau diganti
dengan corak jawa islam, seperti kisah punakawan yang sebenarnya tidak ada, karena
kreasi para wali, termasuk nama-nama punakawan yang di ambil dari bahasa Arab. 6

6. Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat
dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di
seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

6 Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya Abadi Jaya,2015)
Adanya penguasa daerah yang masuk islam, sangat membantu kelancaran
islamisasi. Karena apabila penguasa daerah sudah memeluk islam, maka rakyatnya
akan mengikutinya.

D. Kesimpulan
Islam tersebar di Jawa sejak abad ke-7 H dan bukti-bukti bahwa Islam telah
masuk Jawa ialah adanya bentuk-bentuk bangunan dan karya-karya seni. Penyebar Islam
tersebut ialah yang sering disebut dengan Wali Songo diantaranya: Sunan Gresik, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
Gunung Jati, dan Sunan Drajat. Adapun jalur yang ditempuh dalam penyampaian Islam
ialah: perdagangan, perkawinan, Tasawuf, pendidikan, kesenian dan kekuasaan politik.
Daftar Pustaka
Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya
Abadi Jaya,2015)

Referensi: https://tafsirweb.com/1022-quran-surat-al-baqarah-ayat-256.html

Atlas Walisongo, Agus Sunyoto 2014

Mengislamkan jawa M.C Ricklefs terjemah dono sunardi dan satrio wahono 2013

https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-
tanah-jawa/

Anda mungkin juga menyukai