Disusun oleh:
KHOLID SHOLIHUL AHMAD (1904046070)
Tentang masuknya Islam ke Nusantara tidak terlepas dari sejarah awal masuknya,
siapa yang membawa islam ke Nusantara dan masuknya islam di jawa. Secara singkat dan
sistematis dalam makalah ini akan dijelaskan
B. Rumusan Masalah
1. Masuknya islam di jawa
2. tokoh-tokoh yang menyebarkan islam di jawa
3. Jalur masuk islam di jawa
1 https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah-jawa/
C. Pembahasan
1. Masuknya islam di jawa
Masuknya islam di jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang
sangat beragam. Ada yang mengatakan islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke
Sumatra, yang diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Setidaknya pendapat
ini disokong oleh Hamka, dengan alasan adanya berita Cina yang mengisahkan kedatangan
urusan raja Ta Cheh kepada ratu sima. Adapun Raja Ta Cheh, menurut Hamka adalah Raja
Arab, dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu terjadi pada saat
Muawiyah melaksanakan pembangunan kembali armada Islam. Ruben Levy menyatakan
bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh Muawiyah pada 34 Hatau 654/655 Madalah sekitar
5000 buah. Tentu armada kapal ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh
karena itu, tidaklah mustahil pada tahun 674 M Muawiyah dapat mengirimkan dutanya ke
kalingga.
Kisah Cempa berhubungan dengan orang-orang suci yang telah menyebarkan agama
Islam di Surabaya dann Gresik. Konon mereka berasal dari dari cempa. Dalam sejarah dalem
nama-nama mereka ialah sayid Ngali Murtala dan Sayid Ngali Rahmad, dan konon kedua
orang ini mempunyai saudara sepupu namanya Abu Hurairah. Menurut Dr.Rouffouur da Dr.
Cowan menyatan bahwa Campa atau Jeumpa atau Pasai adalah sama. 2
Selanjutnya dalam kitab tembang babat Demak bahwa istri Kartawijaya Campa yang
bernama Ratu Darawati beragana islam mempunyai saudara Raden Rahmat. Kemudian
beliau diijinkan untuk mendirikan pesantren di desa Ampel. Kemudian beliau dijiluki Sunan
Ampel. Sunan Ampel mempunyai 4 putri yaitu Nyai Ageng Maloka yang menjadi isteri
Raden Fatah, Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Masih Munat (Sunan Derajat), dan
puterinya yang bernama Siti Khafsah yang menjadi istri Sunan Kalijaga. Ini hasil
pernikahannya dengan dengan putri Tuban, Nyai ageng Manila, yang merupakan anak dari
Aria Teja, bupati Tuban. Disini dapat disimpulkan bahwa penyebaran agama Islam di Jawa
yang kemudian dapat mendirikan kerajaan Bintara adalah dipimpn oleh para bangsawan
Tuban dan ampel.
Ada empat teori mengenai kapan masuknya Islam ke Jawa, yaitu:
1. Teori Gujarat
para tokoh dalam kajian islam di jawa ini adalah salah satunya yang seperti kita
ketahui yaitu WALISONGO atau sembilan wali.Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai
penyebar agama islam di tanah jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga wilayah
penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-
Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah
dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para
ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya
setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga
mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. 3
2. Perkawinan
Pedagang- pedagang muslim yang datang ke jawa, pada umumnya mempunyai
status sosial yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki pribumi, sehingga banyak
putri bangsawan maupun putri raja yang tertarik untuk menjadi istri dari pedagang
muslim. Dari pernikahan pedagang muslim dengan perempuan pribumi, lahirlah
keturunan-keturunan muslim dan terbentuk keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya
berdiri kampung-kamung, dan daerah-daerah yang penduduknya mayoritas muslim,
yang kemudian berdiri pula kerajaan islam .
Di sisi lain, islamisasi melalui perkawinan ini juga diperlancar dengan adanya
pernikahan antara wanita muslimah dengan bangsawan atau raja. Status sosial.
Ekonomi, dan politik raja maupun bangsawan menguntungkan penyebaran islam,
karena agama yang dipelik raja atau bangsawan akan diikuti pula oleh rakyat.
3. Tasawuf
Penyebaran islam tidak bisa dilepaskan dari peran guru-guru tasawuf . Mereka
adalah pengembara yang sudah menjelajah ke beberapa negeri, sehingga mudah
menyesuaikan dengan alam dan budaya masyarakat. Demikian pula di jawa, mereka
telah mengetahui bahwa sebagian masyarakat punyakepercayaan yang singkretis,
sehingga para sufi menyampaikan ajaran teosofi yang singkretik.
4. Pendidikan
5 Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya Abadi Jaya,2015)
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan
Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk
Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah
keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau
seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan
sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia
5. Kesenian
Penyebaran islam di pulau jawa, mengunakan pula media kesenian yang telah
tumbuh di masyarakat sebelum islam. Antara lain seni budaya masa hindu yang
menggunakan gamelan, wayang dan sastra sebagai media untuk menyampaikan
penjelasan tentang kepercayaan, ajaran moral atau ritual agama. Sebagaian kesenian
tersebut berasal dari masa Hindu itu yang kemudian digunakan oleh para mubaligh
seperti Walisongo untuk menyampaikan ajaran islam ke tengah masyarakat.
Bentuknya ada yang dirubah, ada pula yang tetap, namun sudah dimasuki unsur-unsur
islam, seperti gamelan, wayang,sastra, tembang, seni bangunan dan seni rupa. Cerita
wewayangan yang bersumber dari Mahabarata, dan yang ditambah, atau diganti
dengan corak jawa islam, seperti kisah punakawan yang sebenarnya tidak ada, karena
kreasi para wali, termasuk nama-nama punakawan yang di ambil dari bahasa Arab. 6
6. Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat
dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di
seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
6 Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya Abadi Jaya,2015)
Adanya penguasa daerah yang masuk islam, sangat membantu kelancaran
islamisasi. Karena apabila penguasa daerah sudah memeluk islam, maka rakyatnya
akan mengikutinya.
D. Kesimpulan
Islam tersebar di Jawa sejak abad ke-7 H dan bukti-bukti bahwa Islam telah
masuk Jawa ialah adanya bentuk-bentuk bangunan dan karya-karya seni. Penyebar Islam
tersebut ialah yang sering disebut dengan Wali Songo diantaranya: Sunan Gresik, Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan
Gunung Jati, dan Sunan Drajat. Adapun jalur yang ditempuh dalam penyampaian Islam
ialah: perdagangan, perkawinan, Tasawuf, pendidikan, kesenian dan kekuasaan politik.
Daftar Pustaka
Dr. Sri Suhandjati, Islam dan kebudayaan jawa revitalisasi kearifan lokal (CV. Karya
Abadi Jaya,2015)
Referensi: https://tafsirweb.com/1022-quran-surat-al-baqarah-ayat-256.html
Mengislamkan jawa M.C Ricklefs terjemah dono sunardi dan satrio wahono 2013
https://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-
tanah-jawa/