Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA


PADA PERIODE 1949-1950”

DISUSUN OLEH :

 DAIKRI JAFIR R
 UMI KHOLIFATUZ S
 SHOLEKHAH LARASATI
 EMYLA FAISLAMIA

MA AL- AZHAR ANDONG

BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmatNya Kami dapat menyelesaikan Makalah Pelaksanaan Demokrasi
Di Indonesia Pada Periode 1949-1950.

      Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia
Pada Periode 1949-1950. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

     Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Boyolali, 11 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................1

1.2. Pembatasan Masalah ...............................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

Pelaksanaan Demokrasi Tahun 1949-1950 ...................................................3

BAB III SIMPULAN ...................................................................................8

Kesimpulan ....................................................................................................8

Saran ..............................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi, perlu kita ketahui apa yang harus dilakukan sebagai
warga negara agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia.

Kemajemukan masyarakat merupakan sebuah anugerah dimana bangsa


Indonesia harus memiliki sikap toleransi tinggi untuk hidup berdampingan dan
dan tidak saling menghancurkan.

Oleh karena itu, demokrasi sebagai alat pemersatu bangsa harus diketahui
dan dimengerti oleh setiap warga negara guna terciptanya masyarakat yang kritis
dan mampu berperan aktif sesuai dengan tujuan serta fungsi masyarakat pada
umunya.Selalu terngiang dalam benak kita bahwa terjadi penyimpangan-
penyimpangan jabatan oleh politisi negara yang digunakan untuk memperkuat
kepentingan mereka masing-masing.

Hampir setiap hari kasus dn skandal pejabat negara terungkap dan hanya
berakhir mengambang dan tak terselesaikan. Ironisnya, dalam berbagai media
masih banyak ditemui masyarakat yang merasa belum puas dengan kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah dan mereka tak mengerti bagaimana cara
menyampaikan aspirasinya.Kehidupan masyarakat tersebut menyiratkan bahwa
pelaksanaan demorasi yang ada di negara ini belum berjalan dengan optimal.

Demokrasi yang mencakup lima nilai dasar masyarakat Indonesia masih


berjalan pincang karena terlihat belum bisa terlaksana semuanya. Sebagai warga
negara, tentu kita yang merasakan dampak dan akibat kepincangan tersebut.Oleh
karena itu, perlu kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk
menanggulangi keberadaan demokrasi Pancasila agar terus terlaksana dengan baik
sesuai dengan tujuan Pancasila itu sendiri.Maka, sangat menarik bila kita bahas
tentang Pelaksanaan

Demokrasi di Indonesia saat ini agar kita mengerti secara sistematis


pengertian demokrasi Pancasila, keberadaannya, serta  tanggung jawab kita dalam
berperan aktif dalam kehidupan berbangsa ini. Sehingga kita mampu mengerti apa
yang harus kita lakukan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik serta
terciptanya masyarakat yang sejahtera.

1
1.2. Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya pelaksanaan demokrasi


yang ada di Indonesia. Oleh karena itu penulis membatasi masalah dalam
penulisan makalah dengan “Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode
1949-1950.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk pengetahui pelaksanaan demokrasi di


Indonesia dan juga agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. “PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1949-


1950”

Pelaksanaan
Lama Periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat (Federasi)

Bentuk Pemerintahan : Republik

System Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)

Konstitusi : Konstitusi RIS

Presidan & Wapres :  Ir. Soekarno (Presiden RIS)

(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Assaat : Drs. Moh Hatta (pemangku sementara


jabatan  presiden RI)

                                                     (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Dalam perjalannya, Belanda berusaha memecah-belah bangsa indonesia


dengan cara membentuk negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur,
Negara Pasundan, & Negara Jawa Timur. Bahkan Belanda melakukan Agresi
Militer I pada tahun 1947 (pendudukan terhadap ibukota jakarta) dan Agresi
Militer II atas kota Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian
Belanda dengan RI, PBB turun tangan dengan menyelenggarakann Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus -2 November
1949.

Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst


voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi
Belanda dipimpin olah Van Harseveen.

Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan


persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan
pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik
Indonesia Serikat (RIS).

3
KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :

a. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat


b. penyerahan kedaulatan kpada Republik Indonesia Serikat selambat-
lambatnya pada tanggal 30    Desember  1949.
c. dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda 

Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana


menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. yang terdiri
atas Mukadimah berisi 4 alinea, Batang Tubuh yg berisi 6 bab dan 197 pasal, serta
sebuah lampiran. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan
Negara/Daerah dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu :

1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian


Renville.
2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat
3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur
4. R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura
5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar
6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka
7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung
8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar
9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah
10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur
11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara
12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur
13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan
14. Radja Mohammad dari Riau
15. Abdul Malik dari Negara Sumatra Selatan
16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatra Timur

Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita
Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945, karena :

1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang


terbagi dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan
kenegaraan. Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1)
Konstitusi RIS yg berbunyi: 'Republik Indonesia Serikat yang
merdeka dan berdaulat adalah negara hukum yang

4
demokratis dan berbentuk federasi'. Dengan berubah menjadi negara
serikat, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian dan masing-
masing memiliki kekuasaan pemarintahan di wilayah negara bagiannya.
Negara bagian itu adalah :
·         Republik Indonesia                   

·         Negara Indonesia Timur

·         Negara Jawa Timur

·         Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta

·         Negara Madura

·         Negara Sumatera Timur

·         Negara Sumatera Selatan


Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak
tergabung dalam federasi, yaitu:
·         Jawa Tengah

·         Kalimantan Barat

·         Dayak Besar

·         Daerah Banjar

·         Kalimantan Tenggara

·         Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)


2. Sistem pemerintahan yg digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS
adalah sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2
Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat
diganggu gugat'. Artinya presiden tidak dapat dimintai pertanggungb
jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena presiden adalah kepala
negara, bukan kepala pemerintahan. Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan
bahwa, 'Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya maupun masing-masing
untuk dirinya sendiri'. Dengan demikian, yang melaksanakan & bertanggung
jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adalah menteri-menteri. Dalam
sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dengan sistem
pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap
parlemen (DPR). Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :
a. Presiden
b. Menteri – menteri

5
c. Senat
d. DPR
e. MA
f. Dewan Pengawas Keuangan
Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam
fungsi administratif/protokoler, presiden, menurut konstitusi, antara lain :
 Menjalankan pemerintahan federal [pasal 117];
 Mendengarkan pertimbangan dari Senat [pasal 123 (1) dan (4);
 Memberi keterangan pada Senat [pasal 124];
 Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR dan
Senat [pasal 138 (2)];
 Mengeluarkan peraturan darurat (UU Darurat) dalam keadaan mendesak
[pasal 139];
 Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 141];
 Memegang urusan hubungan luar negeri [pasal 174, 176, 177];
 Menyatakan perang dengan persetujuan DPR dan Senat [pasal 183];
 Menyatakan keadaan bahaya [pasal 184 (1)];
 Mengusulkan rancangan konstitusi federal kepada konstituante [pasal
187 (1) dan (2)], dan mengumumkan konstitusi tersebut [pasal 189 (2)
dan (3)] serta mengumumkan perubahan konstitusi [pasal 191 (1) dan
(2)].
3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau
semangat pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi
kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan
Decleration of independence bangsa Indonesia, katetapan MPR no.
XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpangan mukadimah ini
adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian
yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati
hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia.

RI dan RIS mencapai kesepakatan pada 19 Mei 1950 untuk kembali


ke bentuk negara kesatuan. Pada 15 Agustus 1950, di hadapan
sidang DPR dan Senat, diproklamasikan berdirinya negara kesatuan
Republik Indonesia menggantikan negara federasi Republik Indonesia
Serikat. Konstitusi RIS diubah menjadi Undang-Undang Dasar Sementara

6
Republik Indonesia (yang selanjutnya dikenal sebagai UUDS 1950)
berdasarkan UU RIS No. 7 Tahun 1950. Pada hari itu juga, Pemangku
Jabatan Presiden RI, Assaat, menyerahkan secara resmi kekuasaan
pemerintahan RI kepada Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


perkembangan demokrasi yang baik dan aman dapat membuat keadaan
politik dan pemerintahan yang semakin baik dan dewasa dimata
internasional. Demokrasi Indonesia harus dijalankan dengan baik oleh
semua dukungan kalangan  masyarakat tanpa pandang bulu. Mulai dari
kegiatan demokrasi yang paling sederhana sampai dengan kegiatan
demokrasi yang paling kompleks didalam pemerintahan Indonesia. Oleh
sebab itu untuk dapat menjalankan demokrasi yang baik diperlukan aturan –
aturan hukum yang dapat menjadi panutan untuk semua masyarakat agar
terciptanya demokrasi yang aman, tentram, serta rukun untuk semua
kalangan.

3.2. Saran

            Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita patut bangga memiliki


sistem demokrasi yang mampu mengayomi masyarakat majemuk Indonesia.
Namun, agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu
mengerti apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik
dengan sadar akan hak dan kewajiban terhadap negara.

            Sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan


demokrasi harus dilakuakan terhadap berbagai lapisan masyarakat.
Pemikiran tua, dimana banyak rasa takut akan beraspirasi dan merasa lemah
dihadapan pemerintah perlu dihilangkan guna kemajuan bersama. Sehingga
keberhasilan akan tercipta saat melihat rakyat dan pemerintah dapat
berinteraksi secara langsung dengan hal-hal baru yang sesuai dengan norma
dan persatuan serta kesatuan.

          

Anda mungkin juga menyukai